Anda di halaman 1dari 8

PUSAT BUDIDAYA DAN PELESTARIAN ANGGREK DI SEMARANG

Dengan Pendekatan Arsitektur Metafora

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan suatu negara yang kaya akan keanekaragam hayati yang
tersebar di Indonesia. Keanekaragaman hayati di Indonesia memiliki ciri khas keragaman
yang berbeda-beda ditiap-tiap daerah yang tumbuh dan berkembang di alam bebas.
Tanaman di Indonesia hidup sangat subur karena memilik tanah yang subur, serta curah
hujan yang cukup tinggi. Adanya kondisi tanah yang subur,ini menjadikan Indonesia
suatu negara dimana sebagian besar penduduknya hidup dari usaha pertanian. Usaha
cocok tanam ini masih ditunjang oleh jenis-jenis tanaman yang beranekaragam yang
dapat tumbuh subur dengan iklim yang sesuai. Menurut kurator anggrek di Kebun Raya
Bogor, Sofi Mursidawati, saat ini Indonesia merupakan negara dengan biodiversitas
keanekaragaman hayati yang tinggi, salah satunya adalah keanekaragaman anggrek.
Bahkan tingkat keanekaragaman anggrek di Indonesia merupakan yang terbesar kedua
setelah Brazil. Indonesia juga memiliki kurang lebih 5000 jenis anggrek dan tidak sedikit
yang menjadi tanaman endemik di Indonesia. Dari jenis tanaman anggrek ini terdapat
cukup banyak tanaman anggrek yang dilindungi dikarenakan sudah banyak spesies
anggrek yang semakin langka dan disinyalir punah (sumber : www.mediaindonesia.com).
Jumlah keragaman dan kekhasan spesies anggrek yang sangat banyak di
Indonesia, membuat Indonesia kerap dijuluki sebagai The Land Of Orchids. Berdasarkan
keputusan Presiden no. 4 tahun 1993, Indonesia resmi menjadikan anggrek sebagai
salah satu bunga nasional, adalah Phalaenopsis amabilis atau sering dikenal dengan
sebutan Anggrek Bulan yang merupakan salah satu jenis anggrek yang ditetapkan
sebagai salah satu bunga nasional. Phalaenopsis amabilis ditemukan oleh peneliti dunia
bernama Carl Blume di Nusa Kambangan, Jawa Tengah pada 1825. Karena kecantikan
dan kepopulerannya Phalaenopsis amabilis di tetapkan sebagai puspa pesona
Indonesia. Namun sayang popularitas Phalaenopsis amabilis sebagai puspa pesona
Indonesia justru terdesak di tanah air. Keberadaannya di alam semakin sukar dijumpai
karena banyak faktor. Hal itu diperparah dengan belum mampunya Indonesia
mengembangkan potensi anggrek ini secara maksimal. Pengembangan hibrida unggul

Widya Ayu Nugraha | 5112412003 1


PUSAT BUDIDAYA DAN PELESTARIAN ANGGREK DI SEMARANG
Dengan Pendekatan Arsitektur Metafora

