Anda di halaman 1dari 29

TUGAS REKAYASA LINGKUNGAN

”PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN


MENGGUNAKAN METODA ADSORPSI”
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di
bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam
kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat
memberikan daya dukung bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal.
Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat
memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan
antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan
tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke
udara bebas. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai
kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dll.
Dampak dari pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas
udara, yang berdampak negatif terhadap kesehatan manusia.
Udara merupakan media lingkungan yang merupakan kebutuhan dasar
manusia perlu mendapatkan perhatian yang serius. Pertumbuhan pembangunan
seperti industri, transportasi, dll disamping memberikan dampak positif namun
disisi lain akan memberikan dampak negatif dimana salah satunya berupa
pencemaran udara baik yang terjadi didalam ruangan (indoor) maupun di luar
ruangan (outdoor) yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan terjadinya
penularan penyakit. Hasil studi menunjukkan bahwa sumber emisi industri
memberikan kontribusi penting terhadap keberadaan partikulat dan polutan gas di
atmosfer.
Emisi partikulat maupun polutan gas dari berbagai jenis industri selama ini
dapat diturunkan degan alat pengendali pencemaran udara. Pada umumnya, alat
pengendali pencemaran udara digunakan jika emisinya cukup mengganggu,
bersifat toksik atau adanya ambang batas recovery. Pemerintah telah
mengeluarkan kebijakan tentang pencemaran lingkungan dengan di galakkannya
peraturan-peraturan, pengendalian pencemaran udara dan lingkungan yang
semakin ketat untuk beberapa industri utama.
Kualitas udara dapat dicapai dengan memasang alat pengendali pencemaran
udara untuk mengurangi emisi agar sesuai dengan baku mutu yang ada. Namun
demikian, baku mutu emisi ini juga dapat dicapai melalui kemungkinan
perubahan sumber energi, substitusi bahan baku, atau mengubah proses produksi
yang akan dijalankan. Salah satu alat pengendali untuk pencemaran gas adalah
adsorber.

1.2 Rumusan Masalah


Udara merupakan hal yang tidak dapat di pisahkan dalam kehidupan
makhluk hidup, karena tanpa adanya udara tidak ada makhluk hidup yang akan
mampu bertahan di bumi ini. Dewasa ini udara mengalami banyak permasalahan,
pemrmasalahan ini meningkat seiring dengan meningkatnya keberadaan industri,
perkotaan, dan perkantoran, serta lalu lintas.
Tingginya tingkat Emisi partikulat maupun polutan gas dari berbagai jenis
industri selama ini dapat diturunkan degan alat pengendali pencemaran udara.
Pada umumnya, alat pengendali pencemaran udara digunakan jika emisinya cukup
mengganggu, bersifat toksik atau adanya ambang batas recovery.
Dengan adanya permasalahan tersebut maka perlu di buat sebuah trobosan
yang dapat digunkan untuk menanggulangi dan mengurangi gas emisi yang ada di
udara sehingga udara dapat menjadi lebih bersih dan tidak merusak kesehatan
makhluk hidup, dan salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan adsorpsi
(penyerapan).

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Memenuhi tugas mata kuliah rekayasa lingkungan
2. Mengetahui mekanisme pengendalian pencemaran udara dengan sistem
adsorpsi
3. Mengetahui aplikasi pengendalian pencemaran udara dengan sistem
adsorpsi

1.4 Manfaat
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat memberikan informasi kepada
pembaca tentang cara mengatasi dan mengendalikan polusi udara serta emisi gas
yang dapat mengganggu kesehatan makhluk hidup. Disamping itu juga untuk
menambah wawasan penulis tentang aplikasi adsorpsi pada penanggulangan
masalah polusi udara dan emisi gas berbahaya diudara.
BAB II
ISI

2.1. Pencemaran Udara


Pencemaran udara adalah terdapatnya satu atau lebih kontaminan ( yaitu ;
debu, jelaga, gas, kabut, bau, asap atau uap) di atmosfir dalam jumlah yang cukup,
yang bersifat dan dalam jangka waktu terentu akan membahayakan kehidupan
manusia, tumbuhan , dan binatang. Berikut ditunjukkan kejadian – kejadian akibat
pencemaran udara pada tabel 1
Tabel 1. kejadian – kejadian akibat pencemaran udara

