Anda di halaman 1dari 16

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

PADA PASIEN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI


DIRUANG INTENSIF WANITA
DI RS JIWA SAMBANG LIHUM BANJARMASIN

OLEH : KELOMPOK IA.2


MAKIAH
RIFA’ATUL MAHMUDAH
ROSANA APRILIA
WIJAYANTI WULANDARI
AZMI ELENDA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN 2019/2020
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI

Pelaksanaan
Hari/tanggal :
Jam :
Tempat : Ruang Intensif Wanita RSJ Sambang Lihum Banjarmasin
Sasaran/Kriteria Klien:

A. Landasan Teori
1. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok
pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin
atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah
terlatih (Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia
dalam Yosep, 2007). Jumlah minimum peserta adalah 4 orang dan maksimum
10 orang. Kriteria anggota yang memenuhi syarat untuk mengikuti TAK
adalah : sudah punya diagnosa yang jelas, tidak terlalu gelisah, tidak agresif
(Yosep, 2007).

Terapi aktivitas kelompok (TAK) dibagi empat, yaitu terapi aktivitas


kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi
sesori, terapi aktivitas orientasi realita, dan terapi aktivitas kelompok
sosialisasi (Keliat, 2006). Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi
persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus terkait
dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok
(Keliat, 2006).

2. Halusinasi
a. Pengetian
Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses diterimanya rangsangan
sampai rangsangan itu disadari dan dimengerti oleh penginderaan atau
sensasi : proses penerimaan rangsangan (Stuart, 2007).

Perubahan persepsi sensori ditandai oleh adanya halusinasi. Beberapa


pengertian mengenai halusinasi di bawah ini dekemukakan oleh beberapa
ahli:
Halusinasi adalah pengalaman pasca indera tanpa adanya rangsangan
(stimulus) misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan
ditelinganya padahal tidak ada sumber dari suara bisikan itu (Hawari,
2005).
Halusinasi adalah pengalaman pasca indera tanpa adanya rangsangan.
Klien merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap
meskipun tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera
tersebut (Izzudin, 2005). Halusinasi adalah kesan, respond an pengalaman
sensori yang salah (Stuart, 2007).

b. Macam-macam Halusinasi
1) Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap
antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar
dimana klien dapat mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk
melakukan sesuatu terkadang dapat membahayakan.
2) Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,
gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias
menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
3) Penciuman
Mencium bau-bauan tertentu seperti bau darah, urine, dan feses
umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghindu
sering akibat dari stroke, tumor, kejang atau dimensia.
4) Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urine atau feses.
5) Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidak nyamanan tanpa stimulus yang jelas.
Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang
lain.
6) Cenesthenic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah divena atau arteri,
pencernaan makan atau pembentukan urine.

c. Faktor predisposisi dan faktor presivitasi


1) Faktor predisposisi
Menurut stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah :
a) Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan
dengan respon neurobiologis yang maladatif baru mulai dipahami.
Ini tunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut :
(1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan
otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesai
pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan
perilaku psikotik.
(2) Beberapa zat kimia diotak seperti dopamin neurotransmitter
yang berlebih dan masalah – masalah pada system reseptor
dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
(3) Pembesaran ventikel dan penurunan masa kortikal
menunjukkkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak
manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizifrenia kronis,
ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian
depan dan atropi otak kecil (cerebllum). Temuan kelainan
anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
b) Psikologis
Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan
yang dapat mempengaruhi gangguan orientas realitas adalah
penolakan atau tindak kekerasan dalam rentang hidup klien.
c) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti : kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan
bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.

2) Faktor presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan,isolasi, perasaan
tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap
stresor dan masalah koping dapat mengidintifikasi kemungkinan
kekambuhan (Keliat, 2006).

