Anda di halaman 1dari 23

CRITICAL BOOK REPORT

ADMINISTRASI SARANA DAN PRASARANA

Dosen Pengampu : Nelly Armayanti, Sp., M.Sp.

Disusun Sebagai Salah Tugas Yang Diwajibkan

Dalam Mengikuti Perkuliahan Administrasi Sarana dan Prasarana

Oleh:

Nur Indriyani Putri

7173344037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ADMISTRASI PERKANTORAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGRI MEDAN

TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas
Critical Book Review ini sampai dengan selesai.

Critical Book Review ini saya susun sebagai sarana dan syarat untuk
memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Pegantar Bisnis. Tak lupa saya
mengucapkan terima kasih atas keberhasilan dalam menyelesaikan makalah ini
kepada dosen pengampuh yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam
penyusunannya, serta keluarga, teman-teman, dan bantuan dari berbagai pihak.

Saya menyadari bahwa dalam menyelesaikan Tugas Critical Book Review


ini tidak terlepas dari kesalahan dan masih jauh dari kesempurnaan mengenai isi
maupun dalam penggunaan bahasa dan ejaannya. Tetapi, saya berusaha agar
tugas Critical Book Review ini baik dan benar. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran baik secara tertulis maupun secara lisan yang
sifatnya membangun. Semoga Tugas Critical Book Review ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Medan, 25 September 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

IDENTITAS BUKU ............................................................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 2

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 2

1.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan ................................................................. 2

BAB II RINGKASAN BUKU ................................................................................ 3

2.1 BAB 1 Pendahuluan ................................................................................. 3

2.2 BAB 2 Perencanaan Kebutuhan Sarana dan Prsarana Pendidikan ........... 3

2.3 BAB 3 Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan .............................. 3

2.4 BAB 4 Penyaluran Sarana dan Prasarana Pendidikan .............................. 5

2.5 BAB 5 Investarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan ............................ 5

2.6 BAB 6 Pemilihan Sarana dan Prasarana Pendidikan ............................... 6

2.7 BAB 7 Penyimpanan Sarana Pendidikan ................................................. 7

2.8 BAB 8 Penghapusan Sarana dan Prasarana Pendidikan .......................... 8

2.9 BAB 9 Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar ............................ 10

2.10 BAB 10 Standar Minimal Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah


Pertama (SMP) .................................................................................................. 11

2.11 BAB 11 Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah Atas (SMA)
13

BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 15

3.1 Perbandingan Buku Utama dengan Buku Pembanding ......................... 15

3.2 Kelebihan Buku ...................................................................................... 16

3.3 Kelemahan Buku ................................................................................... 16

BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 18

ii
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 18

4.2 Saran ....................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19

iii
IDENTITAS BUKU

BUKU UTAMA

Judul : Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan

Penulis : Dr. Matin, M.Pd. dan Dr. Nurhattati Fuad, M. Pd.

Penertbit : Rajawali Pers

Kota Terbit : Depok

Tahun : 2018

Cetakkan : Ke-3

Halaman : 213 halaman

ISBN : 978-979-769-965-9

BUKU PEMBANDING

Judul : Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan

Penulis : Ahmad Nurhabadi

Penertbit : Fakultas Ilmu Pendidikan UNM

Kota Terbit : Malang

Tahun : 2014

Cetakkan : Ke-1

Halaman : 139 halaman

ISBN : 978-602-70387-6-9

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia pendidikan merupakan dunia dimana terdapat kegiatan pembelajaran


antara guru dan murid, kedua komponen ini tidak dapat dihilangkan dalam sebuah
proses pendidikan karena apabila hilang salah satu maka tidak akan pernah
tercapai tujuan pembelajaran. Namun, di sisi lain ada komponen yang juga sangat
berperan sebagai penunjang kegitan pembelajaran baik secara langsung maupun
tidak langsung. Komponen yang tidak kalah penting adalah sarana dan prasarana.

Administrasi sarana dan prasarana pendidikan merupakan hal yang sangat


menunjang atas tercapainya suatu tujuan dari pendidikan, sebagai seorang
personal pendidikan kita dituntut untuk menguasi dan memahami administrasi
sarana dan prasarana, untuk meningkatkan daya kerja yang efektif dan efisien
serta mampu menghargai etika kerja sesama personal pendidikan, sehingga akan
tercipta keserasian, kenyamanan yang dapat menimbulkan kebanggaan dan rasa
memiliki baik dari warga sekolah maupun warga masyarakat sekitarnya.

Oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas sekelumit


pengadministrasian sarana dan prasarana pendidikan agar proses pendidikan dapat
berjalan secara efektif dan efisien.

1.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan dan manfaat dari penulisan ini yaitu:

1. Mampu menambah wawasan mahasiswa dalam mengritis suatu buku.


2. Melatih seseorang dalam mengkritik sebuah buku.

2
BAB II
RINGKASAN BUKU

2.1 BAB 1 Pendahuluan

Untuk membantu meningkatkan kemampuan warga sekolah tentang


pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan sekolah, perlu ada suatu pedoman
pengelolaan sarana dan prasarana yang baku (pembakuan pengelolaan sarana dan
prasana pendidikan) yang dapat dijadikan pegangan bagi warga sekolah dalam
mengelola sarana dan prasarana yang dibutuhkan sekolah. Buku ini disusun
dengan maksud untuk memfasilitasi warga sekolah agar dapat mengkaji baik
secara teoritis dan konseptual maupun secara praktis hal-hal yang bersifat teknis
tentang manajemen sarana dan prasarana pendidikan agar mereka dapat
mengimplementasikan hal-hal tersebut dengan baik.

2.2 BAB 2 Perencanaan Kebutuhan Sarana dan Prsarana Pendidikan

a. Analisis Kebutuhan Sarana dan Prasarana

Untuk mengetahui kebutuhan sarana dan prasana pendidikan pada suatu


unit kerja diperlukan data dan informasi tentang sarana dan prasarana
pendidikan ,baik sarana dan prasarana pendidikan yang ada dilapangan maupun
yang seharusnya ada sesuai dengan ketentuan yang berlakku. Selain itu, perlu data
hasil proyeksi penduduk usia sekolah yang akan ditampung menjadi siswa baru
disekolah- sekolah pada tahun-tahun yang akan datang.

b. Proyeksi Kebutuhan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Data yang telah dikumpulkan hendaknya disajikan dengan menggunakan


tabel (tabulasi) atau diagram atupun grafik. Teknik pengelolaan dan analisis data
yang digunakan dalam perencanaan pendidikan adalah tabulasi, rasio, persentase,
sprague, multiplier, kohort, proyeksi dan efisiensi internal.

2.3 BAB 3 Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

a. Konsep Pengadaan Sarana dan Prasarana

3
Dalam konteks persekolahan, pengadaan sarana dan prasarana pendidikan
merupakan segala kegiatan yang dilakukan dengan cara menyediakan semua
keperluan barang atau jasa berdasarkan hasil perencanaan dengan maksud untuk
menunjang kegiatan pembelajaran agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan
secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

b. Strategi Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Beberapa alternatif cara pengadaan sarana dan prasarana pendidikan


persekolahan tersebut melalui membeli, membuat sendiri, bantuan atau hibah,
menyewa, meminjam, mendaur ulang, menukar, memperbaiki atau
merekonstruksi kembali, dan melalui proses pelelangan.

c. Prosedur Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Prosedur pengadaan barang dan jasa harus mengacu kepada Keppres No


80/ 2003 yang telah disempurnakan dengan Permen No.24/ 2007. Pengadaan
sarana dan prasarana pendidikan di sekolah umumnya melalui prosedur sebagai
berikut:

1. Menganalisis kebutuhan sarana dan prasarana.

2. Mengklasifikasikan sarana dan prasarana yang di butuhkan.

3. Membuat proposal pengadaan sarana dan prasarana yang ditujukan kepada


pemerintah bagi sekolah negeri dan pihak yayasan bagi sekolah swasta.

4. Bila disetujui maka akan ditinjau dan dinilai kelayakannya untuk


mendapat persetujuan dari pihak yang di tuju.

5. Setelah dikunjungi dan disetujui maka sarana & prasarana akan dikirim
kesekolah yang mengajukan pemohonan.

Proses pengadaan sarana dan prasarana pendidikan ada bermacam-macam


cara tergantung dari jenis barang yang akan diadakan. Jenis-jenis sarana dan
prasarana pendidikan dapat digolongkan ke dalam buku, alat perabot, bangunan
dan tanah.

4
2.4 BAB 4 Penyaluran Sarana dan Prasarana Pendidikan

a. Konsep Penyaluran Sarana dan Prasarana Pendidikan

Penyaluran merupakan kegiatan yang menyangkut pemindahan sarana,


prasarana dan tanggung jawab pengelolaannya dari instansi yang satu kepada
instansi yang lain. Pihak yang terlibat yaitu pihak sumber yakni dari sarana dan
prasarana berasal dan disalurkan, dan pihak penerima yaitu kepada siapa
pengiriman sarana dan prasarana ditujukan. Kegiatan pokok penyaluran yaitu
penyusunan alokasi, pengiriman dan penyaluran.

b. Proses Penyaluran Sarana dan Prasarana Pendidikan

Dari perspektif manajemen, penyaluran terbagi atas tiga kegiatan yaitu


perencanaan penyaluran, pelaksanaan pengiriman, dan monitoring penyaluran.
Penyusunan alokasi dan penyerahan merupakan tanggung jawab pihak sumber,
sedangkan pengiriman merupakan tanggung jawab pihak penyalur.

c. Jalur Pengiriman Sarana dan Prasarana Pendidikan

Pada dasarnya ada dua jalur pengiriman yaitu pengiriman langsung dan
pengiriman tidak langsung. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Surat
Keputusan Nomor 011/P/1985 tanggal 9 Januari 1985 telah membentk Tim
Pengendali Pengiriman Sarana Tingkat Pusat yang bertugas menggordinasikan
pengiriman sarana; memonitor pelaksanaannya; mengatasi keterlambatan,
kemacetan dan hambatan lainnya; menyiapkan tanggapan tentang pengiriman
sarana; dan menyiapkan saran-saran kepada pemimpin tentang penyempurnaan
pengiriman sarana.

2.5 BAB 5 Investarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan

a. Konsep Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan

Inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan pencatatan


atau pendaftaran barang-barang milik lembaga (sekolah) ke dalam suatu daftar
inventaris barang secara tertib dan teratur menurut ketentuan dan tata cara yang
berlaku.

5
b. Tujuan Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan

Tujuan inventarisasi yakni untuk menjaga dan menciptakan tertib


administrasi sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah; untuk menghemat
keuangan sekolah baik dalam pengadaan maupun pemeliharaan dan penghapusan
sarana dan prasarana sekolah;sebagai pedoman untuk menghitung kekayaan
sekolah dalam bentuk materil yang dapat dinilai dengan uang; dan untuk
memudahkan pengawasan dan pengendalian sarana dan prasarana yang dimiliki.

c. Manfaat Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan

Menyediakan data dan informasi dalam rangka kebutuhan dan menyusun


rencana kebutuhan barang. Memberikan data dan informasi untuk dijadikan
bahan/pedoman dalam mengadakan pengadaan barang.

d. Tata Cara Pelaksanaan Inventarisasi

Tata cara pelaksanaan inventarisasi adalah kegiatan mencatat sarana dan


prasarana ke dalam buku daftar inventaris dan membuat laporannya kepada pihak-
pihak yang terkait.

e. Klasifikasi, Kodifikasi, dan Kodifikasi Kepemilikan Barang Inventarisasi

Klasifikasi barang inventaris dimaksudkan sebagai kegiatan


menggolongkan barang inventaris ke dalam suatu kelompok tertentu sesuai
dengan ketentuaan yang berlaku. Golongan tersebut yakni barang yang tidak
bergerak, barang bergerak, hewan, dan barang persediaan. Selanjutnya kodifikasi
barang inventaris dimaksudkan sebagai kegiatan pemberian kode atau tanda
tertentu pada barang inventaris yang dapat berwujud aangka, huruf, gambar,
simbol dan sebagainya. Selain itu, kodifikasi pemilikan barang inventaris ialah
pemberian kode tertentu barang inventaris, tujuannya untuk memudahkan
pengenalan pemilik dan keberadaan barang inventaris tersebut.

2.6 BAB 6 Pemilihan Sarana dan Prasarana Pendidikan

a. Konsep Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

6
Pemeliharaan mencakup segala daya upaya yang terus menerus untuk
mengusahakan agar sarana dan prasarana tetap dalam keadaan baik. kegiatan
pemeliharaan dimulai dari pemakaian barang, yaitu dengan cara hati-hati dalam
menggunakannya. Secara garis besar kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana
pendidikan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yakni pemeliharaan
terhadap barang tidak bergerak dan pemeliharaan terhadap barang bergerak.

b. Bentuk-bentuk Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Pemeliharaan sarana dan prasaarana pendidikaan dilihat dari jenis-jenis


upaya yang dilakukan dapat dikelompokkan ke dalam empat bentuk yakni
pemeliharaan berdasarkan ukuran waktu, pemeliharaan berdasarkan umur
penggunaan barang, pemeliharaan berdasarkan penggunaannya, dan pemeliharaan
berdasarkan kondisi barang.

c. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pemeliharaan Sarana dan


Prasarana Pendidikan

Secara garis besar ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam
pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan yaitu tenaga kerja/ tenaga sukarela,
alat dan bahan, dan jenis atau spesifikasi barang. Pada prosedur permintaan
pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan dapat dibedakan menurut kerja
yaitu prosedur permintaan pemeliharaan tingkat utama pusat, tingkat provinsi, dan
kabupaten/ kota serta kecamatan. Kelengkapan permintaan pemeliharaan adalah
alat-alat kelengkapan yang diperlukan untuk memudahkan pelaksanan permintaan
pemeliharaan.

2.7 BAB 7 Penyimpanan Sarana Pendidikan

a. Konsep Penyimpanan Sarana Pendidikan

Penyimpanan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan simpan


menyimpan suatu barang baik berupa perabot, alat tulis kantor, surat-surat
maupun barang elektronik dalam keadaan baru, maupun rusak yang dapat
dilakukan oleh sorang atau bebrapa orang yang ditunjuk atau ditugaskan pada
lembaga pendidikan.

7
b. Tempat Penyimpanan Sarana Pendidikan

Aspek fisik dalam penyimpanan adalah wadah yang diperlukan untuk


menampung barang milik negara berasal dari pengadaan. Aspek ini biasanya
disebut gudang. Sebagai tempat penyimpanan, gudang dapat dibedakan menjaadi
beberapa bagian, yakni gudang pusat, gudang penyalur, gudang transit, gudang
khusus, gudang pemakai, gudang terbuka dan gudang tertutup.

c. Tata Cara Penyimpanan dan Prinsip Sarana dan Prasarana Pendidikan

Adapun tata cara penyimpanan sarana pendidikan yaitu:

a. Penerimaan
b. Penyimpanan
c. Mencatat barang ke dalam buku penerimaan, kartu barang dan kartu stok.
d. Membuat denah lokasi barang-barang yang disimpan
e. Barang-barang yang sudah ada: diterima, dicatat, digudangkan, diatur,
dirawat dan dijaga secara tertib, rapi dan aman.
f. Menyelanggarakan administrasi penyimpanan dan penggunaan atas semua
barang yang ada dalam ruang atau gudang.
g. Mengontrol dan menghitung barang secara berkala.
h. Membuat laporan tentang keadaan penyimpanan barang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
i. Mengeluarkan barang berdasarkan surat perintah pengeluaran barang
j. Dalam mengaatur penyimpanan barang hendaknya memerhatikan sifat-
sifat barang agar tidak susut nilai gunanya sebelum barang itu dipakai.

Pada prinsipnya, penyimpanan barang harus mengacu pada 5W dan 1H.

2.8 BAB 8 Penghapusan Sarana dan Prasarana Pendidikan

a. Konsep Penghapusan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Penghapusan sarana dan prasarna pendidikan adalah merupakan proses


kegiatan yang bertujuan untuk mengeluarkan atau menghilangkan sarana dan
prasarana pendidikan dari daftar inventaris barang karena sarana dan prasarana

8
tersbut sudah dianggap tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan terutama
untuk kepentingan pelaksanaan pembelajaran disekolah. Penghapusan sarana dan
prasarana pendidikan dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Dalam pelaksanaannya, harus mempertimbangkan alasan-alasan normatif
tertentu karena muara dari berbagai pertimbangan tersebut tidak lain adalah demi
efektivitas dan efisiensi kegiatan pendiidkan di sekolah.

