Anda di halaman 1dari 10

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KFM,KHM,DAN KHL

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen SDM

Semester III pada Program Studi Manajemen

Dosen : H.R.M Juddy Prabowo,SE.,Msi

Disusun oleh :

Safitri : 5111181211
Intan Suci R : 5111181217

Kelas : Manajemen III-F

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI,2019
Sejarah Upah Minimum

Selama lebih dari 40 tahun sejak upah minimum pertama kali di berlakukan,
Indonesia telah 3 kali menggantikan standar kebutuhan hidup sebagai dasar penetapan
upah minimum. Komponen kebutuhan hidup tersebut meliputi; kebutuhan fisik minimum
(KFM) yang berlaku Tahun 1969 – 1995; Kebutuhan Hidup Minimum (KHM) yang berlaku
Tahun 1996 – 2005 dan kemudian Kebutuhan Hidup Layak (KHL) yang berlaku Tahun 2006 -
hingga sekarang ini. Di samping itu, pengertian (definisi) upah minimum, dan istilah-
istilahnya juga mengalami beberapa kali perubahan seiring perkembangan dan perubahan
regulasi.

1. Kebutuhan Fisik Minimum (KFM)


Pada awalnya kebijakan upah minimum ditetapkan berdasarkan
besaran biaya Kebutuhan Fisik Minimum (KFM). Dalam perkembangannya
kemudian, dalam era otonomi daerah, dalam menentukan besaran tingkat
upah minimum beberapa pertimbangannya adalah:
a. biaya Kebutuhan Hidup Minimum (KHM)
b. Indeks Harga Konsumen (IHK)
c. tingkat upah minimum antar daerah
d. kemampuan, pertumbuhan, dan keberlangsungan perusahaan
e. kondisi pasar kerja, dan
f. pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita.

Dengan berbagai kondisi empiris dan penjelasan tentang implementasi


dari kebijakan upah minimum diatas, sebenarnya segala produk hukum
termasuk kebijakannya tidak boleh melenceng dari prinsip dasar hukum yaitu
Undang-Undang Dasar 1945. Demikian pula dengan kebijakan upah
minimum harus mengacu pada UUD tersebut yang secara jelas dalam UUD
1945 pasal 27 ayat 2 dikatakan bahwa setiap orang berhak mendapatkan
pekerjaan dan penghidupan yang layak. Pekerjaan dan penghidupan yang
layak tersebutlah yang seharusnya dijadikan standar baku bagi penetapan
upah minimum. Meskipun demikian, disamping penghidupan yang layak bagi
pekerja beberapa perhitungan perlu dilakukan dalam menentukan tingkat
upah minimum, seperti misalnya menjaga produktivitas usaha dan
keberlanjutan kondisi ekonomi nasional (dan daerah) (Hendrani, 2002).
Dengan kata lain, kebijakan upah minimum harus ditetapkan untuk
meningkatkan kehidupan yang layak khususnya bagi para pekerja tetapi juga
tanpa merugikan kelangsungan hidup perusahaan yang bisa mengancam
keberlanjutan kondisi ekonomi dan produktivitas nasional (dan daerah).
Penelitian ini mengkaji sejauh mana kebijakan upah minimum berusaha
memenuhi kedua kepentingan tersebut tetapi tetap sesuai dengan UUD 1945
khususnya pasal 27.

Upah Minimum 1969-1995

Upah minimum di Indonesia di awali dengan ditetapkannya


Kebutuhan Fisik Minimum (KFM) tahun 1956 melalui konsesus Triparitit
dan para ahli gizi sebagai acuan penghitungan upah
minimum.36Kebijakan upah minimum pertama kali diperkenalkan awal
1970-an37setelah dibentuknya Dewan Penelitian Pengupahan Nasional
(DPPN) berdasarkanKepres No, 85 Tahun 1969 dan dibentuknya Dewan
Penelitian Pengupahan Daerah (DPPD) oleh pemerintah daerah. Adapun
penghitungan Upah minimum pada saat itu berdasarkan Kebutuhan Fisik
Minimum (KFM) yang terdiri dari5 kelompok kebutuhan, yaitu
1) Makanan dan minuman, terdiri dari 17 komponen
2) Bahan bakar, penerangan, penyejuk terdiri dari 4 komponen
3) Perumahan dan alat dapur terdiri dari 11 komponen
4) Pakaian terdiri dari 10 komponen
5) Lain-lain terdiri dari 6 komponen

