1. Logo
PLN Bright mengalami perjalanan dalam
membangun Corporate Branding melalui logo.
Dimulai dari tahun 1971, pertama kali
mengikuti Pertamina karna pengelolaan listrik
di Kota Batam ditangani oleh Pertamina,
kemudian 1976 keberadaan pengelolaan listrik
di kota Batam di ambil alih Otorita Batam,
yang saat ini berganti nama menjadi Badan
Pengusahaan Batam, logo yang di gunakan
merupakan logo Otorita Batam.
Tahun 1993, Listrik di kota Batam di
kelola langsung oleh Perusahaan Umum
Listrik Negara, di tahun yang sama juga
dibentuk Perusahaan Listrik Negara khusu
Wilayah Batam. Logo masih menggunakan
logo PLN.
Pada 3 Oktober 2000, PLN Batam
memisahkan diri dari PLN, menjadi anak
2. Iklan
Pendekatan yang ke dua PLN Bright
Batam yaitu Iklan. PLN Bright Batam
mencoba menempatkan posisi merek
perusahaan mereka melalui iklan.
Iklan yang diproduksi PLN Bright
merupakan hasil produksi PLN Bright.
Produksi Iklan PLN Bright memiliki
konsep sederhana dengan nuansa sehari-hari.
Tidak menggunakan artis terkenal, model yang
mereka pakai berasal dari karyawan PLN
Bright sendiri.
Pemilihan lokasi dan penggunaan bahasa
pun disesuaikan. Penyebaran iklan PLN Bright
melalui Iklan Videotron yang ada di kota
Batam.
Gambar 4. Proses pembuatan iklan PLN
Bright Batam
V. KESIMPULAN
PT PLN Batam sebagai Pemegang Izin
Usaha Ketegalistrikan Untuk Umum (PIUKU)
dengan wilayah kerja Batam, Rempang dan
Galang, senantiasa komitmen untuk mem-
berikan pelayanan terbaik bagi pelanggan
dengan senantiasa menyediakan listrik dan
keandalanya merupakan upaya yang terus
dilakukan PT PLN Batam. Peran Public
Relations PT.PLN Bright Batam yaitu
membangun Corporate Branding yang
dilakukan dari tahun 1971 sampai dengan
tahun 2008.
Corporate Branding atau yang dikenal
dengan Merek Perusahaan memiliki pengertian
penerapan dari penggunaan nama perusahaan
sebagai suatu merek produk, nama perusahaan
digunakan sebagai penjamin dari kualitas
sebuah produk atau jasa yang ditawarkan oleh
suatu organisasi atau perusahaan. PLN Bright
Batam melakukan Corporate Branding dengan
beberapa pendekatan, diantaranya (1) Logo (2)
Iklan (3) CSR
......................................................................
1. Publikasi media
Pemanfaatan media sebagai sarana publikasi dan promosi kegiatan serta
destinasi wisata yang dapat menarik wisatawan. Sebagai contoh saat
memperingati 200 tahun dahsyatnya Gunung Tambora meletus melalui
event “Tambora Menyapa Dunia”. Event ini bekerja sama dengan
Harian Kompas untuk mempublikasikannya kepada masyarakat. Tentu
kerja sama dengan media ini sebagai upaya yang dapat memperluas
pengenalan masyarakat kepada NTB dimana Gunung Tambora berada
serta event-event yang diadakan oleh Dinas Pariwisata NTB. Hal tersebut
dinyatakan oleh Kepada Bidang Pemasaran, Utria Salim demikian:
“Kita bekerjasama dengan, apa namanya, media2 baik nasional.
Ya, jadi memakai Trans TV kadang memakai tentang Lombok,
kadang mereka My Trip My Adventure (acara televisi0, ini mereka
lagi buat, udah selesai itu, the Lost Paradise. Itu My Trip My
Adventure, itu juga ada dukungan kami bersama media, kami juga
ada kerjasama dengan media online, media online ini kan yang
biasa lebih cepet ya, juga blogger. iya, kami akomodir mereka jadi
supaya cepet nyampe ke masyarakat jadi kerjasama dengan
mereka.” (Utria Salim, Kabid Pemasaran Dinas Pariwisata NTB)
Dalam kajian public relation kegiatan ini adalah bentuk media relations
yang berujung pada publikasi positif. Media relations mempunyai
manfaat dalam penyampaian/ perolehan informasi yang akurat, jujur, dan
mampu memberikan pencerahan bagi publik (Nova, 2009, h.211).
Dalam hal ini apa yang dilakukan Disbudpar NTB adalah sebuah fungsi public
relations dalam memanfaatkan hubungan yang baik dengan media untuk
dapat mempublikasikan kegiatan “Tambora Menyapa Dunia” agar dikenal
masyarakat. Namun yang paling penting dari publikasi kegiatan ini adalah
makin dikenalnya Gunung Tambora sebagai salah satu lokasi ecotourism
yang bukan saja karena keindahan alamnya, namun juga peristiwa alam
yang diakibatkan oleh aktivitas vulkanik gunung tersebut. Publikasi ini
sekaligus dapat memperkuat citra Gunung Tambora sebagai salah satu
destinasi wisata di NTB.
3. Direct Promotion
Pemda NTB merasa perlu melakukan promosi pariwisata langsung ke
sasaran. Sasaran yang dituju adalah calon wisatawan agar tertarik untuk
berkunjung ke NTB. Untuk itu Pemda sudah memilih kota-kota besar di
Indonesia yang menjadi sasaran dari promosi langsung. Kota tersebut
adalah Jakarta, Surabaya, Makassar, Bandung, Batam dan Balikpapan. Di
kota-kota tersebut dilakukan pertemuan dengan para pengusaha di industri
pariwisata diantaranya agen perjalanan dll. Hal tersebut diperkuat dengan
pernyataan Utria Salim sebagai berikut: