Dokumen - Tips - Catatan Koass Rehab
Dokumen - Tips - Catatan Koass Rehab
Definisi: cabang ilmu kedokteran yang mempelajari kelainan/penyakit berkaitan dengan neuro
musculo skeletal cardio respirasi beserta dampaknya.
IKFR meliputi upaya preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Tujuan rehabilitasi: meniadakan kecacatan bila mungkin, mengurangi kecacatan semaksimal
mungkin, serta melatih pasien dengan sisa kecacatannya dapat hidup dan bekerja.
Gangguan fungsi:
a. Impairment: kehilangan/ketidak normalan kondisi psikologi, fisiologi, anatomi, atau fungsi.
b. Disability: keterbatasan/kekurangan kemampuan untuk melakukan aktivitas yang wajar,
disebabkan oleh impairment
c. Handicap (kecacatan): hambatan individu akibat impairment dan disability yang membatasi
peran wajar seseorang.
Tim rehabilitasi:
a. Dokter: Ax-PF-PPprogram terapi
b. Fisioterapis: Ax-PFpelaksana terapi dingin, panas, masase, traksi, stimulasi listrik, terapi
latihan, dll.
c. Terapis okupasi: Ax-PFpelaksana terapi motorik halus (ADL: makan, minum, berpakaian,
mandi)
d. Terapis wicara: Ax-PFprogram sesuai problem bicara dan pendengaran.
e. Ortetis (alat bantu) dan Prostetis (alat pengganti: kaki palsu, tangan palsu).
Terapi Fisiatrik
Tindakan yang dilakukan di poli rehab: obat, terapi fisiatrik, modalitas dan latihan.
Terapi fisiatrik meliputi: Fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara, ortotik-prostetik
Fisioterapi:
a. Terapi dingin:
- Indikasi: Trauma akut (2-3 hari: Protection-Rest-Ice-Compression-Elevation), radang
sendi akut, luka bakar akut
- Tehnik: kompres es, rendam air dingin,spray kloroetil
b. Terapi panas
- Indikasi: analgesik, antiinflamasi, relaksasi, sedasi, vasodilatasi
- KI mutlak: radang akut, trauma akut, gangg vaskuler, perdarahan, keganasan. KI relatif:
kehamilan, bayi, sakit jantung, DM.
- Alat: superficial heating (IR, kompres panas, parafin bath, heat pad), deep heating (USD,
SWD, MWD).
- Komplikasi: Luka bakar, katarak, nekrosis, dehidrasi.
c. Masase
d. Traksi leher dan pinggang:
- Indikasi: cervical root syndrome, gangguan otot (spasme,sprain,strain), gangg diskogenik
(misal HNP grade 1-2 tpi klo uda grade 3-4 gak boleh ditraksi)
e. Rangsang listrik:
- Tujuan: kontraksi otot (misal TENS pada Bells palsy), menghilangkan nyeri, miofeedback,
elektrodiagnosis (EMG).
f. Hidroterapi
g. Penjaruman
Modalitas: terapi latihan dengan menggunakan alat.
Terapi latihan: adapun macam latihan:
a. Latihan mobilitas sendi (ROM exercise):
- Pasif: bila kekuatan otot 0 (poor) atau 1 (trace)
- Active assistive: bila kekuatan otot 2 (poor)
- Active: bila kekuatan otot 3 (fair) ke atas
- Active resistive: bila kekuatan otot 4 ke atastermasuk latihan strengthening.
b. Latihan peregangan (Stretching)
c. Latihan penguatan (strengthening):
Syarat: bila kekuatan otot 3 ke atas, dan beban yang digunakan diatas 35% kemampuan otot
- Isometrik/statik: kontraksi otot tanpa gerak sendi
- Isotonik: kontraksi otor bersamaan dengan gerak sendi (konsentrik/memendek dan
eksentrik/memanjang)
- Isokinetik: prinsip gabungan isometrik dan isokinetik (perlu alat khusus yg dapat
mengatur beban secara dinamik namun kec gerak tetap/statik
d. Latihan daya tahan (endurance):
Biasanya menggunakan beban rendah, frekuensi tinggi, waktu panjang
e. Latihan koordinasi:
-Koordinasi jalan: parkinson, atalgic gait, hemiplegi
-Koordinasi tangan: menulis , main piano, pekerjaan lain (motorik kasar).
f. Latihan khusus (tergantung penyakit)
Urutannya sbb:
a. Identitas
b. Anamnesa: KU, RPS, RPD, keluarga, lingkungan, sosek
c. PF: pemeriksaan rutin, pemeriksaan neurologi, pemeriksaan muskuloskeletal
d. PP
e. Diagnosa
f. Problem list
g. Plan
h. Goal
i. Prognosa
Pemeriksaan neurologi:
a. Kesadaran
b. Status mentalis (orientasi, memori)
c. Komunikasi
d. Nervus kranialis
e. Motorik
f. Sensorik
g. Refleks
Pemeriksaan muskuloskeletal:
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. ROM aktif-pasif: menilai LGS dengan menggunakan goneometer, untuk mengetahui adanya
kekakuan sendi (stiffnes, kontraktur).
Fleksi: kedua tulang mendekat dalam satu Ekstensi: kedua tulang menjauh dalam satu
sendi sendi
Supinasi: rotasi lengan bawah, telapak tangan Pronasi: rotasi lengan bawah, telapak tangan
menhadap ke atas menghadap ke bawah
Abduksi: gerakan menjauhi garis tengah badan Adduksi: gerakan mendekati garis tengah
badan.
Plantarfleksi dorsoflekasi
e. Stabilitas sendi
Cerebral Palsy
Definisi: gangguan kontrol postur dan gerak yang non progresif dan terjadi saat otak belum
mature.
Tipe CP:
a. CP spastik
b. CP diskinetik:
- Tipe atetosis
- Tipe ataksik
- Tremor
c. CP campuran:
- Spastik-diskinetik
Diagnosis CP (Anamnesa)
1. Identitas: tanyakan tingkat pendidikan ortu, pekerjaan ortu, jaminan kesehatan ortu,
2. RPS:
- Apa yang bisa dilakukan sekarang
- Apa yang tidak bisa dilakukan sekarang (gangguan berbicara,
- Bandingkan dengan Milestone:
Stroke
Nyeri Bahu
Anamnesis:
1. KU pasien ialah nyeri bahu. Tanyakan intensitas nyeri dan keterbatasan LGS, meningkat dari
hari ke hari yg memaksa untuk mencari pengobatan.
2. Tanyakan apa nyeri menyebabkan gangguan aktivitas sehari hari, spt mengancing baju,
menyisir rambut.
3. Tanyakan apa ada riwayat jatuh dengan posisi lengan teregang
4. Tanyakan jenis pekerjaan pasien (berhub dengan nyeri bahu) biasanya petenis, atlet volley,
penebang pohon, bahkan ibu rumah tangga, wanita sering memakai tas di satu sisi.
Pemeriksaan fisik:
1. Nyeri tekan/nyeri gerak pada jaringan lunak yang cedera
2. Saat berjalan, tangan sisi yang sakit ditopang posisi adduksi dan internal rotasi
3. Spasme/atrofi otot, mungkin ada tanda-tanda radang atau fraktur.
4. Keterbatasan LGS:shrugging mekanisme (abduksi dan eksternal rotasi)
5. Appley scratch: merupakan tes tercepat untuk mengetahui LGS aktif. Pada frozen shoulder,
pasien tidak dapat melakukannya: menggaruk angulus medial skapula dengan tangan sisi
kontralateral melewati belakang kepala. \
Pemeriksaan penunjang:
1. Foto polos
2. Artrografi
3. CT scan
4. MRI
5. Lab
Beberapa keadaan yang menyebabkan nyeri bahu:
1. Dislokasi atau subluksasi sendi bahu
2. Ruptur tendon
3. Ruptur rotator cuff/otot sekitarnya
4. Tendinitis, pericapsulitis, bursitis
5. Fraktur
6. Painfull hemiplegic shoulder
7. Heterotrophic osifikans
Tujuan/goal:
1. Sehubungan dengan nyeri
2. Mempertahankan dan menaikkan ROM
3. Mengurangi spasme, atrofi, kontraktur
4. Menaikkan kekuatan otot
5. Modifikasi aktivitas
Penatalaksanaan:
1. Pilihan awal terapi medikamentosa
2. Bila belum membaik kombinasikan dengan rehabilitasi medik:
a. Terapi panas: bila kronik
b. Terapi latihan: stretching-strengthening-endurance untuk menaikkan ROM dan
kekuatan otot.
c. Terapi okupasi: terutama untuk aktivitas ADL seperti gerakan menyisir, mengancing
baju, menggosok punggung
d. Ortotik: alat bantu seperti sling n bidai untuk fase akut 48 jam pertama untuk
imobiliasasi shg mengurangi pergerakan dan rasa nyeri.
