Anda di halaman 1dari 31

Case Report Session

Rabu, 4 Desember 2019

Naskah Psikiatri
F.25.2 Skizoafektif Tipe Campuran

Oleh : Aristya Rahadiyan P 2858 A


Ikmah Fauzan P

Pembimbing : dr. Taufik Ashal, Sp.KJ

BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP M. DJAMIL – RSJ HB SAANIN
PADANG
2019

1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Gangguan skizoafektif adalah gangguan jiwa yang memiliki gambaran
baik skizofrenia dan gangguan afektif (saat ini disebut dengan gangguan mood).
Berbagai studi mengenai gangguan skizoafektif telah menggunakan berbagai
kriteria diagnostik.1
Prevalensi seumur hidup pada gangguan skizoafektif kurang dari satu
persen, berkisar antara 0,5 - 0,8 persen. Namun, gambaran tersebut masih
merupakan perkiraan. Prevalensi gangguan tersebut dilaporkan perempuan lebih
tinggi dibandingkan laki-laki, terutama perempuan yang sudah menikah dan usia
awitan untuk perempuan lebih lanjut daripada laki-laki, seperti pada skizofrenia.2
Pada gangguan skizoafektif, gejala klinis berupa gangguan episodik gejala
gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit
yang sama. Bila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit
yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Pada gangguan
skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol. Gejala yang khas pada
pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi, perubahan dalam berpikir,
perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala gangguan suasana perasaan baik
itu manik maupun depresif.1,3
Kriteria diagnostik gangguan skizoafektif telah berubah seiring waktu,
sebagian besar merupakan refleksi perubahan kriteria diagnostik skizofrenia dan
gangguan mood, namun, tetap merupakan diagnosis yang paling baik untuk pasien
yang mempunyai gejala campuran keduanya. Diagnosis gangguan skizoafektif
ditegakkan bila memenuhi kriteria diagnosis berdasarkan DSM-V ataupun
PPDGJ-III. Diagnosis banding gangguan skizoafektif biasanya mencakup semua
bentuk gangguan mood dan skizofrenia. Pada setiap diagnosis banding gangguan
psikotik, pemeriksaan medis lengkap harus dilakukan untuk menyingkirkan
penyebab organik. Mood stabilizer merupakan cara utama pengobatan gangguan
bipolar dan diharapkan dapat bermanfaat pada pengobatan pasien dengan
gangguan skizoafektif. Pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai

2
prognosis di pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan
prognosis pasien dengan gangguan mood. Pada laporan kasus ini, akan dibahas
secara menyeluruh tentang skizoafektif tipe manik.1,3,4

1.2 Batasan Masalah


Laporan kasus ini membahas tentang definisi, epidemiologi, etiologi,
gambaran klinis, diagnosis, penatalaksanaan, dan prognosis skizoafektif tipe
manik.

1.3 Metode Penulisan


Metode yang dipakai dalam penulisan laporan kasus ini berupa tinjauan
kepustakaan yang merujuk kepada kasus dan berbagai literatur.

1.4 Tujuan Penulisan


Laporan kasus ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan
pemahaman mengenai etiologi, gambaran klinis, diagnosis, dan penatalaksanan,
prognosis skizoafektif tipe manik.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Gangguan skizoafektif merupakam penyakit dengan gejala psikotik yang
persisten, seperti halusinasi atau delusi, yang terjadi bersama-sama dengan
masalah suasana (mood disorder) seperti depresi, manik, atau episode campuran.1

Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitive


skizofrenia dan gangguan afektif bersama-sama menonjol pada saat yang
bersamaan, atau dalam beberapa hari setelah yang lain, dalam episode yang sama.
Sebagian diantara pasien gangguan skizoafektif mengalami episode
skizoafektif berulang, baik yang tipe manik, depresif atau campuran keduanya.1

2.2 Epidemiologi
Prevalensi seumur hidup gangguan skizoafektif adalah kurang dari 1
persen, kemungkinan berkisar 0,5 sampai 0,8 persen. Namun, gambaran tersebut
merupakan perkiraan oleh karena berbagai studi mengenai gangguan skizoafektif
menggunakan berbagai macam kriteria diagnosis. Pada praktis klinis, diagnosis
permulaan gangguan skizoafektif sering digunakan bila seorang klinisi tidak yakin
akan diagnosis. 1
Insiden pada pria lebih rendah daripada wanita. Onset umur pada wanita lebih
besar daripada pria. Pada usia tua gangguan skizoafektif tipe depresif lebih sering,
sedangkan untuk usia muda lebih sering gangguan skizoafektif tipe bipolar. Laki-
laki dengan gangguan skizoafektif kemungkinan menunjukkan perilaku
antisosial.5

2.3 Etiologi
Penyebab gangguan skizoafektif belum diketahui secara pasti, namun
diduga disebabkan oleh ketidakseimbangan neurotransmitter otak, seperti
serotonin, norepinefrin, dan dopamin. Selain itu, diduga bahwa etiologi gangguan
skizoafektif mirip dengan etiologi skizofrenia. Oleh karena itu, teori etiologi
mengenai gangguan skizoafektif juga mencakup kausa genetik dan faktor
lingkungan. 1,6,5

4
2.4 Manifestasi Klinis
Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala
gangguan mood dan gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit yang
sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari. Bila gejala
skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan
disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Dan begitupun sebaliknya pada
gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol.1
Gejala klinis skizofrenia berdasarkan pedoman penggolongan dan
diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ-III), harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini
yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang
tajam atau kurang jelas):
a) “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau “thought
insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
dari luar dirinya (withdrawal); dan “thought broadcasting”= isi
pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya;
b) “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau “delusion of passivitiy” = waham
tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari
luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh /
anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus).
“delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat.
c) Halusinasi Auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar secara terus
menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien
pasein di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang
berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu
bagian tubuh.

5
d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan
di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain).

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:
e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide
berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi
setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan terus
menerus.
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme.
g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme, dan stupor.
h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya
yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan
menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut
tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
(prodromal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude) dan
penarikan diri secara sosial.c

6
Berikut ini adalah manifestasi klinis gangguan skizoafektif berdasarkan
subtipe.

1.Gangguan Skizoafektif Tipe Manik


Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek
yang tak begitu mencolok dikombinasi dengan iritabilitas atau
kegelisahan yang meningkat. Dalam episode yang sama harus jelas ada
sedikitnya satu, atau lebih baik lagi dua gejala skizofrenia yang khas
(sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia).c
Gejala manik antara lain aktivitas yang berlebihan, percepatan dan
kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang berkurang, ide-ide perihal
kebesaran/ ”grandiose ideas” dan terlalu optimistik.d

a. Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif


Harus ada depresi yang menonjol, disertai oleh sedikitnya dua
gejala depresif yang khas atau kelainan perilaku seperti yang terdapat
dalam kriteria episode depresif; dalam episode yang sama, sedikitnya
harus ada satu atau lebih dua gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana
ditetapkan untuk pedoman diagnostik skizofrenia).c
Gejala utama episode depresif adalah:
 Suasana perasaan depresif
 Kehilangan minat dan kegembiraan
 Energi yang menurun mendekati keadaan mudah lelah (rasa lelah
yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
Gejala lainnya episode depresif:
 Konsentrasi dan perhatian menurun
 Harga diri dan kepercayaan diri menurun
 Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
 Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
 Pikiran atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
 Tidur terganggu
 Nafsu makan berkurang.4

7
b. Gangguan Skizoafektif Tipe Campuran3
Gangguan dengan gejala-gejala skizofrenia ada secara bersama-
sama dengan gejala-gejala gangguan afektif bipolar tipe campuran.

2.5 Diagnosis
Kriteria diagnostik untuk gangguan skizoafektif berdasarkan DSM-V, yaitu:5
A. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu
waktu. Terdapat baik episode depresif berat, episode manik, atau suatu
episode campuran dengan gejala yang memenuhi kriteria A untuk
skizofrenia. Catatan : Episode depresi berat harus termasuk kriteria A1:
mood terdepresi
B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi
selama sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol.
C. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode ditemukan untuk sebagian
bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit..
D. Gangguan bukan kareka efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya
obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis
umum
Diagnosisnya adalah episode mood yang menumpang tindih skizofrenia.
Sebagian besar diagnosis psikiatri, gangguan afektif sebaiknya tidak digunakan
jika gejala disebabkan penyalahgunaan zat atau keadaan medis sekunder.
Pada PPDGJ-III, gangguan skizoafektif diberikan kategori yang terpisah
karena cukup sering dijumpai sehingga tidak dapat diabaikan begitu saja. Kondisi-
kondisi lain dengan gejala-gejala afektif saling bertumpang tindih dengan atau
membentuk sebagian penyakit skizoafektif yang sudah ada, atau dimana gejala-
gejala itu berada bersama-sama atau secara bergantian dengan gangguan-
gangguan waham menetap jenis lain, diklasifikasikan dalam kategori yang sesuali
dalam F20-F29. Waham atau halusinasi yang tak serasi dengan suasana perasaan
(mood) pada gangguan afektif tidak dengan sendirinya menyokong diagnosis
gangguan skizoafektif.1,4

8
Pedoman diagnostik gangguan skizoafektif berdasarkan PPDGJ-III, anttara lain:4
A. Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala
definitive adanya skizofrenia dan gangguan skizofrenia dan gangguan
afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan (stimultaneously),
atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode
penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode
penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik
atau depresif.
B. Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gelaja skizofrenia
dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda.
C. Bila seseorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah
mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F.20.4 (Depresi
Pasca-skizofrenia).
D. Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoefektif berulang, baik
berjenis manik (F25.0) maupun depresif (F.25.1) atau campuran dari
keduanya (F.25.2). pasien lain mengalami satu atau dua episode manik
atau depresi (F30-F33).

2.6 Diagnosis Banding


Diagnosis banding psikiatri dapat mencakup semua bentuk gangguan mood
dan skizofrenia. Pada setiap diagnosis banding gangguan psikotik, pemeriksaan
medis lengkap harus dilakukan untuk menyingkirkan penyebab organik gejala.
Riwayat penyalahgunaan obat dengan atau tanpa uji toksikologi positif dapat
mengindikasikan gangguan terinduksi zat. Keadaan medis sebelumnya,
pengobatan, atau keduanya dapat menyebabkan gangguan psikotik dan mood.
Pasien yang diobati dengan steroid, penyalahgunaan amfetamin dan phencyclidine
(PCP), dan beberapa pasien dengan epilepsi lobus temporalis secara khusus
kemungkinan datang dengan gejala skizofrenik dan gangguan mood yang
bersama-sama. Setiap kecurigaan terhadap kelainan neurologis perlu didukung
dengan pemeriksaan pemindaian (scan) otak untuk menyingkirkan patologi
anatomis bangkitan yang mungkin. Diagnosis banding psikiatrik juga termasuk
semua kemungkinan yang biasanya dipertimbangkan untuk skizofrenia dan

9
gangguan mood. Di dalam praktik klinis, psikosis pada saat datang mungkin
mengganggu deteksi gejala gangguan mood pada masa tersebut atau masa lalu.
Dengan demikian, klinisi boleh menunda diagnosis psikiatrik akhir sampai gejala
psikosis yang paling akut telah terkendali.1,4

2.7 Tatalaksana Skizoafektif6


a. Psikofarmaka
Modalitas terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif adalah perawatan
di rumah sakit, medikasi, dan intervensi psikososial. Prinsip dasar yang mendasari
farmakoterapi untuk gangguan skizoafektif adalah bahwa protokol antidepresan
dan antimanik diikuti jika semuanya diindikasikan dan bahwa antipsikotik
digunakan hanya jika diperlukan untuk pengendalian jangka pendek. Jika protokol
thymoleptic tidak efektif di dalam mengendalikan gejala atas dasar berkelanjutan,
medikasi antipsikotik dapat diindikasikan. Pasien dengan gangguan skizoafektif,
tipe bipolar, harus mendapatkan percobaan lithium, carbamazepine (Tegretol),
valproate (Depakene), atau suatu kombinasi obat-obat tersebut jika satu obat saja
tidak efektif. Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe depresif, harus diberikan
percobaan antidepresan dan terapi elektrokonvulsif (ECT) sebelum mereka
diputuskan tidak responsif terhadap terapi antidepresan.6
Farmakoterapi untuk mengatasi gejala skizoafektif tipe manik yaitu
pengobatan dengan obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat
moodstabilizer atau pengobatan dengan antipsikotik saja. Carbamazepine adalah
obat antikejang yang digunakan sebagai stabilizer mood. Cara kerja mood
stabilIzer yaitu membantu menstabilkan kimia otak tertentu yang disebut
neurotransmitters yang mengendalikan temperamen emosional dan perilaku dan
menyeimbangkan kimia otak tersebut sehingga dapat mengurangi gejala gangguan
kepribadian borderline. Efek samping carbamazepine dapat menyebabkan mulut
kering dan tenggorokan, sembelit, kegoyangan, mengantuk, kehilangan nafsu
makan, mual, dan muntah. Karbamazepin tidak boleh digunakan bersama dengan
inhibitor monoamine oxidase (MAOIs ). Hindari minum alkohol saat mengambil
carbamazepine. Hal ini dapat meningkatkan beberapa efek samping
carbamazepine yaitu dapat meningkatkan risiko untuk kejang.1

10
Stelazine memiliki efek antiadrenergik sentral, antidopaminergik, dan efek
antikolinergik minimal. Hal ini diyakini stelazine dapat bekerja dengan
memblokade reseptor dopamin D1 dan D2 di jalur mesokortical dan mesolimbik,
menghilangkan atau meminimalkan gejala skizofrenia seperti halusinasi, delusi,
dan berpikir dan berbicara yang tidak terarah. Stelazine menimbulkan efek
samping ekstrapiramidal seperti akatisia, distonia, dan parkinsonisme selain itu
dapat menimbulkan efek samping antikolinergik seperti merah mata dan
xerostomia (mulut kering). Stelazine dapat menurunkan ambang kejang sehingga
harus berhati-hati penggunaan stelazine pada orang yang mempunyai riwayat
kejang.1
Pengobatan untuk dengan gangguan skizoafektif merespon terbaik untuk
pengobatan dengan obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat
moodstabilizer atau pengobatan dengan antipsikotik saja. Untuk orang gangguan
skizoafektif dengan tipe manik, menggabungkan obat antipsikotik dengan mood
stabilizer cenderung bekerja dengan baik.7

b. Psikoterapi
Selain psikofarmaka, psikoterapi dan edukasi juga sangat diperlukan.
Menurut penelitian pengobatan hanya dengan obat tidak cukup untuk kesembuhan
pasien, tetapi juga harus diiringi oleh lingkungan keluarga yang mendukung dan
sikap pasien terhadap penyakit yang diderita.
Karena pengobatan yang konsisten penting untuk hasil terbaik, psiko-
edukasi pada penderita dan keluarga, serta menggunakan obat long acting bisa
menjadi bagian penting dari pengobatan pada gangguan skizoafektif.7

2.8 Prognosis Skizoafektif1


Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai
prognosis di pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan
prognosis pasien dengan gangguan mood. Sebagai suatu kelompok, pasien dengan
gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang jauh lebih buruk daripada pasien
dengan gangguan depresif, memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien
dengan gangguan bipolar, dan memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien

11
dengan skizofrenia. Generalisasi tersebut telah didukung oleh beberapa penelitian
yang mengikuti pasien selama dua sampai lima tahun setelah episode yang
ditunjuk dan yang menilai fungsi sosial dan pekerjaan, dan juga perjalanan
gangguan itu sendiri.
Data menyatakan bahwa pasien dengan gangguan skizoafketif, tipe bipolar,
mempunyai prognosis yang mirip dengan prognosis pasien dengan gangguan
bipolar dan bahwa pasien dengan premorbid yang buruk; onset yang perlahan-
lahan; tidak ada faktor pencetus; menonjolnya gejala psikotik, khususnya gejala
defisit atau gejala negatif; onset yang awal; perjalanan yang tidak mengalami
remisi; dan riwayat keluarga adanya skizofrenia. Lawan dari masing-masing
karakeristik tersebut mengarah pada hasil akhir yang baik. Adanya atau tidak
adanya gejala urutan pertama dari Schneider tampaknya tidak meramalkan
perjalanan penyakit.

12
I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. R (XX.XX.XX)


Jenis kelamin : Laki – Laki
Umur : 33 tahun
Agama : Islam
Suku : Minangkabau
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Status Pernikahan : Belum Menikah
Alamat : Pariaman
Pasien masuk rumah sakit tanggal diantar oleh pasien.

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Data diperoleh dari:


 Autoanamnesis pada tanggal Desember 2019.
 Alloanamnesis dari via telpon 08xxxxxxxxxx pada tanggal Desember
2016.

A. Keluhan Utama
X.

B. Sebab Utama
X.

C. Riwayat Penyakit Sekarang


- X.
- X.
- X.
- X.

0
- X.
- X.
- X.
- X.
- X.
- X.

D. Riwayat Penyakit Dahulu


1. Riwayat Gangguan Psikiatri
X.

2. Riwayat Gangguan Medis


Pasien tidak memiliki riwayat penyakit medis, bedah, trauma yang memerlukan
perawatan, trauma kepala, penyakit neurologis, tumor, kejang, gangguan
kesadaran, maupun HIV.

3. Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat adiktif lain


Memakai nikotin, stimulan, alkohol, morfin, dan rokok tidak ada.

E. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Masa prenatal dan perinatal


- Kehamilan direncanakan, lahir spontan, ditolong dukun beranak, tidak ada
riwayat biru, kuning, dan kejang.

2. Masa kanak awal (0-3 tahun)


Pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental sesuai dengan anak
seusianya. Tidak pernah mengalami kejang.

3. Masa kanak pertengahan (3-11 tahun)

1
Pasien dapat melalaui masa kanak dengan baik dan normal seperti anak
sebayanya. Pasien memiliki banyak teman saat sekolah. Tidak pernah tinggal
kelas. Pasien selama masa ini tinggal di Pariaman.

4. Masa kanak akhir dan remaja


Saat sekolah pasien mempunyai banyak teman. Hubungan dengan teman
sebaya baik. Pasien menamatkan sekolah SMA.

5. Masa dewasa
a. Riwayat pendidikan
o SD : X, tamat 6 tahun, prestasi biasa.
o SMP : X, tamat 3 tahun, prestasi biasa.
o SMA : X, tamat 3 tahun, prestasi biasa.
b. Riwayat pekerjaan
Pasien tidak pernah bekerja secara formal dan hanya membantu – bantu
kegiatan keseharian di rumah pasien.
c. Riwayat perkawinan
Pasien belum menikah.
d. Riwayat agama
Pasien beragama islam dan melaksanakan sholat 5 waktu.
e. Riwayat psikoseksual
Pasien mengaku tidak pernah berhubungan seksual.
f. Aktivitas sosial
Pasien memiliki hubungan baik dengan orang sekitar.
g. Riwayat pelanggaran hukum
Pelanggaran hukum tidak ada.

2
F. Riwayat Keluarga

Keterangan : : Pria
: Wanita
: yang memiliki gangguan psikiatri
: Pasien

: Tinggal satu rumah dengan pasien

*Saudara dari ibu juga mengalami riwayat gangguan psikiatri.

G. Situasi Kehidupan Sekarang

Saat ini pasien tinggal serumah dengan abang, kakak ipar, dan satu anak mereka. Abang
pasien bekerja sebagai pegawai sipil negri. Pasien dan keluarga tinggal dirumah
permanen, listrik ada, air dari sumur galian. Penghasilan perbulan sekitar 5 – 10 juta per
bulan.

H. Persepsi Dan Harapan Keluarga

3
Keluarga berharap pasien cepat sembuh dan cepat kembali kerumah dan beraktifitas
seperti biasa. Keluarga juga berharap pasien tidak kambuh lagi.

I. Persepsi Dan Harapan Pasien

Pasien berharap cepat pulang kerumah dan berkumpul dengan keluarga.

II. Autoanamnesis
Pertanyaan Jawaban Interpretasi
Perkenalan Wa’alaikumsalam. Kesadaran
komposmentis

Nama pasien Jawaban nama pasien

III. Status internus


 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Komposmentis kooperatif
 Tekanan Darah : 120/80 mmhg
 Nadi : 87x/menit
 Nafas : 20x/menit

4
 Suhu : 36,70c
 Tinggi Badan : 162 cm
 Berat Badan : 74 kg
 Status Gizi : baik
 Sistem Kardiovaskuler : Dalam batas normal
 Sistem Respiratorik : Dalam batas normal
 Kelainan Khusus : Tidak ada

VI. Status neurologis

* GCS : E4M6V5 (15)


* Tanda Rangsang Meningeal : Kaku kuduk (-)
* Tanda-tanda efek samping ekstrapiramidal:
- Tremor tangan : -/-
- Akatisia : Tidak ada
- Bradikinesia : Tidak ada
- Cara berjalan : Biasa
- Keseimbangan : Baik
- Rigiditas : Tidak ada

* Motorik : - Tonus : eutonus


- Turgor : baik
-Kekuatan : 555/555

* Sensorik : halus +/+ , kasar +/+


* Refleks fisiologis : Biseps ++/++, Patela ++/++
* Refleks Patologis : Babinsky --/--

V. STATUS MENTAL

Berdasarkan pemeriksaan tanggal 1 November 2016

I. Keadaan Umum.

a. Kesadaran / Sensorium : Composmentis Perhatian : Ada


b. Sikap : Kooperatif inisiatif : Ada
5
c. Tingkah laku motorik : Aktif
d. Ekspresi fasial : Kaya
e. Verbalisasi dan cara berbicara : Spontan dan jelas
f. Kontak psikik : Dapat dilakukan, wajar

II. Keadaan Spesifik

A. Keadaan Alam Perasaan

1. Keadaan afektif : Luas

2. Hidup emosi: a. stabilitas : Stabil


b. pengendalian : Baik
c. echt – unecht : echt
d. einfuhlung ( invoelaarhaid ) : tidak ada
e. dalam dangkal : Dangkal
f. skala differensiasi : sempit
g. arus emosi ( lambat sepat ) : Lambat
3. Afek : labil
4. Mood : labil, hipotim
5. Emosi lain : rasa berdosa

B. Keadaan dan fungsi intelek.


a. daya ingat ( amnesia ) : Cukup baik
b. daya konsentrasi : Cukup baik
c. orientasi ( waktu, tempat, personal, situasi ) : Baik
d. luas pengetahuan umum dan sekolah : Sesuai
e. discriminative insight : Derajat V
f. dugaan taraf intelegensia : Rata-rata normal
g. discriminative judgment : Tidak terganggu
h. kemunduran intelek : Tidak ada

C.Kelainan sensasi dan persepsi


a. ilusi : Tidak ada
6
b. halusinasi - akustik : Ada.
- visual : Tidak ada.
- olfatorik : Tidak ada.
- taktil : Tidak ada.

D. Keadaan proses berfikir

1. Kecepatan proses berfikir ( psikomobilitas ) :Spontan

2. Mutu proses berfikir


a. Jelas dan tajam : kurang jelas dan kurang tajam
b. Sirkumstansial : tidak ada
a. Inkoherrent : tidak ada
b. Terhalang ( Sperrung ) : tidak ada
c. terhambat ( hemmung ) : tidak ada
d. meloncat-loncat ( flight of ideas ) : tidak ada
e. Verbigerasi Persevarative ( Persevaratich ) : tidak ada
3. Isi pikiran

a. Pola sentral dalam fikirannya : tidak ada


b. Fobia : tidak ada
c. Obsesi : tidak ada
d. Delusi : tidak ada
e. Kecurigaan : tidak ada
f. Konfabulasi : tidak ada
g. Rasa permusuhan / dendam : tidak ada
h. Banyak / sedikit : Sedikit
i. Perasaan berdosa : tidak ada
j. Hipokhondria : tidak ada
k. Lain-lain : tidak ada

E. Kelainan dorongan instinktual dan perbuatan

a. Abulia : tidak ada


b. Stupor : tidak ada
7
c. Raptus / impulsivitas : tidak ada
d. Kegaduhan umum / excitement state : ada
e. Deviasi seksual : tidak ada
f. Ekhopraksia : tidak ada
g. Vagabondage : tidak ada
h. Piromani : tidak ada
i. Mannerisme : tidak ada
j. Lain-lain : hidromani

F. Anxietas yang terlihat secara overt : Tidak ada


G. Hubungan dengan realitas
Terganggu dalam hal tingkah laku, pikiran, dan perasaaan.

8
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium:
17 Oktober 2016 18 Oktober 2016 19 Oktober 2016
Hb : 9,2 gr/dl GDS : 80 mg/dl (hipo) GDS : 118 mg/dl
Leukosit: 5.400 /mm3
Trombosit: 345.000/mm3
MCV: 79 fL (normo)
MCH: 25 pg (hipo)
MCHC: 32 gr/dl (normo)
Creatinin: 1,20 mg/dl
(hiper)
GDS : 75 mg/dl (hipo)

VII. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


.

VIII. FORMULASI DIAGNOSIS

IX. EVALUASI MULTIAKSIAL


Aksis I : F.25.2. Ganggguan Skozoafektif Tipe Campuran
Aksis II : tidak ada diagnosis
Aksis III : tidak ada diagnosis
Aksis IV :
Aksis V : GAF 60-51

X. DIAGNOSIS BANDING AXIS I


F.xx.xx

XI. PROGNOSIS
 Quo ad vitam : dubia ad bonam
 Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
9
 Quo ad sanationam : dubia ad malam

Hal yang meringankan prognosis:


.
Hal yang memperberat prognosis:
.

XII. RENCANA PENATALAKSANAAN

A. Farmakoterapi yang diberikan dirumah sakit


Risperidone 2 x 2 mg
Asam Valproat 2 x 125 mg
B. Psikoterapi :
1. Kepada pasien
 Psikoterapi supportif
Memberikan kehangatan, empati, dan optimistik kepada pasien.
Membantu pasien mengidentifikasi faktor presipitasi dan membantu
mengoreksinya.
 Psikoedukasi
Membantu pasien untuk memahami bahwa sedang memiliki gangguan
jiwa, sehingga selanjutnya pasien lebih menyadari kegunaan minum
obat teratur.
2. Kepada keluarga : Psikoedukasi mengenai
 Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif, dan
edukatif tentang penyakit pasien (penyebab, gejala, dan hubungan
antar gejala dan perilaku, perjalanan penyakit serta prognosis).
Diharapkan keluarga bisa mendukung proses penyembuhan dan
mencegah kekambuhan.
 Memberikan penjelasan mengenai terapi yang diberikan kepada
pasien (kegunaan obat terhadap gejala pasien dan efek samping yang
mungkin timbul pada pengobatan). Selain itu juga ditekankan
pentingnya pasien kontrol dan minum obat.

10
XII. ANALISIS KASUS
.

DAFTAR PUSTAKA

Elvira, SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit FKUI, Jakarta. 2010.
Hlm170-96.
Kantrowitz, JT, Cintromer L. Schizoaffective Disorder: A Review of Current Research
Themes and Pharmacological Management. CNS Drugs; 2011:25 (4). Pg 317-31.
Kaplan, HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan and Sadock’s Synopsis of Psychiatry
Behavioral Science/ Clinical Psychiatry Eleven Edition. Wolters Kluwer, New
York. 2015. Pg 685-724.
Maslim, R. Buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unita Atma Jaya, Jakarta. 2001. Hlm 48-57.

11
FOLLOW UP DAN PENGOBATAN DOKTER SELAMA DI RSJ PROF HB.
SAANIN

24 Oktober 2016
S : Pasien sudah tidak mengeluhkan kaku, masih sering menangis dan berkata dirinya
berdosa, mandi sering, dan masih sulit tidur.
O:
KU Kes TD Nadi Nafas T
Sedang cmc 110/70 mmHg 84x/i 20 x/i 36,80C

penampilan : tidak rapi, sesuai usia dan jenis kelamin


Sikap : kooperatif
Psikomotor : normoaktif
Pembicaraan : cepat, inkoheren
Mood/afek : labil / labil
Persepsi : halusinasi (+) audiovisual
Proses/isi pikir : cepat / waham (+) berdosa
RTA/tilikan : jelek / tilikan I
A : Skizoafektif tipe campuran
P : Olanzapine 1 x 25 mg
Asam Valproat 2 x 125 mg
Triheksilfenidine 3 x 2 mg

25 Oktober 2016
S : Pasien tenang dan dapat berkomunikasi dengan baik, kaku berkurang, masih sering
menangis dan berkata dirinya berdosa dan sering mandi, BAB dan BAK dicelana.
O:
KU Kes TD Nadi Nafas T
Sedang cmc 110/70 mmHg 84x/i 20 x/i 36,80C

penampilan : tidak rapi, sesuai usia dan jenis kelamin


Sikap : kooperatif

12
Psikomotor : hiperaktif
Pembicaraan : jelas, lancar
Mood/afek : labil / terbatas
Persepsi : halusinasi (+) audiovisual
Proses/isi pikir : cepat / waham (+) berdosa
RTA/tilikan : jelek/ tilikan II
A : Skizoafektif tipe campuran
P : Olanzapine 1 x 25 mg
Asam Valproat 2 x 125 mg
Triheksilfenidine 3 x 2 mg

26 Oktober 2016
S : Pasien tenang dan dapat berkomunikasi dengan baik, masih sering menangis dan
berkata dirinya berdosa dan sering mandi, tidur kurang
O:
KU Kes TD Nadi Nafas T
Sedang cmc 110/70 mmHg 84x/i 20 x/i 36,80C

penampilan : tidak rapi, sesuai usia dan jenis kelamin


Sikap : kooperatif
Psikomotor : normoaktif
Pembicaraan : jelas, lancar
Mood/afek : labil / terbatas
Persepsi : halusinasi (+) audiovisual
Proses/isi pikir : cepat / waham (+) berdosa
RTA/tilikan : jelek/ tilikan II
A : Skizoafektif tipe campuran
P : Olanzapine 1 x 25 mg
Asam Valproat 2 x 125 mg
Triheksilfenidine 3 x 2 mg

13
27 Oktober 2016
S : Pasien tenang dan dapat berkomunikasi dengan baik, masih sering menangis dan
berkata dirinya berdosa dan sering mandi, tidur kurang, makan ½ porsi.
O:
KU Kes TD Nadi Nafas T
Sedang cmc 110/70 mmHg 84x/i 20 x/i 36,80C

penampilan : tidak rapi, sesuai usia dan jenis kelamin


Sikap : kooperatif
Psikomotor : normoaktif
Pembicaraan : jelas, lancar
Mood/afek : labil / terbatas
Persepsi : halusinasi (+) audiovisual
Proses/isi pikir : cepat / waham (+) berdosa
RTA/tilikan : jelek/ tilikan II
A : Skizoafektif tipe campuran
P : Olanzapine 1 x 25 mg
Asam Valproat 2 x 125 mg
Triheksilfenidine 3 x 2 mg

28 Oktober 2016
S : Pasien tenang dan dapat berkomunikasi dengan baik, masih sering menangis dan
berkata dirinya berdosa dan sering mandi, tidur kurang, makan ½ porsi.
O:
KU Kes TD Nadi Nafas T
Sedang cmc 110/70 mmHg 84x/i 20 x/i 36,80C

penampilan : tidak rapi, sesuai usia dan jenis kelamin


Sikap : kooperatif
Psikomotor : normoaktif

14
Pembicaraan : jelas, lancar
Mood/afek : labil / terbatas
Persepsi : halusinasi (+) audiovisual
Proses/isi pikir : cepat / waham (+) berdosa
RTA/tilikan : jelek/ tilikan II
A : Skizoafektif tipe campuran
P : Olanzapine 1 x 25 mg
Asam Valproat 2 x 125 mg
Triheksilfenidine 3 x 2 mg

29 Oktober 2016
S : Pasien tenang dan dapat berkomunikasi dengan baik, masih sering menangis dan
berkata dirinya berdosa dan sering mandi, tidur kurang, makan ½ porsi, minum obat
mau.
O:
KU Kes TD Nadi Nafas T
Sedang cmc 110/70 mmHg 82x/i 20 x/i 36,60C

penampilan : tidak rapi, sesuai usia dan jenis kelamin


Sikap : kooperatif
Psikomotor : normoaktif
Pembicaraan : jelas, lancar
Mood/afek : labil / terbatas
Persepsi : halusinasi (+) audiovisual
Proses/isi pikir : cepat / waham (+) berdosa
RTA/tilikan : jelek/ tilikan II
A : Skizoafektif tipe campuran
P : Olanzapine 1 x 25 mg
Asam Valproat 2 x 125 mg
Triheksilfenidine 3 x 2 mg

15
30 Oktober 2016
S : Pasien tenang dan dapat berkomunikasi dengan baik, masih sering menangis dan
berkata dirinya berdosa, sering mandi, tidur cukup, makan dan minum obat teratur
O:
KU Kes TD Nadi Nafas T
Sedang cmc 120/70 mmHg 88x/i 20 x/i 36,50C

penampilan : tidak rapi, sesuai usia dan jenis kelamin


Sikap : kooperatif
Psikomotor : normoaktif
Pembicaraan : jelas, lancar
Mood/afek : labil / terbatas
Persepsi : halusinasi (+) audiovisual
Proses/isi pikir : cepat / waham (+) berdosa
RTA/tilikan : baik/ tilikan II
A : Skizoafektif tipe campuran
P : Olanzapine 1 x 25 mg
Asam Valproat 2 x 125 mg
Triheksilfenidine 3 x 2 mg

31 Oktober 2016
S : Pasien tenang dan dapat berkomunikasi dengan baik, menangis berkurang dan masih
berkata dirinya berdosa dan sering mandi, tidur cukup, makan dan minum obat teratur
O:
KU Kes TD Nadi Nafas T
Sedang cmc 110/70 mmHg 82x/i 20 x/i 36,50C

penampilan : tidak rapi, sesuai usia dan jenis kelamin


Sikap : kooperatif
Psikomotor : normoaktif

16
Pembicaraan : jelas, lancar
Mood/afek : labil / terbatas
Persepsi : halusinasi (+) audiovisual
Proses/isi pikir : cepat / waham (+) berdosa
RTA/tilikan : Baik/ tilikan VI
A : Skizoafektif tipe campuran
P : Olanzapine 1 x 25 mg
Asam Valproat 2 x 125 mg
Triheksilfenidine 3 x 2 mg

17
SKEMA PERJALANAN PENYAKIT

Akhir Januari 2016 Oktober 2016


40 tahun 41 tahun

Pasien merasa dirinya penuh dengan dosa


Pasien sering berbicara sendiri,
karena sering mengabaikan perkataan orang
sering membagi-bagikan uang
tuanya, dan melawan kepada orang tua. Pasien
kepada keponakannya, dan marah-
suka berbicara sendiri seputar masalah dosa
marah sendiri tanpa diketahui
dan sering membagi-bagikan uang (bersedekah
penyebabnya. Saat itu pasien juga Pasien kembali dapat untuk menghapus dosa). Pasien juga sering
mendengar suara bisikan-bisikan beraktivitas yaitu mandi berulang-ulang hingga sekitar 5 kali
yang tidak jelas dan tidak diketahui bekerja sebagai buruh sehari untuk mensucikan dirinya dari dosa dan
sumber suaranya. tani. Namun, gejala perilaku ini sudah berlangsung sejak 10 bulan
Pasien kemudian dibawa berobat masih ada, namun yang lalu. Pasien sering melihat bayangan
ke dokter spesialis jiwa di Jl.
minimal hewan berupa dua ekor burung gereja didalam
Patimura, Kota Solok, kemudian
kamarnya setiap siang hari. Pasien yakin bahwa
mendapat obat selama 1 bulan,
burung geraja tersebut adalah mamak dan
tidak dirawat, dan disarankan
Pasien keponakannya. Pasien juga mendengar suara
kontrol ulang, namun pasien hanya
putus obat burung gereja tersebut berkata “takicuah,
meminum obat selama 28 hari dan
takicuah, takicuah”.
tidak kontrol ulang karena merasa
Pasien kemudian dibawa oleh keluarga berobat
dirinya sudah sembuh.
ke RSJ HB. Saanin.

Anda mungkin juga menyukai