Tabel 2. Komposisi dan struktur gas dan uap di atmosfir


Tabel 3. Konsentrasi unsur / gas runut di udara bersih dan terpolusi

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang


Pengendalian Pencemaran Udara :

 Pencemaran udara (air pollution) : masuknya atau dimasukkannya zat,


energi, dan/atau komponen lainnya ke dalam udara ambien oleh kegiatan
manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.
 Pencemar udara (air pollutant) :zat yang berada di atmosfer dalam
konsentrasi tertentu yang bersifat membahayakan manusia, binatang,
tumbuhan atau benda-benda lain.
 Sumber pencemar udara (sources of air pollutants) : setiap usaha dan/atau
kegiatan yang mengeluarkan bahan pencemar ke udara yang menyebabkan
udara tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
 Pencemaran udara dapat didefinisikan sebagai kondisi atmosfer yang
terdiri atas senyawa-senyawa dengan konsentrasi tinggi diatas kondisi
udara ambien normal, sehingga menimbulkan dampak negatif bagi
manusia, hewan, vegetasi, maupun benda lainnya.
Gambar 1 menunjukkan sistem pencemaran udara. Bagaimana udara bisa
tercemar dan udara yang tercemar tersebut diterima langsung oleh makhluk hidup
sebagai resptor.

Gambar 1. Sistem Pencemaran Udara

2.1.1 Jenis & Karakteristik Pencemar Udara


 Berdasarkan kondisi fisiknya.
Tabel 4. Jenis & Karakteristik Pencemar Udara berdasarkan kondisi fisiknya.
 Berdasarkan reaksi yang terjadi

Gambar 2. Jenis & Karakteristik Pencemar Udara berdasarkan reaksi yang terjadi

Penggolongan Pencemar

 Pencemar primer (primary pollutants) : langsung dari sumber , contoh:


partikulat, NOx, CO, SO2, dst.
Pencemar primer CO dan NO diemisikan pagi hari dari kendaraan bermotor. Puncak
konsentrasi CO & NO terjadi pada waktu pagi hari

 Pencemar sekunder(Secondary pollutants) : terbentuk oleh interaksi kimiawi


antara pencemar primer dan senyawa-senyawa penyusun atmosfer alamiah,
contoh : NO2, ozon-O3, Peroxy Acetyl Nitrate (PAN), Asam sulfat, asam
nitrat, dst.
Pencemar sekunder: NO2 dan O3 terbentuk pada waktu siang hari (reaksi pencemar
primer dengan sinar matahari)
 Berdarkan mekanisme reaksi di atmosfer

Gambar 3. Konsentrasi pencemar udara selama 24 jam di kota Los Angeles


California 19 Juli 1965

2.2. Pengendalian Pencemaran Udara

Pengendalian pencemaran udara merupakan satu bagian dari proses


pengelolaan kualitas udara.Kegiatan perkotan, yang meliputi kegiatan sektor-
sektor permukiman, transportasi, komersial, industri, pengelolaan sampah
merupakan sumber-sumber pencemar udara perkotaan . Pengendalian Pencemaran
Udara akibat aktifitas Industri dapat dilakukan dengan cara pemakaian bahan
bakar sebagai sumber energi dalam menunjang proses industri masih sangat
mendominasi kegiatan industri di Indonesia, hal ini akibat belum mencukupinya
energi listrik yang tersedia. Pemakaian bahan bakar minyak dan fosil akan
memberikan emisi pencemar udara konservatif yang meliputi CO, Hidrokarbon,
NOx, SOx dan Partikulat. Industri juga akan menghasilkan emisi pencemar udara
spesifik tergantung dari jenis bahan baku dan bahan pembantunya. Industri berat
dalam golongan barang galian bukan logam dan industri dasar logam cenderung
menggunakan bahan bakar residu dan solar dalam jumlah yang besar, demikian
juga dengan beberapa industri besar lainnya, yaitu industri kimia dan barang-
barang kimia serta industri tekstil.
Industri besar, seperti industri logam dasar, semen dsb, umumnya
berlokasi di daerah yang diperuntukkan khusus untuk industri, sehingga masalah
pencemaran udara yang timbul akan bersifat khusus dengan sifat penyebaran yang
spasifik sesuai dengan karakteristik meteorology setempat. PLTU merupakan
kelompok industri energi khusus yang mengemisikan pencemar konservatif dalam
intensitas dan konsentrai yang tinggi. Bahan baku energi seperti batu bara akan
menimbulkan pencemaran yang tidak saja berasal dari proses pembakarannya,
tetapi juga dari bahan bakunya sendiri dalam bentuk debu batu bara.

