Anda di halaman 1dari 41

BAB I

Pendahuluan

1.1 Fisiografi

Gambar 1.1. Fisiografi daerah penelitian (Van Bemmelen, 1949). Lokasi penelitian ditunjukkan
dengan kotak kuning pada fisiografi Pulau Jawa

Lokasi berada di Kali Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunung


Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Surakarta - Giritontro (Surono dkk,


1992), daerah penelitian termasuk ke dalam dataran tinggi Wonosari yang secara
stratigrafi termasuk ke dalam Formasi Sambipitu dengan batuan penyusun formasi
di bagian bawah terdiri dari batupasir kasar, ke atas berangsur menjadi batupasir
halus yang berselang-seling dengan serpih, batulanau dan batulempung. Pada
bagian bawah kelompok batuan ini tidak mengandung bahan karbonat. Namun di
bagian atasnya, terutama batupasir, mengandung bahan karbonat dengan tebal 230
meter.

1
1.2 Geologi Regional

Gambar 1.2. Peta Geologi Lembar Yogyakarta

Daerah penelitian merupakan daerah homoklin. Hal ini tercermin dari


kedudukan lapisan yang relatif ke arah selatan (homoklin) sebesar 230. Hal ini
mengindikasikan bahwa geomorfologi daerah telitian dikontrol oleh proses struktur
geologi. Hasil dari proses struktur geologi ini adalah adanya perbukitan, lembah
serta dataran homoklin. Proses erosi yang intensif membentuk, bukit dan sungai
yang berbentuk “U“, dengan morfologi yang hampir datar. Lokasi pengamatan pada
field trip kedua ini merupakan pertemuan antara tiga formasi penyusun stratigrafi
regional zona pegunungan selatan. Formasi-formasi yang dimaksud adalah formasi
Nglanggran, formasi Sambipitu dan formasi Oyo. Berikut adalah penjelasan singkat
beserta tabel tatanan stratigrafi Zona Pegunungan Selatan dari beberapa sumber.

2
Tabel 1.1 Tatanan Stratigrafi Pegunungan selatan

a. Formasi Nglanggran
Lokasi tipe formasi ini adalah di Desa Nglanggran di sebelah selatan Desa
Semilir. Batuan penyusunnya terdiri dari breksi gunungapi, aglomerat, tuff dan
aliran lava andesit-basal dan lava andesit. Breksi gunungapi dan aglomerat yang
mendominasi formasi ini umumnya tidak berlapis. Kepingannya terdiri dari andesit
dan sedikit basal, berukuran 2 – 50 cm. Di bagian tengah formasi ini, yaitu pada
breksi gunungapi, ditemukan batugamping terumbu yang membentuk lensa atau
berupa kepingan. Secara setempat, formasi ini disisipi oleh batupasir gunungapi
epiklastika dan tuf yang berlapis baik. Formasi ini juga tersebar luas dan
memanjang dari Parangtritis di sebelah barat hingga tinggian G.Panggung di
sebelah timur. Ketebalan formasi ini di dekat Nglipar sekitar 530 meter. Formasi
ini menjemari dengan Formasi Semilir dan Formasi Sambipitu dan secara tidak
selaras ditindih oleh Formasi Oyo dan Formasi Wonosari. Dengan banyaknya
fragmen andesit dan batuan beku luar berlubang serta mengalami oksidasi kuat
berwarna merah bata maka diperkirakan lingkungan asal batuan gunungapi ini
adalah darat hingga laut dangkal. Sementara itu, dengan ditemukannya fragmen
batugamping terumbu, maka lingkungan pengendapan Formasi Nglanggran ini
diperkirakan di dalam laut.

3
b. Formasi Sampibitu
Lokasi tipe formasi ini terletak di Desa Sambipitu pada jalan raya
Yogyakarta-Patuk-Wonosari kilometer 27,8. Secara lateral, penyebaran formasi ini
sejajar di sebelah selatan Formasi Nglanggran, di kaki selatan Subzona Baturagung,
namun menyempit dan kemudian menghilang di sebelah timur. Ketebalan Formasi
Sambipitu ini mencapai 230 meter. Batuan penyusun formasi ini di bagian bawah
terdiri dari batupasir kasar, kemudian ke atas berangsur menjadi batupasir halus
yang berselangseling dengan serpih, batulanau dan batulempung. Pada bagian
bawah kelompok batuan ini tidak mengandung bahan karbonat. Namun di bagian
atasnya, terutama batupasir, mengandung bahan karbonat. Formasi Sambipitu
mempunyai kedudukan menjemari dan selaras di atas Formasi Nglanggran.
Formasi yang hanya tersusun oleh batupasir tuff serta meningkatnya kandungan
karbonat di dalam Formasi Sambipitu ini diperkirakan sebagai fase penurunan dari
kegiatan gunungapi di Pegunungan Selatan pada waktu itu (Bronto dan Hartono,
2001).

c. Formasi Oyo
Lokasi tipe formasi ini berada di K.Oyo. Batuan penyusunnya pada bagian
bawah terdiri dari tuff dan napal tuffan. Sedangkan ke atas secara berangsur
dikuasai oleh batugamping berlapis dengan sisipan batulempung karbonatan.
Batugamping berlapis tersebut umumnya kalkarenit , namun kadang-kadang
dijumpai kalsirudit yang mengandung fragmen andesit membulat. Formasi Oyo
tersebar luas di sepanjang K.Oyo. Ketebalan formasi ini lebih dari 140 meter dan
kedudukannya menindih secara tidak selaras di atas Formasi Semilir, Formasi
Nglanggran dan Formasi Sambipitu serta menjemari dengan Formasi Oyo.
Lingkungan pengendapannya pada laut dangkal (zona neritik) yang dipengaruhi
kegiatan gunungapi. Secara umum litologi yang ada pada stasiun pengamatan urut
dari tua ke muda adalah sebagai berikut : a. Satuan Breksi Nglanggran, b. Satuan
Batupasir Sambipitu, c. Satuan Batugamping Oyo (belum didentifikasi karena
berada diluar lokasi pengamatan 6). Berdasarkan hasil pengelompokkan, stasiun
pengamatan fieldtrip kali ini didominasi oleh satuan breksi Nglanggran dengan
prosentase 70 %, diikuti oleh satuan batupasir Sambipitu dengan prosentase 25 %

4
dan satuan batugamping Oyo dengan prosentase 5%. Penyebaran ketebalan satuan
batuan untuk masing-masing formasi dapat dilihat pada kolom stratigrafi.

5
BAB II
Pembahasan

2.1 Deskripsi Mikrofosil Plangtonik & Bentonik

( BOTTOM )
Plangtonik
1. Globorotalia Miotumida Conoidea

Gambar 2.1. Globorotalia Miotumida Conoidea

Deskripsi Fosil Komposisi cangkang calcareous; bentuk cangkang


trochospiral rendah; aperture primer intraumbilical, low arch,
aperture tambahan pada sisi spiral; kamar terdiri dari 3.5
sampai 4 putaran dan bertambah ukuran secara cepat;
umbilicus cukup lebaran dangkal.
Kingdom Chromista
Phylum Foraminifera
Class Globothalamea
Order Rotaliida
Superfamily Globorotalioidea
Family Globorotaliidae
Genus Globorotalia
Life Miosen tengah – akhir (N.9 – N.17)

6
2. Orbulina Saturalis

Gambar 2.2. Orbulina Saturalis

Deskripsi Fosil Komposisi dinding cangkang calcareous; bentuk cangkang


bulat, tahap awal trochospiral; aperture interiomarginal,
umbilical pada tahapan awal, pada keadaan dewasa bukaan
kecil; kamar globular, kamar akhirnya membungkus seluruh
bagian awal cangkang.
System Vitae - living organisms
Domain Eukaryota Whittaker & Margulis, 1978 - lifeforms with
nucletic cells
Superregnum Bikonta - bikonts
Cabozoa
Kingdom Rhizaria Cavalier-Smith, 2002
Phylum Foraminifera d'Orbigny, 1826
Class Rotalidia
Order Globigerinida Delage & Hérouard, 1896
Superfamily Globigerinacea Carpenter, Parker & Jones, 1862
Family Globigerinidae Carpenter, Parker & Jones, 1862
Subfamily Orbulininae Schultze, 1854
Genus Orbulina d'Orbigny, 1839
Life Miosen Tengah –Akhir (N.9 – N.17)

7
3. Globigerinoides Trilobus

Gambar 2.3. Globigerinoides Trilobus

Deskripsi Fosil
Komposisi dinding cangkang calcareous; bentuk cangkang
planispiral pada keadaan dewasa, trochospiral pada tahap awal,
evolute, equatorial periphery lobulate, axial periphery
membundar; aperture interiomarginal, arch besar yang dibatasi
oleh rim yang tidak jelas; kamar tersusun dari 3.5-4 putaran, 5-
6 kamar pada putaran terakhir bertambah ukuran secara cepat
system Vitae - living organisms
domain Eukaryota Whittaker & Margulis, 1978 - lifeforms with
nucletic cells
superregnum Bikonta - bikonts
Cabozoa
kingdom Rhizaria Cavalier-Smith, 2002
phylum Foraminifera d'Orbigny, 1826
class Rotalidia
order Globigerinida Delage & Hérouard, 1896
superfamily Globigerinacea Carpenter, Parker & Jones, 1862
family Globigerinidae Carpenter, Parker & Jones, 1862
subfamily Globigerininae Carpenter, Parker & Jones, 1862
genus Globigerinoides Cushman, 1927
Life Miosen Awal (N.4 – N.8)

8
4. Globigerina Woodi Connecta

Gambar 2.4. Globigerina Woodi Connecta

Deskripsi Fosil Komposisi cangkang calcareous; bentuk cangkang


trochospiral rendah; aperture primer intraumbilical, low arch,
aperture tambahan pada sisi spiral; kamar terdiri dari 3.5
sampai 4 putaran dan bertambah ukuran secara cepat;
umbilicus cukup lebar dan dangkal.
kingdom Cromista
phylum Foraminifera
class Globothalamea
order Rotaliida
superfamily Globigerinoidea
family Globigerinidae
genus Globigerina
life Miosen awal (N.5 – N.7)

5. Globorotalia Miozea

Gambar 2.5. Globorotalia Miozea


Deskripsi Fosil Cangkang trochospiral rendah, sumbu periphery membundar.
Dinding berpori, permukaan pada kamar awal halus. Kamar
terakhir menonjol, tersusun oleh O kamar dan pada 5 kamar

9
pertama involute cepat. Pada sisi spiral dan sisi umbilical
agak melengkung. Apertur interiormarginal, umbilical
dibatasi oleh rim, kamar terakhir memperlihatkan apertur
yang berlawanan dengan apertur primer.
kingdom Cromista
phylum Foraminifera
class Globothalamea
order Rotaliida
superfamily Globorotaloidea
family Globorotaliidae
genus Globorotalia
life Miosen Awal (N.4 – N.17)

Benthonik
1. Bolivina Parri

Gambar 2.6. Bolivina Parri

Deskripsi Fosil Komposisi cangkang calcareous; bentuk cangkang


trochospiral rendah; aperture primer intraumbilical, low arch,
aperture tambahan pada sisi spiral; kamar terdiri dari 3.5
sampai 4 putaran dan bertambah ukuran secara cepat;
umbilicus cukup lebar an dangkal.
kingdom Chromista
phylum Foraminifera
class Globothalamea
order Rotaliida
superfamily Cassidulinoidea
family Bolivinitidae
genus Bolivina

10
environment Neritik-Batial

2. Anomalioides fesciatus

Gambar 2.7. Anomalioides Fesciatus

Deskripsi Fosil Komposisi cangkang calcareous; bentuk cangkang


trochospiral rendah; aperture primer intraumbilical, low arch,
aperture tambahan pada sisi spiral; kamar terdiri dari 3.5
sampai 4 putaran dan bertambah ukuran secara cepat;
umbilicus cukup lebar an dangkal.
kingdom Chromista
phylum Foraminifera
class Globothalamea
order Rotaliida
superfamily Chilostomelloidea
family Anomalinidae
genus Anomalinoides
environment Batial

11
3. Cibides Finlayi

Gambar 2.8. Cibides Finlayi

Deskripsi Fosil Komposisi cangkang calcareous; bentuk cangkang


trochospiral rendah; aperture primer intraumbilical, low arch,
aperture tambahan pada sisi spiral; kamar terdiri dari 3.5
sampai 4 putaran dan bertambah ukuran secara cepat;
umbilicus cukup l;ebar an dangkal, umur.
kingdom Chromista
phylum Foraminifera
class Globothalamea
order Rotaliida
superfamily Planorbulinoidea
family Cibicididae
genus Cibicides
environment Batial

12
4. Mucronina Tosca

Gambar 2.9. Mucronina Tosca

Deskripsi Fosil Komposisi dinding cangkang calcareous; bentuk cangkang


bulat memanjang (pipa), polythalamus, Uniserial, aperture
berada dikamar terakhir
kingdom Chromista
phylum Foraminifera
class Nodosariata
order Polymorphinida
family Plectofrondiculariidae
genus Mucronina
environment Neritik - batial

13
5. Cibides Novozelandicus

Gambar 2.4. Cibides Novozelandicus

Deskripsi Fosil Komposisi cangkang calcareous; bentuk cangkang


trochospiral rendah; aperture primer intraumbilical, low arch,
aperture tambahan pada sisi spiral; kamar terdiri dari 3.5
sampai 4 putaran dan bertambah ukuran secara cepat;
umbilicus cukup lebar an dangkal.
kingdom Chromista
phylum Foraminifera
class Globothalamea
order Rotaliida
superfamily Planorbulinoidea
family Cibicididae
genus Cibicides
environment Neritik - Batial

14
(MIDDLE)

Plangtonik
1. Orbulina

Gambar 2.11. Orbulina

Deskripsi Fosil Komposisi dinding cangkang calcareous; bentuk cangkang


bulat, tahap awal trochospiral; aperture interiomarginal,
umbilical pada tahapan awal, pada keadaan dewasa bukaan
kecil; kamar globular, kamar akhirnya membungkus seluruh
bagian awal cangkang.
System Vitae - living organisms
Domain Eukaryota Whittaker & Margulis, 1978 - lifeforms with
nucletic cells
Superregnum Bikonta - bikonts
Kingdom Rhizaria Cavalier-Smith, 2002
Phylum Foraminifera d'Orbigny, 1826
Class Rotalidia
Order Globigerinida Delage & Hérouard, 1896
Superfamily Globigerinacea Carpenter, Parker & Jones, 1862
Family Globigerinidae Carpenter, Parker & Jones, 1862
Subfamily Orbulininae Schultze, 1854
Genus Orbulina d'Orbigny, 1839
Life Miosen Tengah-akhir (N.8 – N.23)

15
2. Globigerina Woodi Connecta

Gambar 2.12. Globigerina Woodi Connecta

Deskripsi Fosil Komposisi cangkang calcareous; bentuk cangkang


trochospiral rendah; aperture primer intraumbilical, low arch,
aperture tambahan pada sisi spiral; kamar terdiri dari 3.5
sampai 4 putaran dan bertambah ukuran secara cepat;
umbilicus cukup l;ebar an dangkal, umur.
kingdom Cromista
phylum Foraminifera
class Globothalamea
order Rotaliida
superfamily Globigerinoidea
family Globigerinidae
genus Globigerina
life Miosen awal - Resen (N.5 – N.23)

3. Globigerinoides Trilobus

Gambar 2.3. Globigerinoides Trilobus

Deskripsi Fosil
Komposisi dinding cangkang calcareous; bentuk cangkang
planispiral pada keadaan dewasa, trochospiral pada tahap

16
awal, evolute, equatorial periphery lobulate, axial periphery
membundar; aperture interiomarginal, arch besar yang
dibatasi oleh rim yang tidak jelas; kamar tersusun dari 3.5-4
putaran, 5-6 kamar pada putaran terakhir bertambah ukuran
secara cepat
kingdom Chromista
phylum Foraminifera
class Globothalamea
order Rotaliida
superfamily Globigerinoidea
family Globigerinidae
genus Globigerinoides
life Miosen Awal (N.4 – N.7)

4. Globigerinoides Altiaperturus

Gambar 2.14. Globigerinoides Altiaperturus

Deskripsi Fosil Komposisi dinding cangkang calcareous; bentuk cangkang


planispiral pada keadaan dewasa, trochospiral pada tahap
awal, evolute, equatorial periphery lobulate, axial periphery
membundar; aperture interiomarginal, arch besar yang
dibatasi oleh rim yang tidak jelas; kamar tersusun dari 3.5-4
putaran, 5-6 kamar pada putaran terakhir bertambah ukuran
secara cepat; sutura memancar, tertekan.
kingdom Chromista
phylum Foraminifera
class Globothalamea
order Rotaliida

17
superfamily Globigerinoidea
family Globigerinidae
genus Globigerinoides
life Miosen Awal-resen (N.6 – N.23)

5. Globigerinoides Bispharicus

Gambar 2.15. Globigerina Bisparicus

Deskripsi Fosil Cangkang trochospiral biconvex, sisi equatorial lobulate.


Dinding berlubang, permukaannya berduri. Kamar spherical,
kecuali kamar terakhir elongate, tersusun dalam 3,5 putaran
dan pada kamar terakhir ukurannya lebih besar. Sutura pada
sisi spiral melengkung dan pada sisi umbilical tertekan
melingkar. Apertur interiormarginal, kamar terakhir
mempunyai apertur sekunder.
kingdom Chromista
phylum Foraminifera
class Globothalamea
order Rotaliida
superfamily Globigerinoidea
family Globigerinidae
genus Globigerinoides bisphericus
life Miosen Awal – Tengah (N.4 – N.10)

18
Benthonik

1. Bolivina Zedirecta

Gambar 2.16. Bolivina Zedirecta

Deskripsi Fosil Komposisi dinding cangkang calcareous; bentuk cangkang


bulat, polythalamus, Uniserial, aperture berada dikamar
terakhir
kingdom Chromista
phylum Foraminifera
class Globothalamea
order Rotaliida
superfamily Cassidulinoidea
family Bolivinitidae
genus Bolivina
life Miosen Awal (N.4 –N.8)
Environment Abisal

19
2. Mucronina cf Subtetragons

Gambar 2.17. Mucronina Cf. Subtetragons


Deskripsi Fosil Komposisi dinding cangkang calcareous; bentuk cangkang
bulat memanjang (pipa), polythalamus, Uniserial, aperture
berada dikamar terakhir
kingdom Chromista
phylum Foraminifera
class Nodosariata
order Polymorphinida
family Plectofrondiculariidae
genus Mucronina
life Awal Miosen (N.5 – N.7)
Environment Neritik- batial atas

3. Rectobolivina Parvula

Gambar 2.18. Rectobolivina Parvula

Deskripsi Fosil Komposisi dinding cangkang calcareous; bentuk cangkang


bulat, polythalamus, Uniserial, aperture berada dikamar
terakhir

20
kingdom Chromista
phylum Foraminifera
class Globothalamea
order Rotaliida
superfamily Buliminoidea
family Siphogenerinoididae
genus Rectobolivina
life Miosen Awal-Akhir (N.5 – N.17)
Environment Batial

4. Nodosaria Acuminate

Gambar 2.19. Nodosaria Acuminate

Deskripsi Fosil
Cangkang polythalamus, terdiri dari beberapa baris kamar
yang letaknya semakin membesar ke arah berlawanan,
aperture elips-lonjong.
kingdom Chromista
phylum Foraminifera
class Nodosariata
order Nodosariida
superfamily Nodosarioidea
family Nodosariidae
genus Nodosaria
life Miosen Awal (N.4 – N.8)
evironment Batial

