Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIABETES MELLITUS


DI RUANG CAMAR RSUD IDAMAN BANJARBARU

Tanggal 18 – 23 NOVEMBER 2019

Oleh:
AISYAH, S.Kep
NIM. 1930913320011

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Aisyah, S.Kep

NIM : 1930913320011

JUDUL LP :  Laporan Pendahuluan Pada Klien Diabetes Mellitus Di Ruang


Camar RSUD Idaman Banjarbaru
 Asuhan Keperawatan Pada Klien Diabetes Mellitus Di Ruang
Camar RSUD Idaman Banjarbaru
 Resume Pasien di Ruang Camar RSUD Idaman Banjarbaru

Banjarmasin, November 2019

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Noor Diani, Ns., M.Kep., Sp.Kep.MB Indah Lestari, S.Kep, Ns


NIP. 19780317 200812 2 001 NIP. 19830515 200604 2 024
DIABETES MELLITUS

Definisi : Etiologi : Komplikasi :


Diabetes melitus merupakan gangguan metabilosme yang di tandai a. Diabetes Mellitus a. Komplikasi Metabolik Akut : Hipoglikemia, Diabetes
dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas tergantung insulin Ketoasidosis, Sindroma Hiperglikemik Hiperosmolar
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein akibat kadar glukosa darah (DMTI) : Nonketotik.
yang tinggi di sebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan 1. Faktor genetik b. b. Komplikasi Jangka Panjang (Menyerang organ tubuh)
sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis 2. Faktor imunologi 1. Komplikasi Makrovaskuler : Mengakibatkan
mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati. 3. Faktor lingkungan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar. Tipe penyakit
b. Diabetes Mellitus tak makrovaskuler ini tergantung pada lokasi lesi
tergantung insulin aterosklerotik.
(DMTTI) : Secara 2. Komplikasi Mikrovaskuler : Mikroangiopati ditandai
Klasifikasi : pasti penyebab dari dengan penebalan membran basalis pembuluh kapiler.
1. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) / Diabetes DM tipe II ini belum 3. Retinopati Diabetik : Disebabkan oleh perubahan dalam
Melitus tergantung insulin (DMTI) 5-10 % : Sel-sel beta dari pankreas diketahui, factor pembuluh-pembuluh darah kecil pada retina.
yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses genetic diperkirakan 4. Komplikasi menahun Diabetes Mellitus : Neuropati
autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula memegang peranan diabetik, Retinopati diabetik, Nefropati diabetik,
darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun. dalam proses Proteinuria, Kelainan koroner, dan Ulkus atau gangren.
2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) / terjadinya resistensi
Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) 95 % : Kondisi ini insulin.
diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten
insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin.
Pengobatan pertama dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar Pemeriksaan Penunjang :
Menifestasi Kliniks :
glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat hipoglikemik 1. Glukosa darah puasa (fasting blood glucose) adalah
(suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat mengontrol
1. Glukosuria pemeriksaan yang telah dipuasakan semalaman. Nilai
2. Poliuria
hiperglikemia). Terjadi paling sering pada usia lebih dari 30 tahun dan normal untuk dewasa adalah 70-110 mg/dL. Seseorang
3. Polidipsia
pada mereka yang obesitas. dinyatakan diabetes melitus apabila kadar glukosa darah
4. Polifagia
3. DM tipe lain : Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma puasanya lebih dari 126 mg/dL. Sedangkan kadar glukosa
5. Kelalahan
pankreatik), obat, infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain, dan darah puasa di antara 110 dan 126 mg/dL menunjukkan
6. Mengantuk
penyakit dengan karakteristik gangguan endokrin. gangguan pada toleransi glukosa.
7. Berat badan
4. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM) : Diabetes 2. Glukosa darah sewaktu atau glukosa darah 2 jam
menurun
yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap postprandial (2 jam setelah makan) adalah pemeriksaan
8. Kesemutan
diabetes. yang tidak dipuasakan terlebih dahulu. Seseorang dinyatakan
9. Gatal dan mata
diabetes melitus apabila kadar glukosa darah sewaktunya
kabur
lebih dari 200 mg/dL.
3. Glycosylated hemoglobin (HbA1c) adalah pemeriksaan
Penatalaksanaan : penunjang diabetes melitus yang ditujukan untuk menilai
1. Mengikuti pola hidup dan mengatur pola makan yang sehat
kontrol glikemik seorang pasien. HbA1c menunjukkan kadar
2. Menggunakan obat diabetes dan obat–obatan pada keadaan khusus
glukosa dalam 3 bulan terakhir, karena sesuai dengan umur
secara aman dan teratur
eritrosit (sel darah merah) yaitu 90-120 hari. Nilai HbA1c
3. Melakukan perawatan kaki secara berkala
yang baik adalah 4-6%. Nilai 6-8% menunjukkan kontrol
4. Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan
glikemik sedang; dan lebih dari 8%-10% menunjukkan
sakit akut seperti hipoglikemia
kontrol yang buruk.
5. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
6. Menigkatkan kegiatan jasmani dan sering berolah raga.
PHATWAY

DM Tipe I DM Tipe II

Reaksi Autoimun Idiopatik, usia, genetik,dll.