2.2.1.Upaya pengendalian pencemaran udara dapat dilakukan dengan


melalui :

1. Penelitian dan Pemantauan


 Keserasian antara faktor-faktor sumber emisi, pengaruh/
dampak, kondisi social, ekonomi dan politik.
 Melakukan pengkajian dan identifikasi mengenai macam
sumber, pola penyebaran dan dampaknya.
 Mengetahui dan mengkomunikasikan tentang pentingnya
pengelolaan pencemaran udara dengan mempertimbangkan
keadaan social lingkungan yang berhubungan dengan
demografi, social ekonomi, budaya dan psikologi.
 Dukungan politik baik dari segi hukum peraturan, kebijakan
maupun administrai guna melindungi pelaksanaan pemantauan,
pengendalian dan pengawasan.
 Pemilihan metoda pemantauan secara tepat sesuai dengan
kemampuan jaringan pemantau, penempatan peralatan yang
diperlukan untuk pengambilan sample dan kebutuhan peralatan

2. Peraturan Perundangan
 Terdapat pada Undang-undang Lingkungan Hidup No. 4 tahun
1984
 SK Gubernur No. 129 tahun 1996 tentang Baku Mutu Udara
Ambient dan Emisi Sumber Tidak Bergerak.

3. Teknologi Pengendalian Pencemaran

Empat macam alternatif yang dapat dipilih untuk mereduksi emisi dari
kegiatan yang menyebabkan polusi antara lain :

 Meniadakan kegiatan tersebut.


 Mengatur/menentukan lokasi kegiatan.
 Memodifikasi kegiatan tersebut
 Mengurangi atau menghilangkan buangan dari kegiatan tersebut
dengan mengaplikasikan alat dan sistem pengendalian
pencemaran udara.

2.2.2 Pemilihan Alat Pengendali


1. Lingkungan

 Lokasi alat.
 Luas ruang yang tersedia.
 Kondisi Ambient.
 Tersedianya bahan-bahan kebutuhan operasional alat yang memadai
(seperti energi/listrik, air, dll) dan fasilitas penunjang (seperti
fasilitaas pembuangan dan pengolahan limbah).
 Batas maksimal emisi yang diijinkan.
 Pertimbangan estetis.
 Dampak sistem pengendalian pencemaran udara terhadap
pencemaran air dan tanah.
 Dampak sistem pengendalian pencemaran udara terhadap tingkat
kebisingan.
2. Teknik
 Karakteristik kontaminan (seperti karakteristik fisik dan kimia dari
polutan, konsentrasi, bentuk dan ukuran partikel beserta
sebarannya(jika polutan berupa partikulat), rektifitas kimia,
korosifitas, dll).
 Karakteristik aliran gas (seperti debit, tekanan, kelembaban,
komposisi, viskositas, densitas, reaktifitas, dll).
 Karakteristik desain dan performa dari sistem pengendalian
pencemaran yang digunakan (seperti ukuran dan berat, kurva
efisiensi fraksi(untuk polutan partikulat), transfer massa dan/atau
kemampuan kontaminan untuk merusak (untuk polutan berupa gas
atau uap), pressure drop, kemampuan alat, efisiensi reduksi alat,
kebutuhan bahan baku penunjang operasional alat, batasan suhu,
kebutuhan perawatan alat, dll).

3. Ekonomi

 Biaya untuk pembuatan alat.

 BIaya operasional dan perawatan alat.

 Umur alat yang diharapkan.

 Dll.

