JCI EDISI 5
Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)
• Email :AhmadApt@yahoo.com
• TELPON : 08170832596 / Ext. 1385 / *8656
• MOTTO HIDUP : “MENJADI MANUSIA BERMANFAAT”
5
KARS SNARS 1- JCI EDISI 5 / GOAL STANDARD
PKPO1 PKPO.5 • PKPO 5 ME 3
Organization and • PKPO 1 ME 6 Preparing and • PKPO.5.1 ME 6
Management • PKPO 1.1 ME 2
Dispensing • PKPO.5.2 ME 5
PKPO.2 • PKPO.2 ME 3
Selection and • PKPO.2.1 ME 6 • PKPO 6 ME 3
procurement • PKPO.2.2 ME 3 PKPO.6
• PKPO.6.1 ME 5
Administration
• PKPO.6.2 ME 3
• PKPO 3 ME 5
PKPO.3 • PKPO.3.1 ME 4
• PKPO.3.2 ME 3 • PKPO 7 ME 5
Storage • PKPO.3.3 ME 4 PKPO.7 • PKPO.7.1 ME 4
• Medication error
Monitoring
PKPO.4 • PKPO 4 ME 6 • nearmiss
• PKPO.4.1 ME 2
Ordering and • MU.4.2 ME 3
Transcribing • PKPO.4.3 ME 3 TOTAL STD = 19 ; ME = 79
Perencanaan dan Pengadaan Obat FORMULARIUM
Safety Prescribing,
Ordering, & Transcribing
•
PEDOMAN PENILAIAN KARS SNARS 1 – NILAI 0
– Sebuah EP dinilai “tidak tercapai” jika jawabannya adalah
“jarang” atau “tidak pernah” dari persyaratan dari EP.
– Dengan ketentuan sebagai berikut :
• Dengan ketentuan sebagai berikut :
– Jika < = 49% dari temuan atau yang dicatat dalam wawancara,
observasi dan dokumen
– Bukti dipenuhinya persyaratan tidak dapat ditemukan di
daerah/unit kerja dimana persyaratan harus ada
– Kebijakan/proses ditetapkan tetapi tidak dilaksanakan
– Catatan balik (track record) “tercapai sebagian” adalah sbb ;
– Kurang atau= 1 bulan kebelakang dipenuhinya EP dari survei awal
– Kurang dari 5 bulan kebelakang dipenuhinya EP dari 3 tahun survei lanjutan
SINGKATAN DOKUMEN STANDAR KARS SNARS 1
GLOSARY
13
PERTANYAAN UTK DOKTER DPJP
1. Bagaimana anda yakin bahwa intruksi pemberian obat atau tindakan
secara lisan/telpon telah diterima oleh penerima instruksi dengan benar ?
2. Bagaimana dokter memastikan bahwa pasien yang anda akan beri
tindakan adalah pasien yg tepat
3. Bagaimana anda memastikan bahwa resep yang anda buat aman ?
4. Apa yang dokter lakukan bila dokter ingin menambah obat dalam
formularium?
5. Bagaimana dokter mengedukasi pasien dan keluarga tentang penggunaan
obat ?
6. Edukasi apa yang harus dokter berikan kepada pasien dan keluarga setelah
melakukan asesmen pasien ?, sebelum pasien meninggalkan RS ?
(discharge planning)
7. Dokter secara sampling dapat diminta memperagakan: penggunaan APAR,
Cuci tangan, RJP, memberi perintah pengobatan via telepon. dll
TELUSUR: PERTANYAAN UTK PERAWAT
1. Bagaimana memastikan bahwa perintah dokter untuk
memberikan obat lewat telepon diterima secara benar ?
2. Bagaimana memastikan bahwa obat diberikan pada
orang yang tepat ?
3. Bagaimana memastikan perintah dokter untuk
memberikan obat telah tepat ? (5 tepat )
4. Apa yang anda lakukan bila obat yang akan anda berikan
adalah obat High alert ? jelaskan
5. Jelaskan bagaimana implementasi aturan pengamanan
obat obat high alert
6. Bagaimana pengelolaan obat emergency ?
7. Bagaimana pengelolaan obat yang dibawa sendiri oleh
pasien
Contoh Pertanyaan Farmasi (KFT/Ka.IFRS)
Regulasi RS :
1. Kebijakan pelayanan farmasi lengkap
2. Kebijakan Pedoman pengorganisasian farmasi,
struktur organisaasi, uraian tugas masing-masing staf
3. Pedoman pelayanan farmasi
Dokumen Implementasi:
• Formularium RS & Sumber info obat di unit pelayanan
• Bukti review system manajemen obat
29
RUJUKAN REGULASI
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 44 Tahun 2009Tentang
Rumah Sakit.
3. UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
4. Peraturan pemerintahan No. 72 tahun 1998 tentang Pengamanan
Sediaan Farmasi
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009
Tentang Pekerjaan Kefarmasian.
6. Peraturan Presiden no. 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang
dan Jasa Pemerintah
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.58/2014 dan revisinya
Permenkes no.72 Tahun 2016 tentang Standar pelayanan farmasi di
Rumah Sakit.
8. Surat Keputusan Direktur Utama Rumah Sakit Tentang Organisasi
Dan Tata Kerja Instalasi Farmasi
9. Kebijakan tentang Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
UNDANG UNDANG RUMAH SAKIT
31
UU RS (PS 15) KEFARMASIAN
• (1) Persyaratan kefarmasian harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi dan
alat kesehatan yang bermutu, bermanfaat, aman dan terjangkau
• (2) Pelayanan sediaan farmasi di Rumah Sakit harus mengikuti standar
pelayanan kefarmasian
• (3) Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis pakai di
Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi farmasi sistem satu pintu
• (4) Besaran harga perbekalan farmasi pada instalasi farmasi Rumah Sakit harus
wajar dan berpatokan kepada harga patokan yang ditetapkan Pemerintah
• (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan kefarmasian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
33
PP 51/2009. TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN
34
PP 51/2009. TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN
PERTANYAANNNYA:
• BAGAIMANA ANDA MENJAMIN KEAMANAN,
MUTU, MANFAAT DAN KHASIAT SEDIAAN FARMASI
DALAM PELAYANAN OBAT DI RS ANDA ?.
35
RUANG LINGKUP
PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT
36
Sistem satu pintu
• adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk
pembuatan formularium, pengadaan, dan
pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai yang bertujuan untuk
mengutamakan kepentingan pasien melalui
Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Dengan demikian
semua Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang beredar di Rumah Sakit
merupakan tanggung jawab Instalasi Farmasi
Rumah Sakit, sehingga tidak ada pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai di Rumah Sakit yang dilaksanakan selain
oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Peraturan Menteri Keehatan R.I. nomer 58 Tahun 2014 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.Hal 10
37
MANFAAT PELAYANAN FARMASI SATU PINTU
1. a. pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
2. b. standarisasi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai;
3. c. penjaminan mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai;
4. d. pengendalian harga Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai;
5. e. pemantauan terapi Obat;
6. f. penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
(keselamatan pasien);
7. g. kemudahan akses data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang akurat;
8. h. peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah
Sakit; dan
9. i. peningkatan pendapatan Rumah Sakit dan peningkatan
kesejahteraan pegawai.
38
JUMLAH APOTEKER RS KELAS A
1 (satu) apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit;
5 (lima) apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh paling sedikit 10
(sepuluh) tenaga teknis kefarmasian;
5 (lima) apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 10 (sepuluh) tenaga
teknis kefarmasian;
1 (satu) apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu oleh minimal 2 (dua) tenaga
teknis kefarmasian;
1 (satu) apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling sedikit 2 (dua) tenaga teknis
kefarmasian;
1 (satu) apoteker sebagai koordinator penerimaan dan distribusi yang dapat merangkap
melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh
tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan
kefarmasian Rumah Sakit; dan
1 (satu) apoteker sebagai koordinator produksi yang dapat merangkap melakukan
pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis
kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian
Rumah Sakit.
Peraturan Menteri Keehatan R.I. nomer 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit.
