Anda di halaman 1dari 6

ABSORPSI GAS CO2 MENGGUNAKAN MONOETANOLAMINE

ABSORPTION CO2 GAS USING MONOETHANOLAMINE


Endang Srihari 1)*, Ricky Priambodo2), Sylvia Purnomo3), Hermawan Sutanto4), Wentalia Widjajanti5)
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Surabaya
Jl. Raya Kalirungkut , Surabaya 60292, Telp. 031-2981158
Email : endang_srihari@yahoo.com

ABSTRAK

Udara pada daerah padat industri, memiliki tingkat polusi yang tinggi. Hal ini banyak
disebabkan karena proses pembakaran yang dilakukan oleh sebagian besar industri, dimana
pada proses pembakaran akan dihasilkan gas karbondioksida (CO2) yang membahayakan.
Oleh karena itu, diperlukan suatu metode untuk menekan angka polusi akibat kandungan
berlebih gas CO2 dalam udara tersebut, salah satunya adalah dengan proses absorpsi. Proses
absorpsi CO2 menggunakan monoethanolamine (MEA) yang dilakukan dalam sebuah absorber
packed column berisi packing berukuran 0,5 in bertujuan untuk mengetahui harga koefisien
perpindahan massa volumetric overall fase gas (KG.a) terhadap variable operasinya dan
mengetahui nilai dari luas interfacial persatuan volume packing (a) dari harga koefisien
perpindahan massa volumetriknya.. Gas CO2 mengalir masuk dalam packed column dengan
MEA sebagai pelarut. Hasil penelitian yang diperoleh adalah harga koefisien perpindahan
massa volumetric overall fase gas, KGa akan semakin besar pada saat laju gas CO2 konstan
dan laju alir MEA nya semakin besar. Demikian juga pada kondisi yang sama, harga luas
interfacial persatuan volume packingnya akan meningkat. Tetapi pada saat laju MEA konstan
dengan semakin besarnya laju alir gas CO2 akan menyebabkan harga koefisien perpindahan
massa overall fase gas, KGa semakin menurun. Sedangkan pada konsentrasi larutan MEA
semakin besar akan menyebabkan harga KGa nya juga meningkat. Untuk harga luas interfacial
persatuan volume packing tidak terpengaruh dengan perubahan laju alir gas dan konsentrasi
MEA.

Kata kunci : Absorpsi CO2,, Monoethanolamine, Koefisien perpindahan massa overall


volumetric fase gas, Luas interfacial persatuan volume packing

ABSTRACT

The air on an area of solid industry, having a level pollution that high . it is much
caused the process of combustion done by most of the industry , whereby on the process of
combustion will be produced a gas of dioxide carbon ( CO2 ) that edangers . Hence , required
a method to depress figures pollution resulting from the womb overgrowth CO2 in the air the ,
one of them is with the process of absorption .CO2 absorption process using
monoethanolamine (MEA) performed in a packed column absorber aims to determine the price
of overall volumetric mass transfer coefficient of the gas phase to the variable operation and
know the value of the interfacial area per unit volume packing (a) of the price of the coefficient
volumetric mass transfer. CO2 gas flowing to the packed column using MEA as a solvent. The
results are overall volumetric mass transfer coefficient of the gas phase, KGa the greater the
rate of CO2 gas at a constant flow rate of MEA and its getting bigger. Likewise, under the same
conditions, the price of interfacial area per unit volume will increase packing. But at a
constant rate of MEA with greater gas flow rate of CO2 will cause the overall mass transfer
coefficient of the gas phase, KGa decreases. While at the greater concentration of MEA
solution will cause the KGa is increasing. The interfacial area per unit volume packing is not
affected by changes in gas flow rate and concentration of MEA.

Key words: Absorption of CO2,, Monoethanolamine, overall volumetric mass transfer


coefficient of gas phase, interfacial area per unit volume packing
PENDAHULUAN Pada penelitian ini, proses absorpsi gas CO2
dalam udara menggunakan cairan solvent MEA
Udara pada daerah padat industri, memiliki dalam sebuah packed column. Penelitian ini
tingkat polusi yang tinggi. Hal ini banyak bertujuan untuk mengetahui harga koefisien
disebabkan karena proses pembakaran yang perpindahan massa overall volumetric fase gas, KG.a
dilakukan oleh sebagian besar industri, dimana pada terhadap variabel operasinya kemudian dihitung
proses pembakaran akan dihasilkan gas harga luas interfacial persatuan volume packing
karbondioksida (CO2) yang membahayakan. dalam penelitian ini. Diharapkan dari data KG.a dan
Kandungan berlebih gas CO2 dalam udara akan luas interfacial persatuan volume packing (a) dapat
menyebabkan efek greenhouse. Efek greenhouse ini digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam
akan meningkatkan suhu atmosfer sehingga merancang peralatan proses absorpsi gas yang lain
menimbulkan efek pemanasan global. Selain itu, dengan jenis dan ukuran packing yang sama.
dalam konsentrasi yang tinggi CO2 akan menye-
babkan kelumpuhan pusat pernafasan, tetapi pada METODE PENELITIAN
konsentrasi gas CO2 dalam udara yang kurang dari
1,5% volume tidak akan membahayakan. Oleh Penelitian ini menggunakan gas CO2 dalam
karena itu, diperlukan suatu metode untuk menekan campuran dengan udara dan sebagai pelarutnya
angka polusi akibat kandungan berlebih gas CO2 dipakai larutan MEA dengan konsentrasi 0,028 N
dalam udara tersebut, salah satunya adalah dengan hingga 0,091 N. Sebagai variable percobaan adalah
proses absorpsi. Untuk memahami proses absorpsi, laju alir MEA, konsentrasi MEA yang digunakan
penting sekali mengetahui fenomena perpindahan dan laju alir campuran gas CO2 dan udara masuk
massa yang terjadi di dalamnya. Solvent yang dapat absorber yang berisi packing berukuran 0,5 in.
dipakai untuk menyerap gas CO2 dalam udara adalah Peralatan yang dipakai adalah seperti pada Gambar
cairan KOH dan Monoethanolamine (MEA). 1.
Penelitian Aboudheir (1998) memberikan
gambaran tentang proses absorpsi CO2 dalam larutan
MEA yang sangat pekat (3–9 kmol/m3). Penelitian
dilakukan untuk melihat efek dari range kondisi
operasi yang lebar terhadap efisiensi removal untuk
proses absorpsi ini. Kondisi operasi yang digunakan
meliputi konsentrasi solvent yang sangat tinggi, tipe
packing, laju alir gas dan liquid, komposisi gas
masuk, dan loading larutan CO2. Hasil yang
diperoleh menyatakan bahwa kapasitas absorpsi
larutan amina akan meningkat seiring dengan
peningkatan konsentrasi nya. Selain itu, dapat
disimpulkan bahwa seiring dengan peningkatan laju
alir liquid, maka efisiensi penghilangan dari CO2
juga akan meningkat. Kenaikan kapasitas absorpsi
dapat dilihat dari kenaikan harga koefisien
perpindahan massa, serta luas interfacialnya.
Penelitian Gary T dkk (1998) tentang sifat kelarutan
dan laju absorpsi dari CO2 pada
monoethanolamine/Piperazine/Water dengan
menggunakan Wetted Wall Column (WWC).
Dimana konsentrasi amine divariasi dengan
menggunakan MEA yang telah ditambahkan Gambar 1. Skema alat percobaan
konsentrasi Piperazine, dikemukakan bahwa
permodelan dari laju absorpsi tersebut tersusun dari Keterangan gambar :
dua tahanan yaitu tahanan gas dan tahanan liquid, T-1 : Tangki penyimpan gas CO2
yang kemudian harganya dapat diestimasi dengan C : Kompresor
menggunakan reaksi pseudo first order dan V-1 : Valve bukaan gas CO2
instantaneous enhancement factor (E). Laju absorpsi V-2 : Valve bukaan udara
CO2 yang didapat dengan menggunakan larutan R-1 : Rotamemetr gas CO2
MEA dan Piperazine lebih besar. Pada penelitian R-2 : rotameter udara
Gary T dkk (2003), dikatakan bahwa proses absorpsi T-2 : Tangki feed larutan MEA
dalam packed kolom dikontrol oleh difusi dengan P : Pompa
reaksi kimia cepat di liquid film. Sedangkan dalam V-3: Valve bypass
tray kolom dikontrol oleh absorpsi secara fisik. T-3 : Tangki overflow larutan MEA
V-4: Valve keluaran tangki overflow volumetric overall fase gas akan sama dengan
F : flowmeter koefisien perpindahan massa individual volumetric
V-5: Valve bypass larutan MEA fase gas. Oleh karena itu koefisien perpindahan
V-6: Valve larutan MEA menuju packed column massa yang dibahas dalam penelitian ini adalah
PC : Packed Column koefisien perpindahan massa overall volumetrik fase
T-4 : Tangki penampungan cairan keluar kolom gas. Untuk fase gas yang mengontrol, jumlah CO2
yang terabsorp dapat ditentukan dengan persamaan :
HASIL DAN PEMBAHASAN
d(NA) = d(G.y) (2)
Penelitian absorpsi gas CO2 menggunakan
larutan MEA merupakan proses absorpsi yang Sedangkan laju absorpsi solute A dapat dinyatakan
disertai reaksi kimia. Dari hasil perhitungan dengan persamaan ;
diperoleh harga Modulus Hatta (MH) sebesar 43,81 Ky ' a (3)
yang lebih besar dari 2, dan hal ini menunjukkan d (N A ) = dA
((1 − y ' ) LM )( y − y ' )
bahwa reaksi ini terjadi dalam waktu yang sangat dA merupakan luas interfacial yang lebih sering
cepat sehingga proses absorpsi hanya dipengaruhi dinyatakan sebagai :
oleh perpindahan massa (Danckwertz, P.V, ). dA = a.S.dz (4)
Reaksi yang terjadi di liquid film menandakan
bahwa tahanan individual di liquid. Maka persamaan (3) dapat dinyatakan sebagai :
Proses absorpsi CO2 menggunakan MEA
Ky' a
sebagai pelarut merupakan absorpsi yang disertai d (N A ) = ( y − y∗ )Sdz (5)
dengan reaksi. Adapun reaksi kimia antara CO2 ((1− y∗ ) LM
dengan MEA adalah (David W ): Jumlah gas yang tidak terabsorpsi (G’) adalah tetap
yaitu sebesar :
CO2(g) + 2RNH2(aq)  RNHCOO- (aq) + G’ = G(1-y) (6)
RNH3+(aq) Substitusi persamaan (2),(6) ke dalam persamaan (5)
dan bila di integralkan dengan batas kondisi 1 pada
Dengan R = MEA = HOCH2CH2- dan dengan bagian bawah menara dan kondisi 2 pada bagian atas
persamaan laju reaksi : menara, maka diperoleh persamaan :
NA
R = k CCO2 CMEA KG.a = = (7)
Z .S .P( y − y ∗ ) LM
Dalam hal ini terdapat tiga tahanan yang Dengan :
mempengaruhi perpindahan massa dan reaksi kimia ( y2 − y2∗ ) − ( y1 − y1∗ )
yaitu : tahanan pada film gas, pada film liquid dan ( y − y ∗ ) LM =
tahanan pada badan cairan. Persamaan laju reaksi ( y − y2∗ )
ln 2
dalam proses absorpsi tergantung dari nilai ( y1 − y1∗ )
konstanta laju reaksi serta perbandingan konsentrasi
Persamaan empiris untuk menentukan koefisien
reaktan yaitu PCO 2 dan konstanta Henry (He). perpindahan massa di liquid film dapat dihitung
C MEA
menggunakan persamaan Sherwood dan Holloway
Reaksi kimia antara CO2 dan MEA sebagai berikut :
merupakan reaksi irreversible dimana gas CO2
berdifusi dalam cairan MEA, langsung habis
kL a
bereaksi menjadi produk. Reaksi ini terjadi di = α ( L / µ )(1 − η )( µ / ρDAB ))0,5 (8)
interface di lapisan film liquid dalam waktu yang DAB
sangat cepat sehingga hanya terjadi perpindahan Packing dengan diameter yang sama tetapi
massa. Tahanan perpindahan massa yang dilalui design yang sedikit berbeda, kemungkinan akan
berdasarkan overall fase gasnya dapat dilihat dari memiliki densitas yang berbeda sehingga akan
persamaan : 1 = 1 + He (1) menghasilkan nilai luas interfacial persatuan volume
K Ga K Ga K L a .E packing, a yang berbeda pula. Oleh karena itu, Onda
et al (1968b) memberikan suatu persamaan untuk
Reaksi yang terjadi di liquid film menandakan menentukan nilai a spt pada persamaan (9) berikut :
bahwa tahanan individual di liquid film sangat kecil.
Disamping itu, karena CO2 merupakan gas dengan a  σ L 0,1 L2 xat − 0,05 L2 
kelarutan yang tinggi dalam MEA maka tahanan = 1 − exp − 1,45 x( c )0, 75 ( ) ( 2 ) ( )0 , 2 
at  σ at. xµ ρ g σ , ρ , at 
film gas yang mengontrol (Levenspiel O, ) Untuk
tahanan film gas yang mengontrol maka nilai (9)
He 1 sehingga koefisien perpindahan massa

