Anda di halaman 1dari 7

Standar Operasional Prosedur (SOP)

Dalam rangka pelaksanaan tugas pelayanan terhadap konsumen perbenihan (Petani,


Penangkar, Kelompok Tani, Gapoktan, Pemerintah, Swasta, BUMN, Stake holder di bidang
Perbenihan) UPTD BPSPT Provinsi Jambi memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam
melaksanakan tugas teknis antara lain SOP Sertifikasi Benih, SOP Pelabelan Ulang Benih, SOP
Penerbitan Rekomendasi/Sertifikat Kompetensi Produsen/Pedagang/Penyalur Benih, SOP
Pengujian Laboratorium. Bagan alir SOP dimaksud tersaji pada gambar dibawah ini:

3.4.1. SOP Sertifikasi Benih

Permohonan Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan


Sertifikasi Dokumen Pendahuluan Fase Vegetatif Fase Generatif Fase Masak
1 hari 1 hari 1 hari 2 hari 2 hari 2 hari

Pengujian Pengiriman Pengambilan Pengawasan Pemeriksaan Pengawasan


Laboratorium Contoh Benih Contoh Benih Prosessing Alat Panen Panen
14 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari

Pemberian Legislasi Pengawasan


Sertifikat Label Benih Pemasangan Label
1 hari 2 hari 1 hari

Gambar 3. Bagan SOP Sertifikasi Benih

Penjelasan Standar Operasional Prosedur (SOP) Sertifikasi Benih


1. Permohonan Sertifikasi
a. Produsen / Penangkar benih bina mengajukan permohonan Sertifikasi kepada UPTD
BPSPT Provinsi Jambi minimal 10 hari sebelum semai.
b. Permohonan diajukan dengan mengisi blanko permohonan sertifikasi yang
mencantumkan nama Penangkar, alamat, komoditi yang akan ditanam, varietas, kelas
benih, jumlah benih sumber, rencana luas penangkaran, rencana semai, rencana tanam,
melampirkan peta lokasi penangkaran dan label benih sumber yang akan ditanam.
c. Luasan satu unit sertifikasi benih bina tanaman pangan maksimal 10 ha.
d. Satu unit areal sertifikasi benih bina tanaman pangan merupakan hamparan yang
mempunyai batas yang jelas, dapat terdiri dari beberapa petak atau areal yang terpisah
dengan jarak tidak lebih dari 10 meter dan tidak dipisahkan oleh varietas lain. Diajukan
untuk satu varietas dan satu kelas benih, dengan batas waktu tanam maksimal 5 hari untuk
seluruh areal pertanaman yang akan disertifikasi.
2. Pemeriksaan Dokumen
a. Pemeriksaan dokumen dilaksanakan oleh UPTD BPSPT atas permohonan sertifikasi dari
penangkar benih yang disampaikan melalui petugas pengawas benih di Kabupaten/Kota.
b. Jika dokumen permohonan sertifikasi lengkap, akan dibukukan didalam buku induk
sertifikasi pada UPTD BPSPT.
c. Permohonan yang telah dibukukan akan mendapatkan nomor induk sertifikasi benih yang
akan disampaikan kepada pengawas benih Kabupaten/kota.
d. Dokumen Permohonan yang belum lengkap akan diinformasikan kepada pengawas benih
tanaman yang ada di Kabupate/Kota agar dapat dilengkapi oleh Penangkar Benih.
3. Pemeriksaan Pendahuluan
a. Pemeriksaan pendahuluan dilaksanakan pengawas benih tanaman pada saat pemeriksaan
terhadap kebenaran dokumen sebelum tanam sampai dengan tanam, yaitu untuk
mendapatkan kepastian bahwa data yang diberikan atau dicantumkan dalam permohonan
sertifikasi, termasuk label dan jumlah benih sumber, benar-benar sesuai dengan keadaan
yang ada di lapangan.
b. Kondisi lahan (isolasi dan sejarah lapangan), yang akan dipergunakan sebagai areal
sertifikasi.
c. Kebenaran batas-batas areal yang akan digunakan untuk areal sertifikasi. Data tersebut
dicocokkan dengan sket/peta lapangan yang telah dilampirkan pada permohonan. Pada
pemeriksaan ini sekaligus dapat diketahui keadaan isolasi areal tersebut. Isolasi tanaman
dimaksudkan agar tidak terjadi persilangan liar. Macam isolasi tanaman, yaitu isolasi
jarak, isolasi waktu, dan isolasi penghalang (barrier).
d. Kebenaran varietas, benih sumber dan kelas benih yang akan ditanam serta kelas benih
yang akan dihasilkan.
e. Rencana penanaman (varietas, tanggal tebar, tanggal tanam, kelas benih, luas areal).
f. Hasil pemeriksaan pendahuluan dicantumkan pada formolir pemeriksaan pendahuluan
dan dikirimkan ke Provinsi.
4. Pemeriksaan Fase Vegetatif
a. Pemeriksaan pertanaman dilaksanakan pada fase pertanaman vegetatif untuk
mendapatkan kepastian bahwa benih yang akan dihasilkan dari pertanaman tersebut benar
varietas yang dimaksud dan tidak tercampur sesuai dengan persyaratan mutu benih.
b. Produsen / penangkar benih bina tanaman pangan harus menyampaikan permintaan
pemeriksaan pertanaman paling lambat satu minggu sebelum pelaksanaan pemeriksaan
pertanaman kepada UPTD BPSPT melalui petugas pengawas benih tanaman di
Kabupaten/Kota.
c. Pengawas benih tanaman melaksanakan pemeriksaan dokumen hasil pemeriksaan
pendahuluan.
d. Memeriksa letak, luas dan tanggal tanam areal pertanaman yang akan diperiksa.
e. Melaksanakan pemeriksaan global dengan memeriksa kondisi pertanaman secara
menyeluruh dengan cara mengelilingi lahan sertifikasi untuk mengetahui isolasi jarak,
waktu, dan penghalang (khusus untuk tanaman yang menyerbuk silang) sesuai jenis
tanaman.
f. Menentukan sampel pengamatan dengan cara menetapkan secara acak sehingga dapat
mewakili kondisi pertanaman secara keseluruhan dan bukan merupakan pertanaman pada
baris tepi/pinggir.
g. Melaksanakan pemeriksaan pertanaman dengan mengamati bagian-bagian vegetatif
tanaman pada sampel pertanaman yang telah ditentukan sesuai dengan komoditi yang
ditanam dan menghitung jumlah campuran varietas lain (CVL).
h. Hasil pengamatan CVL dinyatakan dengan persen dengan cara :
∑ CVL dan Tipe Simpang 1
-------------------------------- x --------------------- x 100 % ∑
Contoh Pemeriksaan Populasi Sampel
i. Apabila tidak memenuhi persyaratan mutu, maka produsen dapat mengajukan
pemeriksaan ulang satu kali.
j. Berdasarkan permintaan pemohon, apabila pada pemeriksaan pertanaman tidak
memenuhi persyaratan mutu untuk kelas benih yang dimaksud, maka pertanaman tersebut
dapat dinyatakan lulus untuk kelas benih yang lebih rendah, sepanjang masih memenuhi
standar yang berlaku untuk kelas benih tersebut.
k. Laporan pemeriksaan pertanaman dibuat oleh Pengawas Benih Tanaman dan
disampaikan kepada produsen benih bina tanaman pangan paling lambat 5 (lima) hari
kerja setelah pemeriksaan.
5. Pemeriksaan Fase Generatif
a. Pemeriksaan pertanaman dilaksanakan pada fase pertanaman generatif (berbunga) untuk
mendapatkan kepastian bahwa benih yang akan dihasilkan dari pertanaman tersebut benar
varietas yang dimaksud dan tidak tercampur sesuai dengan persyaratan mutu benih.
b. Produsen / penangkar benih bina tanaman pangan harus menyampaikan permintaan
pemeriksaan pertanaman paling lambat satu minggu sebelum pelaksanaan pemeriksaan
pertanaman kepada UPTD BPSPT melalui petugas pengawas benih tanaman di
Kabupaten/Kota.
c. Pengawas benih tanaman melaksanakan pemeriksaan dokumen hasil pemeriksaan fase
vegetatif.
d. Memeriksa letak, luas dan tanggal tanam areal pertanaman yang akan diperiksa.
e. Melaksanakan pemeriksaan global dengan memeriksa kondisi pertanaman secara
menyeluruh dengan cara mengelilingi lahan sertifikasi untuk mengetahui isolasi jarak,
waktu, dan penghalang (khusus untuk tanaman yang menyerbuk silang) sesuai jenis
tanaman.
f. Menentukan sampel pengamatan dengan cara menetapkan secara acak sehingga dapat
mewakili kondisi pertanaman secara keseluruhan dan bukan merupakan pertanaman pada
baris tepi/pinggir.
g. Melaksanakan pemeriksaan pertanaman dengan mengamati bagian-bagian vegetatif dan
generatif tanaman pada sampel pertanaman yang telah ditentukan sesuai dengan komoditi
yang ditanam dan menghitung jumlah campuran varietas lain (CVL).
h. Hasil pengamatan CVL dinyatakan dengan persen dengan cara :
∑ CVL dan Tipe Simpang 1
-------------------------------- x --------------------- x 100 % ∑
Contoh Pemeriksaan Populasi Sampel
i. Apabila tidak memenuhi persyaratan mutu, maka produsen dapat mengajukan
pemeriksaan ulang satu kali.
j. Berdasarkan permintaan pemohon, apabila pada pemeriksaan pertanaman tidak
memenuhi persyaratan mutu untuk kelas benih yang dimaksud, maka pertanaman tersebut
dapat dinyatakan lulus untuk kelas benih yang lebih rendah, sepanjang masih memenuhi
standar yang berlaku untuk kelas benih tersebut.
k. Laporan pemeriksaan pertanaman dibuat oleh Pengawas Benih Tanaman dan
disampaikan kepada produsen benih bina tanaman pangan paling lambat 5 (lima) hari
kerja setelah pemeriksaan.