Kebutuhan Fisik Minimum (KFM)tersebut di hitung untuk;


1) pekerja/buruh lajang
2) pekerja/buruh + isteri (K-0)
3) pekerja/buruh + isteri + 1 (satu) orang anak (K-1)
4) pekerja/buruh + isteri + 2 (dua) orang anak (K-2)
5) pekerja/buruh + isteri + 3 (tiga) orang anak (K-3)

Penentuan nilai KFM dilakukan oleh DPPD melalui penelitian


harga-hargapada pasar-pasar tradisionalyang di lakukan sekali dalam
sebulan untuk wilayah DKI Jakarta dan sekali dalam 3 bulan untuk wilayah
propinsi lain. DPPD kemudian menyampaikan hasil kajianKFM dan
kesimpulannya mengenai upah minimum kepada Gubernur, untuk
kemudian direkomendasikan kepada Menteri Tenaga Kerja. Dewan
Penelitian Pengupahan Nasional(DPPN) kemudian meneliti rekomendasi
dari para Gubernur sebelum ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja
menjadi ketentuan Upah Minimum.

Sekalipun sudah lama di terapkan;secara normatif kebijakan upah


minimum resmi berlaku sejak keluarnya Peraturan Menteri Tenaga
KerjaNomor: Per-05/Men/1989TentangUpah Minimum. Dalam peraturan
ini,upah minimum adalah upah pokok terendah belum termasuk
tunjangan-tunjangan yang diberikan kepada pekerja.

Peninjauan atas besaran upah minimum diadakan paling lambat


dalam waktu 2 (dua) tahun 40 dan penetapan upah minimum didasarkan
atas pertimbangansebagai berikut:
1) kebutuhan fisik minimum
2) indek harga konsumen
3) perluasan kesempatan kerja
4) upah pada umumnya yang berlaku secara regional
5) kelangsungan dan perkembangan perusahaan
6) tingkat perkembangan perekonomian Regional atau Nasional.

Ketentuan upah minimumini kemudian direvisi dengan Peraturan


Menteri tenaga Kerja Nomor; Per-01/Men/1990 tentang Perubahan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Per-05/Men/1989. Dalam
ketentuan revisi,pengertian upah minimum adalah upah pokok ditambah
dengan tunjangan-tunjangantetap”, dengan ketentuan upah pokok
serendah-rendahnya 75% dari upah minimum.
2. Kebutuhan Hidup Minimum (KHM)
Upah Minimum 1996 - 2005
Sejalan dengan perkembangan ekonomi di Indonesia, komponen KFM dirasakan
sudah tidak sesuai lagi dan perlu dikaji untuk disempurnakan, sehingga menjadi komponen
kebutuhan hidup minimum (KHM) yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja
No 81 Tahun 1995. Berdasarkan Keputusan menteri tersebut, Komponen KHM terdiri dari:
(1) Makanan dan minimum, terdiri dari 11 komponen
(2) Perumahan dan Fasilitas terdiri dari 19 komponen
(3) Sandang terdiri dari 8 (delapan) komponen
(4) Aneka Kebutuhan, terdiri dari 5 (lima) komponen

Perubahan komponen menjadi KHM diselaraskan dengan munculnya ketentuan upah


minimum Permenaker Nomor 03 Tahun 1997 tentang upah minimum regional yang hanya
berlaku selama 2 tahun dengan terbitnya permenaker no. 01 Tahun 1999 tentang Upah
Minimum.

Dalam Peraturan ini, Upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah
pokok termasuk tunjangan tetap .

Upah minimum terdiri dari UMR Tingkat 1, UMR Tingkat II, UMSR Tingkat I dan UMSR tingkat
II . UMR Tk.1 dan UMR Tk.II ditetapkan dengan mempertimbangkan :
a. kebutuhan
b. indeks harga konsumen(IHK);
c. kemampuan,perkembangan dan kelangsungan perusahaan;
d. upah pada umumnya yang berlaku di daerah tertentu dan antar daerah ;
e. kondisi pasar kerja;
f. tingkat perkembangan perekonomian dan pendapatan per kapita.