2.2.3 Alat Pengendali


Secara umum alat pengendali yang diterapkan dibedakan atas dua
kelompok, yaitu :

 Alat pengendali gas

 Alat pengendali partikulat


2.2.4 Teknik Kontrol Emisi Gas

Didasarkan pada sifat fisik dan sifat kimia emisi gas :

 Absorpsi  operasi transfer masa gas—liquid, dengan pelarutan/reaksi


gas dengan air

 Adsorpsi  penempelan (adhering) komponen-kompenen gas pada


permukaan zat padat (atau pori)

 Insenerasi  penerapan suhu tinggi dan waktu yang cukup + oksidator


(O2) untuk mengoksidasi/membakar gas-gas organik pada emisi

 Kondensasi  proses merubah gas atau uap menjadi liquid/cairan, dengan


penerapan temperatur yang lebih rendah atau tekanan yang lebih tinggi
dari exhaust stream

2.3 Adsorpsi
2.3.1 Pengertian Adsorpsi

Adsorpsi atau penyerapan adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu
fluida, cairan maupun gas , terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penyerap,
adsorben) dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau film (zat terserap,
adsorbat) pada permukaannya. Berbeda dengan absorpsi yang merupakan
penyerapan fluida oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu larutan.
Secara umum adsorpsi dapat diartikan sebagai peristiwa fisika pada
permukaan suatu bahan, yang tergantung dari spesifikasi antara adsorbent dengan
zat yang diserap (adsorbat).
Sedangkan Weber (1972) mengartikan sebagai akumulasi “interphase” atau
konsentrasi dari “substances” pada permukaan.

Adapun bahan yang dapat digunakan sebagaia dsorbent. Antara lain activated
carbon, alumina, bauxite, silicagel,strontiumsulfate ,magnesia dan lain-lain.
Karakteristik penting dari adsorbent antara lain rasio luas permukaan terhadap
volume. Rasio luas permukaan terhadap volume dapat meningkatkan daya
adsorpsi beberapa jenis adsorbent.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses adsorpsi, diantaranya adalah

 Luas permukaan adsorben


 Afinitas adsorbent terhadap adsorbate, yang dipengaruhi oleh ukuran dan
bentuk pori, polaritas dan reaktivitas
 Karakteristik adsobate, yang meliputi : Densitas dan berat molekul,
ukuran dan bentuk molekul, tekanan uap, konsentrasi, adanya senyawa
lain sebagai competitor, polaritas, reaktivitas adsorbate.
 Temperatur dan Tekanan
 Waktu kontak antara adsorbate dengan adsorbent

2.3.2. Konsep Adsorpsi dan mekanisme Adsorpsi

Berikut gambar konsep adsorpsi dan mekanisme adsorpsi

Gambar 4. Konsep Adsorpsi


Gambar 5. Mekanisme Adsorpsi

Adsorpsi ialah pengumpulan zat terlarut di permukaan media dan


merupakan jenis adhesi yang terjadi pada zat padat atau zat cair yang kontak
dengan zat lainnya. Proses ini menghasilkan akumulasi konsentrasi zat tertentu di
permukaan media setelah terjadi kontak antarmuka atau bidang batas (paras,
interface) cairan dengan cairan, cairan dengan gas atau cairan dengan padatan
dalam waktu tertentu. Contohnya antara lain dehumidifikasi, yaitu pengeringan
udara dengan desiccant (penyerap), pemisahan zat yang tidak diinginkan dari
udara atau air menggunakan karbon aktif, ion exchanger untuk zat terlarut di
dalam larutan dengan ion dari media exchanger. Artinya, pengolahan air minum
dengan karbon aktif hanyalah salah satu dari terapan adsorpsi.