dari induk Phalaenopsis amabilis di Indonesia jauh tertinggal dari pemain utama
agribisnis Anggrek dunia seperti Singapura, Thailand dan Taiwan, negara-negara yang
kekayaan anggreknya justru jauh dibawah Indonesia. Nasib Phalaenopsis
amabilis menjadi potret yang menggambarkan anggrek Indonesia secara keseluruhan.
Di negerinya sendiri, nasib anggrek Indonesia memang mengkhawatirkan dan terancam
bukan hanya dari alamnya yang semakin rusak, tapi juga belum dikenali dan dicintai oleh
masyarakat serta bangsanya sendiri.
Oleh karna itu dibutuhkan sebuah wadah, tempat, serta bangunan untuk
menampung, melestarikan serta membudidayakan anggrek yang merupakan sebuah
pusat pengembahan tanaman anggrek yang memiliki fasilitas yang kompleks, tidak
hanya terdiri dari tempat display saja tetapi juga dilengkapi sarana penunjang lainnya.
Pusat Budidaya dan Pelestarian Anggrek juga mempunyai fungsi sebagai sarana
edukatif dan rekreatif karena dapat menjadi tempat rekreasi alam serta pembelajaran
tentang anggrek agar masyarakat umum dapat mengetahui dan kembali mencintai
anggrek sebagai bunga nasional Indonesia.
Dipilihnya Kota Semarang sebagai letak dari bangunan Pusat Budidaya dan
Pelestarian Anggrek dikarenakan Kota Semarang merupakan pusat atau ibu kota dari
Jawa Tengah, yang merupakan pulau ke-3 (tiga) di Indonesia yang memiliki spesies
anggrek terbanyak, yaitu 769 spesies (sumber :www.nationalherbarium). Banyaknya
komunitas-komunitas pencinta anggrek yang rutin melakukan kegiatan seperti pelatihan
pembudidayaan anggrek yang diolah gereja Sr. Maria Fatima jalan Kanfer Raya 49
Banyumanik, serta pameran-pameran yang diadakan oleh Gebyar Flora Suara Merdeka
yang tidak diwadahi oleh bangunan pusat budidaya anggek yang memang layak guna
menampung, mengembangkan serta memfasilitasi kegiatan pelestarian anggrek. Adanya
instansi terkait pengembangan anggrek di Semarang yaitu Balitbang Semarang, Dinas
Pertanian Kota Semarang, STIP Farming, serta Jurusan Pertanian seperti di Undip dan
Unsoed yang dapat bekerja sama dengan Pusat Budidaya dan Pelestarian Anggrek di
Semarang dan pasti memberikan dampak positif terhadap riset-riset yang terkait dengan
pelestarian dan pembudidayaan tanaman hias, juga termasuk anggrek. Hal ini membuat
kawasan Pusat Budidaya Dan Pelestarian Anggrek di Semarang sangat diperlukan,
guna menunjang dan memfasilitasi proses pengembangan dan pembudidayaan anggrek.
Lokasi tapak Pusat Budidaya Dan Pelesetarian Anggrek harus dapat memenuhi
aktifitas bangunan dan juga mudah diakses oleh masyarakat, hal ini dikarenakan

Widya Ayu Nugraha | 5112412003 2


PUSAT BUDIDAYA DAN PELESTARIAN ANGGREK DI SEMARANG
Dengan Pendekatan Arsitektur Metafora

Semarang yang merupakan daerah yang cukup mudah dijangkau dan merupakan pusat
atau ibu kota Jawa Tengah, sehingga lebih memudahkan dalam hal pemasaran serta
promosi anggrek, juga dengan tujuan mengembangkan ruang terbuka hijau di
Semarang. Ruang terbuka hijau (Green open spaces) adalah kawasan atau areal
permukaan tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan
habitat tertentu, dan atau sarana lingkungan / kota, dan atau pengamanan jaringan
prasarana, dan atau budidaya pertanian. Selain untuk meningkatkan kualitas atmosfer,
menunjang kelestarian air dan tanah, ruang terbuka hijau (Green open spaces) di
tengah-tengah ekosistem perkotaan juga berfungsi untuk meningkatkan
kualitas lansekap kota. Karena di Semarang keberadaan ruang publik telah tersingkir
akibat pembangunan gedung-gedung atau bangunan mix use building, yaitu bangunan
yang cenderung berpola “kontainer” (container development), bangunan yang secara
sekaligus dapat menampung berbagai aktivitas sosial ekonomi, seperti mall,
perkantoran, hotel, dan lain sebagainya, yang berpeluang menciptakan kesenjangan
antar lapisan masyarakat dikarenakan hanya orang-orang kelas menengah ke atas saja
yang dapat mengakses bangunan tersebut.
Melalui proyek akhir ini diharapkan mampu menciptakan suatu wadah yang dapat
mengembangkan budidaya anggrek agar tetap lestari, sehingga menciptakan kembali
rasa cinta dan peduli tanaman anggrek yang merupakan bunga nasional dari Indonesia,
serta menjadi alternatif pilihan wisata bagi para wisatawan sebagai objek wisata yang
edukatif dan rekreatif. Dipilihlah konsep arsitektur metafora agar pendekatan penerapan
bangunan tetap konstektual dan sekaligus memberikan pemahaman yang mendalam
tentang perancangan yang berbasis kepada proses pemanfaatan penggunaan media
tanam anggrek serta ornamen-ornamen tanaman anggrek yang diaplikasikan menjadi
elemen utama pembentuk bangunan, sehingga menimbulkan karakter natural yang kuat
berkaitan dengan anggrek sebagai salah satu objek yang dominan dalam perancangan
pusat budidaya dan pelestarian anggrek.

1.2 Rumusan Permasalahan


Bagaimana menyusun landasan perencanaan dan perancangan Pusat Budidaya
Dan Pelestarian Anggrek di Semarang dengan pendekatan arsitektur metafora. Yang
mampu memberikan solusi permasalahan arsitektural dalam hal penerapan desain,
pengaturan tata ruang, arsitektur bangunan, arsitektur lansekap, serta perencanaan dan

Widya Ayu Nugraha | 5112412003 3


PUSAT BUDIDAYA DAN PELESTARIAN ANGGREK DI SEMARANG
Dengan Pendekatan Arsitektur Metafora

perancangan yang mampu memenuhi tuntutan kebutuhan pengelola maupun


pengunjung, juga dapat digunakan sebagai sarana Edukatif dan Rekreatif.

1.3 Maksud Dan Tujuan


1.3.1 Maksud
Menyusun landasan perencanaan dan perancangan sebagai dasar dalam
merancang sebuah Pusat Budidaya Dan Pelestarian Anggrek di Semarang dengan
pendekatan arsitektur metafora.
1.3.2 Tujuan
Menyusun pedoman perancang Pusat Budidaya Dan Pelestarian Anggrek di
Semarang yang dapat mendukung aktifitas pengunjung dan pengelolah serta
sesuai dengan prinsip-prinsip arsitektur metafora sebagai pendekatannya.

1.4 Manfaat
1.4.1 Subjektif
a. Untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh Proyek Akhir Arsitektur
sebagai penentu kelulusan Sarjana pada Program Studi Teknik Arsitektur
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang (UNNES).
b. Penulis mendapatkan pengetahuan tentang tema pusat budidaya dan
pelestarian anggrek dengan pendekatan arsitektur metafora, serta dapat
dipergunakan dalam referensi perencanaan selanjutnya yang terkait.

1.4.2 Objektif
a. Sebagai landasan program perencanaan dan perancangan pusat budidaya
dan pelestarian anggrek di Semarang dengan pendekatan konsep arsitektur
metafora.
b. Dapat bermanfaat sebagai pengetahuan dan penambah wawasan pembaca
pada umumnya, mahasiswa arsitektur pada khususnya yang akan
mengajukan produk Proyek Akhir Arsitektur.
c. Dapat dijadikan sebagai salah satu masukan dan rekomendasi dalam proses
rencana desain Pusat Budidaya Dan Pelestarian Anggrek.

Widya Ayu Nugraha | 5112412003 4


PUSAT BUDIDAYA DAN PELESTARIAN ANGGREK DI SEMARANG
Dengan Pendekatan Arsitektur Metafora

1.5 Lingkup Pembahasan


1.5.1 Ruang Lingkup Substansial
Lingkup pembahasan meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan
perencanaan dan perancangan dari Pusat Budidaya Dan Pelestarian Anggrek di
Semarang dengan pendekatan arsitektur metafora, sebagai wadah untuk
menampung tanaman anggrek yang dijadikan sebagai sarana edukatif dan
rekreatif. Pembahasan fokus pada hal-hal yang dibutuhkan dalam sebuah pusat
budidaya dan pelestarian anggrek yang terkait dengan aktifitas dan pelaku serta
prinsip – prinsip arsitektur metafora.
1.5.2 Ruang Lingkup Spasial
Pusat budidaya dan pelestarian anggrek berada di Kota Semarang, dengan
lokasi tapak yang dilihat mampu menampung aktifitas pengelola maupun
pengunjung dengan aksesibilitas yang baik sehingga mudah dikunjungi.
Mengembangkan taman di perkotaan menjadi lahan hijau di Semarang yang
mulai padat pembangunan.

1.6 Metode Pembahasan


Pembahasan dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu menguraikan dan
menjelaskan data kualitatif, kemudian dianalisa untuk memperoleh suatu kesimpulan.
Berbagai cara yang dilakukan untuk pengumpulan data :
1.6.1. Data primer
a. Observasi/survey lapangan
Dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap lokasi dan tapak yang
nantinya akan dipakai sebagai perencanaan dan perancangan Pusat Budidaya
Dan Pelestarian Anggrek di Semarang, sehingga mendapatkan data situasi
sebenarnya mengenai eksisting site serta observasi bangunan sejenis. Dalam
hal ini objek yang dijadikan studi banding adalah Taman Anggrek Ragunan,
Jakarta.
b. Wawancara
Yaitu pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara langsung dengan
pihak pengelola Taman Anggrek Ragunan dan instansi atau narasumber
kondisional yang terkait dalam perencanaan dan perancangan Pusat Budidaya
Dan Pelestarian Anggrek.

Widya Ayu Nugraha | 5112412003 5


PUSAT BUDIDAYA DAN PELESTARIAN ANGGREK DI SEMARANG
Dengan Pendekatan Arsitektur Metafora

1.6.2. Data sekunder


Studi Literatur, terutama mengenai hal-hal seperti masterplan, kebutuhan ruang,
serta infrastruktur yang berkaitan dengan persyaratan ruang dan persyaratan
bangunan pada bangunan Pusat Budidaya dan Pelestarian Anggrek, sebagai
landasan teori yang tepat untuk menganalisa data-data yang diperoleh.
Pembahasan menggunakan pendekatan teoritis dan pendekatan studi, yang
melengkapi data dari wawancara dan observasi/survei lapangan. Hasil dari
pendekatan tersebut dikembangkan untuk mendapatkan konsep perencanaan
dan perancangan arsitektur.

1.7 Keaslian Penulisan


Landasan Program Perencanaan dan Perancangan desain tentang “Pusat
Budidaya dan Pelestarian Anggrek di Semarang dengan Pendekatan Arsitektur
Metafora”, belum pernah dilakukan suatu studi kajian dalam rumpun penelitian ilmiah,
tesis, dan desertasi. Tetapi, kajian penelitian ilmiah yang berkaitan dengan Pusat
Budidaya dan Pelestarian Anggrek telah dilakukan penelitian sebelumnya, antara lain:
a. Kusuma, F. (2011), Museum Tanaman di Pulomas, Jakarta Timur.
b. Sari, P. (2008) Balai Penelitian dan Budidaya Tanaman Pangan di
Yogyakarta.
c. Agitha, A. (2008) Pusat Budidaya Tanaman Hias “Arsitektur Semiotik” .
Penulisan ini memberikan solusi dan memperkenalkan tentang pembudidayaan
maupun pelestarian sebuah tanaman anggrek yang dari tahun ke tahun semakin rawan
terhadap kepunahan, sehingga di butuhkan sebuah wadah yang tepat guna menampung
tanaman anggrek dan menjadi sarana edukatif serta rekreatif bagi pengunjung.

Widya Ayu Nugraha | 5112412003 6


PUSAT BUDIDAYA DAN PELESTARIAN ANGGREK DI SEMARANG
Dengan Pendekatan Arsitektur Metafora

1.8 Sistematika Pembahasan


BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang hal-hal yang melatar belakangi pemilihan topik, perumusan
masalah, tujuan dan sasaran yang hendak dicapai, manfaat dari penulisan laporan,
lingkup pembahasan dari laporan, metode pembahasan, pernyataan keaslian penulisan,
sistematika dalam pembahasan laporan dan alur pikir laporan menuju desain.
BAB II TINJAUAN UMUM
Bab ini berisi tinjauan umum Pusat Budidaya dan Pelestarian Anggrek di Semarang
dengan Pendekatan Arsitektur Metafora, Membahas tinjauan, pengertian umum,
klasifikasi, menguraikan data-data survey dan preseden yang telah dilakukan sebagai
perbandingan untuk tinjauan pustaka yang bertujuan melanjutkan ke proses
perancangan.
BAB III TINJAUAN LOKASI
Bab ini berisi tentang tinjauan lokasi yang akan direncanakan untuk mengetahui data,
peraturan, persyaratan bangunan pada lokasi tersebut serta potensi ruang terbuka hijau
di Kota Semarang.
BAB IV PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
ARSITEKTUR
Bab ini menjelaskan tentang uraian dasar-dasar pendekatan konsep
perencanaan dan perancangan awal dan analisis mengenai pendekatan fungsional,
pendekatan pelaku aktifitas, pendekatan kebutuhan ruang, pendekatan arsitektur,
pendekatan aspek teknis serta pendekatan aspek kinerja.
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
Berisi tentang konsep perencanaan dan perancangan Pusat Budidaya dan
Pelestarian Anggrek di Semarang dengan pendekatan arsitektur metafora, yang ditarik
berdasarkan analisis yang telah dilakukan.

Widya Ayu Nugraha | 5112412003 7


PUSAT BUDIDAYA DAN PELESTARIAN ANGGREK DI SEMARANG
Dengan Pendekatan Arsitektur Metafora

1.9 Alur Pikir

Gambar 1.1. Alur Pikir


Sumber : Analisis Penulis,2016.

Widya Ayu Nugraha | 5112412003 8

Anda mungkin juga menyukai