b. Syarat-syarat Penghapusan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Ada beberapa alasan yang harus diperhatikan untuk dapat menghapus


sarana dan prasarana pendidikan, yakni harus memenuhi sekurang-kurangnya
salah satu dari sejumlah syarat berikut ini.

a. Sarana dan prasarana daalam keadaan sudah tua atau rusaak berat sehingga
tidak dapat diperbaiki atau dipergunakan lagi.
b. Perbaikan sarana dan prasarana akan menelan biaya yang benar sehingga
merupakan pemborosan.
c. Secara teknis dan ekonomis kegunaannya tidak seimbang dengan besarnya
biaya pemeliharaan.
d. Sarana dan prasarana tersebut tidak sesuai lagi dengan kebutuhan masa
kini.
e. Adanya penyusutan barang di luar kekuasaan pengurus barang (misalnya
barang kimia).
f. Jumlah barang berlebih sehingga jika disimpan lebih lama akan bertambah
rusak dan tak terpakai lagi.
g. Sarana dan prasarana dicuri, terbakar, dan atau musnah sebagai akibat
bencana alam.

c. Mekanisme dan Tata Cara Penghapusan Sarana dan Prasarana


Pendidikan

Dalam pelaksanaan penghapusan sarana dan prasarana pendidikan dikenal


dua mekanisme yaitu penghapusan melalui lelang dan melalui pemusnahan.
Berdasarkan kondisinya, tata cara penghapusan sarana dan prasarana pendidikan

9
dapat dikategorikan ke dalam lima cara yaitu penghapusan sarana dan prasarana
pendidikan diakibatkan karena sarana dan prasarana tersebut mengalami rusak
berat, sudah tua, dan atau berlebih; penghapusan gedung sekolah yang rusak berat;
penghapusan barang inventaris sekolah karena dicuri, hilang, dan atau terbakar;
penghapusan rumah dinas; dan penghapusan sarana dan prasarana pendidikan
karena bencana alam.

2.9 BAB 9 Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar

Standar sarana dan prasarana pendidikan berdasarkan ketentuan yang


terdapat pada lampiran Permendiknas No. 24/ 2007 tentang Standar Sarana dan
Prasarana Sekolah dibedakan menurut jenjang sekolah yitu sarana dan prasarana
untuk jenjang SD, SMP, dan jenjang SMA. Jenis-jenis sarana dan prasarana yang
distandarkan tersebut meliputi satuan pendidikan, lahan, bangunan gedung, dan
kelengkapan prasarana dan sarana. Dalam hal ini, perbedaan pada setiap jenjang
yakni terletak pada luas dan kuantitasnya. Semakin tinggi jenjang sekolah maka
akan semakin luas dan semakin banyak jemlah sarana dan prasarana yang harus
disediakan.

a. Satuan Pendidikan Sekolah Dasar

Ketentuan tentang satuan pendidikan untuk SD adalah satiap satu SD


boleh diselenggarakan jika memiliki minimal 6 rombongan belajar dan maksimal
24 rombongan belajar. Satu SD yang memiliki 6 rombongan belajar maksimum
melayani 2000 jiwa. Jika suatu wilayah memiliki penduduk lebih dari 2000 jiwa
maka harus dilakukan penambahan rombongan belajar di sekolah yang telah ada,
dan jika rombongan belajar lebih dari 24 buah maka harus dibangun SD baru di
wilayah itu. Satu desa/ kelurahan dilayani oleh minimal satu SD.

b. Lahan Sekolah Dasar

Luas lahan yang adalah luas lahan yang digunakan secara efektif untuk
membangun prasarana sekolah berupa bangunn gedung dan tempat bermain/
berolahraga. Lahan harus terhindar dari potensi bahaya yang mengancam
kesehatan dan keselamatan jiwa serta memiliki akses untuk penyelamatan dalam

10
keadaan darurat. Lahan untuk membangun sekolah harus sesuai dengan
peruntukan lokasi yang diatur dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten/ Kota, serta memiliki status atas tanah dan/ atau
memiliki izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk jangka waktu minimum 20
tahun.

c. Bangunan Gedung Sekolah Dasar

Bangunan SD harus memenuhi ketentuan tata bagunan, memenuhi


persyaratan keselamatan; memenuhi persyaratan kesehatan, memiliki persyaratan
kenyamanan; menyediakan fasilitas dan aksebilitas yang mudah, aman dan
nyaman; dilengkapi dengan sistem keamanan; dilengkapi instalasi listrik dengn
adaya minimum 900 watt; untuk gedung bertingkat harus memenuhi persyaratan;
bangunan gedung atau ruang baru harus dirancang, dilaksanakan dan diawasi
secara profesional; kualitas bangunan minimum permanen kelas B sesuai dengan
Permen Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 45 dan mengacu kepaada Standar Pekerjaan
umum; bangunan gedung SD harus mampu bertahan minimum 20 tahun dan
dilengkapi dengan izin mendirikan bangunan; dan harus ada pemeliharaan
meliputi pemeliharaan ringan dan pemeliharaan berat.

d. Prasarana dan Sarana Sekolah Dasar

Prasarana minimum yang harus pada suatu SD adalah ruang kelas, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium IPA, ruang kepala sekolah (ruang pimpinan),
ruang guru, ruang UKS, ruang sirkulasi, tempat beribadah, jamban, gudang, dan
tempat bermain/ berolahraga. Pada setiap prasarana tersebut harus dilengkapi
dengan sejumlah sarana pendukungnya.

2.10 BAB 10 Standar Minimal Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah


Pertama (SMP)

Ketentuan tentang satuan pendidikan untuk SMP yaitu setiap satu SMP
boleh diselenggarakan jika memiliki minimal 3 rombongan belajar dan maksimal
24 rombongan belajar. Satu SMP yang memiliki 3 rombongan belajar maksimum

11
melayani 2000 jiwa. Jika suatu wilayah memiliki penduduk lebih dari 2000 jiwa
maka harus dilakukan penambahan rombongan belajar di sekolah yang telah ada,
dan jika penambahan rombongan belajar lebih dari 24 buah maka harus dibangun
SMP baru diwilayah itu. Satu kecamatan dilayani oleh minimal satu SMP yang
dpat menampung semua lulusan SD kecamatan tersebut. satu kelompok
pemukiman permanen dan terpencil dengn banyak penduduk lebih dari 1000 jiwa
dilayani oleh satu SMP dalam jarak tempuh bagi peserta didik yang berjalan kaki
maksimum 6 km melalui lintasan yang tidak membahayakan.

a. Standar Lahan Sekolah Menengah Pertama

Luas lahan yang adalah luas lahan yang digunakan secara efektif untuk
membangun prasarana sekolah berupa bangunn gedung dan tempat bermain/
berolahraga. Lahan harus terhindar dari potensi bahaya yang mengancam
kesehatan dan keselamatan jiwa serta memiliki akses untuk penyelamatan dalam
keadaan darurat. Lahan untuk membangun sekolah harus sesuai dengan
peruntukan lokasi yang diatur dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten/ Kota, serta memiliki status atas tanah dan/ atau
memiliki izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk jangka waktu minimum 20
tahun.

b. Standar Bangunan Sekolah Menengah Pertama

Bangunan SMP harus memenuhi ketentuan tata bagunan, memenuhi


persyaratan keselamatan; memenuhi persyaratan kesehatan, memiliki persyaratan
kenyamanan; menyediakan fasilitas dan aksebilitas yang mudah, aman dan
nyaman; dilengkapi dengan sistem keamanan; dilengkapi instalasi listrik dengn
adaya minimum 1300 watt; untuk gedung bertingkat harus memenuhi persyaratan;
bangunan gedung atau ruang baru harus dirancang, dilaksanakan dan diawasi
secara profesional; kualitas bangunan minimum permanen kelas B sesuai dengan
Permen Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 45 dan mengacu kepaada Standar Pekerjaan
umum; bangunan gedung SD harus mampu bertahan minimum 20 tahun dan

12
dilengkapi dengan izin mendirikan bangunan; dan harus ada pemeliharaan
meliputi pemeliharaan ringan dan pemeliharaan berat.

c. Standar Prasarana dan Sarana Sekolah Menengah Pertama

Prasarana minimum yang harus ada pada satu SMP yakni ruang kelas,
ruang perpustakaan, ruang laboratorium IPA, ruang kepala sekolah (ruang
pimpinan), ruang guru, ruang tata usaha, ruang konseling, ruang organisasi
kesiswaan, ruang UKS, ruang sirkulasi, tempat beribadah, jamban, gudang, dan
tempat bermain/ berolahraga. Pada setiap prasarana tersebut harus dilengkapi
dengan sejumlah sarana pendukungnya.

2.11 BAB 11 Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah Atas (SMA)

Ketentuan tentang satuan pendidikan untuk SMA adalah setiap satu SMA
boleh diselenggarakan jika memiliki minimal 3 rombongan belajar dan maksimal
27 rombongan belajar. Satu SMA yang memiliki 3 rombongan belajar maksimum
melayani 6000 jiwa. Jika suatu wilayah memiliki penduduk lebih dari 6000 jiwa
maka harus dilakukan penambahan rombongan belajar disekolah yang telah ada,
atau dibuka SMA baru di wilayah itu.

a. Standar Lahan SMA

Luas lahan yang adalah luas lahan yang digunakan secara efektif untuk
membangun prasarana sekolah berupa bangunn gedung dan tempat bermain/
berolahraga. Lahan harus terhindar dari potensi bahaya yang mengancam
kesehatan dan keselamatan jiwa serta memiliki akses untuk penyelamatan dalam
keadaan darurat. Lahan untuk membangun sekolah harus sesuai dengan
peruntukan lokasi yang diatur dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten/ Kota, serta memiliki status atas tanah dan/ atau
memiliki izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk jangka waktu minimum 20
tahun.

13
b. Standar Bangunan SMA

Bangunan SMA harus memenuhi ketentuan tata bagunan, memenuhi


persyaratan keselamatan; memenuhi persyaratan kesehatan, memiliki persyaratan
kenyamanan; menyediakan fasilitas dan aksebilitas yang mudah, aman dan
nyaman; dilengkapi dengan sistem keamanan; dilengkapi instalasi listrik dengn
adaya minimum 1300 watt; untuk gedung bertingkat harus memenuhi persyaratan;
bangunan gedung atau ruang baru harus dirancang, dilaksanakan dan diawasi
secara profesional; kualitas bangunan minimum permanen kelas B sesuai dengan
Permen Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 45 dan mengacu kepaada Standar Pekerjaan
umum; bangunan gedung SD harus mampu bertahan minimum 20 tahun dan
dilengkapi dengan izin mendirikan bangunan; dan harus ada pemeliharaan
meliputi pemeliharaan ringan dan pemeliharaan berat.

c. Standar Prasarana dan Sarana SMA

Prasarana minimum yang harus ada pada satu SMA adalah 18 ruang/
tempat yaitu ruang kelas ruang perpustakaan, ruang laboratorium biologi, ruang
laboratorium fisika, ruang laboratorium kimia, ruang laboratorium komputer,
ruang laboratorium bahasa, ruang kepala sekolah (ruang pimpinan), ruang guru,
ruang tata usaha, ruang konseling, ruang organisasi kesiswaan, ruang UKS, ruang
sirkulasi, tempat beribadah, jamban, gudang, dan tempat bermain/ berolahraga.
Pada setiap prasarana tersebut harus dilengkapi dengan sejumlah sarana
pendukungnya.

14
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Perbandingan Buku Utama dengan Buku Pembanding

Pada Bab 2 buku utama memiliki materi yang sama pada Bab 3 di buku
pembanding. Kedua bab itu sama-sama membahas tentang “Perencanaan Sarana
dan Prasarana Pendidikan”. Pada buku utama pembahasan materi sudah dalam
tingkat mendalam. Sedangkan pada buku pembanding menjelaskan pada bagian
dasar materi saja.

Pada Bab 3 di buku utama juga memiliki kesamaan materi dengan Bab 5
di buku pembanding, yaitu “Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan”. Kedua
buku ini membahas sub materi yang hamper sama juga.

Pada Bab 5 di buku utama sama dengan Bab 7 di buku pembanding yaitu
memiliki materi “Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan”. Tetapi, pada
buku utama memiliki pembahasan materi yang lebih luas, yaitu meliputi berbagai
jenis klasifikasi dan juga kodifikasi. Dan juga pada buku utama membahas
tentang pelaporan inventarisasi juga.