21
5. Cibides Novozelandicus

Gambar 2.20. Cibides Novozelandicus

Deskripsi Fosil Komposisi cangkang calcareous; bentuk cangkang


trochospiral rendah; aperture primer intraumbilical, low arch,
aperture tambahan pada sisi spiral; kamar terdiri dari 3.5
sampai 4 putaran dan bertambah ukuran secara cepat;
umbilicus cukup lebar an dangkal.
kingdom Chromista
phylum Foraminifera
class Globothalamea
order Rotaliida
superfamily Planorbulinoidea
family Cibicididae
genus Cibicides
life Oligosen Akhir – Miosen Awal (N.1 – N.8)
evironment batial

22
6. Mucronina cf Subtetragons

Gambar 2.21. Mucronina Cf Subtetragons

Deskripsi Fosil Komposisi dinding cangkang calcareous; bentuk cangkang


bulat memanjang (pipa), polythalamus, Uniserial, aperture
berada dikamar terakhir
kingdom Chromista
phylum Foraminifera
class Nodosariata
order Polymorphinida
family Plectofrondiculariidae
genus Mucronina
life Awal Miosen (N.4 – N.8)
evironment Neritik

23
(TOP)

Plangtonik

1. Globorotalia Menardi

Gambar 2.22. Globorotalia Menardi

Deskripsi Fosil
Cangkang trochospiral,sangat rendah,biconvex, equatorial
periphery lobilate, periphery axial dengan jelas oleh keel,
dinding cangkang berpori, permukaan pada kamar awal
sedikit, rugose dekat pundak, kemudian menghalus, kamar
menekan dengan kuat, terdiri dari tiga putaran, lima sampai
tujuh pada putaran terakhir tumbuh secara tetap ukurannya,
sutura pada bagian dorsal spiral melengkung rendah, letaknya
tinggi, pada bagian umbilical interiomarginal,ekstraumbilical,
sampai umbilical, celah yang rendah dibatasi oleh bibir yang
rendah.
system Vitae - living organisms
domain Eukaryota Whittaker & Margulis, 1978 - lifeforms with
nucletic cells
superregnum Bikonta - bikonts
kingdom Rhizaria Cavalier-Smith, 2002
phylum Foraminifera d'Orbigny, 1826
class Rotalidia
order Globigerinida Delage & Hérouard, 1896
superfamily Globorotaliacea Cushman, 1927
family Globorotaliidae Cushman, 1927

24
genus Globorotalia Cushman, 1927
Life Miosen Tengah-Akhir

2. Globigerinoides Trilobus

Gambar 2.23. Globigerinoides Trilobus

Deskripsi Fosil
Komposisi dinding cangkang calcareous; bentuk cangkang
planispiral pada keadaan dewasa, trochospiral pada tahap awal,
evolute, equatorial periphery lobulate, axial periphery
membundar; aperture interiomarginal, arch besar yang dibatasi
oleh rim yang tidak jelas; kamar tersusun dari 3.5-4 putaran, 5-
6 kamar pada putaran terakhir bertambah ukuran secara cepat
system Vitae - living organisms
domain Eukaryota Whittaker & Margulis, 1978 - lifeforms with
nucletic cells
superregnum Bikonta - bikonts
kingdom Rhizaria Cavalier-Smith, 2002
phylum Foraminifera d'Orbigny, 1826
class Rotalidia
order Globigerinida Delage & Hérouard, 1896
superfamily Globigerinacea Carpenter, Parker & Jones, 1862
family Globigerinidae Carpenter, Parker & Jones, 1862
subfamily Globigerininae Carpenter, Parker & Jones, 1862
genus Globigerinoides Cushman, 1927
Life Miosen Tengah – Akhir (n10- n18)

25
3. Globigerina Woodi

Gambar 2.24. Globigerina Woodi

Deskripsi Fosil Komposisi cangkang calcareous; bentuk cangkang trochospiral


rendah; aperture primer intraumbilical, low arch, aperture
tambahan pada sisi spiral; kamar terdiri dari 3.5 sampai 4
putaran dan bertambah ukuran secara cepat; umbilicus cukup
lebar dan dangkal.
kingdom Chromista
phylum Foraminifera
class Globothalamea
order Rotaliida
superfamily Globigerininae
family Globigerinidae
subfamily Globigerinoidea
genus Globigerina

4. Globorotalia Mayeri Bella

Gambar 2.25. Globorotalia Mayeri Bella

Deskripsi Fosil Cangkang trochospiral,sangat rendah,biconvex, equatorial


periphery lobilate, periphery axial dengan jelas oleh keel,
dinding cangkang berpori, permukaan pada kamar awal sedikit,

26
rugose dekat pundak, kemudian menghalus, kamar menekan
dengan kuat, terdiri dari tiga putaran, lima sampai tujuh pada
putaran terakhir tumbuh secara tetap ukurannya, sutura pada
bagian dorsal spiral melengkung rendah, letaknya tinggi, pada
bagian umbilical interiomarginal,ekstraumbilical, sampai
umbilical, celah yang rendah dibatasi oleh bibir yang rendah.
kingdom Chromista
phylum Foraminifera
class Globothalamea
order Rotaliida
superfamily Globorotalioidea
family Globorotaliidae
genus Globorotalia
Life Miosen Tengah- Akhir (n10-n18)

5. Globorotalia Miozea

Gambar 2.26. Globorotalia Miozea

Deskripsi Fosil Cangkang trochospiral rendah, sumbu periphery membundar.


Dinding berpori, permukaan pada kamar awal halus. Kamar
terakhir menonjol, tersusun oleh O kamar dan pada 5 kamar
pertama involute cepat. Pada sisi spiral dan sisi umbilical
agak melengkung. Apertur interiormarginal, umbilical
dibatasi oleh rim, kamar terakhir memperlihatkan apertur
yang berlawanan dengan apertur primer.
kingdom Cromista
phylum Foraminifera
class Globothalamea
order Rotaliida
superfamily Globorotaloidea
family Globorotaliidae

27
genus Globorotalia
life Miosen Awal (N.4 – N.8)

Benthonik
1. Cibides Finlayi

Gambar 2.27. Cibides Finlayi

Deskripsi Fosil Komposisi cangkang calcareous; bentuk cangkang


trochospiral rendah; aperture primer intraumbilical, low arch,
aperture tambahan pada sisi spiral; kamar terdiri dari 3.5
sampai 4 putaran dan bertambah ukuran secara cepat;
umbilicus cukup lebar an dangkal.
kingdom Chromista
phylum Foraminifera
class Globothalamea
order Rotaliida
superfamily Planorbulinoidea
family Cibicididae
subfamily Cibicidinae
genus Cibicides
envinronment Batial

28
2. Cibides Ilungia

Gambar 2.28. Cibides Ilungia

Deskripsi Fosil Komposisi cangkang calcareous; bentuk cangkang


trochospiral rendah; aperture primer intraumbilical, low arch,
aperture tambahan pada sisi spiral; kamar terdiri dari 3.5
sampai 4 putaran dan bertambah ukuran secara cepat;
umbilicus cukup lebar an dangkal.
kingdom Chromista
phylum Foraminifera
class Globothalamea
order Rotaliida
superfamily Planorbulinoidea
family Cibicididae
subfamily Cibicidinae
genus Cibicides
environment Batial

29
3. Hanzawaia Scopos

Gambar 2.29. hanzawaia Scopos

kingdom Chromista
phylum Foraminifera
class Globothalamea
order Rotaliida
superfamily Discorbinelloidea
family Discorbinellidae
genus Hanzawaia
environment Batial

4. Planulina Catilla

Gambar 2.30. Planulina Catilla

Deskripsi Fosil Komposisi cangkang calcareous; bentuk cangkang


trochospiral rendah; aperture primer intraumbilical, low
arch, aperture tambahan pada sisi spiral; kamar terdiri dari
3.5 sampai 4 putaran dan bertambah ukuran secara cepat;
umbilicus cukup lebar an dangkal.
kingdom Chromista
phylum Foraminifera
class Globothalamea
order Rotaliida

30
superfamily Planorbulinoidea
family Planulinidae
genus Planulina
environment Batial

5. Valvulineria Sp

Gambar 2.31. Valvulineria Sp.

Deskripsi Fosil Komposisi dinding cangkang calcareous; bentuk cangkang


bulat, tahap awal trochospiral; aperture interiomarginal,
umbilical pada tahapan awal, pada keadaan dewasa bukaan
kecil; kamar globular, kamar akhirnya membungkus seluruh
bagian awal cangkang.
kingdom Chromista
phylum Foraminifera
class Globothalamea
order Rotaliana
superfamily Discorboidea
family Cancrisidae
genus Valvulineria
environment Batial

31
2.3 Deskripsi Fosil Jejak

Fosil Jejak 1

Gambar 2.32. Fosil jejak 1

Berdasarkan gambar diatas yang diambil dari data lapangan yang berada dikali
ngalang bagian bawah. Di gambar ini terdapat fosil jejek dengan jenis ichnofasies
nereites group yang berarti jejek ini terbentuk akibat dari kegiatan mencari makan
( feeding), yang di cirikan dengan keadaan singkapan yang relatih horizontal dan
komposisi batuan berupa batupasir dengan ukuran butir pasir sedang sampai pasir
halus. Pola ini di sebut sebagai pola crawling. Di jumpa piada lingkungan merine,
kedalam air laut sangat dalam (daerah lereng - abyssal) dengan arus turbidit,
substrat lapisan lunak berukuran pasir dan lempung.

32
Fosil Jejak 2

Gambar 2.33. Fosil jejak 2

Berdasarkan gambar diatas yang diambil dari data lapangan yang berada dikali
ngalang bagian bawah. Di gambar ini terdapat fosil jejek dengan jenis ichnofasies
zoophycoz group yang berarti jejek ini terbentuk akibat dari kegiatan mencari
makan ( feeding), yang di cirikan dengan keadaan singkapan yang relatih horizontal
dan komposisi batuan berupa batupasir dengan ukuran butir pasir sedang sampai
pasir halus. Pola ini di sebut sebagai pola phycoosiphon. Di jumpai ada lingkungan
merine, air laut dalam (daerah lereng batial) dengan energi rendah substrat lapisan
lunak berukuran lempung,

33
Fosil Jejak 3

Gambar 2.34. Fosil jejak 3

Berdasarkan gambar diatas yang diambil dari data lapangan yang berada dikali
ngalang bagian bawah. Di gambar ini terdapat fosil jejek dengan jenis ichnofasies
nereites group yang berarti jejek ini terbentuk akibat dari kegiatan mencari makan
( feeding), yang di cirikan dengan keadaan singkapan yang relatih horizontal dan
komposisi batuan berupa batupasir dengan ukuran butir pasir sedang sampai pasir
halus. Pola ini di sebut sebagai pola crawling.Di jumpai pada lingkungan merine,
kedalam air laut sangat dalam ( daerah lereng abysal) dengan arus turbidit,substrat
lapisan lunak berukuran pasir dan lempung.

34
2.4 Penarikan Umur Mikrofosil

Tabel 2.1 Penarikan Umur


Miosen
Pliosen Pleistosen
Miosen Awal Miosen Tengah Miosen Akhir
No Foraminifera Plangtonik
ZONASI BLOW 1969
N3 N4 N5 N6 N7 N8 N9 N10 N11 N12 N13 N14 N15 N16 N17 N18 N19 N20 N21 N22 N23
Lapisan bawah
1 Globorotalia Miotumida Conoidea
2 Globorotalia Miozea
3 Orbulina Saturalis
4 Globigerina Woodi Connecta
5 Globigerinoides Trilobus
Lapisan Tengah
1 Globigerina Woodi Connecta
2 Globigerinoides trilobus
3 Orbulina universa
4 Globigerinoides Bispharicus
5 Globigerinella abesa
Lapisan Atas
1 Globorotalia Menardi
2 Globigerina Woodi
3 Globigerinoides Trilobus
4 Globorotalia Mayeri Bella
5 Globorotalia Miozea

Bahwa pada penelitian foraminifera dapat menunjukkan umur dari litologi


penyusun dari Formasi Sambipitu ini adalah Miosen Awal sampai Miosen Tengah.

2.5 Lingkungan Pengendapan

Tabel 2.2 Lingkungan Pengendapan


Neritik Batial
Abisal Hadal
No Foraminifera Bentonik Tepi Tengah Luar Atas Tengah Bawah
0-100 m 100-300 m300-600 m 600-1500 m1500-3000 m3000-6000 m6000-1600 m> 1600 m
Lapisan Bawah ( Bandy, 1976)
1 Bolivina Parri
2 Anomalioides fesciatus
3 Cibides Novozelandicus
4 Mucronina Tosca
5 Cibides Finlayi
Lapisan Tengah (Bandy, 1967)
1 Bolivina Zedirecta
2 Mucronina cf Subtetragons
3 Rectobolivina Parvula
4 Nodosaria Acuminate
5 Cibides Novozelandicus
Lapisan Atas (Bandy, 1967)
1 Vaginulina albaensis
2 Cibides Ilungia
3 Valvulineria Sp
4 Hanzawaia Scopos
5 Cibicides Finlayi

Petrogenesa berdasarkan Lingkungan Pengendapan

Secara umum stasiun pengamatan ini merupakan daerah pertemuan antara


tiga formasi penyusun stratigrafi pengunungan selatan, yaitu formasi Nglanggran,
Formasi Sambipitu dan formasi Oyo. Petrogenesa untuk stasiun pengamatan ini pun
akan sangat dipengaruhi oleh genesa terbentuknya formasi-formasi tersebut.
Terjadi beberapa kali periode letusan gunungapi tipe subaqoaeous yang

35
mengakibatkan beranekaragamnya fragmen-fragmen breksi yang ditemukan di
stasiun pengamatan ini, selain itu kontak langsung dengan air juga mengakibatkan
terbentuknya proses turbidit yang akhirnya diendapkan pada kipas alluvial bawah
laut. Berikut adalah runtut periode erupsi gunungapi bawah laut dan material yang
dihasilkannya.

Gambar 2.35. Periode pertama erupsi

Pada periode ini tipe lava gunungapi purba ini menunjukkan tipe asam.
Sehingga terbentuk lontaran tuff dan pumice. Material tuff ini menjadi fragmen
pada lokasi pengamatan 1 dan sempat muncul di lokasi pengamatan 4 yang
breksinya telah tererosi dan diatasnya diendapkan secara tidak selaras breksi
polimict.

Gambar 2.36. Periode ke 2 erupsi

Pada periode ini diendapkan lava andesit-basal yang nantinya akan


berstruktur sheet jointing akibat pembebanan oleh batuan lain yang lebih muda.

36
Gambar 2.37. Periode ke 3 pasca erupsi

Pada periode erupsi ini tipe lava mulai berubah menjadi lebih basa, hal ini
ditandai dengan tipe erupsinya yang berubah menjadi eksplosif. Pada periode ini
batuan piroklastik lontaran yang dihasilkan berupa batuan beku skorian yang
teroksidasi kuat, hal ini menandakan bahwa magma induknya mengandung banyak
mineral ferromagnesian silikat. Batuan skorian ini diendapkan diatas lava andesit
basal dan akhirnya membebani batuan tersebut dan mengakibatkan terbentuknya
struktur kekar lembaran (sheet jointing).