KLa.E KGa
Untuk system liquida air dengan ceramic packing gas tidak mempengaruhi harga luas interfacial
σ persatuan volume packing seperti terlihat pada
digunakan harga = 0,85 Gambar 5. Sedangkan dari perhitungan terlihat
ρc bahwa harga a tidak juga dipengaruhi oleh
Hasil perhitungan pengaruh laju alir cairan konsentrasi MEA yang dipakai. Hal ini terlihat dari
dan laju alir gas dan laju alir gas terhadap besarnya persamaan (9) bahwa harga a hanya dipengaruhi
koefisien perpindahan massa volumetric overall fase oleh laju alir cairan.
gas (KG.a) dapat dilihat pada Gambar 2.
16
14
1.2
12
1
10 laju alir CO2 0.047
K G .a (m ol/m 3 .a tm .s )

a (m -1 )
0.8 8 laju alir CO2 0.094
laju alir CO2 0.047
6 laju alir CO2 0.141
0.6 laju alir CO2 0.094
4
laju alir CO2 0.141
0.4 2

0.2 0
0.04 0.045 0.05 0.055 0.06 0.065 0.07 0.075
0 laju alir cairan (l/s)
0.04 0.045 0.05 0.055 0.06 0.065 0.07 0.075
laju alir cairan (l/s)
Gambar 4. a vs laju alir cairan pada konsentrasi
Gambar 2. KG.a vs Laju alir cairan pada konsentrasi MEA 0,091 N
MEA 0,091 N
16

Meningkatnya laju alir gas CO2 akan 14

12
menyebabkan harga KGa akan semakin kecil, namun 10
laju alir cairan 0.042 l/s
laju alir cairan 0.049 l/s
pada peningkatan laju alir cairan pada laju gas tetap
a (m -1)

8 laju alir cairan 0.056 l/s


akan menyebabkan harga KG.a meningkat. Hal ini 6
laju alir cairan 0.063 l/s
laju alir cairan 0.0697 l/s
sesuai dengan hasil yang diperoleh dari analisis 4

dimensi yang telah dilakukan mengenai hubungan 2

0
antara laju lair MEA dengan laju alir gas CO2 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16
terhadap harga KG.a pada masing_masing laju alir CO2 (l/s)

konsentrasi MEA. Untuk konsentrasi MEA 0,091 N,


Gambar 5. a vs laju alir gas pada konsentrasi MEA
diperoleh hubungan :
0,091 N
KG.a =4,9 G-0,221 L0,751,
dengan semakin tingginya konsentrasi MEA yang
SIMPULAN
digunakan maka akan semakin banyak pula jumlah
MEA yang dapat menyerap gas CO2, sehingga gas
Absorbsi CO2 ke dalam MEA merupakan
CO2 yang terabsorp akan semakin banyak dan
absorbsi disertai dengan reaksi kimia yang cepat dan
perpindahan massa yang terjadi semakin besar. Hal
terjadi di lapisan film liquid. Penurunan KGa terjadi
ini ditunjukkan dengan besarnya koefisien
ketika laju alir gas CO2 ditingkatkan.
perpindahan volumetric overall fase gas, KG.a.
Semakin tinggi konsentrasi MEA menyebab-
Sehingga dengan demikian kenaikan konsentrasi
kan harga KGa meningkat dan luas interfacial
MEA akan meningkatkan bilai KG.a seperti terlihat
persatuan volume packing nya juga meningkat. Laju
pada Gambar 3.
alir gas dan konsentrasi MEA tidak berpengaruh
terhadap harga luas interfacial persatuan volume
1.2
packing.
1
K G .a (m o l/m 3.atm .s)

0.8 laju alir cairan 0.042 l/s DAFTAR NOTASI


laju alir cairan 0.049 l/s
0.6 laju alir cairan 0.056 l/s
laju alir cairan 0.063 l/s ρair = densitas air (kg/m3)
0.4 laju alir cairan 0.0697 l/s
ρCO2 = densitas CO2 (kg/m3)
0.2
ρudara = densitas udara (kg/m3)
0 z = panjang kolom (m)
0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Konsentrasi MEA (N) D = diameter kolom (m)
Dp = diameter packing (m)
Gambar 3. KG.a vs konsentrasi MEA pada laju alir µ = viskositas cairan (kg/m.s)
CO2 0,047 l/s Ppercobaan = tekanan pada saat percob (atm)
Plingkungan= tekanan ruang percobaan (atm)
Luas interfacial persatuan volume packing a, akan PSTP = tekanan keadaan standar (atm)
meningkat dengan meningkatnya laju alir cairan Tlingkungan= suhu ruang percobaan (oC)
MEA seperti pada Gambar 4. Sedangkan laju alir
TSTP = suhu pada keadaan standar (oC) Chia-Chang Lin, Wen-Tzong Liu, and Chung-Sung
DA = difusivitas CO2 (m2/s) Tan. (2003). “Removal of Carbon Dioxide by
DB = difusivitas MEA (m2/s) Absorption in a Rotating Packed Bed”, Union
DAB = difusivitas CO2 dalam MEA (m2/s) Chemical Laboratories, Industrial Technology
k = koefisien difusivitas (m3/mol.s) Research Institute, Hsinchu, Taiwan, 300
σ = Interfacial Tension atau tegangan R.O.C., and Department of Chemical
permukaan (dyne/cm) Engineering, National Tsing Hua University,
N = normalitas (N) Hsinchu, Taiwan, 300 R.O.C., Industrial &
MH = Modulus Hatta Engineering Industry, ACS Publications.
kL = koefisien perpindahan massa fase cair Danckwertz, P.V David W. Agar. (2003., “Gas
individual (m/s) Liquid Reaction”, McGraw – Hill Book
a = luas interfacial per satuan volume Company “Gas–Liquid Reaction Enginee-
packing (m-1) ring”, Chemical Engineering Department IISc
kG = koefisien perpindahan massa fase gas Bangalore, University of Dortmund, Short
individual (mol/m2.atm.s) Course.
KG.a = koefisien perpindahan massa volume- Gary T. Rochelle, Manuel A. Pacheco. (1998).
trik overall (mol/m3.atm.s) “Rate-Based Modeling of Reactive Absorption
KG = koefisien perpindahan massa overall of CO2 and H2S into Aqueous Methyl-
(mol/m2.atm.s) diethanolamine ”, Departement of Chemical
NA = laju molar CO2 (mol/s) Engineering, The University of Texas at
S = luas permukaan perpind massa (m2) Austin, Ind.Eng.Chem.Res., 37(10), hal 4107-
L2 = laju mol cairan masuk (mol/s) 4117.
L1 = laju mol cairan keluar (mol/s) Gary T. Rochelle, H-Y. Dang. (2003). “Carbon
G1 = laju alir gas masuk (mol/s) Dioxide Absorption Rate and Solubility in
G2 = laju alir gas keluar (mol/s) Monoethanolamine/Piperazine/Water”, M S
xa2 = fraksi mol CO2 dalam cairan masuk Thesis, The University of Texas at Austin,
xa1 = fraksi mol CO2 dalam cairan keluar Separation Science and Technology, Vol.38.
ya1 = fraksi mol CO2 dalam gas masuk Geankoplis, Christie J. (1993). “Transport Pro-
ya2 = fraksi mol CO2 dalam gas keluar cesses and Unit Operations”. Third Edition.
He = konstanta Henry (atm/mol frac.) Prentice Hal, Inc.
E = Enhancement Factor Levenspiel, O. (1999). “Chemical Reaction Engi-
neering”, 3rd ed, John Willey & Sons.
DAFTAR PUSTAKA Perry.H., Don Green. (1976). “Chemical Enginee-
ring Handbook”, 6th edition, Mc Graw Hill,
Aboudheir, D. deMontigny, P. Tontiwach- New York.
wuthikul, A. Chakma . (1998). “Important Welty James R., Wicks Charles E., Wilson Robert E.
Factors Affecting Carbon Dioxide Removal (1984). “Fundamentals of Momentum, Heat,
Efficiency By Using Extra high Concen-trated and Mass Transfer”, 3rd edition, John Wiley
Monoethanolamine Solutions and High-Capa- and Inc., Canada.
city Packings”, Process Systems Laboratory,
Faculty of Engineering, Uni-versity of Regina,
Regina,Saskatchewan, Canada S4S 0A2,
Society of petroleum Engineers, Inc.
Adisorn Aroonwilas, Paitoon Tontiwachwuthikul *,
Amit Chakma. (2003). “Effects of operating
and design parameters on CO2 absorption in
columns with structured packings”, Process
Systems Laboratory, Faculty of Engineering,
University of Regina, 3737 Wascana Parkway,
Regina, Sask., Canada S 4S 0A2, Separation
and Purification Technology, vol.24., hal 403-
411.

Anda mungkin juga menyukai