Pada Bab 6 di buku utama dan Bab 8 di buku pendamping sama-sama


membahas “Pemeliharaan Sarana dan Prasrana Pendidikan”. Dan pada buku
utama tentang materi ini juga memiliki pembahasan yang lebih luas. Karena pada
buku utama mencakup manfaat, prosedur permintaan, kelengkapan permintaan
sarana dan prasarana Pendidikan. Dan pembahasan ini tidak ada di buku
pembanding.

Pada Bab 8 di buku utama dengan Bab 10 di buku pembanding sama-sama


membahs materi “Penghapusan Sarana dan Prasrana Pendidikan”. Dalam buku
utama memiliki sub bab yang membahas tentang mekanisme penghapusan sarana
dan prasarana Pendidikan. Dan di buku pembanding tidak mencakup sub bab
tersebut.

15
Pada Bab 9, 10, dan 11 pada buku utama sama dengan Bab 11, 12, dan 13
di buku pembanding. Hanya saja di buku pembanding disertai istilah yang
mengandung Islami. Dan cakupan materi di sub-subba di kedua buku tersebut
juga membahas hal yang sama.

3.2 Kelebihan Buku

 Buku Utama

Kelebihan yang ada pada buku utama ini yaitu penjabaran materinya lebih
mendalam dan juga luas. Dan juga pada bab yang tidak ada di buku pembanding,
namun ada pada buku utama. Maka dari itu genre makro yang terdapat pada buku
utama lebih banyak. Serta dilengkapi dengan bentuk-bentuk tabel yang memiliki
sangkut paut dengan materi yabg dibahas.

 Buku Pembanding

Kelebihan yang ada pada buku pembanding ini yaitu karena tidak terlalu
banyaknya cakupan materi seperti buku utama, dan juga buku ini memberikan
konsep dasar pada cakupan materinya, sehingga mungkin lebih mudah dipahami.
Dan juga pada buku pembanding ini juga ada pembahasan materi tentang standar
sarana dan prasarana sekolah kejuruan (SMK) dan juga standar sarana dan
prasarana sekolah luar biasa (SDSLB/SMPSLB/SMASLB).

3.3 Kelemahan Buku

 Buku Utama

Pada buku utama kekurangannya yaitu tidak membahas cakupan materi


seperti buku pembanding yaitu tentang standar sarana dan prasarana sekolah
kejuruan (SMK) dan juga standar sarana dan prasarana sekolah luar biasa
(SDSLB/SMPSLB/SMASLB)

16
 Buku Pembanding

Pada buku karena masih banyak materi yang tidak tercantum di dalam buku
ini jika dibandingkan dengan buku utama. Dan juga pembahasan materinya tidak
terlalu mendalam.

17
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan saya setelah membandingkan kedua buku ini.


Saya lebih menyukai buku utama, karena materi yang diberikan lebih luas dan
detail, jika dibandingkan dengan buku pembanding. Tetapi, kedua buku ini juga
bagus untuk digunakan sebagai referensi untuk menambah wawasan pembaca
dalam mempelajari dan mendalami ilmu administrasi sarana dan prasarana.

4.2 Saran

Saran penulis terhadap penulis buku ini adalah untuk dapat terus
melengkapi dan menyempurnakan karyanya agar membeikan manfaat untuk kita
bersama. Masukan yang telah disampaikan dari berbagai sumber dapat menjadi
tambahan saran untuk kebaikan karya penulis. Kepada seluruh mahasiswa serta
para pendidik untuk dapat mempelajari dan meneliti lebih banyak dari yang sudah
dipaparkan penulis hal ini demi menyumbangkan sebuah ilmu pengetahuan yang
bermanfaat. Buku ini juga dapat menjadi buku pembanding dalam pembelajaran.
Serta hal yang paling utama untuk seluruh pembacanya untuk dapat
merealisasikannya atau melaksanakan pengetahuan dalam buku di kehidupan
nyata sehingga ini tidak menjadi hal teoritis semata.

18
DAFTAR PUSTAKA

Fuad, Nurhattati. 2018. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan. Depok:


Rajawali Pers.

Nurhabadi, Ahmad. 2014. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan.


Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan UNM.

19

Anda mungkin juga menyukai