Askep Sakit Mata
Askep Sakit Mata
A. DEFINISI
Trauma mata adalah trauma mata akibat benturan mata dengan benda yang
relatif besar tumpul / tajam keras maupun tidak keras. kelopak mata / palbebra
dapat dapat mengalami hematom / edema palpebral yang menyebabkan kelopak
mata tidak dapat membuka dengan sempurna atau (petosis).
(Istiqomah.Indriana, 2004)
Trauma mata merupakan kelainan mata yang terjadi akibat cidera / trauma
oleh benda tumpul, benda tajam, kimia, bahan bakar, maupun radiasi.
(Mangun Kusumo, 2004)
Trauma mata adalah merupakan cidera mata yang menyebabkan kerusakan
jaringan pada mata. (Widodo,2000)
B. ETIOLOGI
Trauma mata dapat terjadi secara mekanik dan non mekanik:
1. a. Trauma tumpul, akibat obyek yang cukup kecil/besar yang tidak
menyebabkan impaksi pada piggir orbita perubahan tekanan mendadak
dan distorsi mata dapat menyebabkan kerusakan berat, oleh benda
misalnya, terkena tonjokan, terkena lemparan batu, lemparan bola, faktor
kecelakaan dan lain-lain.
b. Trauma oleh benda tajam dimana struktur ocular mengalami kerusakan
akibat benda benda asing yang menembus lapisan ocular dan juga dapat
tertahan dalam mata. Disebabkan benda tajam meliputi pecahan kaca,
pisau, besi, lempengan, aluminium dll.
2. a. Trauma non mekanik ialah trauma kimia dan radiasi dimana reaksi
resultan jaringan oklar menyebabkan kerusakan seperti : air cuka, asam
cuka, cairan HCL, air keras dll.
b. Trauma termik seperti : percikan api, terkena air panas
c. Trauma radiasi seperti : sinar ultra violet, infra merah dan ionisasi dari
sinar x
C. MANIFESTASI KLINIK
Kelainan mata karena benda tumpul
a. penurunan ketajaman penglihatan
b. adanya kelainan disekitar mata, seperti :
adanya perdarahan sekitar mata
pembengkakan didahi, pipi dan hidung
c. adanya eksultamos dan gangguan gerak bola mata akibat perdarahan didalam
rongga orbita
d. adanya hematom dan edema pada kelopak mata
e. konjungtiva akan tampak merah dengan batas tegas
f. terjadi erosi kornea
g. pupil akan menyempit, dapat juga melebar dan reaksi terhadap cahaya akan
menjadi lambat atau hilang
h. timbul ruptor yang tidak langsung pada kapsul lensa
i. edema retina
j. perubahan tekanan bola mata
k. terjadi gangguan gerak bola mata, kelopak mata tidak dapat menutup atau
tidak dapat membuka dengan jelas
D. PATOFISIOLOGI
Trauma yang terjadi bias karena:
a. Palpebra
Mengenal sebagian atau seluhnya jika mengenai levator apeneorasis dapat
menyebabkan suatu plosis yang permanen
b. Salurum Lakrimalis
Dapat merupakan rusaknya sistim pengaliran air mata dari pungtum
lakrimalis sampai kerongga hidung
c. Konjungtiva
Dapat merusak dan rupture pembuluh darah menyebabkan perdarahan sub
konjungtiva
d. Sklera
Bila ada luka tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan tekanan bola
mata
PATWAY
TRAUMA MATA
Penurunan
Perdarahan Prolaps Bola visus
Mata
Luka
Nyeri Cemas
E. PEMERIKSAAN PENUJANG
1. Pemeriksaan radiologi, pada trauma mata sangat membantu dalam
menegakkan diagnose terutama bagi benda asing, pemeriksaan sonografi,
untuk menentukan letaknya dengan pemeriksaan ini dapat diketahui benda
tersebut dibilik mata lensa dan retina
2. Pemeriksaan computed ramografi (CT) ramogram dengan mengunakan
computer dan dapat dibuat scanning dari organ tersebut
3. Pengkajian menggunakan optalmoskop mengkaji struktur internal dari
okuler papilledema, retina hemoragi
4. Pemeriksaan laboratorium, seperti kemungkinan adanya infeksi sekunder
F. PENATALAKSANAAN
1. Bila dicurigai adanya tanda perforasi bola mata, maka secepatnya
dilakukan pembeian antibiotik, mata ditutup dan segera dikirim kepada
dokter mata untuk dilakukan pembedahan, pastikan dahulu apakah ada
benda asing yang masuk kedalam mata
2. Pada pasien dengan luka tembus, bola matanya dibeikan antibiotik
sistemik atau intravena dan pasien diusahakan dilakukan pembedahan
3. Trauma tembus terjadi akibat masuknya benda asing dalam bola mata
benda asing dikeluarkan dengan vitrektomi.
