Dalam rangka pelaksanaan tugas pelayanan terhadap konsumen perbenihan (Petani,
Penangkar, Kelompok Tani, Gapoktan, Pemerintah, Swasta, BUMN, Stake holder di bidang Perbenihan) UPTD BPSPT Provinsi Jambi memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam melaksanakan tugas teknis antara lain SOP Sertifikasi Benih, SOP Pelabelan Ulang Benih, SOP Penerbitan Rekomendasi/Sertifikat Kompetensi Produsen/Pedagang/Penyalur Benih, SOP Pengujian Laboratorium. Bagan alir SOP dimaksud tersaji pada gambar dibawah ini:
Laboratorium Contoh Benih Contoh Benih Prosessing Alat Panen Panen 14 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari 1 hari
Pemberian Legislasi Pengawasan
Sertifikat Label Benih Pemasangan Label 1 hari 2 hari 1 hari
Gambar 3. Bagan SOP Sertifikasi Benih
Penjelasan Standar Operasional Prosedur (SOP) Sertifikasi Benih
1. Permohonan Sertifikasi a. Produsen / Penangkar benih bina mengajukan permohonan Sertifikasi kepada UPTD BPSPT Provinsi Jambi minimal 10 hari sebelum semai. b. Permohonan diajukan dengan mengisi blanko permohonan sertifikasi yang mencantumkan nama Penangkar, alamat, komoditi yang akan ditanam, varietas, kelas benih, jumlah benih sumber, rencana luas penangkaran, rencana semai, rencana tanam, melampirkan peta lokasi penangkaran dan label benih sumber yang akan ditanam. c. Luasan satu unit sertifikasi benih bina tanaman pangan maksimal 10 ha. d. Satu unit areal sertifikasi benih bina tanaman pangan merupakan hamparan yang mempunyai batas yang jelas, dapat terdiri dari beberapa petak atau areal yang terpisah dengan jarak tidak lebih dari 10 meter dan tidak dipisahkan oleh varietas lain. Diajukan untuk satu varietas dan satu kelas benih, dengan batas waktu tanam maksimal 5 hari untuk seluruh areal pertanaman yang akan disertifikasi. 2. Pemeriksaan Dokumen a. Pemeriksaan dokumen dilaksanakan oleh UPTD BPSPT atas permohonan sertifikasi dari penangkar benih yang disampaikan melalui petugas pengawas benih di Kabupaten/Kota. b. Jika dokumen permohonan sertifikasi lengkap, akan dibukukan didalam buku induk sertifikasi pada UPTD BPSPT. c. Permohonan yang telah dibukukan akan mendapatkan nomor induk sertifikasi benih yang akan disampaikan kepada pengawas benih Kabupaten/kota. d. Dokumen Permohonan yang belum lengkap akan diinformasikan kepada pengawas benih tanaman yang ada di Kabupate/Kota agar dapat dilengkapi oleh Penangkar Benih. 3. Pemeriksaan Pendahuluan a. Pemeriksaan pendahuluan dilaksanakan pengawas benih tanaman pada saat pemeriksaan terhadap kebenaran dokumen sebelum tanam sampai dengan tanam, yaitu untuk mendapatkan kepastian bahwa data yang diberikan atau dicantumkan dalam permohonan sertifikasi, termasuk label dan jumlah benih sumber, benar-benar sesuai dengan keadaan yang ada di lapangan. b. Kondisi lahan (isolasi dan sejarah lapangan), yang akan dipergunakan sebagai areal sertifikasi. c. Kebenaran batas-batas areal yang akan digunakan untuk areal sertifikasi. Data tersebut dicocokkan dengan sket/peta lapangan yang telah dilampirkan pada permohonan. Pada pemeriksaan ini sekaligus dapat diketahui keadaan isolasi areal tersebut. Isolasi tanaman dimaksudkan agar tidak terjadi persilangan liar. Macam isolasi tanaman, yaitu isolasi jarak, isolasi waktu, dan isolasi penghalang (barrier). d. Kebenaran varietas, benih sumber dan kelas benih yang akan ditanam serta kelas benih yang akan dihasilkan. e. Rencana penanaman (varietas, tanggal tebar, tanggal tanam, kelas benih, luas areal). f. Hasil pemeriksaan pendahuluan dicantumkan pada formolir pemeriksaan pendahuluan dan dikirimkan ke Provinsi. 