0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
77 tayangan3 halaman
Dokumen tersebut membahas mengenai konsep aerotropolis dan implementasinya di beberapa negara. Ada pendapat yang mendukung karena diyakini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, namun ada juga yang menentang karena dipandang hanya menguntungkan perusahaan besar dan merusak lingkungan serta masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan aerotropolis tidak boleh hanya mengikuti tren tetapi harus mempertimbangkan dampak positif dan neg
Dokumen tersebut membahas mengenai konsep aerotropolis dan implementasinya di beberapa negara. Ada pendapat yang mendukung karena diyakini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, namun ada juga yang menentang karena dipandang hanya menguntungkan perusahaan besar dan merusak lingkungan serta masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan aerotropolis tidak boleh hanya mengikuti tren tetapi harus mempertimbangkan dampak positif dan neg
Dokumen tersebut membahas mengenai konsep aerotropolis dan implementasinya di beberapa negara. Ada pendapat yang mendukung karena diyakini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, namun ada juga yang menentang karena dipandang hanya menguntungkan perusahaan besar dan merusak lingkungan serta masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan aerotropolis tidak boleh hanya mengikuti tren tetapi harus mempertimbangkan dampak positif dan neg
Transportasi udara sekarang sudah menjadi pilihan masyarakat untuk melakukan
pergerakan. Efisiensi waktu salah satunya yang menjadikan alasan masyarakat lebih memilih menggunakan transportasi udara. Seiring berjalannya waktu, muncul konsep mengenai kota bandara (airport city) yang merupakan awal terbentuknya konsep aerotropolis. Kota bandara terbentuk karena banyaknya kegiatan usaha atau jasa komersial di sekitar kawasan bandara. Pengembangan konsep aerotropolis ini mulai dikembangkan di Eropa dan Amerika Serikat pada tahun 1990-an. Konsep pengembangan kawasan sekitar bandara dengan konsep aerotropolis semakin banyak diimplementasikan di lokasi pengembangan bandara dunia. Bahkan sudah menampakkan keberhasilannya pada beberapa negara. Bandara-bandara dunia yang telah berhasil menerapkan konsep aerotropolis diantaranya Amsterdam Airport Schipol di Belanda, Piedmot Triad Internasional Airport di Amerika Serikat, Incheon International Airport di kota New Songdo Korea Selatan, Shenzen China, Dubai airport di Dubai, dan Schipol Airport di Eropa. Beberapa bandara di atas menjadi percontohan dalam menerapkan konsep aerotropolis yang atraktif, fungsional dan berkelanjutan. Bandara-bandara tersebut mampu mengintegrasikan kota, bandara, dan kawasan bisnis. Seperti yang ada di Belanda, konsep aerotropolis dikembangkan didekat bandara Schiphol Amsterdam yang membentuk distrik bisnis Zuidas. Bebagai macam perusahaan skala global berkantor di distrik Zuidas. Hal ini menarik munculnya tempat-tempat hiburan, café, mall, dan restoran. Sehingga membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Selain itu, wilayah ini juga menyediakan kawasan hunian pegawai perusahaan yang bekerja di distrik Zuidas. Keberhasilan dalam penerapan konsep aerotropolis ini membuat pemerintah Indonesia tertarik untuk mengembangkan konsep aerotropolis. Pemerintah Indonesia mulai mengadopsi konsep aerotropolis untuk beberapa lokasi bandara baik yang sudah beroperasi maupun bandara baru yang sedang dibangun. Beberapa bandara tersebut diantaranya Yogyakarta Internasional Airport yang terletak di Kabupaten Kulon Progo, Kualanamu International Airport di Deli di Sumatera Utara, Soekarno-Hatta Internasional Airport di Banten, dan Sepingan Internasional Airport di Balikpapan. Pengembangan konsep aerotropolis di Indonesia diadopsi dalam pengembangan wilayah. Pengembangan gaya aerotropolis ini disebut sebagai “mesin ekonomi” yang membangkitkan pertumbuhan wilayah bahkan dapat menimbulkan spreed effect bagi wilayah sekitarnya. Dengan diterapkan konsep ini, baik itu masyarakat lokal maupun pengunjung dapat dengan mudah mengakses semua kebutuhan, karena dalam konsep aerotropolis ini sarana dan prasarana terkonsentrasi dalam satu lokasi dan saling terintegrasi satu dengan yang lainnya. Selain itu, efek sebaran ekonomi dari pengembangan aerotropolis diharapkan juga dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahtaraan bagi masyarakat yang tinggal di kawasan aerotropolis tersebut. Pembangunan dengan konsep aerotropolis yang digadang akan memberikan dampak positif bagi perkembangan wilayah tidak serta merta dapat diimplementasikan di suatu wilayah. Akan tetapi terdapat berbagai aspek lain yang perlu dipertimbangkan. Hal ini lah yang menimbulkan berbagai kontra di masyarakat terkait pengembangan kota berbasis bandara ini. Bahkan terdapat artikel yang meluncurkan Gerakan Global Anti Aerotropolis (GGAA). Gerakan ini menilai bahwa pengembangan aerotropolis hanya akan memberikan dampak pertumbuhan ekonomi yang hanya akan dirasakan oleh perusahaan besar. Sedangkan perusahaan kecil dan menengah akan terpinggirkan. Hal ini karena perkembangannya lebih mengarah pada pertumbuhan dan keuntungan perusahaan-perusahaan besar seperti produsen pesawat, penerbangan, kontruksi, pariwisata internasional, hotel, ritel global, dan lain-lain. Selain itu, konsep aerotropolis juga dianggap sebagai mega proyek yang merusak. Salah satu negara yang menerapkan konsep aerotropolis adalah Istanbul. Dalam proyek pembangunan bandara berkonsepkan aerotropolis telah menghancurkan hutan dan pantai utara kota yang digunakan untuk pembangunan jembatan di atas Bosphorus, jalan raya dan kanal yang menghubungkan Laut Hitam dengan Laut Marmara dengan luas 53.000 m2. Kehilangan lahan pertanian, hutan dan habitat satwa liar menjadikan GGAA menolak akan pengembangan bandara dengan konsep aerotropolis. Pembangunan besar-besaran di atas lahan besar di daerah pertanian mengakibatkan penggusuran masyarakat pedesaan, hilangnya tanah subur dan produksi pangan dan mengikis kedaulatan pangan di wilayah yang lebih luas. Situs lahan hijau yang tidak ditanami cenderung menjadi habitat satwa liar termasuk hutan, sehingga konstruksi mengancam kerugian besar keanekaragaman hayati dan deforestasi. Proyek Aerotropolis juga meningkatkan kerusakan lingkungan lokal yang ditimpakan pada masyarakat dan lingkungan sekitar bandara, kebisingan dan kerusakan kesehatan akibat polutan yang dipancarkan oleh pesawat hingga tambahan polusi udara dari tinggi lalu-lintas jalan. Berdasarkan dualisme pandangan di atas, seharunya pengembangan aerotropolis tidak hanya menjadi pilihan pengembangan kawasan yang dipilih berdasarkan trend semata. Akan tetapi benar-benar harus mempertimbangkan dampak positif dan negatif yang akan diterima baik pada masyarakat maupun lingkungan. Konsep ini juga tidak serta merta diadopsi, akan tetapi juga perlu mempertimbangkan aspek-aspek kearifan lokal pada wilayah yang dipilih nantinya. Sehingga apabila konsep ini dipilih sebagai konsep pengembangan suatu kota, aspek –aspek keberlanjutan meliputi masyarakat, ekonomi, dan lingkungannya tetap dapat terjaga.
“The progress of the state is not only seen from physical development, the most important thing is how to make the community prosperous and empowered” (IPI/KP).