Anda di halaman 1dari 6

Tugas Kelompok

Akuntansi Keuangan Lanjutan 2

“Kasus Transfer Pricing Apple”

Disusun oleh:

Marni Dairo Louru (17310009)

Fransiska Loisa Nuhuyanan (17310017)

Afuwun Gita Jelia (17310024)

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

TAHUN 2019/2020
A. Asal Mula Kasus Transfer Pricing Apple

Menurut laporan yang dirilis oleh ICIJ, Apple memanfaatkan regulasi pajak sangat
rendah di Jersey, pulau kecil di Selat Inggris, untuk menyimpan keuntungannya sejumlah 252
miliar dolar AS. Apple mendirikan perusahaan cabang di yurisdiksi bebas pajak ini untuk
membebaskan keuntungan yang menggunung ini dari beban pajak di Eropa, Asia dan Afrika.
Sebelum pindah ke Jersey, Apple mendirikan mayoritas perusahaan cabangnya di Irlandia
dimulai pada tahun 1991. Regulasi pajak di sana hanya membebankan pajak di bawah 1 persen.
Pada tahun 2014, Apple hanya dikenakan beban pajak sebesar 0,005 persen untuk dua per tiga
keuntungan global yang ia daftarkan sebagai aset perusahaan cabangnya di Irlandia.

Namun, pada Agustus 2016, Komisi Eropa memutuskan regulasi pajak Irlandia telah
melanggar peraturan subsidi negara di yurisdiksi Uni Eropa. Praktik ini dianggap ilegal karena
Apple dibebankan pajak sangat rendah sedangkan bisnis lain harus membayar beban pajak
yang lebih tinggi. Selain itu, Komisi Eropa mencatat kerugian besar dari sisi pendapatan pajak
negara-negara di Eropa dikarenakan penghindaran pajak ini.

Komisi ini juga menemukan bahwa perusahaan Apple di Irlandia tidak memiliki bukti
yang menunjukkan kapasitas operasional mereka untuk melakukan praktik bisnis atau
dikatakan sebagai sebuah perusahaan. Sebagai hukuman, Komisi Eropa memerintah Apple
untuk membayar 13 miliar euro kepada pemerintah Irlandia.

Perubahan regulasi di Uni Eropa ini yang menjadi faktor utama untuk Apple akhirnya
secara perlahan memindahkan kekayaannya dari Irlandia ke Jersey yang berada di luar
yurisdiksi Uni Eropa. Proses perpindahan ini dibantu oleh firma hukum Appleby. Berdasarkan
sebuah bocoran email, Apple menginginkan praktik penghindaran pajak yang ia lakukan agar
dijaga kerahasiaannya sehingga jauh dari radar publisitas.

Kasus Apple Inc. di Irlandia sangat berbeda dengan kasus tax evasion yang dilakukan
oleh wajib pajak dari negara-negara Eropa lainnya. Perbedaan tersebut terletak pada
keistimewaan yang didapat Apple Inc. melalui tarif pajak perusahaan yang rendah yang telah
diberikan oleh pemerintah Irlandia. Keistimewaan ini yang akhirnya disalahgunakan oleh
Apple Inc. dengan cara melakukan tax evasion melalui mekanisme transfer pricing. Transfer
pricing sendiri merupakan strategi perusahaan dengan memanfaatkan celah dan kesempatan
untuk mengurangi beban pajak yang harus dikeluarkan perusahaan. Oleh sebab itu, transfer
pricing dapat dikatakan sebagai wujud kekurangan dari OFC yang perlu untuk ditindaklanjuti
melalui penegakan dan kerjasama aspek hukum dan keuangan internasional yang memadai
(Dumitrescu, 2010; Erdős, 2010). Bagi Apple Inc., tuduhan transfer pricing ini merupakan
tindakan yang sewenang-wenang. Apple Inc. tetap bertahan dan menyangkal telah melakukan
tindakan tax evasion tersebut. Menurut manajemen Apple Inc., tuduhan ini tidak beralasan
karena Apple Inc. tidak membuat kesepakatan dalam menurunkan pajak yang seharusnya
dibayarkan Apple Inc. kepada pihak otoritas pengelola penerimaan pajak di Irlandia

B. Faktor Pendukung Penghindaran Pajak

Ada setidaknya empat kondisi yang memungkinkan Apple bisa melakukan


‘penghindaran pajak ganda’. Keempat faktor tersebut dapat ditunjukkan dalam diagram
dibawah.

1. Celah legal dari definisi ‘wajib pajak dalam negeri’

Adanya celah legal yang memungkinkan Apple mendirikan perusahaan yang bukan
‘wajib pajak dalam negeri’ baik di Irlandia maupun di Amerika akibat definisi yang saling
meleng kapi (complementay definitions). Kedua negara menggunakan pendekatan
faktor tunggal untuk menentukan ‘residensi’ dari sebuah perusahaan: Amerika
menggunakan tempat dimana perusahaan terdaftar, sementara Irlandia menggunakan pusat
manajemen dan pengendalian perusahaan. Jadi, sebuah perusahaan yang didirikan di
Irlandia, namun penguasaan manajemen dan pengendaliannya berada di Amerika bukanlah
wajib pajak dalam negeri baik di kedua negara.

2. Kelemahan aturan transfer pricing untuk aset tidak berwujud

Salah satu bagian penting dari skema penghindaran pajak Apple adalah adanya
pemindahan hak ekonomis atas hak kekayaan intelektual Apple kepada ASI melalui skema
cost sharing agreement. Berdasarkan kontrak, ASI mendapatkan hak untuk memproduksi
dan memasarkan produk Apple di Eropa dan Asia. Namun demikian, karena dianggap
memiliki kepemilikan aset ekonomi tidak berwujud yang terpisah, ASI tidak perlu
membayar biaya royalti kepada Apple. Artinya, meskipun hak memproduksi dan
memasarkan yang ada di anak perusahaan Apple di Irlandia secara nyata ‘terpisah’ dari
fakta bahwa seluruh kegiatan R&D dilakukan di Amerika, kepemilikan legal dari hak
kekayaan intelektual tetap berada di Apple Inc yang berada di Amerika.

Tentu saja, teknik perencanaan pajak berupa pemindahan aset tidak berwujud ke
negara dengan tarif pajak rendah bukanlah teknik yang baru. Perusahan multinasional di
Amerika telah melakukan teknik penggeseran laba (profit shifting) ke negara-negara
dengan tarif pajak yang rendah sejak tahun 1970-an. Terlebih lagi, ketika skema ‘cost
sharing’ mulai diperkenalkan di Amerika pada tahun 1990-an, skema transfer pricing tidak
lagi efektif bisa digunakan untuk memastikan transfer dilakukan sesuai dengan prinsip
harga pasar wajar (arm’s length principle). Misalnya, melalui skema ‘cost sharing’, sebuah
perusahaan di Amerika mungkin akan mengalokasikan biaya R&D ke anak perusahaan di
Irlandia dengan porsi, katakanlah, 35:65. Artinya, dengan kontribusi 65% dari biaya R&D,
anak perusahaan di Irlandia berhak untuk mendapatkan porsi sebesar dari 65% dari laba
yang terkait dengan aset tidak berwujud. Dan, hal ini tetap bisa dilakukan meskipun secara
nyata seluruh aktivitas R&D dilakukan di Amerika.

Skema cost sharing ini pada awalnya dibuat dengan keyakinan bahwa sebuah
perusahaan multinasional tidak akan mengetahui sebelumnya apakah aktivitas R&D yang
dilakukan akan berhasil atau tidak. Keyakinan menghasilkan pemahaman bahwa jika
kegiatan penelitian dan pengembangan produk yang dilakukan tidak berhasil, maka induk
perusahaan multi nasional akan menanggung biaya R&D yang seharusnya menjadi beban
anak perusahaan di luar negeri. Oleh karenanya, pada awal pengenalan konsep ini,
perusahaan multinasional diasumsikan tidak akan terlalu agresif dalam menerapkan skema
‘cost sharing’ semata-mata untuk alasan penghindaran pajak.