TOTAL : 15 Apt
39
INSTALASI FARMASI RSUP FATMAWATI
40
JUMLAH APOTEKER
PMK 58/TAHUN 2014 TENTANG KLASIFIKASI DAN PERIJNAN RS PASAL 32
(KELAS B )
TOTAL : 13 Apt
4
1
JUMLAH TENAGA APOTEKER
PK 56/TAHUN 2014 TENTANG KLASIFIKASI DAN PERIJNAN RS PSL 43
(KELAS C )
TOTAL : 8 Apt
42
JUMLAH TENAGA APOTEKER
PK 56/TAHUN 2014 TENTANG KLASIFIKASI DAN PERIJNAN RS PSL 54
(KELAS D )
TOTAL : 3 Apt
43
44
3. Mampu Melakukan Dispensing Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan Unit Kompetensi
45
STANDAR PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI, ALKES
DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI
48
PELAYANAN FARMASI KLINIK
49
BAGAN ORGANISASI PELAYANAN FARMASI RS
50
Struktur Organisasi
DIREKTUR UTAMA DEWAN PENGAWAS
BIDANG BIDANG BID. FAS BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN PERENC. BAGIAN BAGIAN
PELAYANAN & ANGGARAN PERBEND. DAN AKUNTANSI
YAN KEPER MEDIK & KE SDM UMUM DIKLIT
MEDIK MOB. DANA
PERAW
KSM
INSTALASI INSTALASI INSTALASI
STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI FARMASI
Penaggung Jawab
Penaggung Penaggung Jawab Dp IRJ Lt.1,2 dan 3 Penaggung Jawab
JawabPencatatan & Gudang Farmasi Depo Teratai
Pelaporan Penaggung Jawab
Penaggung Jawab Depo IGH Penaggung Jawab
Sistim Informasi Penaggung Jawab Depo
Farmasi Produksi Farmasi Penaggung Jawab Bougenvile
Depo IGD Penaggung Jawab
Penaggung Jawab Penaggung Jawab
Administrasi dan SDM Dsitribusi dan Depo
penerimaan Penaggung Jawab Prof.Soelarto
Depo IBS
REVIEW TAHUNAN OBAT
• Review tahunan mengumpulkan semua informasi dan
pengalaman berhubungan dengan manajemen pengobatan
53
CONTOH LAPORAN TAHUNAN
Standar PKPO.1.1
55
PERSYARATAN/KUALIFIKASI APOTEKER
Kriteria apoteker dalam melakukan pelayanan kefarmasian yang baik: :
1. Harus memenuhi persyaratan administrasi:
a. Memiliki ljazah dari institusi pendidikan farmasi yang terakreditasi. Khusus untuk
lulusan
luar negeri harus melalui mekanisme adaptasi sesuai dengan ketentuan Yang berlaku
b. Memiliki Surat Tanda RegistrasiApoteker
c. Memiliki Sertifikat Kompetensiyang masih berlaku
d. Memiliki Surat lzin Praktik Apoteker
2. Memiliki kesehatan fisik dan mental
3. Berpenampilan Profesional, sehat, bersih, rapih
4. Menggunakan atribut praktik (antara lain: baju praktik, tanda pengenal dan lain-lain).
5. Wajib mengikuti Continuing Professianal Development (CPD) dan mampu memberikan
pelatihan berkesinambungan tentang Cara Pelayanan Kefarmasian Yang Baik (CPFB) untuk
seluruh personil
Huda.A. Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian Yang Baik (CPFB) Good Pharmacy Practice (GPP). Kerjasama Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Dengan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia. 2011
56
Standar PKPO.1.1
Seorang ahli farmasi berizin, teknisi atau profesional lain yg
terlatih mensupervisi yan farmasi
Regulasi RS :
• Pedoman pengorganisasian farmasi (uraian
jabatan supervisor)
• SK pengangkatan Ka instalasi Farmasi (STRA dan
SIPA lengkap)
Dokumen Implementasi
• Catatan supervisi
57
CONTOH SERTIFIKAT KOMPETENSI
Support Literatur Update
1. Tatro S, et al., (2011) Drug Interaction Facts, A Walter Kluwer
Company, St. Luis, Missouri, US. Hal;xi – xvi.
2. Taketomo, C., et al., 2009, Pediatric Dose Handbook
International 2009-2010, 16th edition., Lexi-Comp Inc., Canada.
3. Dipiro, 2008., Pharmacotherapy, A Pathophysiologic Approach,
sevent edition, McGrow-Hill companies, New York.
4. Lacy, C.F., et al., 2010, Drug Information Handbook 2010-2011,
19th edition., Lexi-Comp Inc., Canada.
5. McEvoy, G.K., et al., 2010, Drug Information, American Society
of Health System Pharmacist, Wisconsin.
DAFTAR TELPON PIO
• PIO - RSUP Fatmawati
(021) 7501524
ext. 1382
Fax (021) 7660580
• PIONAS
(021) 42889117
(021) 4259945
sms : 08121899530
PKPO 2 : PEMILIHAN DAN PERENCANAAN
STANDAR PKPO 2
Standar PKPO.2
Ada proses seleksi obat dengan benar yang menghasilkan formularium dan
digunakan untuk permintaan obat serta instruksi pengobatan. Obat dalam
formularium senantiasa tersedia dalam stok di rumah sakit atau sumber di
dalam atau di luar rumah sakit.
Regulasi :
• Formularium RS
• Prosedur penanganan bila terjadi
ketidaktersediaan stok obat di RS
Dokumen implementasi :
• Formularium dan daftar stok obat RS
• Bukti rapat PFT dalam menyusun dan
mengembangkan Formularium
• MoU dengan pemasok obat
65
Penyusunan & Penetapan Formularium RSF:
Dilaksanankan pada awal
penyusunan atau setelah
Pengajuan usulan dari Instalasi Farmasi: habis masa berlaku
SMF melalui Ka.SMF Data Penggunaan Obat berdasarkan Formularium RSF setelah 3
analisa penjualan, data ketersediaan. (tiga) tahun berlaku.
KFT:
DATA USULAN:
1. Nama obat Penyusunan Laporan Pleno I
2. Bentuk sediaan
3. Kekuatan sediaan
4. Nama Pabrik obat
5. Dasar pertimbangan usulan dengan
SK. Penetapan dan
dokumen Evidence Based Medicine ( Pemberlakuan
EBM ) KFT: Ya Formularium RSF
6. Data legalitas Produk yaitu: surat ijin
edar dari Kementrian Kesehatan dan Penetapan Item Setuju ?
dari Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM).
pada Pleno II (P 1) Klarifikasi
7. Data Manufacturing dengan surat
keterangan Cara Pembuatan Obat
yang Baik (CPOB) dan keterangan DIREKSI:
Material Safety Data Sheet (MSDS)
dari produk yang diusulkan.
Menerima Laporan Daftar
Laporan
Item Formularium
FORMULARIUM RSUP FATMAWATI PERIODE 1990-2014
Regulasi :
• Kebijakan pengadaan obat,alkes BMHP
• Kebijakan tentang supplay chain management (SCM)
• Kebijakan tentang kontrak pengadaan obat,alkes,BMHP
Dokumen implementasi :
• Dokumen pengadaan obat,alkes BMHP
• Dokumen pengadaan melalui kontrak pengadaan
• Dokumen pengadaan CITO
70
Review/Pengkajian Formularium RSF: Dilaksanankan pada saat berlaku
Formularium RSF. Minimal setelah 6
(enam) bulan berlaku.
KFT:
Melakukan Kajian KFT: Instalasi Farmasi:
Data Penggunaan Obat berdasarkan analisa
Evaluasi data obat atau Rapat Pleno I untuk penjualan, data ketersediaan.
Alkes pembahasan item :
1. Dipertahankan
2. Dipertimbangkan Anggota KFT:
KFT: 3. Dikeluarkan 1. Penyampaian Pertimbangan Rational
Evaluasi data kajian pembahasan masukan item Farmakoterapi berdasarkan EBM
1. Clear sesuai data temuan. 2. Pembahasan data temuan Efek
2. Investigasi Samping Obat & ME KTD-near miss
3. Problem
KFT:
Penyusunan Laporan Pleno I
KRITERIA:
1.Dipertahankan kriteria Clear
2.Dipertimbangkan dalam waktu Revisi Formularium
tertentu kriteria Investigasi Monitoring obat baru
RSF dengan
3.Dikeluarkan (rejected) kriteria
problem
KFT: Adendum
penetapam item penganti Setuju ?
Formularium pada Pleno II (P Klarifikasi Ya
KRITERIA PROBLEM / PENGANTIAN:
1. Laporan Efek Samping Obat (ESO)
1)
2. Atau laporan Clinically Significan Interaksi DIREKSI:
antar Obat dan obat dengan Makanan
3. Atau laporan penggunaan death stock
Menerima Laporan Adendum
4. Kenaikan harga significant
Laporan Formularium
KRITERIA PEMILIHAN OBAT UNTUK MASUK
FORMULARIUM RUMAH SAKIT:
72
Contoh Kriteria Penghapusan Obat :
73
Standar PKPO.2.1.1
RS Dapat Segera Memperoleh Obat Yg Tidak Ada Dlm Stok Atau
Yg Normal Tersedia Atau Sewkt-wkt Bilamana Farmasi Tutup
74
Standar PKPO.2.1.1
RS Dapat Segera Memperoleh Obat Yg Tidak Ada Dlm Stok Atau Yg
Normal Tersedia Atau Sewaktu-waktu Bilamana Farmasi Tutup
REGULASI
• SPO bila persediaan obat/stok kosong
• SPO bila farmasi tutup/persediaan obat
terkunci
Dokumen implementasi :
• Buku catatan dan Formulir permintaan
obat/alkes bila stok kosong/tidak tersedia di
RS
75
Unit Anestesi, radiologi, diagnostic imaging, kardiologi, radiation
oncology dan pelayanan lain yang berisiko tinggi: RS harus memiliki
perencanaan pengadaan obat dan alkes dalam keadaan biasa dan
keadaan darurat (bila persediaan kosong)
• Staf Memahami:
• Tentang alat, perbekalan dan obat yang harus ada/disyaratkan atau
direkomendasikan, untuk memberikan pelayanan terencana
• Rekomendasi peralatan, perbekalan, dan obat dapat berasal dari :
– Lembaga pemerintah
– Organisasi profesi anestesi nasional atau internasional
– Sumber lain yang berwenang
Apotek Rekanan:
Syarat Pengadaan Kebutuhan CITO: Pengadaan Cito, dengan persyaratan:
1. Perbekalan Farmasi Masuk dalam Formularium 1. Menerima Copy resep sebagai Surat
RSF Pesanan.
2. Perbekalan Farmasi dapat di Bayar Tunai atau 2. Menyediakan kebutuhan CITO
diklaim ke Penjamin (ASKES/Asuransi Lainya) 3. Mengirim Kebutuhan CITO
3. Tidak tersedia Alternatif Pengganti di RSUP 4. Melengkapi Dokumen Pengiriman
Fatmawati
4. Alasan CITO dapat dibenarkan secara klinis dan
EBM berdasarkan Kajian dari tim.
5. Mendapatkan Acc persetujuan Direktur Unit Penerima:
6. Harga perbekalan farmasi < 10 juta rupiah. Pengecekan:
1. Kesesuaian nama perbekalan farmasi.
2. Kondisi perbekalan farmasi
3. Jumlah perbekalan farmasi
GUDANG 4. Tanggal expired date (ED)
FARMASI 5. Kwitansi/faktur perbekalan farmasi
PKPO 3 : PENYIMPANAN
Standar PKPO.3
Obat disimpan dengan baik dan aman.
Standar PKPO.3
Rumah sakit menetapkan tata laksana pengaturan
penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai yang baik, benar dan aman
Regulasi :
• Pedoman penyimpanan obat lengkap untuk masing masing area
penyimpanan
• Kebijakan pelabelan obat obat dan bahan kimia yang digunakan
menyiapkan obat
• Kebijakan pelaporan obat dari unit
Dokumen implementasi :
• Laporan narkotik & psikotropik
• Bukti pelabelan obat dan bahan kimia yang digunakan menyiapkan
obat
• Dokumen/catatan inspeksi berkala
• Formulir rekonsiliasi obat yang dibawa dari rumah
81
Contoh Kebijakan Umum Penyimpanan Perbekalan
Farmasi
Kebijakan Penyimpanan Obat RS XYZ:
• Disesuaikan dengan bentuk Sediaan dan jenisnya, suhu penyimpanan dan
stabilitasnya,sifat bahan, danketahanan terhadap Cahaya (lihat petunjuk
penyimpanan masing-masing obat
• Obat disusun alphabetis
• Sistem FIFO (First in first out} atau FEFO( first expired first out)
• Obat-obatan dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat
diberi label: isi, tanggal kadaluwarsa dan peringatan
• Elektrolit pekat konsentrat dilarang disimpan di unit pelayanan
• Unit tertentu yang dapat menyimpan elektrolit konsentrat harus dilengkapi
dengan SPO Khusus untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-hati
• Obat high alert diberi stiker HIGH ALERT, obat NORUM/LASA diberi stiker
NORUM/LASA
• Obat yang dibawa pasien dari rumah harus dicatat dalam formulir rekonsiliasi
obat dan disimpan di ……………
82
Contoh Pedoman Penyimpanan Perbekalan Farmasi
• Penyimpaan Pebekalan Farmasi Umum:
– Simpan sesuai ketentuan dalam standar yan far
• Bahan berbahaya :
– Simpan dalam tempat terpisah
– Tersedia APR/pemadam api
– Diberi label sesuaikan dengan klasifikasi B3
• Gas Medis:
– Disimpan terpisah dari tempat perbekalan farmasi
– Bebas dari sumber api
– Ventilasi harus baik
• Obat Narkotika:
– Disimpan dalam lemari khusus dengan pintu ganda dan terkunci
83
PENYIMPANAN PERBEKALAN FARMASI DI INSTALASI FARMASI
Verifikasi Penyimpanan :
1. Double check
2. Terdapat label obat Verifikasi cek 7 Klasifikasi Penyimpanan:
(tujuh) BENAR
3. Penyimpanan Berdasar kondisi dan Obat Unit Dose
stabilitas Dispensing (UDD) Pasien:
1. Cairan Nutrisi
2. Obat Oral
Tempat Penyimpanan : 3. Obat injeksi
1.Lemari/rak penyimpanan obat pasien 4. Alkes Habis Pakai
2.Troli penyimpan obat
3.Terdapat label : Identitas pasien
STANDAR PKPO 3.1
Sutoto.KARS 88
TATA LAKSANA B3:
Penandaan
1. Penandaan obat High Alert dilakukan dengan stiker warna merah “high alert double
check” pada obat.
2. Obat kategori look alike and sound alike (LASA) diberikan penanda dengan stiker warna
kuning “LASA” pada tempat penyimpanan obat. Apabila obat dikemas dalam paket untuk
kebutuhan pasien, maka diberikan tanda LASA pada kemasan primer obat.
3. Obat kemoterapi diberikan penanda stiker penanda obat Kemoterapi warna Ungu.
Penyimpanan:
1. Obat elektrolit konsentrasi tinggi (electrolit high Concentrate) hanya boleh di simpan di
Instalasi Farmasi (Gudang & Depo Farmasi) dan disimpan dalam jumlah terbatas di:
a. IBS
b. IRI (ICU,ICCU,NICU,PICU)
2. Obat LASA ditempatkan secara terpisah antara satu sama lain, untuk menghindari
kesalahan pengambilan dan penggunaan obat.
3. Obat kemoterapi hanya boleh disimpan di Instalasi Farmasi (Gudang Farmasi dan depo
farmasi)
PEMBERIAN OBAT HIGH ALERT KEPADA PASIEN
RSUP FATMAWATI
DAFTAR OBAT HIGH ALERT
NO OBAT KELAS TERAPI BENTUK SEDIAAN DALAM FORMULARIUM KET.