6. Pemeriksaan Fase Masak


a. Pemeriksaan pertanaman dilaksanakan pada fase pertanaman masak untuk mendapatkan
kepastian bahwa benih yang akan dihasilkan dari pertanaman tersebut benar varietas yang
dimaksud dan tidak tercampur sesuai dengan persyaratan mutu benih.
b. Produsen / penangkar benih bina tanaman pangan harus menyampaikan permintaan
pemeriksaan pertanaman paling lambat satu minggu sebelum pelaksanaan pemeriksaan
pertanaman kepada UPTD BPSPT melalui petugas pengawas benih tanaman di
Kabupaten/Kota.
c. Pengawas benih tanaman melaksanakan pemeriksaan dokumen hasil pemeriksaan fase
generatif.
d. Memeriksa letak, luas dan tanggal tanam areal pertanaman yang akan diperiksa.
e. Menentukan sampel pengamatan dengan cara menetapkan secara acak sehingga dapat
mewakili kondisi pertanaman secara keseluruhan dan bukan merupakan pertanaman pada
baris tepi/pinggir.
f. Melaksanakan pemeriksaan pertanaman dengan mengamati bagian-bagian vegetatif dan
generatif tanaman pada sampel pertanaman yang telah ditentukan sesuai dengan komoditi
yang ditanam dan menghitung jumlah campuran varietas lain (CVL).
g. Hasil pengamatan CVL dinyatakan dengan persen dengan cara :
∑ CVL dan Tipe Simpang 1
-------------------------------- x --------------------- x 100 % ∑
Contoh Pemeriksaan Populasi Sampel
h. Apabila tidak memenuhi persyaratan mutu, maka produsen dapat mengajukan
pemeriksaan ulang satu kali.
i. Berdasarkan permintaan pemohon, apabila pada pemeriksaan pertanaman tidak
memenuhi persyaratan mutu untuk kelas benih yang dimaksud, maka pertanaman tersebut
dapat dinyatakan lulus untuk kelas benih yang lebih rendah, sepanjang masih memenuhi
standar yang berlaku untuk kelas benih tersebut.
j. Laporan pemeriksaan pertanaman dibuat oleh Pengawas Benih Tanaman dan
disampaikan kepada produsen benih bina tanaman pangan paling lambat 5 (lima) hari
kerja setelah pemeriksaan.
7. Pemeriksaan Panen
a. Maksud pemeriksaan panen adalah untuk mendapatkan kepastian bahwa benih yang akan
dipanen terhindar dari kemungkinan pencampuran sehingga kemurnian varietasnya dapat
dijamin, sesuai dengan kebutuhan masingmasing jenis tanaman.
b. Penangkar/Produsen benih bina tanaman pangan harus mengajukan permintaan untuk
pemeriksaan tersebut selambat-lambatnya satu minggu sebelum panen/digunakan.
8. Pemeriksaan Alat Panen
a. Maksud pemeriksaan alat panen adalah untuk mendapatkan kepastian bahwa benih yang
dipanen terhindar dari kemungkinan pencampuran pada saat penggunaan alat panen
sehingga kemurnian varietasnya dapat dijamin, sesuai dengan kebutuhan masingmasing
jenis tanaman.
b. Fasilitas peralatan yang akan dipakai untuk panen harus dibersihkan dan dihindarkan bagi
penggunaan pertanaman diluar dari yang ditangkarkan untuk kegiatan sertifikasi benih.
9. Pemeriksaan Prosessing Benih
a. Maksud pemeriksaan prosessing benih adalah untuk mendapatkan kepastian bahwa benih
yang dipanen terhindar dari kemungkinan pencampuran pada saat prosessing benih
sehingga kemurnian varietasnya dapat dijamin, sesuai dengan kebutuhan masing-masing
jenis tanaman.
b. Fasilitas peralatan yang akan dipakai untuk prosessing benih harus dibersihkan dan
dihindarkan bagi penggunaan pertanaman diluar dari yang ditangkarkan untuk kegiatan
sertifikasi benih.
c. Identitas kelompok benih seperti jenis/varietas, nomor kelompok, asal lapangan/blok,
harus ada dan terpelihara setiap saat.
d. Benih harus disimpan dan disusun dalam tempat dengan kondisi yang sesuai serta
sirkulasi udara terjamin atau terkontrol.
e. Benih yang telah selesai diproses ditempatkan pada wadah/ tempat benih yang diatur
sedemikian rupa sehingga jumlahnya dapat dihitung dengan tepat dan setiap wadah benih
mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil contoh benihnya serta contohnya dapat
diambil dengan mudah.
f. Penetapan suatu kelompok benih bina tanaman pangan berdasarkan identitasnya (antara
lain jenis, varietas dan nomor induk lapangan). Kelompok benih bina tanaman pangan ini
dapat berasal dari penggabungan dua atau beberapa unit sertifikasi yang berbeda dengan
tanggal panen tidak lebih dari 5 hari, yang harus diketahui dan dicatat asal usul dan
persyaratan lainnya.
g. Semua wadah/tempat dari setiap kelompok harus diatur/ disusun tersendiri dan tidak
tercampur dengan benih lainnya.
h. Produsen benih bina tanaman pangan harus mencantumkan identitas kelompok benih
pada setiap kelompok benih bina tanaman pangan, antara lain nomor induk, nomor
kelompok benih, varietas, kelas benih, tanggal panen, jumlah wadah, dan volume benih.
i. Kelompok benih bina tanaman pangan yang identitasnya meragukan, proses sertifikasi
tidak dilanjutkan.
j. Apabila beberapa kelompok benih bina tanaman pangan dari varietas yang sama
dicampur menjadi satu kelompok benih, pencampurannya harus homogen.
k. Pencampuran kelompok benih bina tanaman pangan dari varietas yang sama namun
berasal dari kelas benih yang berbeda, maka kelompok benih bina tanaman pangan
tersebut dijadikan kelas benih yang rendah.
10. Pengambilan Contoh Benih
a. Produsen benih bina tanaman pangan mengajukan permohonan pengujian/analisis mutu
benih kepada UPTD BPSPT.
b. Contoh benih untuk pengujian/analisis mutu benih di laboratorium diambil dari kelompok
benih yang sejarah pembentukan kelompoknya jelas, diberi identitas jelas dan seragam
mutunya.
c. Volume satu kelompok benih untuk masing-masing jenis tanaman tidak lebih dari
ketentuan yang berlaku.
d. Contoh benih diambil oleh petugas pengambil contoh benih yang kompeten, dari
kelompok benih yang telah lulus pemeriksaan lapangan akhir, selesai diolah dan
mempunyai identitas yang jelas.
e. Pengujian/analisis mutu benih meliputi : Penetapan Kadar Air, Analisis Kemurnian, dan
Pengujian Daya Berkecambah.
f. Tatacara pengambilan contoh benih, jumlah atau berat contoh, alat pengambilan contoh
benih, dan pengujian/analisis mutu benih di laboratorium mengacu pada ISTA Rules.
g. Pengambilan contoh benih ulangan Dilakukan apabila : 1) Kelompok benih tidak
memenuhi standar mutu kemurnian fisik. 2) Kelompok benih tidak memenuhi standar
mutu kadar air.
h. Contoh benih ulangan tersebut kemudian diuji kemurnian fisik, kadar air dan daya
berkecambah. Apabila kelompok benih tidak memenuhi standar mutu daya berkecambah
dikarenakan benih dorman, maka dilakukan pengujian ulang daya berkecambah di
laboratorium dari contoh kirim yang sama.
11. Pengiriman Contoh Benih
a. Pengawas Benih Tanaman sebagai petugas pengambil contoh benih mengirimkan contoh
benih ke UPTD BPSTP Provinsi Jambi.
b. Pengiriman contoh benih harus mempertimbangkan pengiriman yang cepat dengan mutu
contoh benih yang dikirimkan tetap terjaga.
c. Contoh benih dikirimkan berikut surat pengantar contoh benih sesuai dengan contoh
benih yang dikirim.
12. Pengujian Laboratorium
a. Contoh Benih yang dikirim oleh pengawas benih tanaman dari Kabupaten/Kota
dibukukan di bagian sertifikasi benih UPTD BPSPT sebelum disampaikan ke
laboratorium Benih.
b. Contoh benih yang disampaikan ke Laboratorium oleh bagian sertifikasi setelah diberi
kode identitas contoh benih.
c. Pengujian/analisis mutu benih meliputi : Penetapan Kadar Air, Analisis Kemurnian, dan
Pengujian Daya Berkecambah.
d. Hasil Pengujian/analisis mutu benih disampaikan oleh laboratorium ke bagian sertifikasi
benih.
13. Pengujian Laboratorium
a. Benih bina tanaman pangan yang memenuhi persyaratan sertifikasi dan dinyatakan lulus,
diterbitkan sertifikat Benih Bina Tanaman Pangan.
b. Sertifikat Benih Bina Tanaman Pangan diterbitkan oleh UPTD BPSPT Provinsi Jambi
atau oleh produsen benih bina tanaman pangan yang telah mendapatkan sertifikat sistem
manajemen mutu dari LSSM
c. Sertifikat Benih Bina Tanaman Pangan antara lain berisikan nama dan alamat produsen
benih bina tanaman pangan, data kelompok benih, data kemurnian varietas dan mutu
benih, tanggal selesai pengujian/analisis, dan masa edar.
14. Legislasi Label
a. Produsen benih bina tanaman pangan mengajukan permintaan nomor seri label benih
bersertifikat dan atau segel kepada penyelenggara sertifikasi setelah sertifikat benih bina
tanaman pangan suatu kelompok benih diterima.
b. Pemberitahuan permintaan nomor seri label dan segel harus mencantumkan jumlah segel
dan label sertifikasi yang diperlukan, nomor pengujian, nomor kelompok benih yang
bersangkutan, jenis, varietas, jumlah wadah, isi kemasan, berat bersih tiap wadah, nama
dan alamat produsen. Hal ini dimaksudkan sebagai dasar pemberian nomor seri label.
c. Legislasi/legalisasi label berupa nomor seri label dan stempel, hologram atau segel.
15. Pengawasan Pemasangan Label
a. Pengawasan pemasangan label merupakan kegiatan pemeriksaan yang dilakukan sewaktu-
waktu selama proses pemasangan label untuk mengetahui kebenaran pemasangan label
oleh produsen benih bina tanaman pangan.
b. Label dan atau segel harus dipasang pada tiap-tiap wadah benih yang mudah dilihat.

Anda mungkin juga menyukai