3. Bila tidak membaiklakukan pembedahan.
Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)
Etiologi:
1. Mekanik: deformitas, trauma yg menyebabkan cedera pada tulang, sendi, ligamen
2. Degeneratif: osteoartritis
3. Infeksi: osteomyelitis, abses subarakhnoid, TB
4. Metabolik: osteoporosis, osteomalacia
5. Neoplasma: myeloma, hodgkin, ca pankreas, metastase ca dari mammae, prostate, lung.
6. GI: pankreatitis, kolelitiasis, IBD
7. Renal: batu ginjal
8. Ginekologik: ca uterus dan ca ovarium, dismenorea
9. Psikogenik
10. Kelainan postur: akibat lordosis berlebihan
Anamnesa:
1. Tanyakan apa nyeri belokasi setempat atau menjalar ke ekstremitas bawah
2. Tanyakan tentang etiologi
3. Tanyakan ttg kebiasaan: memakai high heel
4. Tanyakan riwayat pekerjaan
Pemeriksaan fisik:
1. Inspeksi:
a. Leher: tortikolis
b. Bahu: asimetris
c. Pelvic obliquity
d. Café au lait, cicatrix, benjolan
2. Palpasi: nyeri tekan, spasme otot
3. Periksa LGS
4. Pemeriksaan neurologi: motorik dan sensorik
Pemeriksaan penunjang:
1. Lab : DL, UL
2. Foto polos: Ap/lateral/oblik
3. Mielografi
4. CT scan
Rehabilitasi:
1. Terapi panas: IR, UV, SWD.
2. Stimulasi listrik: memblok rangsang sakit
3. Traksi lumbal: menurut indikasi
4. Terapi latihan: stretching ligamen, strengthening otot (pelvic tilt, cat and camel, gluteal
stretch, dll)
5. Terapi edukasi: mengajarkan teknik pemeliharaan sendi dan cara gerak tubuh yang benar
- Bagaimana cara mengangkat barang
- Bagaimana posisi berdiri (bersandar), duduk, dan tidur (tidak memakai bantal ukuran
besar)
6. Ortotik: alat bantu untuk imobiliasasi spt TLSO
Sindroma dekondisi
Komplikasi yang biasanya menyertai pasien dengan hemiplegia, paraplegia, maupun kuadriplegia ialah
komplikasi akibat imobilisasi yang lama. Adapun komplikasi itu meliputi:
a. Kelemahan dan atrofi otot. Untuk mencegahnya lakukan latihan penguatan otot (isometrik,
isokinetik dan isotonik)
b. Kontraktur sendi (terbatasnya LGS akibat pemendekan struktur jaringan lunak sendi). Untuk
mencegahnya lakukan latihan ROM secara pasif atau aktif (10-15x gerakan, 1x per hari).
Sementara untuk koreksi kontraktur lakukan:
- Terapi panas untuk fleksibiltas jaringan lunak dan mengurangi nyeri
- Lakukan stretching (peregangan)
- Berikan cast atau brace
- Bila sudah tidak berhasil (mank biasanya kontraktur sudah harus pisauterapi): lakukan
kapsulotomi, tendon lengthening, dll).
c. Ulkus dekubitus
Penderita yang biasanya terjadi ulkus dekubitus:
- Penderita SCITetraplegia, paraplegia
- Penderita post strokehemiplegia
- Penderita post operasi dgn imobilisasi lama
- Pasien inkotonensia urin
- Pasien infeksi, anemia, hipoproteinemia
- Pasien DM’
Ulkus biasanya terjadi dimana saja:
- Oksiput
- Margo inferior skapula
- Sakrum
- Tuber iskiadikum
- SIAS
- Trokanter
- Maleolus lateral
Bagaimana MENCEGAH ulkus dekubitus:
- Bed proper positioning untuk mencegah terjadinya friksi
- Mengubah posisi tiap 2 jam (termasuk saat penderita tidur)
- Nutrisi yg cukup
- Hygiene yang baik (kulit selalu kering dan bersih)
Bagaimana MERAWAT ulkus dekubitus:
- Hilangkan tekanan
- Tindakan debridement luka (bersihkan)
- Pencegahan dan terapi infeksi
- Tindakan bedah bila ulkus sudah mencapai derajat 4 (mengenai tulang)
d. Gangguan metabolik: Keseimbangan negatif nitrogen dan Keseimbangan negatif
kalsiumosteoporosis dan hiperkalsiuria. Untuk mencegah: segera lakukan mobilisasi, latihan
penguatan otot, diet tinggi protein, kurangi diet kalsium.
e. Gangguan urinarius: ISK dan BSK. Untuk mencegah: bladder training.
f. Gangguan kardiovaskuler dan pulmonal: hipotensi ortostatik(untuk mencegah: latihan dimulai
dengan menaikkan sandaran kepala), Tromboemboli (trombosis vena/DVT dan emboli
paru)untuk mencegah latihan ekst bawah dengan ankle pumping.
g. Deterorisasi psikologis: deteorisasi intelektual dan emosi. Untuk mencegah perlu dukungan
keluarga, dokter, ahli psikologis, dll.
Pasien post op Total hip replacement: untuk tidur diberi ganjal guling di antara kedua kaki untuk
mencegah adduksi dan internal rotasi sendi panggul dan mencegah lepasnya femur dari
asetabulum
Tujuan utamanya ialah agar pasien senyakan mungkin dan menghindari terjadi komplikasi yg
tidak diinginkan akibat salahnya postur dan imobilisasi.
Alat penunjang: bed (20-30 inch), foot board, short ride rails.
Langkah:
a. Posisikan pasien telentang, diganjal bantal, lakukan mobilisasi di temopat tidur miring kanan
dan miring kiri (@tiap 2 jam dasarnya ialah 2 jam menyebabkan aliran darah vaskuler
terganggu). Posisi: ganjal bantal di bawah bahu yang sakit, bahu abduksi, siku ekstensi dan
tangan supinasimencegah subluksasi bahu dan tumbuhnya jamur. Sementara wrist
ekstensi dan jari fleksi dengan memegang botol akua kecil.
b. Setelah itu mulai naikkan tempat tidur bgn kepala awal 30 selama 30 menit lalu naikkan 10
sampai posisi dukuk
Osteoartritis
Anamnesis:
a. Faktor resiko: obesitas, usia>50 tahun, wanita, trauma pekerjaan, kebiasaan memakai
sepatu hak tinggi.
b. Penyebab: OA primer idiopatik, OA sekunder penyebabnya antara lain: post trauma, infeksi,
avaskuler nekrosis, dll
c. Gejala: nyeri meningkat dengan pergerakan, asimetris, tanda radang.
PF:
a. Tanda radang
b. Abnormalitas anatomi sendi
c. LGS sendi yang terbatas karena nyeri
d. Kontraktur
PP:
a. Foto rontgen (osteofit dan penyempitan celah sendi)
b. Artroskopi
c. MRI
Terapi rehabilitasi:
a. Edukasi: kurangi BB, jangan pakai sepatu hak, jangan angkat berat, pegangan saat naik
tangga, jangan berdiri terlalu lama.
b. Terapi dingin untuk fase akut (24-48 jam)
c. Terapi panas (IR,dll) untuk mengurangu nyeri dan mencegah kekakuan sendi.
d. Terapi latihan untuk pasien artritis (referat amel):
1. Fase akut: sebaiknya bed rest dahulu selama 2 hari kemudian datang kontrol. Kemudian
dipasang bidai atau splint selama 2 hari juga untuk imobilisasi dan dilakukan latihan
isometrik. Setelah bidai dilepas lakukan latihan gentle joint movement yakni latihan
strengthening dan ROM exercise secara aktif dibantu.
2. Fase subakut: merupakan periode antara fase akut dan kronik kekambuhan. Penting
untuk menjaga kesehatan umum dan mencegah kekambuhan pada pasien. Latihan
dilanjutkan dengan menggunakan alat bantu dengan menggunakan kruk, crutches.
3. Fase kronik: pada tahap ini bila dibiarkan, pasien akan jatuh dalam kontraktur sendi.
Oleh karena itu pentingnya melakukan terapi latihan di fase akut dan subakut agar tidak
jatuh dalam kontraktur.
Intinya ada 2 terapi latihan artritis:
1. Terapi latihan stretching,strengthening, enduranceuntuk mencegah atrofi,
meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.
2. Latihan ROM pasif dan aktif.
Inget Goal terapi artritis:
a. Kontrol pain
b. Increase mobility
c. Increase strength and endurance
Skoliosis
Faktor resiko:
a. Struktural: kongenital, CP, artritis
b. Non struktural: Leg length discrepancy, spasme otot punggung, habitual asymmetric posture
Klasifikasi skoliosis:
a. Skoliosis ringan: kurva < 20
b. Skoliosis sedang: 20-50
c. Skoliosis berat >50
Diagnosis:
a. Anamnesis: riwayat etiologi, kebiasaan, postur, pekerjaan
b. PF: Postural assesment (inspeksi anterior, lateral dan posterior: level bahu asimetris, skapula
yang prominens di sisi konveks, protrusi hip satu sisi, pelvic obliquity), flexibility of the curve
(lateral dan forward bending untuk melihat adanya hump), periksa chest ekspansi (total lung
capasity)
c. PP: Radiologis.
Komplikasi skoliosis:
a. Deformitas
b. Kelainan jantung
c. Kelainan paru
Tujuan terapi:
a. Mencegah progresifitas dan mempertahankan keseimbangan
b. Mempertahankan fungsi respirasi
c. Mengurangi nyeri dan memperbaiki status neurologis
d. Kosmetik
Tiga kategori penanganan penderita skoliosis:
a. Skoliosis ringan: cukup diterapi dengan latihan, massage, dan modalitas
b. Skoliosis sedang: selain latihan, massage, modalitas, dan dianjurkan memakai spinal brace.
c. Skoliosis berat: umunya uda gak dapat diatasi dengan terapi sebelumnya, jadi perlu operasi.
1. Nah untuk observasi, saat pertama datang kan pasien foto, lalu foto kontrol dilakukan 3
bulan kemudian, lalu 6-9 bulan berikutnya bagi derajat <20 dan 4-6 bulan bagi yang
derajatnya >20.
2. Latihan: prinsip derotasi, elongasi, fleksibilitas.Tujuan latihan adalah menguatkan otot
stabilitator trunk, dan secara aktif mengoreksi kurva
3. Massage: tujuan untuk relaksasi dan mengurangi spasme. Tehnik: effleurage, stripping,
friction.
4. Modalitas: Traksi dan elektrostimulasi dilakukan di sisi konveks yaitu otot yang lemah.
Anamnesis:
1. Gejala: nyeri punggung bawah yang menja;ar ke salah satu tungkai/kaki
2. Riwayat pekerjaan, trauma, dan etiologi yang lain
3. Aktivitas apa yang terbatas sekarang
4. Gangguan BAK dan BAB
5. Ada kelumpuhan/kelemahan otot
6. Riwayat sosek
PF:
1. Gait/cara berjalan (antalgic gait) dan Postur
2. Look, fell, move vertebrae lumbal (apa ada spasme paravertebral)
3. Neurologis: ROM, sensorik, motorik, refleks
4. Laseque, patrick, kontrapatrick
PP:
1. Laboratorium
2. Foto rontgen thoraks
3. MSCT lumbosacral
4. EMG
Goal terapi:
1. Mengurangi/menghilangkan nyeri
2. Memperbaiki postur tubuh
3. Memperbaiki kekuatan otot punggung dan abdomen
Terapi rehabilitasi:
1. Imobilisasi (korset)
2. Terapi panas setelah fase akut
3. Latihan penregangan dan penguatan otot pasien LBP
4. Masase
5. Edukasi cara mengangkat benda yag benar, posisi tubuh yang benar
Operasi pada HNP dilakukan bila terjadi kelemahan, nyeri hebat, dan gangguan bladder, bowel.
Brachial Palsy
Nah kalo brachial karena trauma lahir ada 2 yakni: erb paralisis dan Klumpke dejerine palsy.
Anamnesis:
a. Tanyakan riwayat kelahiran, apa ada partus macet/distosia bahu.
b. Tanyakan apgar scorenya
c. Trauma setelah lahir
PF:
a. Inspeksi dan palpasi: ada kemerahan, fraktur,dll
PP:
a. Foto polos bahu
b. EMG
Rehabilitasi:
Yang penting ialah abduksikan bahu dan ekstensikan siku selama 3 bulan untuk mengurangi
edema dan penekanan pada saraf brachialis
Bells palsy