Menurut Stuar (2007), faktor presipitas terjadinya gangguan halusiansi


adalah :
a) Biologis
Gangguan dalm komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidak mampuan
untuk secara slektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak
untuk diinterpretasikan.
b) Stres lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
c) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.

d. Tanda dan gejala


Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi
adalah sebagai berikut :
- Bicara sendiri
- Senyum sendiri
- Tertawa sendiri
- Menggerakkan bibir tanpa suara
- Pergerakan mata yang cepat
- Respon verbal yang lambat
- Menarik diri dari orang lain
- Berusaha untuk menghindari orang lain
- Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
- Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
- Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik
- Berkonsentrasi dengan pengalaman sendori
- Sulit berhubungan dengan orang lain.
- Ekspresi muka tegang
- Mudah tersinggung, jengkel dari perawat
- Tidak mau mengikuti perintah dari perawat
- Tampak tremor dan berkeringat
- Perilaku panik
- Agitasi dan kataton
- Curiga dan bermusuhan
- Bertindak merusak diri orang lain dan lingkungan
- Ketakutan
- Tidak dapat mengurus diri
- Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.

e. Rentang Respon
Adatif Maladaptif
Pikiran logis Distorsi pikiran Ganggan pikir /
Persepsi kuat Ilusi delusi
Emosi Reaksi emosi berlebihan Halusinasi
Konsisten dengan pengalaman Atau kurang Sulit berespon
Perilaku sesuai Perilaku aneh/ tidak biasa Perilaku disorganisasi
Berhubungan dengan sosil Menarik diri Isolasi sosial

Halusinasi merupakan salah satu mal adaptif individu berada dalam


rentang respon neurobiologi. Jadi merupakan persepsi paling adaptif jika
klien sehat, persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan
menginterprestasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima
melalui panca indra. Klien dengan halusinasi mempresepsikan suatu
stimulus itu tidak ada, diantara kedua respon tersebut adalah respon
individu yang karena sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu salah
mempresepsikan stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai ilusi.
klien mengalami ilusi jika interprestasi dilakukannya.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Klien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol halusinasi
dalam kelompok secara bertahap.
b. Tujuan Khusus
1. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
2. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan minum obat
3. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.
4. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas
terjadwal.

C. Peserta
1. Karakteristik / kriteria
Pasien dengan gangguan sensori persepsi: halusinasi
1) Pasien yang sudah kooperatif dan tenang
2) Pasien tidak cacat fisik atau tidak ada kekurangan anggota tubuh
3) Komunikasi verbalnya baik
4) Dengan masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi
5) Bisa baca tulis
6) Tidak adalam pengaruh terapi
2. Proses Seleksi
a. Pengkajian
Perawat mengidentifikasi jumlah dan masalah keperawatan yang ada
diruangan. Pasien diseleksi berdasarkan jenis masalah keperawatan,
yang dipilih adalah pasien dengan masalah halusinasi, pasien dipilih
sejumlah 8 orang. Perawat mengidentifikasi jenis terapi aktivitas
kelompok yang akan dilakukan, yaitu Terapi Aktivitas Kelompok:
Stimulasi Persepsi: Halusinasi.
b. Perawat mengidentifikasi pasien yang akan mengikuti Terapi Aktivitas
Kelompok (TAK): Stimulasi Persepsi. Dimana pasien yang akan
mengikuti TAK stimulasi persepsi tersebut adalah pasien dengan
masalah keperawatan halusinasi.
c. Mengklarifikasi pasien sesuai kriteria dan bekerjasama dengan perawat
di ruangan.
d. Mengadakan kontrak dengan pasien.

D. Kriteria Hasil
1. Evaluasi Struktur
a. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan
memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan
b. Posisi tempat dilantai menggunakan tikar
c. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik
e. Leader, Co-leader, Fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya.
2. Evaluasi Proses
a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Leader mampu memimpin acara.
c. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung
jawab dalam antisipasi masalah.
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok
g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir.

E. Antisipasi Masalah
1. Penanganan terhadap klien yang tidak aktif dalam aktivitas
a. Memanggil klien
b. Memberi kesempatan pada klien untuk menjawab sapaan perawat atau
klien lain
2. Bila klien meninggalkan kegiatan tanpa izin
a. Panggil nama klien
b. Tanyakan alasan klien meninggalkan kegiatan
c. Bila klien lain ingin ikut
d. Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada klien yang telah
dipilih
e. Katakan pada klien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin didikuti oleh
klien tersebut
f. Jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi
pesan pada kegiatan in.

F. Pengorganisasian Kelompok
Sesi I : Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
1. Pengorganisasian
a. Pelaksanaan
1) Tempat :
2) Hari/Tanggal :
3) Waktu :
4) Alokasi waktu :
- Perkenalan dan pengarahan (5 menit)
- Terapi aktivitas kelompok (20 menit)
- Penutup (5 menit)
1. Jumlah Peserta

2. Tim Terapis
a. Pemimpin kelompok (Leader) : Azmi Elenda
Tugas :
 Membaca tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktivitas kelompok
sebelum kegiatan dimulai.
 Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan
memperkenalkan dirinya.
 Mampu memimpin terapi aktivitas kelompok dengan baik dan tertib.
 Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok.
 Menjelaskan permainan.
b. Co. Leader : Makiah
Uraian tugas :
a. Menyampaikan informasi dan fasilitator ke leader dan sebaliknya
b. Mengingatkan pada leader bila diskusi menyimpang
c. Mengintervensi klien bila ada masalah
d. Membantu mengkoordinir seluruh kegiatan

c. Fasilitator : Wijayanti Wulandari, Rosana Aprilia


Tugas :
 Memfasilitasi peserta yang kurang aktif.
 Berperan sebagai role play bagi peserta selama kegiatan.
 Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan.
 Membimbing kelompok selama permainan dan diskusi.
 Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.

d. Observer : Rifa’atul Mahmudah


Tugas :
 Mengobservasi jalannya proses kegiatan.
 Mencatat perilaku verbal dan non verbal peserta selama kegiatan
berlangsung.
 Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota
kelompok dengan evaluasi kelompok.
 Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah.

3. Metode dan Media


a. Metode
 Dinamika kelompok
 Diskusi
 Bermain
b. Media
 Bola
 Alat tulis (pulpen)
 Papan nama
 Lembar observasi
4. Setting Tempat

L
c
O

K
K

F
K

F K

O K
K
Keterangan :
: Leader

: Co leader

: Fasilitator

: Observer
: Klien

5. Proses Pelaksanaan
Pra Interaksi
a. Persiapan alat dan media
b. Persiapan tempat
c. Persiapan pasien dan papan nama
Orientasi
a. Salam terapeutik
 Salam leader kepada klien
 Leader memperkenalkan diri beserta tugasnya
b. Evaluasi/validasi
 Tanyakan kabar dan perasaan klien saat ini.
 Tanyakan kembali pengalaman halusinasi yang pernah terjadi : isi,
waktu, situasi, perasaan dan apa yang dilakukan pada saat halusinasi
tersebut muncu.
 Berikan pujian dengan bertepuk tangan kepada klien yang mampu
menjawab pertanyaan leader.
c. Kontrak topik
 Leader menjelaskan tujuan dari kegiatan, yaitu klien dapat mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik
 Leader mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
 Leader menjelaskan aturan main, sebagai berikut:
1) Lama kegiatan 30 menit
2) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
Kerja
a. Tahap kerja
1) Leader menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik.
2) Leader memperagakan cara mengardik halusinasi yaitu : ” pergi, pergi
saya tidak mau dengar, kamu suara palsu”
3) Leader menentukan giliran peserta dengan permainan, sebagai
berikut:
 Klien melempar bola sambil menyanyi semuanya
 Jika lagu habis dan bola terhenti disalah satu klien itulah klien yang
selanjutnya memperagakan cara menghardik halusinasi
4) Leader meminta klien untuk memperagakan cara menghardik
halusinasi
5) Leader memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan
6) Ulangi 4 dan 5 sampai semua klien mendapat giliran.
7) Leader menyimpulkan hasil kegiatan
b. Tahap terminasi
1) Evaluasi
a) Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b) Leader menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah di
latih
c) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
2) Tindak lanjut
a) Leader mengajarkan klien untuk menerapkan cara yang telah
dipelajari jika halusinasi muncul
b) Memasukkan kegiatan menghardik kedalam jadwal kegiatan
harian klien
3) Kontrak yang akan datang
a) Leader membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK
berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan
minum obat.
b) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya.

6. Evaluasi dan Dokumentasi


a. Evaluasi
Sesi I : stimulasi persepsi sensori (Halusinasi)
Kemampuan Menghardik Halusinasi
N Aspek Yang Dinilai Nama Klien
o. Tn. Tn. Tn. Tn. Tn. Tn.
1. Menyebutkan efektivitas cara
yang digunakan
2. Menyebutkan cara mengatasi
halusinasi
3. Memperagakan cara
menghardik halusinasi

Total

Petunjuk :
0 : Tidak bisa/mampu
1 : Dibantu perawat
2 : Mandiri

b. Dokumentasi
Klien mampu memperagakan cara menghardik halusinasi, anjurkan klien
menggunakannya jika halusinasi muncul.

Sesi II : Mengontrol halusinasi dengan obat


1. Pengorganisasian
a. Pelaksanaan
1) Tempat :
2) Hari/Tanggal :
3) Waktu :
4) Alokasi waktu : 30 menit
- Perkenalan dan pengarahan (5 menit)
- Terapi aktivitas kelompok (20 menit)
- Penutup (5 menit)

2. Jumlah Peserta

3. Tim Terapis
a. Pemimpin kelompok (Leader) : Dufriansyah
Tugas :
e. Memimpin jalannya terapi aktifitas kelompok.
f. Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya terapi.
g. Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK.
h. Memimpin diskusi kelompok.

4. Co. Leader : Desy Amelia


Uraian tugas :
e. Menyampaikan informasi dan fasilitator ke leader dan sebaliknya
f. Mengingatkan pada leader bila diskusi menyimpang
g. Mengintervensi klien bila ada masalah
h. Membantu mengkoordinir seluruh kegiatan

b. Fasilitator : Desy Amelia, Fitriah, dan Fahmi


Tugas :
 Ikut serta dalam kegiatan kelompok
 Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk
aktif mengikuti jalannya terapi

c. Observer : Desy Aprianti, Eko Pramono


Tugas :
 Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang
tersdia)
 Mengawasi jalannya aktifitas kelompok dari mulai persiapan, proses,
hingga penutupan.

5. Metode dan Media


a. Metode
 Dinamika kelompok
 Diskusi
 Bermain

b. Media
 Papan nama
 Bola
 Lembar observasi
 Media Obat

6. Setting Tempat

F c
K K

K O

K
O K

K
F F

Keterangan :
: Leader

: Co leader

: Fasilitator

: Observer

: Klien

7. Proses Pelaksanaan
Pra Interaksi
a. Persiapan alat dan media
b. Persiapan tempat
c. Persiapan pasien dan papan nama

Orientasi
a. Salam terapeutik
 Salam terapis kepada klien
 Terapis memperkenalkan diri beserta tugasnya
b. Evaluasi/validasi
 Tanyakan kabar dan perasaan klien saat ini.
c. Kontrak topik
 Leader menjelaskan tujuan dari kegiatan, yaitu mengontrol halusinasi
dengan mengenal obat (nama obat, warna dan kegunaan obat)
 Leader menjelaskan aturan main, sebagai berikut:
1) Lama kegiatan 30 menit
2) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
Kerja
a. Tahap kerja
1) Leader menjelaskan tentang obat
2) Leader meminta pasien menyampaikan obat yang dikonsumsi (nama
obat, warna dan kegunaannya) dengan menggunakan permainan.
3) Leader menentukan giliran peserta dengan permainan, sebagai
berikut:
 Musik dimainkan
 Klien diminta memberikan bola kepada teman disampingnya
secara berurutan hingga musik berhenti
 Bagi klien yang memegang bola pada saat musik berhenti maka
mendapat giliran menyebutkan nama obat apa saja yang klien
konsumsi, warna dan kegunaannya.
4) Berikan pujian pada klien yang menyebutkan secara benar.
5) Ulangi 3 dan 4 sampai semua klien mendapat giliran
6) Leader menyimpulkan hasil kegiatan
b. Tahap terminasi
1) Evaluasi
 Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
 Leader menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah di
latih
 Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
2) Tindak lanjut
 leader mengajarkan klien untuk menerapkan cara yang telah
dipelajari jika halusinasi muncul
 Memasukkan kegiatan patuh minum obat kedalam jadwal kegiatan
harian klien

3) Kontrak yang akan datang


 Leader membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK
berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap.
 Leader membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya.
7) Evaluasi dan Dokumentasi
a. Evaluasi
Sesi II : stimulasi persepsi sensori (Halusinasi)
Kemampuan mengenal obat
N Nama klien
Aspek yang dinilai
o Tn. Tn. Tn. Tn. Tn. Tn.
1 Menyebutkan nama obat yang
dikonsumsi
2 Menyebutkan warna obat yang
dikonsumsi
3 Menyebutkan kegunaan dari obat
Total
Petunjuk :
0 : Tidak bisa/tidak mampu
1 : Dibantu perawat
2 : Mandiri

b. Dokumentasi
Klien mampu meyebutkan nama obat, warna dan Manfaat obat.

Banjarmasin, September 2019

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

(.…………….……………..……) (………………………………)

Anda mungkin juga menyukai