4. Pemeriksaan Fase Vegetatif a. Pemeriksaan pertanaman dilaksanakan pada fase pertanaman vegetatif untuk mendapatkan kepastian bahwa benih yang akan dihasilkan dari pertanaman tersebut benar varietas yang dimaksud dan tidak tercampur sesuai dengan persyaratan mutu benih. b. Produsen / penangkar benih bina tanaman pangan harus menyampaikan permintaan pemeriksaan pertanaman paling lambat satu minggu sebelum pelaksanaan pemeriksaan pertanaman kepada UPTD BPSPT melalui petugas pengawas benih tanaman di Kabupaten/Kota. c. Pengawas benih tanaman melaksanakan pemeriksaan dokumen hasil pemeriksaan pendahuluan. d. Memeriksa letak, luas dan tanggal tanam areal pertanaman yang akan diperiksa. e. Melaksanakan pemeriksaan global dengan memeriksa kondisi pertanaman secara menyeluruh dengan cara mengelilingi lahan sertifikasi untuk mengetahui isolasi jarak, waktu, dan penghalang (khusus untuk tanaman yang menyerbuk silang) sesuai jenis tanaman. f. Menentukan sampel pengamatan dengan cara menetapkan secara acak sehingga dapat mewakili kondisi pertanaman secara keseluruhan dan bukan merupakan pertanaman pada baris tepi/pinggir. g. Melaksanakan pemeriksaan pertanaman dengan mengamati bagian-bagian vegetatif tanaman pada sampel pertanaman yang telah ditentukan sesuai dengan komoditi yang ditanam dan menghitung jumlah campuran varietas lain (CVL). h. Hasil pengamatan CVL dinyatakan dengan persen dengan cara : ∑ CVL dan Tipe Simpang 1 -------------------------------- x --------------------- x 100 % ∑ Contoh Pemeriksaan Populasi Sampel i. Apabila tidak memenuhi persyaratan mutu, maka produsen dapat mengajukan pemeriksaan ulang satu kali. j. Berdasarkan permintaan pemohon, apabila pada pemeriksaan pertanaman tidak memenuhi persyaratan mutu untuk kelas benih yang dimaksud, maka pertanaman tersebut dapat dinyatakan lulus untuk kelas benih yang lebih rendah, sepanjang masih memenuhi standar yang berlaku untuk kelas benih tersebut. k. Laporan pemeriksaan pertanaman dibuat oleh Pengawas Benih Tanaman dan disampaikan kepada produsen benih bina tanaman pangan paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah pemeriksaan. 5. Pemeriksaan Fase Generatif a. Pemeriksaan pertanaman dilaksanakan pada fase pertanaman generatif (berbunga) untuk mendapatkan kepastian bahwa benih yang akan dihasilkan dari pertanaman tersebut benar varietas yang dimaksud dan tidak tercampur sesuai dengan persyaratan mutu benih. b. Produsen / penangkar benih bina tanaman pangan harus menyampaikan permintaan pemeriksaan pertanaman paling lambat satu minggu sebelum pelaksanaan pemeriksaan pertanaman kepada UPTD BPSPT melalui petugas pengawas benih tanaman di Kabupaten/Kota. c. Pengawas benih tanaman melaksanakan pemeriksaan dokumen hasil pemeriksaan fase vegetatif. d. Memeriksa letak, luas dan tanggal tanam areal pertanaman yang akan diperiksa. e. Melaksanakan pemeriksaan global dengan memeriksa kondisi pertanaman secara menyeluruh dengan cara mengelilingi lahan sertifikasi untuk mengetahui isolasi jarak, waktu, dan penghalang (khusus untuk tanaman yang menyerbuk silang) sesuai jenis tanaman. f. Menentukan