Anda di halaman 1dari 12

KRITIK TERHADAP PARADIGMA POSITIVISME

Hj. Emma Dysmala Somantri


Dosen Tetap Sekolah Tinggi Hukum Bandung
E-mail : edysmala@gmail.com

ABSTRAK

Paradigma positivisme menunjukkan bahwa sumber daya untuk memperoleh


pengetahuan dengan menggunakan akal sehat dan melakukan observasi. Penggunaan akal
sehat merupakan potensi, wahana untuk mencapai dan mengungkapkan kebenaran
melalui observasi sampai menemukan konsep, generalisasi, proposisis hukum dan teori.

Kata Kunci : Paradigma Positisme.

ABSTRACT

Positivism paradigm shows that a resource to obtain the knowledge is by using healthy mind
and performing an observation. Using healthy mind is a potential; a means of obtaining,
achieving, and also revealing the truth through observation, and finally finding concept,
generalization, proposition, and theory.

Keyword: paradigm; positivism.

A. Pendahuluan Kata positif di sini sama artinya dengan


Positivis memerupakan istilah umum faktual, yaitu apa yang berdasarkan fakta-
untuk posisi filosofis yang menekankan fakta. Menurut positivisme, pengetahuan
aspek faktual pengetahuan, khususnya kita tidak pernah boleh melebihi fakta-
p e n g e t a h u a n i l m i a h . Po s i t iv i s m e fakta. Dengan demikian, maka ilmu
merupakan suatu aliran filsafat yang pengetahuan empiris menjadi contoh
menyatakan ilmu-ilmu alam (empiris) istimewa dalam bidang pengetahuan.
sebagai satu-satunya sumber pengetahuan Maka filsafat pun harus meneladani contoh
yang benar dan menolak nilai kognitif dari itu. Oleh karena itu, pulalah positivisme
suatu filosofis atau metafisik. Dapat pula menolak cabang filsafat metafisika.
dikatakan positivisme ialah “aliran yang Menyakan “hakikat” benda-benda atau
bependirian bahwa filsafat itu hendaknya “penyebab yang sebenarnya”, termasuk
semata-mata mengenai dan berpangkal juga filsafat, hanya menyelidiki fakta-fakta
pada peristiwa-peristiwa positif artinya dan hubungan yang terdapat antara fakta-
peristiwa-peristiwa yang dialami oleh fakta. Tugas khusus filsafat ialah
manusia.”1 mengordinasikan ilmu-ilmu pengetahuan,
Positivisme berasal dari kata “positif”. yang beraneka ragam coraknya. Tentu saja,

1
Endang Saifuddin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama, Bina Ilmu Surabaya, 1987, hlm.99

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 28 No. 01 Februari 2013 622


maksud positivisme berkaiatan erat tahap ini manusia percaya pada
dengan apa yang dicita-citakan oleh banyak dewa yang masing-
empirisme. Positivisme pun masing menguasai suatu
mengutamakan pengalaman. Hanya saja, lapang tertentu; dewa laut,
berbeda dengan empirisme Inggris yang dewa gunung, dewa halilintar,
menerima pengalaman batiniah atau dan sebagainya.
subjektif sebagai sumber pengetahuan c. M o n o t e i s m e . T a h a p
melalui pengalaman batiniah tersebut. Ia monoteisme ini lebih tinggi
hanya mengandalkan fakta-fakta belaka.2 dari dua tahap sebelumnya.
Positivisme diperkenalkan oleh Auguste Karena pada tahap ini manusia
Comte (1798-1857) yang dilahirkan di hanya memandang satu Tuhan.
Montpellier pada tahun 1798 dari keluarga Zaman Metafisis
pegawai negeri yang bergaaan Katolik. Pada zaman ini kuasa-kuasa adikodrati
Karya utama A. Comte adalah Cours de diganti dengan konsep-konsep dan
Philosophie Phositive, Kursus tentang prinsip-prinsip yang abstrak, seperti
Filsafat Positif (1830-1842), yang misalnya “kodrat” dan “penyebab”.
diterbitkan dalam enam jilid. Selain itu, Metafisika pada zaman ini dijunjung tinggi.
karyanya inilah Comte menguraikan secara Zaman Positif Zaman ini dianggap Comte
singkat pendapat-pendapat positivis, zaman tertinggi dari kehidupan manusia.
hukum tiga stadia, klasifikasi ilmu-ilmu Alasannya ialah karena pada zaman ini
pengetahuan dan bagan mengenai tatanan tidak ada lagi usaha manusia untuk
3
dan kemajuan. mencari penyebab-penyebab yang
Tiga zaman atau tiga stadia merupakan terdapat pada dibelakang fakta-fakta.
huku yang tetap, ketiga zaman tersebut Manusia kini telah membatasi diri dalam
adalah sebagai berikut: penyelidikannya pada fakta-fakta yang
1. Zaman Teologis disajikan kepadanya. Atas dasar observasi
Zaman teologis ini sendiri dapat dan dengan menggunakan rasionya,
dibagi lagi menjadi tiga periode. manusia berusaha menetapkan relasi-
Ketiga periode tersebut adalah relasi atau hubungan-hubungan
sebagai berikut: persamaan dan urutan yang terdapat
a. Animisme. Tahap animisme ini antara fakta-fakta. Pada zaman terakhir
merupakan tahapan yang inilah dihasilkan ilmu pengetahuan dalam
paling primitif, karena benda- arti yang sebenarnya.4
benda sendiri dianggapkanya Hukum tiga zaman ini tidak saja
mempunyai jiwa. berlaku bagi manusia sebagai anak
b. Politeisme. Tahap Politeisme ini manusia berada pada zaman teologis, pada
meupakan perkembangan dari masa remaja ia masuk zaman metafisis dan
tahap pertama, dimana pada pada masa dewasa ia memasuki zaman