Gambar 2.38. periode ke 4 pasca erupsi

Pada periode erupsi ketiga ini tipe lava sudah berubah menjadi basa,
sehingga aliran lavanya yang cukup cair, diikuti juga dengan material lontaran
batuan piroklastik basa. Selain itu, aliran lava ini juga membentuk litologi breksi
vulkanik autoklastik karena perbedaan temperature yang cukup besar, seiring
dengan menurunnya air laut.

Pada periode selanjutnya pengendapan didominasi oleh agen transportasi air


yang membawa material dari puncak gunungapi (setelah fase pengangkatan

37
dataran) dalam bentuk debris flow. Material yang terbawa berupa bongkahan-
bongkahan bom vulkanik, batuan andesit, basal yang ada di lereng gunungapi dan
bercampur dengan sisa-sisa koral dari batugamping terumbu pada lingkungan laut
dalam sebelum fase pengangkatan. Sehingga litologi breksi yang terbentuk sangat
kaya jenis fragmen (polymictite).

Gambar 2.39. Fragmen andesit, basal dan lainnya terbawa dari lereng gunungapi bersama dengan
aliran lahar dingin (debris flow) hingga akhirnya diendapkan, bercampur dengan fragmen lain
yang telah ada sebelumnya dan akhirnya terlitifikasi membentuk breksi polimict.

Setelah fase pengangkatan, terjadilah sebuah fase transgresi yang kemudian


mengendapkan satuan batupasir Sambipitu. Satuan ini terendapkan berupa satuan
batupasir yang mengalami perselingan dengan batulempung dan pada beberapa
lokasi ditemukan segmen karbonat pada batupasir ini.

Gambar 2.40 Pengendapan

38
BAB III
KESIMPULAN

Pada praktikum Stratigrafi Analisis ini, telah dilakukan penelitian pada daerah
Kali Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Pada penelitian ini Sungai Ngalang berada pada Zona
Pegunungan Selatan dengan Formasi Sambipitu yanga mana pada formasi ini
banyak di jumpai fosil baik Mikrofosil maupun fosil jejak dengan batuan penyusun
formasi di bagian bawah terdiri dari batupasir kasar, ke atas berangsur menjadi
batupasir halus yang berselang-seling dengan serpih, batulanau dan batulempung.
Pada bagian bawah kelompok batuan ini tidak mengandung bahan karbonat. Namun
di bagian atasnya, terutama batupasir, mengandung bahan karbonat (Surono dkk,
1992).

Pada analisa ini, dilakukan analisa mikrofosil pada batuan penyusun pada
Sungai Ngalang ini, telah dilalakukan deskripsi dari pengamatan mikrofosil
foraminifera palngtonik didapati hasil bahwa pada lapisan bawah (battom) berumur
kisaran Miosen Awal (n5-n8), lalu pada lapisan tengah (middle) berumur Miosen
Awal-Tengah (n8-n10), dan kemudian pada lapisan atas (top) berumur Miosen
Tengah (n10-n14). Jadi dapat disimpulkan bahwa pada Sungai Ngalang ini jika
dilihat dari umur foraminiferanya sendiri yaitu Miosen Awal-Tengah.

Kemudian dalam analisa ini juga telah diamati lingkungan pengendapan dari
sungai ini berdasarkan foraminifera bentoniknya yaitu terbentuk pada lingkungan
neritik luar – batial tengah (Bandy, 1967) dan ( Tipsword, 1966).

Juga yang ditunjukan dengan adanya pola fosil jejak yang menandakan daerah
ini adalah laut dalam. Yang mana terdapat produk gunungapi dengan material yang
halus atau berupa meterial hembusan yang terendapkan pada daerah ini, yang juga
menandakan bahwa adanya aktivitas vulkanik pada daerah ini yang diindikasikan
kemungkinan terdapatnya gunungapi aktif bawah laut.

39
DAFTAR PUSTAKA

http://www.marinespecies.org/foraminifera/aphia.php?p=taxdetails&id=734647
Pringgopawiro H, 1984. Diktat Mikropaleontolgi Lanjut, Laboratorium
Mikropaleontologi Jur. T Geologi, ITB, Bandung
Sanjoto Siwi, Suharsono, 1994, Petunjuk Praktikum Mikropaleontologi Dasar ;
Ordo Foraminifera, ISTA Yogyakarta
Toha, B., Dorn , P.R., Sriyono, Soetoto, Rahardjo, W., & Pramumijoyo, S., 1994.
Geologi daerah Pengunungan Selatan : Suatu kontribusi. Proceedings
Geologi dan Geoteknik Pulau Jawa . Jurusan Teknik Geologi FT-UGM, 19-
28.
Widiasworo, Anindyo, S.T.,. 2011 . Skripsi : GEOLOGI DAN STUDI FASIES
TURBIDIT FORMASI SAMBIPITUDAERAH NGALANG, KECAMATAN
NGALANG, KABUPATENGUNUNGKIDUL, PROPINSI
D.I.YOGYAKARTA. Jurusan Teknik Geologi, Fakutas Teknologi Mineral
UPN “veteran” Yogyakarta.

40
LAMPIRAN

41

Anda mungkin juga menyukai