sampel pengamatan dengan cara menetapkan secara acak sehingga dapat mewakili kondisi pertanaman secara keseluruhan dan bukan merupakan pertanaman pada baris tepi/pinggir. g. Melaksanakan pemeriksaan pertanaman dengan mengamati bagian-bagian vegetatif dan generatif tanaman pada sampel pertanaman yang telah ditentukan sesuai dengan komoditi yang ditanam dan menghitung jumlah campuran varietas lain (CVL). h. Hasil pengamatan CVL dinyatakan dengan persen dengan cara : ∑ CVL dan Tipe Simpang 1 -------------------------------- x --------------------- x 100 % ∑ Contoh Pemeriksaan Populasi Sampel i. Apabila tidak memenuhi persyaratan mutu, maka produsen dapat mengajukan pemeriksaan ulang satu kali. j. Berdasarkan permintaan pemohon, apabila pada pemeriksaan pertanaman tidak memenuhi persyaratan mutu untuk kelas benih yang dimaksud, maka pertanaman tersebut dapat dinyatakan lulus untuk kelas benih yang lebih rendah, sepanjang masih memenuhi standar yang berlaku untuk kelas benih tersebut. k. Laporan pemeriksaan pertanaman dibuat oleh Pengawas Benih Tanaman dan disampaikan kepada produsen benih bina tanaman pangan paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah pemeriksaan.
6. Pemeriksaan Fase Masak
a. Pemeriksaan pertanaman dilaksanakan pada fase pertanaman masak untuk mendapatkan kepastian bahwa benih yang akan dihasilkan dari pertanaman tersebut benar varietas yang dimaksud dan tidak tercampur sesuai dengan persyaratan mutu benih. b. Produsen / penangkar benih bina tanaman pangan harus menyampaikan permintaan pemeriksaan pertanaman paling lambat satu minggu sebelum pelaksanaan pemeriksaan pertanaman kepada UPTD BPSPT melalui petugas pengawas benih tanaman di Kabupaten/Kota. c. Pengawas benih tanaman melaksanakan pemeriksaan dokumen hasil pemeriksaan fase generatif. d. Memeriksa letak, luas dan tanggal tanam areal pertanaman yang akan diperiksa. e. Menentukan sampel pengamatan dengan cara menetapkan secara acak sehingga dapat mewakili kondisi pertanaman secara keseluruhan dan bukan merupakan pertanaman pada baris tepi/pinggir. f. Melaksanakan pemeriksaan pertanaman dengan mengamati bagian-bagian vegetatif dan generatif tanaman pada sampel pertanaman yang telah ditentukan sesuai dengan komoditi yang ditanam dan menghitung jumlah campuran varietas lain (CVL). g. Hasil pengamatan CVL dinyatakan dengan persen dengan cara : ∑ CVL dan Tipe Simpang 1 -------------------------------- x --------------------- x 100 % ∑ Contoh Pemeriksaan Populasi Sampel h. Apabila tidak memenuhi persyaratan mutu, maka produsen dapat mengajukan pemeriksaan ulang satu kali. i. Berdasarkan permintaan pemohon, apabila pada pemeriksaan pertanaman tidak memenuhi persyaratan mutu untuk kelas benih yang dimaksud, maka pertanaman tersebut dapat dinyatakan lulus untuk kelas benih yang lebih rendah, sepanjang masih memenuhi standar yang berlaku untuk kelas benih tersebut. j. Laporan pemeriksaan pertanaman dibuat oleh Pengawas Benih Tanaman dan disampaikan kepada produsen benih bina tanaman pangan paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah pemeriksaan. 7. Pemeriksaan Panen a. Maksud pemeriksaan panen adalah untuk mendapatkan kepastian bahwa benih yang akan dipanen terhindar dari kemungkinan pencampuran sehingga kemurnian varietasnya dapat dijamin, sesuai dengan kebutuhan masingmasing jenis tanaman. b. Penangkar/Produsen benih bina tanaman pangan harus mengajukan permintaan untuk pemeriksaan tersebut selambat-lambatnya satu minggu sebelum panen/digunakan. 8. Pemeriksaan Alat Panen a. Maksud pemeriksaan alat panen adalah untuk mendapatkan kepastian bahwa benih yang dipanen terhindar dari kemungkinan pencampuran pada saat penggunaan alat panen sehingga kemurnian varietasnya dapat dijamin, sesuai dengan kebutuhan masingmasing jenis tanaman. b. Fasilitas peralatan yang akan dipakai untuk panen harus dibersihkan dan dihindarkan bagi penggunaan pertanaman diluar dari yang ditangkarkan untuk kegiatan sertifikasi benih. 9. Pemeriksaan Prosessing Benih a. Maksud pemeriksaan prosessing benih adalah untuk mendapatkan kepastian bahwa benih yang dipanen terhindar dari kemungkinan pencampuran pada saat prosessing benih sehingga kemurnian varietasnya dapat dijamin, sesuai dengan kebutuhan masing-masing jenis tanaman. b. Fasilitas peralatan yang akan dipakai untuk prosessing benih harus dibersihkan dan dihindarkan bagi penggunaan pertanaman diluar dari yang ditangkarkan untuk kegiatan sertifikasi benih. c. Identitas kelompok benih seperti jenis/varietas, nomor kelompok, asal lapangan/blok, harus ada dan terpelihara setiap saat. d. Benih harus disimpan dan disusun dalam tempat dengan kondisi yang sesuai serta sirkulasi udara terjamin atau terkontrol. e. Benih yang telah selesai diproses ditempatkan pada wadah/ tempat benih yang diatur sedemikian rupa sehingga jumlahnya dapat dihitung dengan tepat dan setiap wadah benih mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil contoh benihnya serta contohnya dapat diambil dengan mudah. f. Penetapan suatu kelompok benih bina tanaman pangan berdasarkan identitasnya (antara lain jenis, varietas dan nomor induk lapangan). Kelompok benih bina tanaman pangan ini dapat berasal dari penggabungan dua atau beberapa unit sertifikasi yang berbeda dengan tanggal panen tidak lebih dari 5 hari, yang harus diketahui dan dicatat asal usul dan persyaratan lainnya. g. Semua wadah/tempat dari setiap kelompok harus diatur/ disusun tersendiri dan tidak tercampur dengan benih lainnya. h. Produsen benih bina tanaman pangan harus mencantumkan identitas kelompok benih pada setiap kelompok benih bina tanaman pangan, antara lain nomor induk, nomor kelompok benih, varietas, kelas benih, tanggal panen, jumlah wadah, dan volume benih. i. Kelompok benih bina tanaman pangan yang identitasnya meragukan, proses sertifikasi tidak dilanjutkan. j. Apabila beberapa kelompok benih bina tanaman pangan dari varietas yang sama dicampur menjadi satu kelompok benih, pencampurannya harus homogen. k. Pencampuran kelompok benih bina tanaman pangan dari varietas yang sama namun berasal dari kelas benih yang berbeda, maka kelompok benih bina tanaman pangan tersebut dijadikan kelas benih yang rendah. 10. Pengambilan Contoh Benih a. Produsen benih bina tanaman pangan mengajukan permohonan pengujian/analisis mutu benih kepada UPTD BPSPT. b. Contoh benih untuk pengujian/analisis mutu benih di laboratorium diambil dari kelompok benih yang sejarah pembentukan kelompoknya jelas, diberi identitas jelas dan seragam mutunya. c. Volume satu kelompok benih untuk masing-masing jenis tanaman tidak lebih dari ketentuan yang berlaku. d. Contoh benih diambil oleh petugas pengambil contoh benih yang kompeten, dari