2
Juhaya S. Praja, Aliran­Aliran Filsafat dan Etika Prenada, Media Jakarta 2003, hlm.133
3
ibid
4
Idem hlm.134

623 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 28 No. 01 Februari 2013


poaitif. Demikian pula ilmu pengetahuan formal tentang obyek-obyek nyata
berkembangan mengikuti tiga zaman yang obyektif, yang merupakan suatu
akhirnya mencapai puncak ciri positivisme awal. Dalam
5
kematangannya pada zaman positif. Machisme, masalah-masalah
Positivisme adalah suatu alinea filsafat pengenalan penafsiran dari sudut
yang menyatakan ilmu alam sebagai satu- pandang psikologisme ekstrim,
satunya sumber pengetahuan yang benar yang bergabung dengan
dan menolak aktifitas yang berkenaan subyektivisme.
dengan metafisik. Tidak mengenal adanya 3. Perkembangan positivisme tahap
spekulasi, semua didasarkan pada data te ra k h i r b e r k a i t a n d e n ga n
empiris. Sesungguhnya aliran ini menolak lingkaran Wina dengan tokoh-
adanya spekulasi teoritis sebagai suatu tokohnya O.Neurath, Carnap,
sarana untuk memperoleh pengetahuan Schlick, Frank dan lain-lain. Serta
(seperti yang diusung oleh kaum idelaisme kelompok yang turut berpengaruh
khususnya idealisme Jerman Klasik).6 pada perkembangan tahap ketiga
Positivisme merupakan empirisme, ini adalah Masyarakat Filsafat
yang dalam segi-segi tertentu sampai Ilmiah Berlin. Ketua kelompok ini
kepada kesimpulan logis ekstrim karena menggabungkan sejumlah aliran
pengetahuan apa saja merupakan seperti atomisme logis,
pengetahuan empiris dalam satu atau lain positivisme logis, serta semantika.
bentuk, maka tidak ada spekulasi dapat Pokok bahasan positivisme tahap
menjadi pengetahuan. Terdapat tiga tahap ketiga ini diantaranya tentang
dalam perkembangan positivisme, yaitu:7 bahasa, logika simbolis, struktur
1. Tempat utama dalam positivisme penyelidikan ilmiah dan lain-lain.
pertama diberikan pada Sosiologi, Dalam perkembangannya, positivisme
walaupun perhatiannya juga mengalami perombakan dibeberapa sisi,
diberikan pada teori pengetahuan hingga muncullah aliran pemikiran yang
yang dungkapkan oleh Comte dan bernama Positivisme Logis yang tentunya
tentang Logika yang dikemukakan dipelopori oleh tokoh-tokoh yang berasal
oleh Mill. Tokoh-tokohnya Auguste dari Lingkaran Wina. Positivisme logis
Comte, E.Littre,P.Laffitte, JS. Mill adalah aliran pemikiran dalam filsafat yang
dan Spencer. membatasi pikirannya pada segala hal
2. Munculnya tahap kedua dalam yang dapat dibuktikan dengan
positivisme-empirio-positivisme- pengamatan atau pada analisis defnisi
berawal pada tahun 1870-1890- antara istilah-istilah. Fungsi analisis ini
an dan berpautan dengan Mach mengurangi metafisik dan meneliti
d a n Ave n a r i u s . Ke d u a nya struktur logis pengetahuan ilmiah. Tujuan
m e n i n g ga l ka n p e n g e t a h u a n dari pembahasan ini adalah menentukan

5
K. Bartens, Ringkasan Sejarah Filsafat, Kanisius, Yogyakarta 1983, hlm 73-74.
6
http://staff.blog.ui.id/arif51/2008/03/31/positivisme-dan-perkembangannya/4/21/2010
7
http://staff.blog.ui.ac.id/arif51/2008/03/31/positivisme-dan-perkembanganya/4/21/2010

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 28 No. 01 Februari 2013 624


isi konsep-konsep dan pernyataan- Weltauffassung. Der Wiener Kreis”
pernyataan ilmiah yang dapat diversifikasi (pandangan Dunia Ilmiah, Kelompok
secara empiris.8 Wina). Tulisan ini mendapat sambutan
Tujuan akhir dari penelitian yang hangat di beberapa negara lain. Di Berlin,
dilakukan pada positivisme logis ini adalah ibukota Jerman, dibentuk satu kelompok
untuk mengorganisasikan kembali yang disebut Der Beriner
pengetahuan ilmiah di dalam suatu sistem Gruppe(Kelompok Berlin) yang meliputi
yang dikenal dengan”kesatuan ilmu” yang antara lain H. Reichenbach (1891-1953), R.
juga akan menghilangkan perbedaan- Von Mises dan C.G Hempel (1905-). Di
perbedaan antara ilmu-ilmu yang terpisah. Inggris A.J Ayer (1910-) tertarik pada
Logika dan matematika dianggap sebagai positivisme logis. Di Amerika Serikat C.
ilmu-ilmu formal. Morris dan E. Nagel (1901) mengikuti
Positivisme logis adalah filsafat ilmu aliran filsafat ilmu pengetahuan ini.9
pengetahuan yang timbul pada than 20-an Timbulnya aliran positivisme logis
abad ke-XX di Wina, ibu kota kekaisaran perlu dilihat dalam konteks
Habsburg dan pusat dunia musik di perkembangan masyarakat di Eropa pada
Austria, Eropa Tengah. Pada abad ke-XIX awal abad ke-XX. Perang dunia I baru saja
s u d a h a d a b e b e ra p a o ra n g ye n g usai. Banyak kekuatan politik, seperti
memperhatikan pengembangan ilmu dinasti kerajaan dan pemerintahan
pengetahuan dan menulis tentang gejala republik, tumbang sehingga peta politik
ini. Namun usaha-usaha mempelajari ilmu benua Eropa berubah secara menyeluruh.
pengetahuan itu belum bersifat sistematis Selain itu Perang Dunia I meminta jumlah
dan juga belum bertujuan menghasilkan korban yang besar sekali, khususnya di
teori. Positivisme logis adalah usaha kalangan angkatan muda, dan
pertama yang tertuju pada sasaran ini dan mengakibakan sangat banyak kerusakan
berkembang pada masa M.Schlick (1882- material. Tambahan pula, Perang Dunia I
1936) menjadi mahaguru filsafat ilmu b e r b e d a d a r i p a d a p e ra n g - p e ra n g
pengetahuan induktif di Universitas Wina. didataran Eropa Barat sebelumnya. Untuk
Schlick membentuk kelompok bersama pertama kali dalam sejarah peperangan,
antaralain R. Carnap (1891-1970), ahli kapasitas produksi sektor industri dan
logika, Ph.Frank, ahli ilmu pasti, V. Kraft, efesiensi sistem ekonomi memainkan
ahlis ejarah, H. Feigl dan F. Waismann, dua peran kunci dalam kemenangan dan
ahli filsafat. Kelompok ini disebut Der kekalahan. Pendek kata, pada akhir Perang
Wiener Kreis (Kelompok Wina). Pada Dunia I negara-negara Eropa perlu
tahun 1929 R. Carnap, bersama H. Hahn, dibangun kembali, baik dari segi politik,
ahli ilmu pasti, dan O Neurath (1882- e ko n o m i , s o s i a l m a u p u n b u d aya .
1945), ahli Sosiologi menerbitkan sebuah Berhubungan dengan ini muncul sejumlah
manifes yang berjudul, Wissenschaftliche gerakan dengan tujuan yang berbeda-

8
Katasoff O Louis, alih bahasa Soejono Soemargojno, Pengantar Filsafat Teori Wacana, Yogyakarta hlm119.
9
J.J. M. Wuisman, Penelitian Ilmu­Ilmu Sosial, Jiid I, Asas-asas Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas
Indonesia 1996 hlm. 3

625 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 28 No. 01 Februari 2013


beda. Disatu pihak muncul gerakan perlu suatu ilmu pengetaaun yang
restorasi, yaitu usaha memulihkan berkesatuan (Einjeitswissen schaft/bahasa
kekuasaan kekuatan politik dan sosial yang j e r m a n ) . I l m u p e n g e t a h u a n ya n g
pernah berjaya sebelum Perang Dunia I. berkesatuan itu belum ada dan harus
menurut gerakan ini, masyarakat perlu dikonstuksikan mulai dari apa yang telah
dibangun kembali berdasarkan asas-asas dihasilkan oleh masing-masing bidang
teologi (agama) atau metafisika (filsafat) ilmu pengetahuan yang ada pada waktu
tertentu. Di pihak lain terdapat gerakan itu. Untuk menapai tujuan ini diusahakan
yang justru ingin membebaskan mengembangkan suatu “bahasa ilmu” yang
masyarakat dari kungkungan asas teologi bersifat universal dan berlaku untuk
dan metafisika dan membangun kembali semua bidang ilmu pengetahuan. Hasil
berdasarkan asas ilmu pengetahuan. penelitian masing-masing bidang ilmu
Positivisme logis termasuk gerakan yang pengetahuan dikonstruksikan kembali
berlawanan dengan kecenderungan menurut bahasa ilmu universal itu.
terhadap teologi dan metafisika. Menurut Konstruksi kembali ini dilakukan menurut
pengikut positivisme logis masalah logika, yaitu “logika ilmu pengetahuan”
pembangunan masyarakat perlu ditangani (logis of science). Logika ini merupakan
sebagai masalah ilmu pengetahuan, dan tulang punggung ilmu pengetahuan yang
juga bahwa metode penelitian penting berkesatuan yang hendak dicapai. Maka
dipakai untuk menyusun baik kehidupan jelaskah bawah ilmu pengetahuan yang
pribadi setiap orang maupun masyarakat berkesatuan itu tidak mungkin
pada umumnya. Timbullah pada waktu itu dikembangkan terlepas dari suatu
apa yang disebut “the spirit of a scientific interpretasi menyeluruh dan tegas
conception of the world “ (semangat mengenai hakikat ilmu pengetahuan itu
pandangan dunia yang ilmiah). Orientasi sendiri. 11
positifvisme logis adalah pada ilmu-ilmu Positivisme Logis merupakan aliran
alam dan pasti, yang telah mencapai pemikiran yang membatasi pikiran pada
tingkat perkembangan paling tinggi dan segala hal yang dapat dibuktikan dengan
sangat dikagumi keberhasilannya.10 pengamatan atau pada analisis defenisi
Untuk membentuk masyarakt dan relasi antara istilah-istilah. Tugas
menurut asas-asas ilmu pengetahuan para pertama dipersiapkan untuk ilmu dan yang
pengikut positivisme logis menganggap kedua khusus untuk filsafat. Menurut

10
Idem hlm. 4
11
Penting diperhartikan bahwa inti positivisme logis bukan suatu pendekatan dari analisis logika formal, yang pada
hakikatnya bersifat nonemprisme, terhadap “fakta-fakta empiris” atau “fakta-fakta positif,” tetapi pandangan filsafat
ilmu pengetahuan yang menyatakan bahwa “fakta empiris” atau”fakta positif” pada hakikatnya bersifat”logis”, yaitu
merupakan itu unsur-unsur bahasa ilmu pengetahuan. Apa yang dicatat dalam bentuk pernyataan oleh ilmuan pada
waktu mengadakan pengamatan dan eksperimen merupakan satu-satunya dasar yang dapat dipakai untuk
mengembangkan pengetahuan alamiah. Dasar logis-kebahasaan ini menurut positivisme logis tidak mungkin
ditembus untuk mencapai apa yang barangkali masih terdapat dibawahnya. Bukan “pengalaman” atau “benda” tetapi
pernyataan-pernyataan dasar” (pernyataan protokol) merupakan kekayaan ilmu pengetahuan. Oleh karena
pernyataan-pernyataan semacam itu hanya dapat dibenarkan atau dibuktikan dengan menggunakan pengetahuan
lain, maka hanya pernyataanlah yang cocok dipakai sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan. Lihat J.J.M
Wuisman,Penelitian Ilmu­Ilmu SosialJilid I, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, hlm. 7

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 28 No. 01 Februari 2013 626


positivisme Logis, filsafat ilmu murni perdefenisi.
mungkin hanya sebagai suatu analisis logis 3. Metode ilmiah merupakan sumber
tentang bahasa ilmu. Fungsi analisis ini, pengetahuan satu-satunya yang
disatu pihak, mengurangi “metafisika” tepat tentang realitas.
(yaitu, filsafat dalama rti tradisional), dan 4. Filsafat merupakan analisis dan
di lain pihak, meneliti strutur logis klarifikasi makna dengan logika
pengetahuan ilmiah. Penelitian ini dan metode ilmiah.
bertujuan menentukan isi konsep-konsep 5. B a h a s a p a d a h a k i k a t n y a
dan pernyatan-pernyataan ilmiah yang merupakan suatu kalkulus.
12
dapat diverifikasi secara empiris. Dengan formalisasi bahasa kaun
Tujuan akhir diadakannya penelitian positivisme dapat menyusun
ini ialah untuk mengorganisasikan kembali bahas artifisal hingga
pengetahuan ilmiah di dalam suatu sistem. memperoleh daya guna dan
Sistem ini dikenal sebagai “kesatuan ilmu”, ketapatan.
yang akan menghilangkan perbedaan- 6. Pernyataan-pernyataan metafisik
perbedaan antara ilmu-ilmu yang terpisah tidak bermakna
fisika, biologi, psikologi, sosiologi, dan 7. Dalam bentuk positivisme ekstrim
seterusnya. Logika dan matematika pernyatan-pernyataan tentang
dianggap sebagai ilmu-ilmu formal. eksistensi dunia luar dan pikiran
Keduanya tidak dianggap sebagai luar yang bebas dari pkkiran kita
pengetahuan tentang dunia, melainkan sendiri dianggap tidak bermakna
sebagai suatu koleksi pernyataan “analisis” sebab tidak ada dilakukan cara-
ya n g m e r u m u s k a n a t u ra n - a t u ra n cara empiris untuk
13
transformasi formal yang disepakati. memperolehnya.
Beberapa ajaran pokok positivisme logis 8. Penerimaan terhadap suatu teori
14
dapat dirinci sebagai berikut: emotif dalam aksiologi yaitu
1. Penerimaan prinsip verifiabilitas, mengandung nilai-nilai yang
merupakan kriteria untuk saling terkait dan tidak dapat
menetukan suatu pernyataan yang ditemukan dengan percobaan.
memiliki arti kognitif. Sebagai lanjutan positivisme timbul
2. S e m u a p e r n y a t a a n d a l a m aliran filsafat ilmu pengetahuan baru yang
15
matematika dan logika bersifat dinamakan “empirisme logis”. Dalam
analitis (tautologi) dan benar empirisme logis hanya dua unsur

12
Disebutkan pada masa sebelumnya Common Sense dianggap merupakan sumber segala pengetahuan.perkembangan
ilmu pengetahuan modern, khususnya ilmu alam modern diteladani tersebar luasnya anggapan bahwa metode
khususnya eksperimen, merupakan titik permulaan dan dasar pengetahua ilmian, lihat Tita Meirina Djuwita,
Pemahaman Terhadap Paradigma Positivisme Makalah,Universitas Pendidikan Indonesia, 2003hlm.6
13
ibid
14
ibid
15
Perbedaan terpenting dengan positivisme adalah mengenai pertnayaan.”Apa yang dapat dianggap merupakan
pengamatan yang benar?” Positivisme logis berangkat dari anggapan dasar bahwa “pengalaman subjektif elementer,”
seperti terungkapkan dengan kalimat, :Saya mengalami merah.” Merupakah dasar pengetahua ilmiah. Empirisme
logis, sebaiknya berangkat dari anggara dasar bahwa pengetahaun dapat dikembangkan atas “fenomena yang secara

627 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 28 No. 01 Februari 2013


positivisme logis di pertahankan, yaitu sesuatu yang ada di alam. Tugas filsfat
empirisme dan logika. Unsur positivisme adalah memberi penjelasan logis terhadap
dilepaskan dan unsur kritik ilmu sangat pemikiran. Oleh karena itu filsafat
berkurang peranannya. Sesuai dengan itu bukanlah teori. Filsafat adalah aktifitas.
sasaran empirisme logis juga lebih spesifik Filsafat tidak menghasilkan proposisi-
dibandingkan dengan positivisme logis. proposisi filosofis, tapi yang dihasilkan
Tujuan empirisme logis terbatas pada oleh filsafat adalah penjelasan terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan yang proposisi-proposisi.
berkesatuan melalui analitis logis terhadap Alasan yang digunakan oleh
bahasa yang dipakai masing-masing positivisme dalam membatasi tugas
bidang ilmu pengetahuan. Analisis logis itu filsafat diatas adalah karena filsafat
dianggap sebagai jalan yang dimulai dari bukanlah ilmu. Kata filsafat hendaklah
bahasa ilmu pengetahuan yang berbeda- diartikan sebagai sesuatu yang lebih tinggi
beda menuju satu bahasa ilmu atau lebih rendah dari ilmu-ilmu eksakta.
pengetahuan yang berkesatuan. Penjelasan dari hal ini bahwa tugas utama
Pengembangan bahasa pengetahuan yang dari ilmu adalah memberi tafsiran
berkesatuan ini meliputi rekonstruksi terhadap materi yang menjadi obyek ilmu
bahasa masing-masing bidang ilmu tersebut. Tugas dari ilmu-ilmu eksakta
pengetahaun itu. Menurut empirisme logis adalah memberi tafsiran terhadap segala
bahasa ilmu pengetahuan juga terdiri dari sesuatu yang terjadi di alam dan sebab-
dua unsur: 1. “Bahasa pengamatan;” dan 2. sebab terjadinya. Sementara tugas ilmu-
“Bahasa teori.”. ilmu sosial adalah memberi tafsiran
Tujuan utama yang ingin dicapai oleh terhadap segala sesuatu yang terjadi pada
positivisme adalah membebaskan ilmu manusia, baik sebagai individu maupun
dari kekangan filsafat (metafisika). masyarakat . Karena semua obyek
16
Menurut Ernst , ilmu hendaknya pengetahun baik yang berhubungan
dijauhkan dari tafsiran-tafsiran metafisis dengan alam maupun yang berhubungan
yang merusak obyektivitas. Dengan dengan manusia sudah ditafsirkan oleh
menjauhkan tafsiran-tafsiran metafisis masing-masing ilmu yang berhubungan
dari ilmu, para ilmuan hanya akan dengannya, maka tidak ada lagi obyek yang
menjadikan fakta yang dapat ditangkap perlu ditafsirkan oleh filsafat. Oleh karena
dengan indera untuk menghukumi segala itulah dapat disimpulkan bahwa filsafat
sesuatu. Hal ini sangat erat kaitannya bukanlah ilmu.17
dengan tugas filsafat. Menurut positivisme, Pada paradigma positivisme sumber
tugas filsafat bukanlah menafsirkan segala daya untuk perolehan pengetahaun

nyata (fisik) terbuka untuk semua pihak.” Menurut pandangan ini,”Pengamatan dibawah kodisi X dinamakan merah.”
Masing-masing anggapan dasar tersebut mempunyai kelebihan maupun kekurangan. Kelebihan pandangan
positivisme logis adalah bahwa pengetahan tidak mungkin lebih pasti daripada itu; kekurangannya adalah bahwa
sepenuhnya bersifat subyektif. Kelebihan empirisme logis adalah bahwa memakai “intersubjektivitas” sebagai kriteria
pengetahuan ilmiah; kekurangannya adalah bahw pengetahuan tidak pernah dapat memberi kepastian.
16
http://philosophisme.blogsport.com/2007/06/logical-positivisme.html.4/3/2010
17
http://philosophisme.blogspot.com/2007/06/logical-positivisme.html.4/13/2010

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 28 No. 01 Februari 2013 628


dengan menggunakan akal sehat dan Posisi saya disini dalam memandang
melakukan observasi. Penggunaan paradigma adalah bahwa aliran
kemampuan akal sehat itu adalah potensi, positivisme mempunyai kelemahan hanya
wahana untuk mencari dan berfikir secara aqliah saja dalam mencari
mengungkapkan kebenaran melalui kebenaran, melainkan seharusnya dalam
observasi sampai menemukan konsep, mencari kebenaran harus mengacu pada
generalisasi, proposisi, hukum dan teori. naqliah juga, sehingga naqliah menjadi
Aliran positivisme telah membawa aqliah, dengan demikain sampailah kepada
perkembangan pengetahuan menjadi pengetahuan yang benar yang diridhoi
sangat berkembang dan modern. Sehingga oleh Allah SWT.
bila berbicara aliran positivisme berkaitan Keterbatasan-keterbatasan filosofis
dengan term-term sistematik, keras atau dari positivisme dan kesulitan-kesulitan
sungguh-sungguh, kreatif, valid, logis, instrinsik yang terkandung dalam
realible serta objek dari positivisme sangat rumusan-rumusannya, telah
luas, misalnya alam, manusia, tumbuhan, menimbulkan suatu reaksi yang semakin
tanah, planet dan sebagainya. Dapat berkembang terhadap positivisme logis.
dikatakan bahwa aliran positivisme Bahkan reaksi itu terdapat diantara para
menggunakan cara berfikir aqliah yang f i l s u f ya n g b e ro r i e n t a s i e m p i r i s .
mecoba memanajemen otak secara analisis Ke t i d a k m a m p u a n l o g i s nya u n t u k
dan sistematis untuk mencari kebenaran. memberikan suat status realistik kepada
Kelemahan aliran positivisme beberapa entitas yang nama-namanya
menghindari berfikir secara naqliah yaitu tidak merupakan suatu bagian yang tepat
berfikir mengikuti prinsip-prinsip dari dari bahasa observasional, mengharukan
tauhid, ayat, hadits. Sehingga kebenaran adanya penjelasan tentang elektron-
yang diperoleh oleh aliran positivisme elektron, gen-gen dan sebagainya. Sebagai
tidak mutlak. Karena kebenaran yang bangun-bangun teoritis yang bermakna
paling hakiki adalah kebenaran dari Allah ketimbang entitas-entitas real.
SWT yang menciptakan seluruh jagat raya Asumsi pokok teorinya adalah satu
ini beserta isinya. Menurut Herman teori harus diuji dengan
Suwardi pada akhirnya positivisme dapat menghadapkannya pada fakta-fakta yang
mengacu pada Sains Barat sekuler bukan dapat menunjukkan ketidakbenarannya,
18
mengacu pada Sains Tauhidllah. dan Popper menyajikan teori ilmu
Dapat dikatakan hasil akhir pengetahuan baru ini sebagai
positivisme hanya kesenangan duniawi penolakannya atas positivisme logis yang
yang didalamnya bisa terjadi adanya resah, beranggapan bahwa pengetahuan ilmiah
renggut dan rusak, berbeda dengan pada dasarnya tidak lain hanya berupa
mengacu kepada sains tauhidulah bahwa generalisasi pengalaman atau fakta nyata
hasil akhirnya adalah kesenangan dunia dengan menggunakan ilmu pasti dan
akhirat yaitu menuju adil dan makmur. logika. Dan menurut positivisme logis