Anthony bron, chris CW,Bruce James, 2003. Lecture Notes. Oftamologi, edisi
kesembilan, Jakarta
Mangun Kusuma, Vidyapati W, 1988. Penanganan Cidea Mata dan Aspek Sosial
Kebutaan, Universitas, Jakarta
Amin Huda Nurarif dan Hardi Kusuma 2015, Aplikasi Nanda NIC.NOC Jilid I,
Jakarta
FORMAT PENGKAJIAN
RUANG : Anggrek
NO. MEDICAL RECORD : 50-46-40
TGL. PENGKAJIAN : 11 Mei 2017
PUKUL : 21.19
I. DATA DASAR
A. Identitas Pasien
1. Nama : An. T
2. Usia : 14 tahun
3. Status Perkawinan : Belum Kawin
4. Pekerjaan : Pelajar
5. Agama : Islam
6. Pendidikan : SMP
7. Suku : Jawa
8. Bahasa yang digunakan : Indonesia
9. Alamat rumah : Kebon Jeruk
10. Sumber Biaya : BPJS
11. Tanggal Masuk : 8 Mei 2017
12. Diagnosa medis saat pengkajian : Post OP repair Palpebra
B. Penanggung Jawab
1. Nama : Sarnah
2. Usia : 60 tahun
3. Hubungan dengan klien : Nenek Kandung
4. Pendidikan : SMP
5. Pekerjaan : Wiraswasta
6. Alamat rumah : Kebon Jeruk
II. RIWAYAT KESEHATAN
Klien datang ke rumah sakit Abdoel Moeloek dengan diantar oleh
keluarganya pada tanggal 08 Mei 2017 Pukul 21.19 WIB, dengan keadaam lemas
dan ruptur palpebra, diakibatkan karena kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan
benturan keras di bagian kelopak mata, pasien langsung di lakikan di UGD RS.
Abdoel Moeloek untuk dilakukan penanganan pertama, dengan pemasangan infus
keadaan klien compas mentra, pasien mengeluh mual, pusing, muntah dan
penurunan penglihatan: klien mengeluh nyeri mata bagian kiri, nyeri akan
bertambah jika mengedipkan mata sebelah kiri nyeri akan berkurang saat istirahat.
Durasi nyeri 5-7 menitan, skala nyeri 5 nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri
dirasakan sampai area wajah, karena adanya raptus palpebra. Sehingganya dokter
melakukan operasi yang dinamakan operasi repair palpebra setelah dilakukan
operasi dari ruang UGD, pasien T dipindahkan keruan keperawatan di ruan
anggrek B I.
x x
F. Lingkungan
1. Rumah
klien mengatakan rumahnya bersih dan klien mengatakan rumahnya juga
bebas dari poluusi dan kebisingan.
2. Pekerjaan
klien bersekolah jauh dari tempat pembuangan limbah dan jauh dari
sungai atau tempat pembuangan sampah, dan bebas dari polusi.
Bentuk telinga klien simetris antara kanan dan kiri, tidak ada peradangan dan
lesi, tidak bengkak, pendengaran baik, tidak ada cairan yang keluar dari telinga,
klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran,fungsi pendengaran klien baik.
a. Sistem Wicara
Klien tidak mengalami kesulitan bicara, klien tidak kesulitan menangkap
pembicara orang lain, klien berbicara menggunakan bahasa Indonesia.
b. sistem pernafasan dengan teknik IPPA
klien tidak mengalami kesulitan saat bernafas, frekuensi nafas klien
20x/menit, klien tidak mengalami batuk, klien tidak sesak, klien tidak
menggunakan alat bantu nafas seperti O2.
c. sistem karfiovaskular
nadi klien 84x menit irama teratur, warna kulit tidak pucat dan tidak terjadi
edema, bunyi jantung lup duk, klien tidak ada nyeri dada, klien tidak ada
keluhan atau luka post of hernia.
d. Sistim Pernafasan
Keadaan mulut bersih keadaan mukosa mulut lembab, nafsu makan klien
baik, klien tidak asites, bising usus 6x/menit lingkar perut 75 adanya luka
post op hernia
e. Sistem Integumen
Keadaan rambut klien lengket, rambut berwarna hitam, kekuatan rambut
kuar, kuku klien kotor, hitam dan panjang, tidak ada tanda-tanda
peradangan pada kulit, tidak ada dekubitus dan luka klien tidak ada tanda-
tanda pendarahan, warna darah, warna kulit bersih, kekuatan kuku baik.
f. Sistem Neurologi
Gcs, E4, V5, M6
Dengan kesadaran composmetis, tidak ada gangguan neurologi, klien tidak
ada tanda-tanda peningkatan, tekanan intrakranial, kekuatan obat baik
tidak ada iritasi meningen.
g. Sistem Imunologi
klien tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
h. sistem endoklin
i. nafas klien tidak berbau keton klien tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
dan klien tidak ada tanda-tanda peningkatan kadar gula darah, klien tida
ada luka/tumor.
j.
k. sistem urogenital
klien tidak terpasang katetel, klien tidak ada nyeri tekan dan klien tidak
ada penumpukan kandung kemih, keadaan genetalia bersih, klien tidak
menggunakan irigasi, klien tidak ada nyeri perkusi pada cua.
l. sistem muskuloskeletal
klien tidak mengalami keterbatasan bergerak, tidak ada tanda-tanda
fruktur, tidak menggunakan alat bantu bergerak klien, klien tidak ada
kelainan bentuk tulang, klien tidak mengalami sakit pada tulang sendi,
klien tidak ada tanda radang pada sendi, pergerakan gerak klien aktif.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
SPESIMEN : DATA EDTA
Tanggal 11 mei 2017
No Parameter Hasil Nilai Rujukan Satuan
hematologi
1 hemoglobin 14,5 L: 14,0-18,0 g/dl
P: 12,0 -16,0 /
2 Leukosit 15.800 4.800-10.800 /ne
3 Eritrosit 5,1 L: 4,7-6,1
P: 4,2-5,4
4 Hematrokrit 42 L: 42-52
P: 37-47
5 Trombosit 264.000 150.000-450.000 /ml
6 McV 82 79-99 Fl
7 McH 29 27-31 Pg
8 McHc 35 30-35 g/dl
9 Hitung Jenis
Eosirofil 0 2-4 %
Segmen 79 50-70 %
Limfosit 11 25-40 %
Monosit 10 2-8 %
10 leo 15 0-10 Mm1 jam
11 CT 8 9-15 Menit
Speumen Serum
No Parameter Hasil Nilai Rujukan Satuan
1 Kimia
SGOT 25 < 37 u/l
2 SGPT 12 < 41 u/l
3 Gula darah sewaktu 1x4 < 140 Mg/dl
4 Ureum 18 11-43 Mg/dl
5 Creatinin 0,60 0,72-1,18 Mg/dl
6 Natrium 143 135-145 Mg/dl
7 Kalium 3,1 3,5-5,0 Mmol/L
8 Calsium 85 8,6-10,0 Mmol/L
9 Chlorida 108 96-106 Mmol/L
Penatalaksanaan Medis
No. Nama Obat Jenis Waktu
1 Ranitidin Ampul 50mg/2cc 2x lamp (IV)
2 Methyprednisolone Vial 125mg/5 cc 2x 125 mg (IV)
sodium sucinate
3 Vigamox Tetes Mata 1 tetes/1 jam Mata kiri
4 genthamycin Tetes Mata 1 tetes/4 jam Mata kiri
Penatalaksanaan keperawatan
Kaji tanda-tanda vital
Kaji skala nyeri
Perawatan luka operasi, dengan ganti perban 2x/hari
Pemberian obat tetes mata kiri dengan menggunakan vigamanx 1
tetes/jam.
Resume:
Klien datang ke rumah sakit abdoel moeloek dengan diantar oleh keluarganya
pada tanggal 08 mei 2017 pukul 21.19 WIB dengan keadaan lemas, ditemukan
ruptur palpebra diakibatkan karena kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan
benturan keras di bagian kelopak mata/palpebra, pasien langsung dilarikan di
UGD RS Abdoel Moeloek untuk dilakukan penanganan pertama dengan
pemasangan infus, keadaan klien lompos mentis, pasien mengeluh nyeri di bagian
mata kiri akan bertambah juka mengedipkan mata sebelah kiri, nyeri akan
berkurang saat istirahat, durasi nyeri 5-7 menitan skala nyeri 5, nyeri seperti di
tusuk-tusuk, nyeri dirasakan sampai area wajah, karena ditemukan adanya ruptur
palpebra sehingganya dokter melakukan operasi yang dinamakan operasi repair
palpebra, setelah dilakukan pengukuran tanda-tanda vital dengan
TD : 110/70 mmHg N : 84x/menit
Rr : 20 x/menit S : 36.70C
Tujuan akan dilakukannya kolaborasi obat guna untuk mengurangi nyerinya dan
mengurangi bengkaknya dan penggantian perban 2x/hari guna untuk menghindari
infeksi.