Atas dasar fenomena kejadiannya, adsorpsi juga dibedakan menjadi tiga


macam. Yang pertama disebut chemisorption, terjadi karena ikatan kimia
(chemical bonding) antara molekul zat terlarut (solute) dengan molekul adsorban.
Adsorpsi ini bersifat sangat eksotermis dan tidak dapat berbalik (irreversible).
Yang kedua, adsorpsi fisika (physical adsorption, terjadi karena gaya tarik
molekul oleh gaya van der Waals dan yang ketiga disebut ion exchange
(pertukaran ion), terjadi karena gaya elektrostatis.
Bagaimana terjadinya fenomena adsorpsi itu? Ahli pengolahan air
membagi adsorpsi menjadi tiga langkah, yaitu (1) makrotransport: perpindahan
zat pencemar, disebut juga adsorbat (zat yang diadsorpsi), di dalam air menuju
permukaan adsorban; (2) mikrotransport: perpindahan adsorbat menuju pori-pori
di dalam adsorban; (3) sorpsi: pelekatan zat adsorbat ke dinding pori-pori atau
jaringan pembuluh kapiler mikroskopis.
Ada sejumlah hal yang mempengaruhi efektivitas adsorpsi, yaitu: jenis
adsorban, apakah berupa arang batok, batubara (antrasit), sekam, dll; temperatur
lingkungan (udara, air, cairan): proses adsorpsi makin baik jika temperaturnya
makin rendah; jenis adsorbat, bergantung pada bangun molekul zat, kelarutan zat
(makin mudah larut, makin sulit diadsorpsi), taraf ionisasi (zat organik yang tidak
terionisasi lebih mudah diadsorpsi). Berdasarkan jenis adsorbatnya, tingkat
adsorpsi digolongkan menjadi tiga, yaitu lemah (weak), terjadi pada zat anorganik
kecuali golongan halogen (salah satunya adalah klor). Adsorpsi menengah
(medium), terjadi pada zat organik alifatik dan adsorpsi kuat (strong) terjadi pada
senyawa aromatik (zat organik yang berbau (aroma) dengan struktur benzena,
C6H6).

Adsorpsi yang terjadi pada permukaan adsorbent dapat bersifat :

 Adsorpsi Fisika (adsorpsi Van der Waals)


 Adsorpsi Kimia (chemisorption)

1. Adsorpsi Fisik (Adsorpsi Van Der Waals)

Adsorpsi fisik terjadi akibat adanya perbedaan energi atau gaya tarik
bermuatan listrik (gaya van der Wall’s). Molekul adsorbat mulai diikat secara
fisik menuju molekul adsorbent. Tipe adsorpsi ini multilayer, karena masing-
masing molekul membentuk lapisan diatas lapisan sebelumnya, dengan nomor
lapisan sesuai dengan konsentrasi kontaminan. Adsorpsi ini tidak spesifik dan
mirip dengan proses kondensasi. Adsorpsi Fisika ini terjadi pada zat-zat yang
bersuhu rendah dengan adsorpsi relatif rendah. Dalam hal ini perubahan panas
adsorpsi mempunyai derajat yang sama dengan panas kondensasi dari gas menjadi
cair, sehinga gaya yang menahan adsorpsi molekul-molekul fluida biasanya cepat
tercapai dan bersifat reversibel, karena kebutuhan energi yang sangat kecil.

2. Adsorpsi Kimia (Chemisorption)

Adsorpsi ini bersifat specifik dan terjadi berdasarkan ikatan kimia


antara adsorbent dengan zat yang teradsorpsi (adsorbat), sehingga dibandingkan
dengan adsorpsi fisik, kerja yang terjadi jauh lebih besar begitu juga dengan panas
adsorpsi dibanding dengan adsorpsi fisik, selain itu adsorpsi kimia terjadi pada
suhu yang tingi. Karena terjadinya ikatan kimia, maka pada permukaan adsorbent
dapat berbentuk suatu lapisan dan apabila hal ini berlanjut maka adsorbent tidak
akan mampu lagi menyerap zat lainnya. Dan proses adsorpsi secara kimia ini
bersifat irreversible.

Dari penjelasan diatas, dan menurut Noll,et al.(1992), maka adsorpsi


fisik dapat dibedakan dari adsorpsi kimia sebagai berikut :

Adsorpsi fisik tidak melibatkan transfer elektron dan selalu


mempertahankan individualitas dari senyawa yang berinteraksi. Interaksi yang
terjadi adalah reversible, yang memungkinkan terjadinya desorpsi pada
temperatur yang sama, walaupun proses terjadi secara lambat akibat efek difusi.
Adsorpsi kimia melibatkan ikatan kimia dan bersifat irreversible. Adsorpsi fisik
tidak site spesifik, molekul yang terserap bebas menutupi seluruh permukaan. Hal
ini memungkinkan dilakukannya pengukuran luas area solid adsorbent.
Sebaliknya, adsorpsi kimia bersifat site spesifik, molekul hanya terserap pada
tempat-tempat tertentu saja. Panas pada adsorpsi fisik lebih rendah dibandingkan
dengan panas dari adsorpsi kimia.
Jenis-jenis adsorbent penting :

1. Karbon aktif

Merupakan arang yang diperoleh dari carbinisation kayu, coconul


shells, peat, fruit pits. Sebagai activating agent digunakan zinc chlorida,
magnesium chlorida, kalsium chlorida dan phosphoric acid. Digunakan untuk
control polusi, solvent recovery, mengurangi bau dan gas purification.

2. Activated alumina

Activated alumina (hydrated aluminium oxide) berasal dari native


aluminas atau bauxite, berbentuk granular atau pellet dengan tipical properties
sebagaimana gambar tabel 2. Umumnya digunakan untuk drying gas.

3. Silica gel

Berasal dari netralisasi sodium silikat kemudian gel dicuci untuk


menghilangkan garam garam yang terbentuk selama proses reaksi netralisasi
dilanjutkan dengan proses pengeringan, pemanasan dan grading.Umumnya
berbentuk granular tetapi ada juga yang berbentuk bead. Properties silica gel
sebagaimana gambar tabel 3. Terutama digunakan untuk drying gas tetapi bisa
juga untuk gas desulfurization dan purification.

4. Molecular sievas

Berbentuk kristal dehydrated zeolit yang berasal dari aluminosilicate


gel dengan typical properties sebagaimana gambar tabel 4.
Gambar 6. Properti Karbon Aktif

Gambar 7. Properti Alumina

Gambar 8. Properti Silica Gel


Gambar 9. Properti Molecular Sieves

Secara garis besar, mekanisme proses adsorpsi dapat berlangsung berdasarkan


tahapan sebagai berikut :

 Transfer molekul-molekul adsorbat menuju lapisan film yang mengelilingi


adsorbent
 Difusi adsorbat melalui lapisan film
 Difusi adsorbat melalui kapiler atau pori-pori dalam adsorbent
 Adsorpsi adsorbat pada dinding kapiler atau permukaan adsorbent.

Pengendalian suatu polutan/ pencemar gas dengan proses adsorpsi dibedakan


menjadi 3 tahap, yaitu :

 Tahap adsorpsi
 Tahap desorpsi
 Tahap recovery
1. Tahap Adsorpsi

Tahap dimana terjadi proses adsorpsi Adsorbate tertahan pada permukaan


adsorbent (tertahannya gas atau uap atau molekul pada permukaan padatan). Pada
proses adsorpsi umumnya dilakukan untuk senyawa organic dengan berat molekul
(BM) lebih besar dari 46 dan dengan konsentrasi yang kecil.. Semakin besar BM
maka proses adsorpsi akan semakin baik.

2. Tahap Desorpsi

Tahap ini merupakan kebalikan pada tahap adsorpsi, dimana adsorbate


dilepaskan dari adsorbent (lepasnya gas atau uap atau molekul pada permukaan
padatan). Desorpsi dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantarnya adalah :

 Menaikkan temperature adsorbent di atas temperature didih


adsorbent, dengan cara mengalirkan uap panas/ udara panas atau
dengan pemanasan
 Menambahkan bahan kimia atau secara kimia
 Menurunkan tekanan

3. Tahap Recovery
Tahap ini merupakan tahap pengolahan dari gas, uap atau molekul yang
telah di desorpsi, dimana recovery dapat dilakukan dengan :
 Kondensasi
 Dibakar
 Solidifikasi
2.3.3. Tipe Sistem adsorpsi

1. Fixed or stationary bed

 Terdiri dari satu atau dua adsorbent (1 = on stream adsorbing, 2 =


regeneration).
 Dual adsorber system dapat dioperasikan secara simultan
 Kedalaman bed 12 –36 inchi

Gambar 10. Cycle Adsorpsi dan Cycle Desorpsi

2. Moving bed

 Continuous regeneration
 Waktu regenerasi untuk setiap segmen bed pendek sehingga
tidak memerlukan bed yang panjang
 Compac system dan mampu reduce pressure drop
 Kerugian maintaining seal pada moving parts
Gambar 11. Continous Rotary Bed

3. Fluidizedbed

 Resirkulasi kontinyu melalui adsorption – regeneration cycle


 Velocity udara sekitar 240 rpm
 Countercurrent movement meningkatkan efektivitas penggunaan karbon,
lebih banyak solvent yang dapat direcovery dibandingkan dengan stationary
ataurotary bed system
Gambar 12. Fluidized-bed Solvent Recovery System

Kelebihan Dan Kekurangan Adsorpsi

Kelebihan:

 Proses adsorpsi dapat digunakan untuk polutan dengan konsentrasi rendah


dan tinggi
 Proses pelepasan polutan dari permukaan material solid lebih mudah yaitu
dengan penguapan.

•Kekurangan:

 Proses adsorpsi harus diikuti dengan proses lainnya;


 Membutuhkan material solid yang besar, apabila polutan di udara semakin
banyak.
 Biaya investasi tinggi
2.3.4 Konsep Desain dan Performance

Faktor-faktor yang berpengaruh:

 Karakteristik adsorben
 Kapasitas adsorben
 Massa jenis
 Kapasitas panas
 Volume pori
 Afinitas adsorben terhadap gas pencemar
 Luas permukaan dari adsorben
 Temperatur regenerasi
 Kondisi operasi : temperatur, tekanan operasional, breakthrough
performance

Tabel 4. Karakteristik fisik Adsorben

Berikut menggambarkan operasional adsorbent dengan initial consentration


pollutan gas Codengan konsentrasi effluent C1, C2, C3dan C4. Kurva berbentuk S
dengan dengan ketajaman bentuk yang berbeda beda tergantung konsentrasi initial
polutan,velocity fluida, rate dan mekanisme proses adsorbsi, panjang bed
adsorber.

Gambar 12. Adsorpsion valve font

2.3.5 Adsorber

Gambar 13. Menara Adsorpsi

Adsorber adalah alat PPU yang berfungsi memindahkan massa polutan gas
(adsorbat) dari udara pembawanya ke permukaan padatan yang berfungsi sebagai
adsorban. Gas akan terlekat pada material adsorban.
Cara Kerja Adsorber

Cara kerja unit adalah penyerapan polutan di udara oleh material solid
yang memiliki banyak pori-pori. Semakin luas permukaan solid, maka semakin
banyak jumlah polutan yang diserap

Gambar 14. Fixed bed adsorber

Metode regenerasi : Injeksi udara panas ke dalam adsorber kemudian


dikondensasi

Gambar 15. Sistem Adsorpsi dan regenerasi Fixed Bed Adsorber

Aplikasi Adsorber:

 Untuk menghilangkan bau


 Untuk recovery pelarut organic
 Untuk pemurnian gas
 Flue Gas Desulphurization metoda kering

Industri pengguna Adsorber:

 Industri pengolahan makanan


 Industri fermentasi
 Industri pestisida
 Industri petrokimia

Kelebihan absorber adalah :

 Efisiensi penyisihan yang tinggi


 Biaya pembangunan yang relatif rendah
 Luas area yang dibutuhkan tidak besar
 Kehilangan tekanan relatif kecil

Kekurangan absorber adalah :

 Sulit untuk memperoleh gas murni (biasanya lebih dari satu jenis
gas akan terserap pada waktu bersamaan)
 Menghasilkan limbah cair
 Membutuhkan proses regenerasi untuk memisahkan absorben dan
absorbatnya
 Biaya pemeliharaan relatif tinggi
DAFTAR PUSTAKA

http://angga.staff.ipb.ac.id/files/2011/04/K-PPLI-7-Pengolahan-Udara_Rev.pdf
diakses pada tanggal 8 oktober 2013

http://ilearn.unand.ac.id/pluginfile.php/17908/mod_resource/content/1/Pemantau
an%20dan%20Pengendalian%20Pencemaran%20Udara%208.pdf diakses pada tanggal 8
oktober 2013

http://www.scribd.com/document_downloads/direct/93396605?extension=pdf
diakses pada tanggal 8 oktober 2013

Anda mungkin juga menyukai