SEDIAAN RSF
SEDIAAN ELEKTROLIT PEKAT
1 Kalium Klorida (KCl) Electrolite balance Flash Otsu-KCl 7,46% vial 25 mL (Otsuka)
2 Natrium Klorida (NaCl) Electrolite balance Infus NaCl infus 3% 500 mL (Otsuka)
SEDIAAN OBAT
3 Isofluran Anestesi Umum Inhalasi Isoflurane inhalasi
4 Sevofluran Anestesi Umum Inhalasi Sevofluran inhalasi
5 Midazolam Anestesi Umum Injeksi 1. Dormicum
2. Sedacum
6 Propofol Anestesi Umum Injeksi 1. Diprivan
2. Fresofol
3. Recofol
7 Atrakurium Penghambat Injeksi 1. Atrakurium besilat ampul
neuromuskular 2. Notrixum ampul
RSUP FATMAWATI
DAFTAR OBAT HIGH ALERT
103
• DRUG
REFRIGERATOR:
• HANYA UNTUK
MENYIMPAN OBAT
• SUHU HARUS
DIMONITOR
SETIAP HARI
Sutoto.KARS 104
Penyimpanan Obat LASA (look alike sound alike)
Prosedur Penyimpanan:
1. LASA ( Look Alike Sound Alike ) warning
untuk ”Patient Safety”.
2. Perbekalan farmasi yang nama /
pengucapannya mirip TIDAK BOLEH
diletakkan berdekatan.
3. Walaupun terletak pada keloPKPOk abjad
yang sama, harus diselingi dengan minimal
2 (dua) obat non kategori LASA diantara
atau ditengahnya.
Penyimpanan Obat LASA (look alike sound alike)
Prosedur Penyimpanan:
1. LASA ( Look Alike Sound Alike ) warning
untuk ”Patient Safety”.
2. Perbekalan farmasi yang bentuknya mirip
mirip TIDAK BOLEH diletakkan berdekatan.
3. Walaupun terletak pada keloPKPOk abjad
yang sama, harus diselingi dengan minimal
2 (dua) obat non kategori LASA diantara
atau ditengahnya.
CONTOH
LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE)
NORUM ( NAMA OBAT RUPA MIRIP)
TALLMAN LETTERING
• hidralazine hidroxyzine
• cerebyx celebrex
• vinblastine vincristine
• chlorpropamide chlorpromazine
• glipizide glyburide
• Daunorubicine doxorubicine
107
CONTOH
LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE)
NORUM ( NAMA OBAT RUPA MIRIP)
TALLMAN LETTERING
• hidraALAzine hidrOXYzine
• ceREBYx ceLEBRex
• vinBLASTine vinCRIStine
• chlorproPAMIDE chlorproMAZINE
• glipiZIde glYBURIde
• DAUNOrubicine dOXOrubicine
108
UPAYA PENCEGAHAN KESALAHAN PENANGAN
OBAT LASA
• TallMan Lettering:
– Smart Pumps, Automated Dispensing Cabinets,
Medication Administration Record, Central
pharmacy, Storeroom, IV room and satellites
• Labelling similar products
– Example: Ephedrine and Promethazine
LASA LASA
110
LASA
111
LASA
Sutoto.KARS 112
LASA
113
Standar PKPO.3.3
Rumah sakit menetapkan pengaturan tentang penyimpanan dan
pengawasan penggunaan obat tertentu.
Rekonsiliasi Obat – daftar obat dibawa dari rumah Label identitas pasien
Tgl Daftar obat yang menimbulkan alergi Seberapa berat alerginya? Reaksi alreginya
R=ringan
S=Sedang
B=Berat
Semua jenis obat ; obat resep, bebas, herbal atau tcm yg dibawa dari rumah
Tanggal Nama obat Dosis/frekuensi berapa lama Alasan makan Berlanjut saat
obat rawat inap ?
Ya tidak
1.
2.
3.
4.
NAMA DAN TANDA TANGAN YANG MELAKUKAN INTERVIU
118
Diadaptasi dari : Improving CoPKPOnication During transtition. JCR,JCI, 20102 p 54
What is Medication Reconciliation?
120
THE MEDICATION RECONCILIATION PROCESS IS
IMPLEMENTED IN ORDER:
121
Why Perform Medication Reconciliation?
(insert medication reconciliation literature, examples below)
• Rate of medication errors in a 6 month period decreased by
70% after implementation of a medication reconciliation
process at all phases of hospitalization
– Rozich J.D. & Resar R. JCOM. 2001; 8: 27-34
Regulasi
• Kebijakan penyimpanan obat emergensi dan
standar obat emergensi di masing-masing unit.
• SPO penyimpanan obat emergensi di masing-
masing unit
• SPO penggantian obat emergensi yang rusak
atau kadaluarsa
Dokumen Implementasi:
• Catatan supervise/penggantian obat emergensi
125
PENGELOLAAN OBAT EMERGENSI
1. jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar
Obat emergensi yang telah ditetapkan;
2. tidak boleh bercampur dengan persediaan
Obat untuk kebutuhan lain;
3. bila dipakai untuk keperluan emergensi
harus segera diganti;
4. dicek secara berkala apakah ada yang
kadaluwarsa;
5. dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan
lain.
126
Obat Emergency
Kunci Plastik
Disposable dengan nomor
register
Sutoto.KARS 128
TAS EMERGENSI
129
Box Emergency
Obat emergency :
1. Ruang perawatan dalam lemari & troli emergency
2. IGD dalam Troli & kit (kotak) emergency
3. Ambulan dalam kit (kotak) emergency
4. IBS dalam kit (kotak) emergency.
Contoh:
Obat dan alat yang harus dipersiapkan
menghadapi anapilaktik shock
1. Adrenalin
2. Antihistamin
3. Kortikosteroid injeksi
4. Aminofilin, inhalasi beta2 / nebulizer
5. Infus set
6. Cairan infus
7. Oksigen
8. Tensimeter
9. Alat bedah minor
SYARAT SISTEM PERSEDIAAN LENGKAP DI
RUANGAN (FLOOR STOCK)
1. Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh Instalasi
Farmasi.
2. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat
dibutuhkan.
3. Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang
mengelola (di atas jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan
kepada penanggung jawab ruangan.
4. Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock
kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.
5. Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan kemungkinan
interaksi Obat pada setiap jenis Obat yang disediakan di floor stock.
Peraturan Menteri Keehatan R.I. nomer 58 Tahun 2014 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
132
Standar PKPO.3.5
Standar PKPO.3.5
Rumah sakit memiliki sistem penarikan kembali (recall), pemusnahan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai tidak
layak digunakan karena rusak, mutu substandar atau kadaluwarsa.
Maksud dan Tujuan PKPO.3.5
Rumah sakit menetapkan dan melaksanakan identifikasi dalam proses
penarikan kembali (recall) oleh Pemerintah, pabrik atau pemasok.
Rumah sakit juga harus menjamin bahwa sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis yang tidak layak pakai karena
rusak, mutu substandar atau kadaluwarsa tidak digunakan dan
dimusnahkan.
Elemen Penilaian PKPO.3.5
1.Ada regulasi tentang penarikan kembali (recall) dan
pemusnahan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai yang tidak layak pakai karena rusak, mutu
substandar atau kadaluwarsa. (R)
2.Ada bukti pelaksanaan penarikan kembali (recall) sesuai
regulasi yang ditetapkan. (D,W)
3.Ada bukti pelaksanaan pemusnahan sesuai regulasi yang
ditetapkan. (D,W)
134
Standar PKPO.3.5
RS mempunyai sistem penarikan (recall)
obat
Regulasi :
• Kebijakan penarikan obat
• Kebijakan pengelolaan obat kadaluarsa
• Pedoman / prosedur pelayanan tentang
penarikan obat, pengelolaan obat
kadaluarsa dan pemusnahan obat
Dokumen Implementasi
• Berita acara pemusnahan obat
135
PKPO 4 : PRESCRIBING (PERESEPAN DAN PENYALINAN)
Standar PKPO.4
Ada regulasi tentang peresepan / permintaan obat dan instruksi
pengobatan
Rumah sakit menetapkan individu yang kompeten yang diberi kewenangan untuk
menulis resep/ permintaan obat atau instruksi pengobatan.
