Anda di halaman 1dari 4

BAB II

PRE-OPERASI

2.1 PRE-OPERASI

Persiapan pre-operasi yaitu :

1. Persiapan alat dan bahan


Persiapan alat

Meja operasi harus dibersihkan dan disterilkan. Alat-alat operasi dipersiapkan


dalam keadaan steril dan diletakkan secara urut dan rapi pada meja yang berdekatan
dengan meja operasi.

Alat-alat yang disiapkan adalah stetoskop, termometer, alat pencukur, tali


(handling), instrument pembedahan standar, elevator periosteal, 2-3 forcep bone
holder, alat fiksasi (plates dan screw, wire atau pin), bor, currete (untuk
menghilangkan callus), jarum, benang jahit, tampón dan plester

A B
Gambar 01 : A. Pin intrameduler
B. Sekrup dan Plate

Gambar 02 : Kirschner Wire


Persiapan Bahan
Bahan – bahan yang harus disiapkan dalam operasi ini yaitu :
 Betadine
 Alkohol
 Obat-obat premedikasi
 Obat – obat anestesi
 Antibiotik dll

2. Persiapan Operator dan Co-Operator

Sebelum melakukan operasi seorang operator harus dalam keadaan bersih dan
steril. Yaitu dengan mencuci tangan dari ujung tangan sampai batas siku sebelum
operasi, menggunakan air sabun di bawah air bersih yang mengalir, kemudian
didesinfektan dengan menggunakan larutan PK 4%.
Selain itu Operator dan asistennya juga harus menggunakan alat pelindung diri
yaitu seperti menggunakan masker, sarung tangan steril, dan pakaian khusus operasi

3. Persiapan Ruang Operasi

Perlengkapan pada ruang operasi meliputi lampu, meja benang, meja jarum,
dan meja obat-obatan disiapkan. Persiapan ruang operasi meliputi :

 Ruang operasi, meja dan perlengkapan lainnya dibersihkan.


 Desinfeksi dengan desinfektan.
 Dilakukan fumigasi dengan formalin dan KMNO4 dengan perbandingan 1:2
dan dibiarkan selama 15 menit.

Gambar 03 : ruang operasi (sumber :mydokterhewan)

4. Persiapan Pasien

Dilakukan diagnosis dengan cara yaitu : melalui klinikal persentasi, physical


examination findings (temuan pengamatan pisik), radiografi, laboratory findings
(temuan laboratorium). Teknik mendiagnosa fraktur os radius dan ulna melalui
klinikal persentasi terdiri dari dua bagian yaitu melalui signalement dan history
(sejarah penyakit).

Mendiagnosa fraktur dengan menggunakan pengamatan fisik (Physical


examination) pada hewan sangatlah efektif, karena bila terjadi fraktur pada tulang
radius dan ulna, hewan akan mengalami abnormalitas pada sistem tubuh yang lain.
Perlakuan palpasi pada tungkai yang mengalami trauma akan ditemukan rasa panas
pada bagian yang dipalpasi, akan dirasakan krepitasi pada bagian yang mengalami
trauma dan hewan akan kesakitan bila dilakukan palpasi pada daerah yang mengalmi
trauma.Bila fraktur yang terjadi merupakan fraktur yang terbuka, hewan akan
mengalami respon yang abnormal atau gerakan yang abnormal karena hewan tersebut
enggan untuk menggerakan tungkai kakinya.
Pengamatan fraktur radius dan ulna dengan menggunakan radiografi adalah
teknik diagnosa yag paling efektif karena fraktur yang terjadi akan terlihat dengan
sangat jelas baik letak, bentuk dan jmlah patahannya. Pengambilan gambar radiografi
dengan sudut pandang craniocaudal dan lateral (baik pandangan proximal dan distal
dari sendi) pada pengamatan tulang radius dan ulna akan menghasilkan sudut pandang
yang bagus dan jelas. Sebelum dilakuan X Ray biasanya hewan diberikan sedasi
terlebih dahulu agar hewannya tenang.

Contoh hasil X Ray

Gambar 04 :A. Gambaran X-Ray fraktur os


radius pada bagian distal

B. Gambaran X-Ray pada tulang


radius yang mengalami refraktur

Sebelum dilakukan operasi hewan dianamnesa, Anjing harus dipuasakan


makan selama 12 jam dan puasa minum selama 2 jam sebelum operasi dilakukan,
dengan tujuan agar kondisi usus dalam keadaan kosong sehingga anjing tidak muntah
dalam kondisi teranestesi. Bagian tubuh yang akan diincisi yaitu daerah craniolateral
dari humerus dibasahi dengan air sabun untuk memudahkan pencukuran. Rambut
anjing tersebut dicukur dengan menggunakan silet yang tajam, dibersihkan dengan
air, kemudian diolesi dengan yodium tincture. Setelah itu, lakukan penimbangan berat
badan anjing untuk menentukan semua volume obat yang akan digunakan.

2.2 ANESTESI

Sebelum melakukan anestesi biasanya hewan diberikan premedikasi dengan


tujuan melanjarkan induksi, untuk menenangkan hewan serta untuk merelaksasi otot.
Premedikasi yang digunakan yaitu Atropin sulfat 0,025% dengan dosis 0,04 mg/kg
BB secara subcutan.

Setelah diberikan premedikasi 10 menit kemudian diberikan anestesi. Anestesi


yang dapat digunakan yaitu anestesi umum yaitu memberikan campuran Xylazine 2%
dosis 2 mg/kg BB dengan Ketamin HCL 10% dosis 15 mg/kg BB yang diberikan
secara intramuskuler. Ampicillin 10% dengan dosis 10 mg/kg BB juga perlu
dipersiapkan.

Pada hewan besar, terutama kuda, anestesi dilakukan dua tahap, tahap pertama
adalah pre anestesi mempergunakan Acepromazine 1%, dosis 5 mg/50 kg BB,
kemudian dibiarkan beberapa saat hingga kuda tampak tenang dan mengalami
relaksasi. Tahap kedua adalah anestesi umum dengan mempergunakan Hydras
Chlorali 10 % dengan dosis 100 mg/kg BB

Anda mungkin juga menyukai