18
Herman Suwardi, Nalar Kontempelasi dan Realita, Universitas Padjadjaran Bandung, 1998.

629 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 28 No. 01 Februari 2013


tugas filsafat ilmu pengetahuan adalah kemanusiaan kedalam pemikiran mereka.
menanamkan dasar untuk ilmu Keyakinan ini selanjutnya menimbulkan
pengetahuan.19 pandangan bahwa ilmu tak berada dalam
Penolakan lainnya adalah tentang posisi mendukung bentuk tindakan sosial
Fakta Keras, Popper berpendapat bahwa khusus apapun.21 Aliran kritis menentang
fakta keras yang berdiri sendiri terpisah positivisme karena berbagai alasan.
dari teoris sebenarnya tidak ada, karena Pertama, positivisme cenderung melihat
fakta keras selalu terkait dengan teori, kehidupan sosial sebagai proses alamiah.
yakni berkaiatan pula dengan asumsi atau Teoritis cenderung ,melihat kehidupan
pendugaan tertentu. Dengan demikian sosial sebagai proses alamiah. Teoritisi
pernyataan pengamatan, yang dipakai kritis lebih menyukai memusatan
sebagai landasan untuk membangun teori perhatian pada aktivitas manusia maupun
dalam positivisme logis tidak pernah bisa pada cara-cara aktivitas tersebut
20
dikatakan benar secara mutlak. Teoritis mempengaruhi struktur sosial yang lebih
kritis juga memusatkan perhatian luas. Singkatnya, positivisme dianggap
terhadap filsafat yang mendukung mengabaikan aktor, menurunkan aktor ke
penelitian ilmiah terutama positivisme. derajat yang pasif yang ditentukan oleh
Kritik terhadap positivisme sekurangnya kekuatan alamiah. Karena mereka yakin
sebagaian berkaitan dengan kritik atas kekhasan sifat aktor, teoritisi kritis tak
terhadap determinasi ekonomi karena dapat menerima gagasan bahwa hukum
beberapa pemikir determinisme ekonomi umum sains dapat diterapkan terhadap
menerima sebagian atau seluruh teori tindakan manusia begitu daja. Kedua,
positivisme tentang pengetahuan. positivisme diserang karena berpuas diri
Positivisme menerima gagasan bahwa hanya dengan menilai alat untuk mencapai
metode ilmiah tunggal dapat diterapkan tujuan tertentu, dan karena tak membuat
pada seluruh bidang studi. Positivisme penilaian serupa terhadap tujuan. Kritik ini
mengambil ilmu fisika sebagai standar mengarah ke pandangan bahwa
kepastian dan ketepatan untuk semua positivisme berwatak konservatif, tak
disiplin ilmu. Penganut positivisme yakni mampu menantang sistem yang ada.
bahwa pengetahuan bersifat netral. Seperti dikatakan Martin Jay tentang
Mereka merasa bahwa mereka dapat positivisme ini, “Akibatnya adalah
mencegah masuknya nilai-nilai mengabsolutkan fakta dan reifikasi

19
Hal yang dikritik oleh Popper pada positivisme Logis adalah tentang metode induksi, ia berpendapat bahwa Induksi
tidak lain hanya khayalan belaka, dan mustahil dapat menghasilkan pengetahuan ilmiah melalaui induksi. Tujuan ilmu
Pengetahuan adalah mengembangkan pengetahuan ilmiah yang berlaku dan benar, untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan logika, namun jenis penalaran yang dipakai oleh positivisme logis adalah induksi dirasakan tidak tepat
sebab jenis penalaran ini tidak mungkin menghasilkan pengetahuan ilmiah yang benar dan berlaku, karena kelemahan
yang bisa terjadi adalah kesalahan dalam penarikan kesimpulan, dimana dari premis-premis yang dikumpulkan
kemungkinan tidak lengkap sehingga kesimpulan atau generalisasi yang dihasilkan tidak mewakili fakta yang ada. Dan
menurutnya agar pengetahuan itu dapat berlaku dan bernilai benar maka penalarannya yang harus dipakai adalah
penalaran deduktif. Lihat Alfons Taryadi, Epistemologi Pemcahan Masalah Menurut Karl R Popper, PT. Gramedia Jakarta
1989.
20
http://staff.blog.ui.ac.id/arif51/2008/03/31/positivisme-dan-perkembangannya/4/13/2010
21
http://ayususantiaditya.wordpress.com/2010/03/25/teori-kritis/4/21/2010

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 28 No. 01 Februari 2013 630


t a t a n a n y a n g a d a .” P o s i t i v i s m e dikembangkan dimasing-masing bidang
menyebabkan aktor dan ilmuwan menjadi ilmu pengetahuan dibenarkan. Dengan
pasif. Ada segelintir Marxis tipe tertentu perkataan lain, ilmu pengetahuan
yang mendukung pandangan yang dipahami sebagai kegiatan rasional, yaitu
menyatakan teori dan praktik tidak dapat kegiatan yang diarahkan oleh logika
dihubungkan. Meski kritikan ada kritik tertentu. Jadi, pengembangan
terhadap positivisme, beberapa orang pengetahuan yang berkesatuan itu
Marxis mendukung positivisme dan Marx berdasarkan pada teori ilmu pengetahuan
sendiri tampaknya yang terlalu positivis. pula.
Positivisme logis, sebagai usaha Berdasarkan apa yang telah diuraikan
mengmbangkan ilmu pengetahaun yang diatas, para pengikut positivisme
berkesatuan, berkelanjutan pula pada menganggap permasalahan-
studi-studi tentang ilmu pengetahuan permasalahan yang selama ini dihadapi
empiris sebagai gejala spesifik tersendiri oleh filsafat sebenarnya bukanlah
yang telah dilakukan pada abad ke-XIX oleh permasalahan yang sesungguhnya. Semua
antara lain H. Poincare (1854-1912), H. itu disebabkan oleh salahnya pemahaman
Hertz (1857-1894) danP. Duhem (1861- terhadap logika bahasa. Filsafat banyak
1916). Berhubungan dengan ini ilmu sekali berbicara tentang sesuatu yang
pengetahuan oleh positivisme logis tidak mempunyai arti, seperti al-'aql al-
didekati dengan sikap kritis. Sikap kritis kulli (rasio jeneral), al-zaman, al-wujudi
berkaiatan dengan sikap yang dengannya (masa eksistensial), al-ruh al muthlaq (ruh
para penganut positivisme logis mendekati absolut) dan lain-lain. Hal ini disebabkan
perkembangan yang terjadi di lingkungan oleh usaha-usaha para filsuf untuk
22
masyarakat luas. memberi tafsiran terhadap apa yang
Diusahakan pengembangan bahasa terjadi dialam secara universal, sehingga
ilmu pengetahuan berdasarkan analisis mereka terjebak dalam proposisi-
logis terhadap bahasa masing-masing proposisi metafisis.
bidang ilmu pengetahuan. Melalui analisis
bahasa ini diadakan rekonstruksi ilmu KESIMPULAN
pengetahuan. Tujuan positivisme lagis - M e n u r u t p o s i t iv i s m e - s u a t u
bukanlah menggantikan teori lama dengan proposisi dianggap mempunyai
yang baru, akan tetapi merekonstruksikan arti hanya apabila proposisi
kembali teori-teori yang telah berhasil tersebut dapat dibuktikan benar
dikembangkan di masing-masing bidang salahnya, baik dengan
ilmu pengetahuan menurut satu logika menggunakan verifikasi logis (al-
umum yang sama, sehingga diperoleh satu tahaqquq al manthiqi) maupun
bahasa ilmu pengetahuan yang konsisten verifikasi empiris (al-tahaqquq al
dan menyeluruh. Analisis dipusatkan pada tajribi). Sementaa proposisi yang
cara dimana konsep, hukum dan teori yang tidak mungkin dibutikan salah-

22
Loc cit hlm. 7

631 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 28 No. 01 Februari 2013


benarnya dengan salah satu dari Kebudayaan, Yayasan Benteng
dua jenis verifikasi ini dianggap Budaya, Yogyakarta, 1999
tidak mempunyai arti.
- Dapat dikatakan hasil akhir Herman Suwardi, Nalar Komtempelasi dan
positivisme hanya kesenangan Ralitas, Universitas Padjadjaran
dimana yang didalamnya bisa Bandung, 1998
terjadi adanya resah, renggut dan
rusak berbeda dengan mengacu Juhaya S. Praja, Aliran­Aliran Filsafat dan
kepada sains tauhidulah bahwa Etika, Media Jakarta, 2003
hasil akhirnya adalah kesenangan
dunia akhirat yaitu menuju adil J.J. M.Wuisman, Penelitian Ilmu­Ilmu Sosial,
dan makmur. Jilid I Asas-Asas, Lembaga, Penerbit
- Posisi saya disini dalam Fakultas Ekonomi Universitas
memandang paradigma Indonesia.
positivisme adalah bahwa aliran
positivisme mempunyai Jujun S. Suriasumantri, Ilmu Dalam
kelemahan, hanya berfikir secara Perspektif, Gramedia Jakarta, 1978
aqliah saja dalam mencari
kebenaran melainkan seharusnya Katt Soff O Louis, Alih Bahasa Soejoni
dalam mencari kebenaran harus Sumargono Pengantar Filsafat, Tiara
mengacu pada naqliah juga, Wacana, Yogyakarta, 1992
sehingga naqliah memandu
aqliah, dengan demikian K. Bartens,Ringkasan Sejarah Filsafat,
sampailah kepada pengetahuan Kanisius Yogyakarta, 1983
yang benar yang diridhai oleh Alah
SWT. -----, Filsafat Sebuah Pengantar Populer,
Pustaka Sinar Harapan Jakarta, 1990

Tita Meirina Djuwita, Pemahaman


DAFTAR PUSTAKA Terhadap Paradigma Positivisme.
Makalah Universitas Pendidikan
Alfons Taryadi, Epistemologi Pemecahan Indonesia, 2003
Masalah, PT. Gramedia, Jakarta, 1989

Endang Saifudin Anshari, Ilmu filsafat Dan Internet :


Agama, Bina Ilmu Surabaya, 1987 http://ayususantiaditya.wordpress.com
/2010/03/25/teori-kritis/4/21/
Fritjof Capra, Titik Balik Peradaban, Sains, 2010
M a s y a ra ka t d a n Ke b a n g k i t a n

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 28 No. 01 Februari 2013 632


http://philosophisme. Blogsport.
com/2007/06/logical-positivisme.
html 4/13/2010

http://kak-rerry.blog.friendster.com/
2007/11/positivisme 14/21/2010

633 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 28 No. 01 Februari 2013

Anda mungkin juga menyukai