Anda di halaman 1dari 1

Evy Tri Nadiah (11180170000007) PMTK-1A

Trias Politica

Trias politica merupakan sistem pemisahan kekuasaan dalam negara menjadi tiga bentuk kekuasaan,
yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Pemisahan kekuasaan maksudnya adalah bahwa ketiga kekuasaan
ini masing-masing harus terpisah baik lembaga maupun orang yang menanganinya. Hal ini dimaksudkan
agar tidak terjadi tumpang tindih kekuasaan serta ada yang bertanggung jawab untuk melakukan
pengawasan juga.

Trias politica pada awalnya terdiri dari lembaga eksekutif, legislatif, dan federatif. Dahulu, lembaga
federatif merupakan lembaga yang bekerjasama dengan pihak luar, seperti kementrian luar negeri. Saat
ini, federatif berubah menjadi yudikatif yang berarti lembaga kehakiman atau peradilan, tugas nya yaitu
menegakkan supremasi hukum, contoh nya seperti Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Komisi
Yudisial, Jaksa, Polisi. Lembaga eksekutif yaitu yang menjalankan dan juga ikut membuat UU, contoh nya
presiden dan para menteri. Yang terakhir adalah lembaga legislatif, bertugas membuat UU bersama
presiden, mengawasi kinerja presiden, dan membuat anggaran, contoh nya yaitu DPR.

Adanya trias politica ini berawal dari adanya kekuasaan yang tidak terbatas pada abad pertengahan di
Eropa (masa kegelapan). Pada saat itu, seorang raja merangkap jabatan kekuasaan. Kekuasaan sang raja
bersifat mutlak, tidak bisa diganggu gugat dan tidak menerima kritik dari siapapun. Pemimpin/sang raja
dianggap tidak pernah salah, dan merupakan utusan wakil Tuhan, sehingga kalaupun raja berbuat salah
tidak akan ada hukuman yang berlaku untuknya. Kemudian, bila raja tersebut meninggal, kekuasaan akan
diturunkan kepada keturunan-keturunan nya. Inilah maksud dari kekuasaan yang tidak terbatas.

Oleh karena itulah maka pada abad ke 19 ada Trias Politica untuk membatasi pemerintahan yang
sewenang-wenang.

Di Indonesia, pada zaman Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto, sistem trias politica tidak berjalan
maksimal karena segalanya dikendalikan langsung oleh Soeharto. Seolah-olah demokratis padahal
praktiknya tidak. Selama 32 tahun masa kepimpinan, tidak ada yang berani dan mengawasi secara ketat
terhadap kekuasaan Soeharto. Hingga ada ungkapan 'ABS' yaitu asal bapak senang. Dalam masa ini
disebut pula sebagai Eksekutive Heavy.

Pasca runtuhnya orde baru, beralihlah ke masa reformasi. Disini, sudah terlihat berlaku nya kembali trias
politica. Sebagai contoh yaitu pada saat masa kepemimpinan Gusdur sebagai presiden, ia diberhentikan
pada masa kepemimpinan nya yang baru berjalan 2 tahun. Ia diberhentikan oleh DPR karena dianggap
melakukan kesalahan. Jelas bahwa fungsi DPR sebagai pengawas presiden sudah berlaku.

Trias politica untuk saat ini masih dianut sebagai sistem pemerintahan di Indonesia. Diharapkan agar
semuanya dapat menjalankan tugas masing-masing secara penuh tanggung jawab dan menjunjung tinggi
nilai keadilan. Demi Indonesia yang lebih sejahtera. Aamiin.

Anda mungkin juga menyukai