Asumsi ini ternyata terbukti jauh dari kebenaran. Kasus Apple ini adalah salah satu
buktinya. Asumsi ini mengabaikan adanya asimetri informasi antara perusahaan multi
nasional dan otoritas pajak. Perusahaanlah yang berada dalam posisi terbaik untuk
memperkirakan apakah riset dan pengembangan produk mereka akan berhasil atau tidak;
bukan otoritas pajak yang tidak memiliki informasi apa-apa. Bahkan, dalam prakteknya,
sebuah perusahaan akan berinisiatif untuk menggunakan skema ‘cost sharing’ hanya jika
menilai sebuah proyek R&D akan berhasil. Dengan kata lain, skema ini malah memberikan
mekanisme legal bagi perusahaan multinasional untuk menggeser labanya ke negara
dengan tarif pajak rendah. Bahkan, dalam banyak kasus, sebuah perusahaan multinasional
tidak memiliki sebuah alasan yang bagus untuk menggunakan skema ‘cost sharing’ selain
karena alasan penghindaran pajak.

3. Kelemahan aturan CFC (controlled foreign corporation) di Amerika

Aturan mengenai CFC untuk pertama kalinya dikenalkan di Amerika pada tahun
1962. Aturan ini bertujuan untuk membatasi adanya pengaturan penundaan atau pengalihan
pembayaran pajak (tax deferral) atas penghasilan tertentu, misalnya pembayaran dividen
intra-group, bunga, royalti, dan penjualan intra-group. Mungkin ada banyak anggapan
bahwa CFC ini efektif dalam mencegah adanya modifikasi transaksi dalam grup
perusahaan. Hal ini tidak terjadi dalam kasus Apple.

Alasan utama mengapa skema pajak Apple lolos dari jaring CFC Amerika adalah
fasilitas ‘manufacturing exception’. Fasilitas ini awalnya diberikan untuk memberikan
pengecualian kepada perusahaan CFC dari pengenaan pajak secara segera (immediate) jika
perusahaan CFC tersebut adalah harus perusahaan pabrikan (manufacturer) yang
memberikan nilai tambah secara substansial terhadap produk yang dihasilkan.
Pengecualian ini pada awalnya mungkin dimaksudkan agar aturan CFC tidak menghalangi
perusahaan multinasional Amerika untuk melakukan ekspansi operasi manufakturnya di
negara lain. Namun demikian, pada tahun 2008 kebijakan ini diperlonggar. Syarat sebuah
perusahaan CFC berhak mendapat fasilitas ‘manufacturing exception’ tidak harus
perusahaan pabrikan; syaratnya berubah menjadi yang penting memberikan ‘kontribusi
yang signifikan’ terhadap produk yang dihasilkan. Hal inilah yang memberikan peluang
bagi ASI di Irlandia untuk mendapatkan fasilitas ‘manufacturing exception’ dari Apple Inc
di Amerika sehingga penghasilan Apple di Irlandia ‘terlindung’ dari pengenaan pajak di
Amerika.

Kelemahan dalam skema pengawasan CFC diperburuk dengan diperkenalkannya


kebijakan ‘check-the-box regulation’. Kebijakan ini, diperkenalkan pada tahun 1997, pada
prinsipnya memberi keleluasaan pada entitas bisnis di Amerika dalam konteks pemenuhan
kewajiban pajak di Amerika untuk memilih entitas bisnis (entity classification) mereka
apakah sebuah perusahaan atau bukan (pass-through entity). Disinilah Apple Inc
memanfaatkan fasilitas ini. Hanya dengan memberikan tanda ‘centang’ kolom pada
formulir IRS Service Form 8832 untuk seluruh anak perusahaan AOI, seluruh anak
perusahaan Apple Inc (termasuk ASI yang punya peran krusial), tidak lagi muncul dalam
administrasi perpajakan Amerika dan menjadi bagian dari AOI untuk tujuan perpajakan
Amerika. Kondisi ini mengakibatkan apa yang disebut dengan ‘intra-group transactions’
dalam jumlah signifikan dianggap tidak ada.

4. Keberadaan negara-negara dengan tarif pajak rendah (low tax jurisdictions)

Ini adalah salah satu penyebab paling utama yang memotivasi perusahaan
multinasional untuk melakukan penghindaran pajak. Seperti halnya air, dalam konteks
perpajakan, penghasilan akan selalu diupayakan untuk menuju ke tempat (dengan tarif
pajak) terendah. Dalam konteks Apple, tarif pajak maksimum di Amerika adalah 35%. Ini
termasuk yang tertinggi untuk kategori negara maju. Sementara itu, tarif pajak Badan di
Irlandia kurang dari separo dari tarif pajak Amerika: 12,5%.

Anda mungkin juga menyukai