Sedang UMSR Tk.1 dan UMSR Tk.II ditetapkan berdasarkan faktor pertimbangan diatas tadi
ditambah pertimbangan kemampuan perusahaan secara sektoral.
Penetapan besaran upah minimum dilakukan oleh menteri tenaga kerja47 dan diadakan
peninjauan besaran upah minimum selambat-lambatnya 2 (dua) tahun sekali.
Upah minimum ini hanya berlaku bagi pekerja yang mempunyai masa kerja kurang dari 1
(satu) tahun49 Peraturan menteri ini kemudian diperbaiki melalui Kepmenakertrans No :
Kep226/Men/2000 Tentang Perubahan Pasal-Pasal Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor
Per-01/Men/1999 Tentang Upah Minimum.

Dalam keputusan ini, terjadi perubahan beberapa istilah yaitu;


- Upah Minimum Regional tingkat 1 (UMR Tk.1) diubah menjadi Upah Minimum Propinsi
(UMP). - Upah Minimum Regional Tingkat II(UMRTk.II) diubah menjadi "Upah Minimum
Kabupaten/Kota.
- Upah Minimum Sektoral Regional Tingkat 1(UMSR Tk.I) diubah menjadi Upah Minimum
Sektoral Propinsi (UMS Propinsi)
- Upah Minimum Sektoral Regional Tingkat II (UMSR Tk.II) diubah menjadi Upah Minimum
Sektoral Kabupaten/kota (UMS Kabupaten/Kota)

3. Kebutuhan Hidup Layak (KHL)


Upah Minimum ( 2006 – Sekarang )
Penetapan upah minimum sejak tahun 2006 di dasarkan pada kebutuhan hidup
layak (KHL) seorang pekerja lajang. Komponen Kebutuhan Hidup layak tersebut di
atur dalam Permenaker No Per-17/Men/2005 tentang komponen dan pentahapan
kebutuhan hidup layak.

Berdasarkan Peraturan tersebut, Komponen KHL terdiri dari 7 kelompok kebutuhan dan 46
komponen dengan rincian sebagai berikut:
(1) Makanan dan minimum, terdiri dari 11 (sebelas) komponen
(2) Sandang terdiri dari 9 (sembilan) komponen
(3) Perumahan terdiri dari 19 (sembilan belas) komponen
(4) Pendidikan terdiri dari 1 (satu) komponen
(5) Kesehatan terdiri dari 3 (tiga) komponen
(6) Transportasi 1 (satu) komponen
(7) Rekreasi dan Tabungan 2 (dua) komponen
Sejalan dengan perkembangan waktu dan desakan yang kuat dari SB/SP menuntut perbaikan
upah minimum, pemerintah kemudian merevisi komponen KHL yang ada dengan
meluncurkan Permenakertrans No 13 Tahun 2012 tentang Komponen Dan Pelaksanaan
Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak.
Dalam regulasi ini komponen KHL terdiri dari 7 kelompok kebutuhan dan 60 komponen
dengan rincian sebagai berikut:
(1) Makanan dan minimum, terdiri dari 11 (sebelas) komponen
(2) Sandang terdiri dari 13 (tigabelas) komponen
(3) Perumahan terdiri dari 26 (duapuluh enam) komponen
(4) Pendidikan terdiri dari 2 (dua) komponen
(5) Kesehatan terdiri dari 5 (lima) komponen
(6) Transportasi 1 (satu) komponen
(7) Rekreasi dan Tabungan 2 (dua) komponen.

Komponen KHL untuk UMP 2019

Berdasarkan UU No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Peraturan Presiden


No.78 tahun 2015 tentang Pengupahan, serta Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
No. 21 tahun 2016 Tentang Kebutuhan Hidup Layak, berikut ini adalah beberapa
komponen yang ditetapkan untuk standar kebutuhan hidup layak.

1. Makanan dan Minuman

Hal-hal yang mencakup kebutuhan makanan dan minuman layak, seperti beras,
daging, susu bubuk, gula pasir, buah-buahan, ikan segar, minyak goreng, teh/kopi,
karbohidrat lain (gandum, tepung), dan bumbu-bumbuan.

2. Sandang

Kebutuhan layak dalam komponen sandang, seperti celana/rok, kaos, kemeja,


pakaian dalam, sarung, mukena, peci, sepatu, kaos kaki, dan handuk.

3. Perumahan
Perumahan mencakup kebutuhan tempat tinggal, seperti sewa kamar, kasur,
ranjang, bantal, guling, sprei, lemari, cermin, peralatan rumah lainnya, dan peralatan
dapur (piring, gelas, kompor, gas LPG, pisau, dan sebagainya).

4. Pendidikan

Pendidikan mencakup hal-hal seperti alat tulis, tabloid/majalah, koran, buku, bacaan
lain, televisi, dan radio.

5. Kesehatan

Kesehatan meliputi hal-hal seperti vitamin, alat kebersihan (sabun, sikat gigi, pasta
gigi, shampoo, pembalut atau alat cukur, deodorant), sisir, dan obat anti nyamuk

6. Transportasi

Berkaitan dengan transportasi kerja, baik kendaraan pribadi, uang bensin, ataupun
angkutan umum.

7. Rekreasi dan Tabungan

Berkaitan dengan pemberian rekreasi ke daerah sekitar hingga tabungan sebesar


2% dari total nilai komponen-komponen sebelumnya.

Aturan tentang Standar Kebutuhan Hidup Layak


Sejak diluncurkannya UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pemerintah
menetapkan standar KHL sebagai dasar dalam penetapan Upah Minimum seperti
yang diatur dalam pasal 88 ayat 4. Mendukung hal tersebut, dalam Peraturan
Pemerintah No.78 tahun 2015, penyesuaian nilai KHL dilakukan setiap tahun yang
secara langsung terkoreksi melalui penghitungan antaran Upah Minimum tahun
berjalan dengan tingkat inflasi nasional tahun berjalan. Namun, dalam hal penetapan
komponen yang masuk dalam KHL, akan ditinjau dalam jangka waktu per 5 (lima)
tahun, dengan cara melakukan survei pasar setiap bulannya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.
PER17/MEN/VIII/2005 tanggal 26 Agustus 2005 tentang Pedoman Survei KHL
adalah sebagai berikut:

1. Pembentukan tim survei, yang anggotanya terdiri dari perwakilan serikat pekerja,
pengusaha, pemerintah, dan pihak netral dari akademisi;

2. Tim survei menetapkan metode survei, umumnya dengan metode kuesioner yang
ditanyakan kepada responden. Tim survei akan melakukan survei harga pasar untuk
menentukan nilai harga KHL yang nantinya akan diserahkan kepada Gubernur
Provinsi masing-masing;

3. Pemilihan tempat survei, dengan beberapa kriteria pasar tempat survai harga,
seperti bangunan fisik pasar relatif besar, terletak di daerah kota, komoditas yang
dijual beragam, banyak pembeli, dan waktu keramaian berbelanja relatif panjang;

4. Waktu survei dilakukan pada minggu pertama setiap bulan;

5. Responden yang dipilih adalah pedagang yang menjual barang barang kebutuhan
secara eceran;

6. Metode survei Harga. Data harga barang dan jasa diperoleh dengan cara
menanyakan harga barang seolah – olah petugas survei akan membeli barang,
sehingga dapat diperoleh harga yang sebenarnya;

7. Pengelolaan dan pelaporan data.

Survei harga pasar di atas dilakukan untuk mengetahui komponen dan besaran nilai
KHL dalam rangka persiapan perumusan usulan upah minimum, karena seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, nilai KHL nantinya akan dijadikan dasar
pertimbangan utama dalam perumusan upah minimum. Setelah nilai harga survei
KHL ditemukan, Dewan Pengupahan juga akan mempertimbangkan faktor lain,
seperti produktivitas, pertumbuhan ekonomi, usaha yang paling tidak mampu,
kondisi pasar kerja, serta saran/pertimbangan dari Dewan Pengupahan daerah
setempat. Setelah ditemukan besaran final KHL, Dewan Pengupahan bisa
melanjutkannya pada penghitungan Upah Minimum di daerah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai