BAB I
PENDAHULUAN
dari induk Phalaenopsis amabilis di Indonesia jauh tertinggal dari pemain utama
agribisnis Anggrek dunia seperti Singapura, Thailand dan Taiwan, negara-negara yang
kekayaan anggreknya justru jauh dibawah Indonesia. Nasib Phalaenopsis
amabilis menjadi potret yang menggambarkan anggrek Indonesia secara keseluruhan.
Di negerinya sendiri, nasib anggrek Indonesia memang mengkhawatirkan dan terancam
bukan hanya dari alamnya yang semakin rusak, tapi juga belum dikenali dan dicintai oleh
masyarakat serta bangsanya sendiri.
Oleh karna itu dibutuhkan sebuah wadah, tempat, serta bangunan untuk
menampung, melestarikan serta membudidayakan anggrek yang merupakan sebuah
pusat pengembahan tanaman anggrek yang memiliki fasilitas yang kompleks, tidak
hanya terdiri dari tempat display saja tetapi juga dilengkapi sarana penunjang lainnya.
Pusat Budidaya dan Pelestarian Anggrek juga mempunyai fungsi sebagai sarana
edukatif dan rekreatif karena dapat menjadi tempat rekreasi alam serta pembelajaran
tentang anggrek agar masyarakat umum dapat mengetahui dan kembali mencintai
anggrek sebagai bunga nasional Indonesia.
Dipilihnya Kota Semarang sebagai letak dari bangunan Pusat Budidaya dan
Pelestarian Anggrek dikarenakan Kota Semarang merupakan pusat atau ibu kota dari
Jawa Tengah, yang merupakan pulau ke-3 (tiga) di Indonesia yang memiliki spesies
anggrek terbanyak, yaitu 769 spesies (sumber :www.nationalherbarium). Banyaknya
komunitas-komunitas pencinta anggrek yang rutin melakukan kegiatan seperti pelatihan
pembudidayaan anggrek yang diolah gereja Sr. Maria Fatima jalan Kanfer Raya 49
Banyumanik, serta pameran-pameran yang diadakan oleh Gebyar Flora Suara Merdeka
yang tidak diwadahi oleh bangunan pusat budidaya anggek yang memang layak guna
menampung, mengembangkan serta memfasilitasi kegiatan pelestarian anggrek. Adanya
instansi terkait pengembangan anggrek di Semarang yaitu Balitbang Semarang, Dinas
Pertanian Kota Semarang, STIP Farming, serta Jurusan Pertanian seperti di Undip dan
Unsoed yang dapat bekerja sama dengan Pusat Budidaya dan Pelestarian Anggrek di
Semarang dan pasti memberikan dampak positif terhadap riset-riset yang terkait dengan
pelestarian dan pembudidayaan tanaman hias, juga termasuk anggrek. Hal ini membuat
kawasan Pusat Budidaya Dan Pelestarian Anggrek di Semarang sangat diperlukan,
guna menunjang dan memfasilitasi proses pengembangan dan pembudidayaan anggrek.
Lokasi tapak Pusat Budidaya Dan Pelesetarian Anggrek harus dapat memenuhi
aktifitas bangunan dan juga mudah diakses oleh masyarakat, hal ini dikarenakan
Semarang yang merupakan daerah yang cukup mudah dijangkau dan merupakan pusat
atau ibu kota Jawa Tengah, sehingga lebih memudahkan dalam hal pemasaran serta
promosi anggrek, juga dengan tujuan mengembangkan ruang terbuka hijau di
Semarang. Ruang terbuka hijau (Green open spaces) adalah kawasan atau areal
permukaan tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan
habitat tertentu, dan atau sarana lingkungan / kota, dan atau pengamanan jaringan
prasarana, dan atau budidaya pertanian. Selain untuk meningkatkan kualitas atmosfer,
menunjang kelestarian air dan tanah, ruang terbuka hijau (Green open spaces) di
tengah-tengah ekosistem perkotaan juga berfungsi untuk meningkatkan
kualitas lansekap kota. Karena di Semarang keberadaan ruang publik telah tersingkir
akibat pembangunan gedung-gedung atau bangunan mix use building, yaitu bangunan
yang cenderung berpola “kontainer” (container development), bangunan yang secara
sekaligus dapat menampung berbagai aktivitas sosial ekonomi, seperti mall,
perkantoran, hotel, dan lain sebagainya, yang berpeluang menciptakan kesenjangan
antar lapisan masyarakat dikarenakan hanya orang-orang kelas menengah ke atas saja
yang dapat mengakses bangunan tersebut.
Melalui proyek akhir ini diharapkan mampu menciptakan suatu wadah yang dapat
mengembangkan budidaya anggrek agar tetap lestari, sehingga menciptakan kembali
rasa cinta dan peduli tanaman anggrek yang merupakan bunga nasional dari Indonesia,
serta menjadi alternatif pilihan wisata bagi para wisatawan sebagai objek wisata yang
edukatif dan rekreatif. Dipilihlah konsep arsitektur metafora agar pendekatan penerapan
bangunan tetap konstektual dan sekaligus memberikan pemahaman yang mendalam
tentang perancangan yang berbasis kepada proses pemanfaatan penggunaan media
tanam anggrek serta ornamen-ornamen tanaman anggrek yang diaplikasikan menjadi
elemen utama pembentuk bangunan, sehingga menimbulkan karakter natural yang kuat
berkaitan dengan anggrek sebagai salah satu objek yang dominan dalam perancangan
pusat budidaya dan pelestarian anggrek.
1.4 Manfaat
1.4.1 Subjektif
a. Untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh Proyek Akhir Arsitektur
sebagai penentu kelulusan Sarjana pada Program Studi Teknik Arsitektur
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang (UNNES).
b. Penulis mendapatkan pengetahuan tentang tema pusat budidaya dan
pelestarian anggrek dengan pendekatan arsitektur metafora, serta dapat
dipergunakan dalam referensi perencanaan selanjutnya yang terkait.
1.4.2 Objektif
a. Sebagai landasan program perencanaan dan perancangan pusat budidaya
dan pelestarian anggrek di Semarang dengan pendekatan konsep arsitektur
metafora.
b. Dapat bermanfaat sebagai pengetahuan dan penambah wawasan pembaca
pada umumnya, mahasiswa arsitektur pada khususnya yang akan
mengajukan produk Proyek Akhir Arsitektur.
c. Dapat dijadikan sebagai salah satu masukan dan rekomendasi dalam proses
rencana desain Pusat Budidaya Dan Pelestarian Anggrek.