Sel β pankreas hancur Jumlah sel pankreas menurun

Defisinsi Insulin

Katabolisme protein meningkat Limposit meningkat


Hiperglikemia

Pembatasan diit
Penurunan Berat Badan
Fleksibilitas darah merah

Dx : Ketidakseimbangan nutrisi
Intake tidak adekuat
Pelepasan O2 kurang dari kebutuhan tubuh

Poliuria Dx : Kekurangan Volume Cairan

Hipoksia Perifer
Dx : Ketidakefektifan Perfusi
Jaringan Perifer
Dx : Nyeri Akut
Asuhan Keperawatan
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DIABETES MELLITUS
Diagnosis Keperawatan
Pengkajian
1. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer b.d Diabetes Mellitus
1. Identitas
2. Keluhan Utama 2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d Faktor
3. Riwayat Kesehatan biologis
4. Pemeriksaan Fisik 3. Nyeri Akut b.d Agens injury biologis
4. Kekurangan Volume Cairan b.d kehilangan cairan aktif

Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh

NOC: Circulation Status NOC: Nutritinal Status : Food and Fluid Intake

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam Perfusi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam ketidakseimbangan nutrisi
jaringan klien baik dengan kriteria hasil : pasien teratasi dengan kriteria hasil :
1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
 Tekanan sistol dan diastole dalam rentang yang diharapkan
2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
 Tidak ada ortostatik hipertensi
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
 Vena baik 4. Tidak ada tanda tanda malnutrisi
 Saturasi oksigen minimal 98% 5. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
NIC: Peripheral sensation management
NIC :Nutrition Management
1. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul 1. Kaji adanya alergi makanan
2. Intruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
laserasi dibutuhkan pasien.
3. Gunakan sarung tangan untuk proteksi 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
4. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
5. Monitor kemampuan BAB 5. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
6. Kolaborasi pemberian analgetik 6. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
7. Monitor adanya tromboplebitis 7. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
8. Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi 8. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
9. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
10. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
11. Monitor mual dan muntah
Kekurangan Volume Cairan
Nyeri Akut
NOC : Pain control NOC: Fluid Balance
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1 x 60 menit, pasien tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x15 menit kebutuhan
mengalami nyeri, dengan kriteria hasil: cairan pasien terpenuhi dengan hasil :
1. Mengenali serangan nyeri 1. Tekanan darah
2. Frekuensi Nadi
2. Melaporkan nyeri
3. keseimbangan intake dan output
3. Ekspresi wajah akibat nyeri 4. Turgor kulit
4. Tanda vital dalam rentang normal Ket :
NIC : Pain Management 1 = Severely compromised
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, 2 = Substantialy compromised
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi 3 = Moderately compromised
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan 4 = Midly compromised
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri 5 = Not compromised
pasien
4. Kurangi faktor presipitasi nyeri NIC: Fluid Management
5. Pilih dan lakukan penanganan nyeri 1. Kaji tanda-tanda kekurangan cairan
6. Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi 2. Monitor status cairan termasuk intake dan output
7. Berikan istirahat dengan posisi semi fowler 3. Atur kemungkinan tranfusi
8. Anjurkan pasien untuk menghindari makanan yang dapat meningkatkan kerja 4. Persiapan untuk tranfusi
asam lambung 5. Monitor tingkat hb
9. Berikan kompres hangat pada bagian abdomen
10. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian
obat
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
3. Memonitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama
kali
4. Evaluasi efektivitas analgesic, tanda dan gejala
DAFTAR PUSTAKA

Corwin Elizabeth J, James Veldan & Egi Komara Yuda et al. 2009. Buku Saku
Patofisologi. Jakarta : EGC

Gloria M. B., et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NIC). 6th ed.
Mosbie Elsevier : USA.
Herdman, T. H. 2012. NANDA International. Nursing Diagnosis: Definitions
and Classification 2012 – 2014. Jakarta: EGC.
Herdman, T. H. & Kamitsuru S. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi &
Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta: EGC.
Manjoer, A, et al. 2007. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jakarta : Medika
Aeusculapeus.
Nurjannah, I. 2016. ISDA (Intan’s Screening Diagnoses Assesment).
Yogyakarta : Mocamedia.

Nurarif A.H &Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosis Medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi revisi jilid 3. Jogja : Mediaction.

Price, Sylvia Anderson, & Lorraine Mc Carty,. 2006. Patologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit Edisi 6 volume 1&2. EGC, Jakarta : EGC.

Sue M., et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NOC). 5th ed. Mosbie
Elsevier: USA.
Yuliana elin, Andradjati Retnosari, dkk. 2011. ISO Farmakoterapi 2. Jakarta :
ISFI.

Anda mungkin juga menyukai