kelompok benih yang telah lulus pemeriksaan lapangan akhir, selesai diolah dan mempunyai identitas yang jelas. e. Pengujian/analisis mutu benih meliputi : Penetapan Kadar Air, Analisis Kemurnian, dan Pengujian Daya Berkecambah. f. Tatacara pengambilan contoh benih, jumlah atau berat contoh, alat pengambilan contoh benih, dan pengujian/analisis mutu benih di laboratorium mengacu pada ISTA Rules. g. Pengambilan contoh benih ulangan Dilakukan apabila : 1) Kelompok benih tidak memenuhi standar mutu kemurnian fisik. 2) Kelompok benih tidak memenuhi standar mutu kadar air. h. Contoh benih ulangan tersebut kemudian diuji kemurnian fisik, kadar air dan daya berkecambah. Apabila kelompok benih tidak memenuhi standar mutu daya berkecambah dikarenakan benih dorman, maka dilakukan pengujian ulang daya berkecambah di laboratorium dari contoh kirim yang sama. 11. Pengiriman Contoh Benih a. Pengawas Benih Tanaman sebagai petugas pengambil contoh benih mengirimkan contoh benih ke UPTD BPSTP Provinsi Jambi. b. Pengiriman contoh benih harus mempertimbangkan pengiriman yang cepat dengan mutu contoh benih yang dikirimkan tetap terjaga. c. Contoh benih dikirimkan berikut surat pengantar contoh benih sesuai dengan contoh benih yang dikirim. 12. Pengujian Laboratorium a. Contoh Benih yang dikirim oleh pengawas benih tanaman dari Kabupaten/Kota dibukukan di bagian sertifikasi benih UPTD BPSPT sebelum disampaikan ke laboratorium Benih. b. Contoh benih yang disampaikan ke Laboratorium oleh bagian sertifikasi setelah diberi kode identitas contoh benih. c. Pengujian/analisis mutu benih meliputi : Penetapan Kadar Air, Analisis Kemurnian, dan Pengujian Daya Berkecambah. d. Hasil Pengujian/analisis mutu benih disampaikan oleh laboratorium ke bagian sertifikasi benih. 13. Pengujian Laboratorium a. Benih bina tanaman pangan yang memenuhi persyaratan sertifikasi dan dinyatakan lulus, diterbitkan sertifikat Benih Bina Tanaman Pangan. b. Sertifikat Benih Bina Tanaman Pangan diterbitkan oleh UPTD BPSPT Provinsi Jambi atau oleh produsen benih bina tanaman pangan yang telah mendapatkan sertifikat sistem manajemen mutu dari LSSM c. Sertifikat Benih Bina Tanaman Pangan antara lain berisikan nama dan alamat produsen benih bina tanaman pangan, data kelompok benih, data kemurnian varietas dan mutu benih, tanggal selesai pengujian/analisis, dan masa edar. 14. Legislasi Label a. Produsen benih bina tanaman pangan mengajukan permintaan nomor seri label benih bersertifikat dan atau segel kepada penyelenggara sertifikasi setelah sertifikat benih bina tanaman pangan suatu kelompok benih diterima. b. Pemberitahuan permintaan nomor seri label dan segel harus mencantumkan jumlah segel dan label sertifikasi yang diperlukan, nomor pengujian, nomor kelompok benih yang bersangkutan, jenis, varietas, jumlah wadah, isi kemasan, berat bersih tiap wadah, nama dan alamat produsen. Hal ini dimaksudkan sebagai dasar pemberian nomor seri label. c. Legislasi/legalisasi label berupa nomor seri label dan stempel, hologram atau segel. 15. Pengawasan Pemasangan Label a. Pengawasan pemasangan label merupakan kegiatan pemeriksaan yang dilakukan sewaktu- waktu selama proses pemasangan label untuk mengetahui kebenaran pemasangan label oleh produsen benih bina tanaman pangan. b. Label dan atau segel harus dipasang pada tiap-tiap wadah benih yang mudah dilihat.