Rumah sakit membatasi penulisan resep meliputi jenis dan jumlah obat oleh
staf medis misalnya resep obat berbahaya, obat kemoterapi, obat radioaktif dan obat
untuk keperluan investigasi. Staf medis yang kompeten dan diberi kewenangan
membuat atau menulis resep harus dikenal dan diketahui oleh unit layanan farmasi
atau lainnya yang memberikan atau menyalurkan obat.
Dalam situasi darurat, rumah sakit menentukan tambahan PPA yang diberi izin
untuk membuat atau menulis resep atau permintaan obat dan instruksi pengobatan .
Regulasi :
• Kebijakan tentang :
– Peresepan
– Pemesanan obat
– Pencatatan obat
• SPO bila resep tak terbaca/tak jelas
• SPO telaah rekonsiliasi obat
Dokumen implementasi :
• Rapat Panitia Farmasi dalam menyusun/mengmbangkan Kebijakan dan SPO
• Pelatihan staf dalam penulisan resep, pemesanan obat, pencatatan obat
• Formulir rekonsiliasi obat
144
CONTOH: ISI KEBIJAKAN PERESEPAN
• Hanya Yang Berhak Menulis Dan Memesan Resep Saja Yangdilayani
• (Tersedia Daftar Staf Medis Yang Berhak Menulis Resep/ Daftar Petugas Yang
Berhak Memesan Resep Di Instalasi Farmasi)
• Resep Harus Lengkap ( Tersedia Contoh Dan Keterangan Resep Yang Lengkap )
• Sebelum Menulis Rerep Harus Melakukan Penyelarasan Obat (Medication
Reconciliation) . Penyelarasan Obat Adalah Membandingkan Antara Daftar Obat
Yang Sedang Digunakan Pasien Dan Obat Yang Akan Diresepkan Agar Tidak Terjadi
Duplikasi Atau Terhentinya Terapi Suatu Obat
• Penulis Resep Harus Memperhatikan Tiga Kemungkinan :
1. Kontraindikasi
2. Interaksi Obat
3. Reaksi Alergi.
• Tulisan Harus Jelas Dan Dapat Dibaca
• Menggunakan Istilah Dan Singkatan Yang Ditetapkan RS Dan tidak Boleh
Menggunakan Singkatan Yang Dilarang (Tersedia Daftar Singkatan Yang Digunakan
Di Rs Dan Daftar Singkatan Yang Dilarang)
145
Contoh: KEBIJAKAN PERESEPAN PERBEKALAN FARMASI
Resep adalah :
Otoritas Penulisan Resep obat “Merupakan permintaan tertulis dari Dokter
di RSUP Fatmawati hanya atau Dokter Gigi, kepada Apoteker untuk
pada Dokter: menyediakan dan menyerahkan perbekalan
1. Terdaftar sebagai Dokter di farmasi bagi pasien.”
RSUP Fatmawati
2. Mempunyai surat tanda
registrasi (STR) dokter
3. Mempunyai Surat Ijin
Praktek (SIP) di RSUP “Pelayanan Resep di Depo
Fatmawati IRNA hanya dilakukan untuk
pasien IRNA”
Resep ditulis dengan JELAS dan LENGKAP
menggunakan lembar resep resmi RSUP
Fatmawati.
148
Tidak boleh menulis dengan
singkatan (akronim) yang tidak
standar terkait dengan:
1. Nama obat
2. Nama alat kesehatan
3. Nama pasien
4. Nama dokter
?
U, : tulis Unit
IU : tulis International Unit
IV : tulis Intra vena
MS : tulis Morfin Sulfat
Tidak boleh menulis akronim seperti
: < ; > ; ± ; ↨; ↑; ↓; →; ← dll
Resep Harus Memuat:
1. Tanggal penulisan resep (inscriptio)
2. Nama dokter
3. Nomor SIP dokter
4. Nama pasien
5. Nomor MR pasien
6. Ruang Rawat inap (bila resep rawat inap)
7. Nama poli (bila resep rawat jalan)
8. Tanda R/ pada setiap bagian kiri setiap
penulisan resep
9. Tanggal Lahir (Umur pasien)
10.BB pasien (untuk pasien anak)
11.TB Pasien
12.Jenis kelamin (Sex) pasien
Resep Harus Memuat:
1. Nama obat atau koPKPOsisi
obat (invocatio)
2. Aturan pemakaian obat
dan rute pemberian
BENAR-
Resep/Obat (signatura)
3. Jumlah obat yang diminta
Telah di review
Farmasi 4. Tanda tangan atau paraf
Penulisan resep :
1. Pilihan Obat diutamakan
dengan obat Generik,
terutama untuk pasien
kelas III dan Tidak Mampu
(TM).
2. Nama paten obat ditulis
apabila sediaan obat belum
tersedia sediaan
generiknya.
RESEP Update
F/025/02/R/02
~ Diisi Farmasi ~
Tahap 1: Pengkajian & Tahap 2: Penyiapan Tahap 3: Dispensing Tahap 4: Penyerahan &
Klarifikasi Informasi
Jam.............Petugas............ Jam.............Petugas........ Jam.............Petugas........ Jam.............Petugas........
KECUALI
Sesuai dengan standar penulisan
singkatan baku di RSUP Fatmawati
PERMINTAAN OBAT VERBAL ?
KECUALI !
PERMINTAAN OBAT CITO EMERGENCY !
• I. TUJUAN:
• Tjuan kebijakan automatic stop order Untuk memastikan bahwa
terdapat obat yang harus dievaluasi dan ditinjau secara konsisten
dan bahwa informasi ini diberi tahu kepada dokter.
• III. KEBIJAKAN:
• Rumah Sakit akan memastikan administrasi aman obat melalui
proses stop order.
• IV. PROSEDUR:
• A. obat berikut akan otomatis dihentikan oleh Instalasi Farmasi
setelah penggunaan awal telah dimulai:
1. Ketorolac - setelah 5 hari penggunaan
2. Nesiritide - setelah 2 hari penggunaan
3. Alvimopan - setelah 15 dosis telah diberikan
4. Meperidin - setelah 2 hari penggunaan
Untuk menjamin keamanan, mutu, manfaat, dan khasiat obat yang disiapkan dan
diserahkan pada pasien maka rumah sakit diminta menyiapkan dan menyerahkan obat
dalam lingkungan yang aman bagi pasien, petugas, dan lingkungan serta untuk mencegah
kontaminasi tempat penyiapan obat harus sesuai peraturan perundang-undangan dan
praktik profesi seperti :
a. Pencampuran obat kemoterapi harus dilakukan di dalam ruang yang bersih (clean
room) yang dilengkapi dengan cytotoxic handling drug safety cabinet dimana petugas
sudah terlatih dengan teknik aseptik serta menggunakan alat perlindung diri yang
sesuai
c. Staf yang menyiapkan produk steril terlatih dengan prinsip penyiapan obat dan teknik
aseptik
Elemen Penilaian PKPO.5
1. Ada regulasi tentang penyiapan dan penyerahan obat yang sesuai
peraturan perundang-undangan dan praktik profesi. (R)
2. Ada bukti pelaksanaan staf yang menyiapkan produk steril dilatih,
memahami dan mempraktikkan prinsip penyiapan obat dan teknik
aseptic (lihat juga PPI…..) (D,W)
3. Ada bukti pelaksanaan pencampuran obat kemoterapi dilakukan
sesuai praktik profesi. (lihat juga PPI…..) (O,W)
4. Ada bukti pencampuran obat intravena, epidural dan nutrisi
parenteral serta pengemasan kembali obat suntik dilakukan sesuai
praktik profesi. (O,W)
ASEPTIC DISPENSING
Aseptik Dispensing Merupakan:
metode atau cara yang dilakukan pada tahap
sebelum dan selama proses pencampuran
obat injeksi dengan menggunakan prosedur
yang terkontrol, sehingga dapat meniadakan
kontaminan dalam sediaan steril yang dibuat
dan menghindarkan risiko paparan terhadap
petugas dan pasien.
Kegiatan dilakukan untuk:
1. Handling cytotoxic
2. Intravena admicture service
3. Total parentral nutrition (TPN)
• (4) Pelayanan farmasi klinik berupa
dispensing sediaan steril sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf j hanya dapat
dilakukan oleh Rumah Sakit yang
mempunyai sarana untuk melakukan
produksi sediaan steril.
Peraturan Menteri Keehatan R.I. nomer 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit , pasal 3
Sutoto.KARS 165
FASILITAS ASEPTIC DISPENSING
LAMINAR AIRFLOW VERTICAL
168
169
Tabel 1. Daftar Ketercampuran Obat Suntik (sebagian)
170
BUKU PEDOMAN PENCAMPURAN OBAT SUNTIK DAN PENANGANAN SEDIAAN SITOSTATIKA . Dirjen Binyanfar .2009
PRODUKSI SEDIAAN FARMASI
• Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat memproduksi
sediaan tertentu apabila:
• 1) Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran;
• 2) Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi
sendiri;
• 3) Sediaan Farmasi dengan formula khusus;
• 4) Sediaan Farmasi dengan kemasan yang lebih
kecil/repacking;
• 5) Sediaan Farmasi untuk penelitian; dan
• 6) Sediaan Farmasi yang tidak stabil dalam
penyimpanan/harus dibuat baru (recenter paratus).
173
TINDAKAN PENCEGAHAN UNTUK PEMBERIAN OBAT KEMOTERAPI YANG AMAN
(NIOSH, 2004a,b):
• a. Siapkan obat ini dalam suatu tempat khusus yang ditangani oleh petugas yang
mempunyai wewenang.
b. Siapkan obat ini dalam suatu biological Safety cabinet (BSC) terutama BCS kelas II tipe B
atau kelas III (Suatu BSC yang mengalirkan udara dari dalam BSC keluar menjauhi ruangan).
c. Gunakan alat suntik (syring) dan set infuse dengan system Luer-Lok™ untuk persiapan
dan pemberian obat ini. Buang syring dan jarumnya pada wadah yang didesain untuk
melindungi petugas dari cidera [tertusuk].
d. Pertimbangkan untuk menggunakan alat untuk membawa obat dengan system tertutup
dan system tanpa jarum.
e. Hindari kontak kulit. Gunakan baju pelindung disposibel yang terbuat dari bahan yang
antitembuh cairan. Baju ini tertutup dibagian depannya, tangan panjang.
f. Gunakan sarung tangan berkualitas tinggi yang bebas bedak, yang menutupi lengan baju
g. Gunakan dua pasang sarung tangan (didouble).
h. Ganti sarung tangan secara periodic
i. Pakai plastic penutup wajah atau kacamata google untuk menhindari kontak dengan
matam hidung, dan mulut dari obat tersebut, dimana obat ini dapat memercik,
menyemprot atau menjadi aerosol.
j. Buka baju pelindung secara hati-hati untuk menghindari perluasan kontaminasi.
k. Lakukan pelatihan untuk menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya keamanan dalam
menyiapkan dan memberikan obat-obatan ini.
174
TIP PERLINDUNGAN DIRI (NIOSH, 2004a,b):
175
PENCEGAHAN PEMAPARAN OBAT KEMOTERAPI
1. Mencegah resiko yang berasal dari petugas
1) Tidak boleh makan dan minum ditempat pencampuran obat.
2) Tidak boleh mengunyah makanan dan merokok.
3) Tidak boleh memakai kosmetik ditempat pencampuran.
4) Tidak boleh menyimpan makanan dan minuman bersama sama dengan obat
kemoterapi dalam satu kulkas.
5) Harus memakai tehnik mencuci tangan yang baik.
6) Harus menggunakan alat pelindung diri.
b. Pencegahan paparan melalui alat.
1) Harus memakai proteksi lengkap saat menangai alat alat yang habis dipakai.
2) Alat – alat direndam dengan deterjen kemudian bilas dengan air.
2. Pencegahan saat persiapan
1) Pakailah pakaian pelindung dengan lengan panjang dan bermanset elastis dengan
bahan yang bersifat menahan penetrasi partikel obat
2) Gunakan topi untuk melindungi kepala.
3) Gunakan kaca mata untuk melindungi dari percikan.
4) Gunakan masker untuk mengurangi resiko terhirupnya melalui mulut dan hidung.
5) Gunakan sarung tangan untuk menghindari kontak dengan obat pada tangan.
176
LANJUTAN….
3. Pencegahan saat persiapan obat sitostatika
1) Cuci tangan
2) Cegah kebocoran pada sarung tangan.
3) Sediakan alat-alat yang diperlukan.
4) Tutup troli dengan pengalas dan kertas/ bahan yang menyerap.
5) Jangan tumpah dan meninggalkan aerosol.
6) Wajah jangan terlalu dekat saat membuka ampul.
7) Sebelum membuka ampul pastikan tidak ada cairan di ujung ampul.
8) Gunakan kasa pada waktu membuka ampul .
9) Cegah kevakuman yang berlebihan pada ampul
10)Pastikan bahwa obat yang diambil sudah cukup agar tidak mengulang
dua kali.
11) Gunakan kasa steril untuk mengeluarkan kelebihan udara dari spuit
12) Buat label dengan lengkap ( nama pasien, MR, obat, dosisi,tgl
pencampuran ) tempelkan di spuit/ plabot/ botol
13) Letakkan obat pada tempat yang aman ( bak spuit, box tertutup )
177
LANJUTAN….
4. Pencegahan saat memberikan obat sitostatika
1) Pakailah proteksi secara lengkap.
2) Gunakan spuit / set injeksi yang telah disediakan.
3) Gunakan kateter kecil, jangan menggunakan wing needle karena kaku dan
merusak vena
4) Teliti dan hati-hati saat menyuntikkan obat sitostatika dan ketika
penggantian jarum
5) Alasi dibawah penyuntikan dengan pengalas untuk menghindarkan
tumpahan atau lelehan
6) Hindari obat jatuh ke alat – alat tenun diatas tempat tidur.
178
Saat-saat Petugas Kesehatan Terpapar Antineoplasma di Rumah Sakit (NIOSH,
2004a,b)
179
Petugas kesehatan dirumah sakit yang berpotensi untuk terpapar obat
antineoplasma adalah sebagai berikut (NIOSH, 2004a,b)
180
THERE ARE THREE TYPES OF BIOLOGICAL SAFETY
CABINETS
1. Class I: The Class I biological safety cabinet is an open-front negative pressure
cabinet The exhaust air from the cabinet is filtered by a high-efficiency
particulate air (HEPA) filter. The Class I biosafety cabinet will provide personnel
and environmental protection, but not product protection.
2. Class II: The Class II vertical laminar-flow biological cabinet is an open-front,
ventilated cabinet. This cabinet provides a HEPA-filtered, recirculated mass
airflow within the work space. The exhaust air from the cabinet is also filtered
by HEPA filters. Thus, the Class II biosafety cabinet will provide personnel,
environment and product protection. While HEPA filters are effective for
trapping particulates and infectious agents, these filters will not capture
volatile chemicals or gases
3. Class III: The Class III cabinet is a totally enclosed ventilated cabinet of gas-
tight construction. Operations within the Class III cabinet are conducted
through attached rubber gloves. When in use, the Class III cabinet is
maintained through negative air pressure of at least 0.5 inches water gauge.
Supply air is drawn into the cabinet through HEPA filters. The cabinet exhaust
air is filtered by two HEPA filters, installed in series, before discharge outside
of the facility. The exhaust fan for the Class III cabinet is generally separate
from the exhaust fans of the facility's ventilation system
181
Cytotoxic Safety Cabinet
182
183
Pengelolaan Ceceran Obat Kemoterapi
1. Hanya petugas yang terlatih yang membersihkan ceceran obat
kemoterapi.
2. Secepatnya diberi tanda dan beri peringatan kepada staf yang lain bahwa
telah terjadi ceceran obat kemoterapi pada tempat yang diberi tanda.
3. Pakai alat pelindung diri lengkat dan gunakan sarung tangan double
4. Gunakan masker dianjurkan oleh NIOSH
5. Tempatkan kasa atau handuk yang menyerap diatas ceceran
6. Ambili pecahan kaca dengan menggunakan alat atau skop kecil dan buang
pecahan kaca ke dalam tempat sampah khusus yang tahan tusukan.
7. Bersihkan daerah ceceran obat tiga kali dengan menggunakan detergen
yang kemudian dibilas dengan air, dimulai dari area terkontaminasi
kemudian daerah sekiranya.
8. Buka alat pelindung diri dan buang ditempat sampah khusus.
184
STANDAR PKPO 5.1
Rumah sakit menetapkan regulasi yang mengatur semua resep / permintaan obat
dan instruksi pengobatan obat ditelaah ketepatannya.
Dokumen implementasi :
• Uji kompetensi petugas penelaah resep
• Penetapan software komputer untk interaksi obat dan alergi serta
ketentuan untuk up-dating
• Form telaah resep/pesanan obat
• Bukti –bukti telaah resep/pesanan obat
Sutoto.KARS 188
PENGKAJIAN RESEP & PENGKAJIAN PENGOBATAN
PELAKSANA:
1. Seluruh Penggunaan Obat pada pasien di
RSUP Fatmawati dilakukan evaluasi dan
pengkajian
2. Kegiatan pengakajian menggunakan Protap
TUJUAN:
Pengkajian Penggunaan Obat yang
1. Terjaminya kebenaran proses terapi
dilakukan oleh Apoteker dengan kriteria:
pasien selama menjalani perawatan
Terdaftar sebagai tenaga Apoteker di
di RSUP Fatmawati.
RSUP Fatmawati 2. Terwujudnya pencegahan kesalahan
Mempunyai surat tanda registrasi dalam palayanan obat pasien.
apoteker (STRA) 3. Tersediaanya prosedur tetap (Protap)
Telah selesai mengikuti pendidikan tentang pengkajian penggunaan obat
dan pelatihan dalam orientasi pasien di RSUP Fatmawati guna
internal. pangatasan terhadap adanya drug
related problems (DRPs).
PENGKAJIAN RESEP & PENGKAJIAN PENGOBATAN
194
INTERAKSI OBAT
DALAM PERMENKES 2406/2011
196
Dangerous drug interaction between warfarin and
NSAIDs
197
Dangerous drug interaction between warfarin and
Sulfa Drugs
198
Dangerous drug interaction between warfarin
and Macrolides
199
Dangerous drug interaction between warfarin
and Quinolones
200
Dangerous drug interaction between Warfarin and
Phenytoin
201
Dangerous drug interaction between ACE Inhibitors and
Potassium Suplements
202
Dangerous drug interaction between
ACE Inhibitors and Spironolactone
203
Dangerous drug interaction between
Digoxin and Amiodarone
204
Dangerous drug interaction between
Digoxin and Verapamil
205
Dangerous drug interaction between
Theophylline and Quinolones
206
Dangerous drug interaction between
Theophylline and Quinolones
207
CARA KERJA MIO
208
Langkah I : aktifasi program MIO
Langkah 2 : entri data obat dalam R/ ke prog.MIO
Langkah 3 : Entri data pasien
Langkah 4 : click RUN ….result
Standar PKPO.5.2
Digunakan suatu sistem untuk menyalurkan obat dgn
dosis yg tepat dan kepada pasien yg tepat di saat yg
tepat
213
Standar PKPO.5.1
Regulasi :
• Kebijakan penyaluran dan pendistribusian obat
seragam
• Kebijakan pemberian label untuk obat yang
dikeluarkan dari wadah asli
Dokumen implementasi :
• Bukti pengecekan keakurasian penyaluran obat dan
tepat waktu
• Laporan indikator mutu dan ketepatan waktu
pelayanan
214
PELAYANAN UNIT DOSE DISPENSING (UDD)
• Merupakan sistem distribusi perbekalan farmasi
dengan metode penyiapan obat dosis unit sekali
pakai selama 24 jam
• Contoh : Obat A 3 x 1
Obat B 4 x 1
Obat C 1 x 1
A, B A, B A, B B, C
• Identitas Pasien
• Nama Obat
• Dosis/Konsentrasi
• Cara pemberian
• Tanggal Penyiapan
• Tanggal Kadaluwarsa
218
CONTOH
KEBIJAKAN ETIKET OBAT RAWAT INAP
• Identitas Pasien
• Nama Obat
• Dosis/Konsentrasi
• Rute/Cara Pemberian
• Waktu Pemberian
219
Perawat harus memastikan kebenaran pemberian obat
antara resep/perintah dr sampai ke pasien sebelum
memberikan obat
(5 BENAR)
1. Identitas Pasien
2. Nama Obat
RESEP/PERINTAH
3. Dosis/Konsentrasi
DOKTER
4. Rute/Cara Pemberian
5. Waktu Pemberian
1 Misal : Bila
perlu
223
PKPO 6 : ADMINISTERING (PEMBERIAN OBAT)
Standar PKPO.6
RS mengidentifikasi petugas yg kompeten yg diijinkan untuk
memberikan obat
225
Standar PKPO.6
RS mengidentifikasi petugas yg kompeten yg diijinkan
untuk memberikan obat
Regulasi :
• Kebijakan yang menetapkan staf yang
berwenang memberikan obat
• Pedoman pengorganisasian yang memuat
uraian jabatan
Dokumen implementasi :
• STR dan SIP dari orang yang diberi
kewenangan memberikan obat 226
Standar PKPO.6.1
Pemberian obat termasuk proses untuk memverifikasi apakah
obat sudah betul berdasarkan pesanan obat
227
Pemberian Obat yang Aman Harus Dilakukan Verifikasi
terhadap:
228
CONTOH: FORM TELAAH OBAT
Label identitas pasien
2 JUMLAH/DOSIS DENGAN
RESEP/PESANAN
3 RUTE DENGAN RESEP/PESANAN
229
JADWAL PEMBERIAN OBAT
1 Misal : Bila
perlu
233
Standar PKPO.6.2
234
Standar PKPO.6.2
Regulasi
• Kebijakan pelayanan yang memuat pengelolaan
obat yang dibawa pasien ke RS untuk
penggunaan sendiri, ketersediaan dan
penggunaan obat sampel
Dokumen Implementasi
• Form rekonsiliasi obat yang dibawa pasien pada
rekam medis 235
PEMANTAUAN (Monitoring)
Regulasi :
• Panduan monitoring efek sampingdalam
PKPO yang menetapkan :
– Monitoring efek pengobatan termasuk Efek
obat yang tidak diharapkan (adverse effect)
AP 2 EP 1. Pasien dilakukan asesmen ulang
untuk menentukan respons mereka terhadap
pengobatan
– Efek obat yang tidak diharapkan (adverse
effect) dicatat dlm rekam medik
239
Regulasi :
– Monitoring efek pengobatan termasuk Efek
obat yang tidak diharapkan (adverse effect)
– Pelaporan adverse effect
Dokumen implementasi :
• Rekam medis monitor efek obat yg tdk
diharapkan (adverse effect)
• Tata cara pelaporan adverse effect
241
242
KEGIATAN PTO
1. Pengkajian Pilihan Obat
2. Dosis
3. Cara Pemberian Obat
4. Respons Terapi
5. Reaksi Obat Yang Tidak Dikehendaki (ROTD)
6. Rekomendasi Perubahan Atau Alternatif
Terapi.
243
PEMANTAUAN TERAPI OBAT
• Adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan
terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.
• Kegiatan PTO mencakup: pengkajian pilihan obat, dosis, cara
pemberian obat, respons terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki
(ROTD),)dan rekomendasi perubahan atau alternatif terapi.
• Pemantauan terapi obat harus dilakukan secara berkesinambungan
dan dievaluasi secara teratur pada periode tertentu agar keberhasilan
ataupun kegagalan terapi dapat diketahui.
• Pasien yang mendapatkan terapi obat mempunyai risiko mengalami
masalah terkait obat. Kompleksitas penyakit dan penggunaan obat,
serta respons pasien yang sangat individual meningkatkan munculnya
masalah terkait obat.
• Hal tersebut menyebabkan perlunya dilakukan PTO dalam praktek
profesi untuk mengoptimalkan efek terapi dan meminimalkan efek
yang tidak dikehendaki.
244
METODE PTO (SOAP)
S : Subjective
– Data subyektif adalah gejala yang dikeluhkan oleh pasien.
– Contoh : pusing, mual, nyeri, sesak nafas.
O : Objective
– Data obyektif adalah tanda/gejala yang terukur oleh tenaga
kesehatan. Tanda-tanda obyektif mencakup tanda vital
(tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi, kecepatan
pernafasan), hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik.
A : Assessment
– Berdasarkan data subyektif dan obyektif dilakukan analisis
terkait obat.
P : Plans
– Setelah dilakukan SOA maka langkah berikutnya adalah
menyusun rencana yang dapat dilakukan untuk
menyelesaikan masalah.
245
PASIEN/JENIS OBAT YANG DI PTO
1.. Pasien yang menerima obat dengan risiko tinggi seperti :
– obat dengan indeks terapi sempit (contoh: Digoksin,fenitoin),
– Obat yang bersifat nefrotoksik (contoh: gentamisin) dan hepatotoksik
(contoh: OAT),
– Sitostatika (contoh: metotreksat),
– Antikoagulan (contoh: warfarin, heparin),
– Obat yang sering menimbulkan ROTD (contoh: metoklopramid, AINS),
– Obat kardiovaskular (contoh: nitrogliserin).
246
KONDISI PASIEN YG DILAKUKAN PTO
247
IDENTIFIKASI MASALAH TERKAIT OBAT
Setelah data terkumpul, perlu dilakukan analisis untuk identifikasi
adanya masalah terkait obat. (Hepler dan Strand)
1. Ada indikasi tetapi tidak di terapi :Pasien yang diagnosisnya telah
ditegakkan dan membutuhkan terapi obat tetapi tidak diresepkan.
Perlu diperhatikan bahwa tidak semua keluhan/gejala klinik harus
diterapi dengan obat.
2. Pemberian obat tanpa indikasi ,pasien mendapatkan obat yang tidak
diperlukan.
3. Pemilihan obat yang tidak tepat. Pasien mendapatkan obat yang
bukan pilihan terbaik untuk kondisinya (bukan merupakan pilihan
pertama, obat yang tidak cost effective, kontra indikasi
4. Dosis terlalu tinggi
5. Dosis terlalu rendah
6. Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD)
7. Interaksi obat
248
STANDAR KOMPETENSI APOTEKER
• 2. Mampu menyelesaiakan masalah terkait
dengan penggunaan farmasi
249
EFEK SAMPING OBAT
• Adalah setiap efek yang tidak dikehendaki yang merugikan atau
membahayakan pasien (adverse reactions) dari suatu pengobatan.
• Efek samping tidak mungkin dihindari/dihilangkan sama sekali, tetapi
dapat ditekan atau dicegah seminimal mungkin dengan menghindari
faktor-faktor risiko yang sebagian besar sudah diketahui.
• Beberapa contoh efek samping misalnya:
– Reaksi alergi akut karena penisilin (reaksi imunologik),
– Hipoglikemia berat karena pemberian insulin (efek farmakologik yang
berlebihan),
– Osteoporosis karena pengobatan kortikosteroid jangka lama (efek
samping karena penggunaan jangka lama),
– Hipertensi karena penghentian pemberian klonidin (gejala penghentian
obat - withdrawal syndrome),
– Fokomelia pada anak karena ibunya menggunakan talidomid pada masa
awal kehamilan (efek teratogenik)
– Dan sebagainya.
250
EFEK SAMPING
Efek samping yang dapat diperkirakan:
• Aksi farmakologik yang berlebihan
• Respons karena penghentian obat
• Efek samping yang tidak berupa efek
farmakologik utama
Faktor obat
• a) Intrinsik dari obat, yaitu sifat dan potensi obat untuk
menimbulkan efek samping
• b) Pemilihan obat.
• c) Cara penggunaan obat.
• d) Interaksi antar obat.
254
MESO
• Dilakukan secara kolaboratif
• Tujuannya adalah mengevaluasi effect obat
terhadap simptom pasien/penyakit maupun
hitung darah,fungsi ginjal dan liver, monitoring
obat yang terpilih
• Mengevaluasi adverse effects
255
256
ROTD (REAKSI OBAT yg
TIDAK DIHARAPKAN):
• PASTI: > 9
• LEBIH MUNGKIN: 5-8,
• MUNGKIN: 1-4,
• MERAGUKAN: < 0.
257
Standar PKPO.7.1
Kesalahan yg terkait dengan manajemen obat
(medication errors) dilaporkan melalui proses dan
kerangka waktu yg ditetapkan oleh RS
258
Standar PKPO.7.1
Kesalahan yg terkait dengan manajemen obat (medication
errors) dilaporkan melalui proses dan kerangka waktu yg
ditetapkan oleh RS
Regulasi :
• Pedoman pengorganisasian panitia keselamatan pasien RS
• SK panitia keselamatan pasien siapa yang bertanggung
jawab melaporkan IKP/medication error
Dokumen implementasi :
• Laporan Medication Error dan KNC (tepat waktu,sesuai
prosedur, siapa yg bertanggung jawab)
• Laporan IKP
• Analisis (Root Cause Analisis) terhadap medication error
dan KNC sampai dipakai untuk perbaikan proses
259
Analisis Reaksi Obat Yang Tidak Diharapkan
(RCA)
• PMKP 7. Semua reaksi obat tidak diharapkan yang serius (sesuai
definisi yang ditetapkan rumah sakit) dianalisis (RCA):
Analisis dilakukan terhadap hal-hal berikut :
• a) Semua reaksi transfusi yang terjadi di rumah sakit
• b) Semua kejadian kesalahan obat, jika terjadi sesuai definisi yang
ditetapkan rumah sakit
• c) Semua kesalahan medis (medical error) yang signifikan jika
terjadi sesuai dengan definisi rumah sakit
• d) Kejadian tidak diharapkan (KTD) atau pola kejadian yang tidak
diharapkan dalam keadaan sedasi atau selama dilakukan anestesi
• e) Kejadian lain, seperti ledakan infeksi mendadak (infection
outbreak)
260
261
DO KEJADIAN LAP RCA RTL
Bayi hilang
Lain-1
Sesuai ketentuan lap IKP tidak boleh di copy, karena itu di unit
pelayanan yg ada hanya form laporan, untuk laporan & hasil analisa
RCA atau risk grading, asesor internal menelusuri di Tim KPRS
Kejadian KEJADIAN LAP Risk RTL
Grading
Peningkatan KTD +/- +/- +/- +/-
Reaksi obat
Kesalahan obat
Outbreak infeksi
DO KEJADIAN LAP RCA RTL
MERAH &
KTD KUNING
RISK
GRADING BIRU &
KNC HIJAU
INVESTIGASI
SEDERHANA
o Medication error, KNC (PKPO 7.1)
Sutoto.KARS 269
PERUBAHAN PELAYANAN KEPERAWATAN
Wakefield.Douglas.,Implementing Shared Formulary and E-based Medication Order Review to Create "Closed Loop" Medication Process
in Critical Access Hospitals. September 16, 2009,. the 2009 AHRQ Annual Conference.
274
Suggestion for Improving Medication Processes are Challenges for All
Hospitals
Wakefield.Douglas.,Implementing Shared Formulary and E-based Medication Order Review to Create "Closed Loop" Medication Process
in Critical Access Hospitals. September 16, 2009,. the 2009 AHRQ Annual Conference.
275