Anda di halaman 1dari 13

PERAWATAN KATETER HEMODIALISIS Dengan latar belakang tersebut, alangkah baiknya kita

Niken D. Cahyaningsih bersama-sama mengenal tentang kateter HD, membenahi cara kita
dalam melakukan perawatan kateter HD, meskipun banyak faktor
PENDAHULUAN yang mempengaruhi munculnya masalah yang berhubungan
Pelayanan dialysis dari tahun ke tahun semakin meningkat dengan kateter HD, dan walaupun sampai detik ini cara perawatan
seiring dengan meningkatnya jumlah pasien baru yang harus kateter HD masih menimbulkan kontroversi, masih terus diteliti dan
menjalani dialysis. Tahun 2015-2017 peningkatan jumlah pasien dilakukan perbaikan, namun kita tetap berusaha untuk mengacu
baru rata-rata 20% (IRR,2017). Pasien dialysis membutuhkan akses pada panduan atau guideline yang ada saat ini agar penggunaan
vaskuler agar dapat dilakukan tindakan dialysis. Pada pasien baru kateter HD dapat optimal, masalah yang muncul berkaitan dengan
yang belum memiliki akses vaskuler permanen, memerlukan akses penggunaan kateter HD dapat diminimalkan, dan kita memulainya
sementara agar dapat segera dilakukan tindakan hemodialysis. Dari dari aspek keperawatan.
total 1.308.288 jumlah tindakan HD di tahun 2017, 168.272 tindakan
(13%) menggunakan akses femoralis dan 147.244 (11%) KATETER HEMODIALISIS
menggunakan kateter HD (IRR, 2017). Penggunaan kateter HD ini Istilah Central Venous Catheter (CVC) merujuk pada kateter
meningkat 72.65% dari penggunaan tahun 2016. Kateter intravena dimana ujung internalnya berada pada vena central besar.
hemodialisis (HD) menjadi pilihan akses temporer pada pasien yang Ada beberapa tipe CVC, namun mempunyai satu kesamaan yaitu
akan dilakukan tindakan HD terutama pada pasien dengan akses ujung kateter berada di dalam aliran darah vena besar dan searah
sulit atau pada pasien anak-anak. Peningkatan penggunaan kateter dengan dinding vena. Pada central kateter, ujung internalnya harus
HD yang cukup signifikan ini tentunya harus dibarengi dengan berada pada posisi:
peningkatan pemahaman kita tentang perawatannya. Sebagai
a. Vena cava superior
perawat dialysis, maka kita adalah orang pertama yang akan
b. Persimpangan vena cava superior/atrium kanan
menghadapi setiap masalah yang timbul sehubungan dengan
c. Atrium kanan
penggunaan kateter HD. d. Vena cava inferior (pada kateter femoral)

PITNAS IPDI PADANG, 15 Nopember 2019 Page 1



Kateter dapat berfungsi dengan baik, bergantung dari kanan, vena jugular kiri internal dan eksternal, vena subclavia, vena
keakuratan posisi ujung kateter. Setelah insersi, penempatan ujung femoralis. Pada pasien dewasa sebaiknya menghindari penggunaan
kateter yang tidak tepat menjadi penyebab awal kecepatan aliran vena femoral untuk CVC (CDC, 2011, kategori 1A). Demikian pula
darah rendah demikian pula dengan malfungsi kateter dan masalah akses subclavia sebaiknya dihindari sebagai lokasi pemasangan
mekanis seperti kinking dan 20% kateter harus dilepas karena posisi kateter hemodialysis untuk menghindari stenosis vena subklavia.
ujung kateter yang tidak tepat (Trerotola, 2000; Wong, 2002; Vesely, Subclavia hanya digunakan bila tidak ada pilihan lain dan posisi
2003; Ross, 2003) kateter harus dipastikan secara radiologi. (K/DOQI, 2006; CDC,
Central venous catheter ada beberapa jenis tergantung dari 2011) (Kategori IA)
fungsinya, antara lain untuk memonitor tekanan vena sentral, untuk
Kateter hemodialisis dapat dibagi menjadi 2 kategori :
pemberian cairan intravena dalam jumlah besar (misal cairan koloid,
1. Kateter non tunnel, non cuff untuk pemakaian jangka pendek (<
produk darah), untuk pemberian obat-obat iritan misal kemoterapi,
3 minggu)
untuk memberikan akses jangka panjang pada pemberian antibiotic,
Kateter ini adalah kateter dual lumen tanpa cuff yang diinsersikan
sampel darah, kemoterapi, dan hemodialisis. Makalah ini akan
secara perkutan. Digunakan sebagai akses vaskuler jangka
membahas CVC yang digunakan untuk tindakan hemodialisis.
pendek. Kateter terbuat dari polyurethane dengan sayap yang
Kateter hemodialysis merupakan Central Venous Access
membantu fiksasi akses. Kateter mempunyai 2 lumen dengan
Device (CVAD). Kateter yang digunakan untuk hemodialisis pada
panjang yang berbeda. Lumen arterial (klem merah) lebih
dasarnya sama dengan CVC yang digunakan untuk terapi lain,
pendek dibanding lumen venous (klem biru). Priming volume dari
perbedaannya pada ukuran lumen yang relative lebih besar
kateter tertulis pada selang. (CDC, 2011)
dibandingkan dengan CVC yang lain. Pada kateter HD, ujung kateter
2. Kateter tunnel dengan cuff, untuk pemakaian jangka panjang (>
di desain agar darah dapat di pompa keluar dan kembali ke aliran
3 minggu).
darah melalui lumen yang lain. Untuk memudahkan lumen arterial
Akses kateter jangka panjang juga didefinisikan sebagai kateter
ditandai dengan warna merah dan lumen venous dengan warna biru.
dialysis yang digunakan untuk lebih dari 3 bulan bila akses
Lokasi pilihan untuk insersi kateter HD adalah pada vena
permanen belum mature.
jugular internal kanan. Pilihan lain meliputi vena eksternal jugular

PITNAS IPDI PADANG, 15 Nopember 2019 Page 2



Kateter HD tunnel, biasanya dipasang di ruang operasi atau di 1. Inspeksi visual
radiologi, sebagian kateter ditanam dibawah kulit dan memiliki Lakukan inspeksi visual pada:
cuff yang berfungsi sebagai fiksasi serta sebagai barier terhadap a. EXIT SITE
kemungkinan masuknya kuman. (CDC, 2011) Amati apakah ada : kemerahan, eksudat, bengkak, memar,
perdarahan, nyeri tekan
Kateter HD memiki kelebihan dan kekurangan, antara lain:
b. PASIEN
Kelebihan:
§ Amati apakah terdapat bengkak pada leher dan wajah
- Tidak membutuhkan waktu maturasi
pasien
- Kemungkinan diinsersi di beberapa tempat
§ Muncul sirkulasi kolateral
- Tidak membutuhkan penusukan saat dilakukan tindakan dialysis
§ Kekhawatiran pasien terkait dengan akses CVC
- Tidak ada konsekuensi hemodinamik
c. CVC
- Mudah untuk memasang/insersi
§ Fiksasi kateter
Kekurangan :
§ Lumen kateter
- Thrombosis
§ kateter tidak utuh
- Infeksi
§ Lokasi cuff
- Resiko stenosis vena central permanen atau oklusi
2. Asesmen patensi CVC
- Tidak nyaman dan masalah kosmetik karena terletak di luar
a. Mengeluarkan heparin lock
- Perkiraan umur akses lebih pendek dibanding tipe akses yang
b. Mengkaji patency kateter
lain
c. Flush CVC
- Kecepatan aliran darah lebih rendah sehingga waktu dialysis
3. Asesmen tipe disfungsi
lebih panjang
a. Non-thrombolitic
Sebelum dilakukan tindakan hemodialysis dengan
b. Thrombolitic
menggunakan akses kateter HD, perawat sebaiknya melakukan
4. Asesmen berkelanjutan selama tindakan hemodialysis
pengkajian. Ada 4 langkah pengkajian:
dilakukan.

PITNAS IPDI PADANG, 15 Nopember 2019 Page 3



Selama dilakukan tindakan hemodialysis, monitoring kelancaran Infeksi yang berhubungan dengan kateter
dari aliran darah melalui kateter HD. Infeksi adalah salah satu komplikasi terbesar yang
Asesmen ini dilakukan untuk memastikan bahwa kateter dapat berhubungan dengan kateter HD. Meskipun kateter HD memberikan
berfungsi sebagaimana mestinya, karena pada penggunaan CVC akses vaskuler yang diperlukan namun kondisi invasif tersebut
penyebab tersering BFR rendah adalah oklusi thrombotic (KDOQI, menyebabkan pasien berisiko mengalami komplikasi infeksi lokal
2006) maupun sistemik. Insersi kateter HD merusak integritas kulit dan
Perawat dialysis yang memberikan pelayanan dialysis harus secara langsung terbuka ke system vaskuler menjadi portal untuk
mengupayakan kateter HD dapat digunakan sebagaimana mestinya pathogen masuk ke dalam system pembuluh darah (Earsing et al,
sesuai dengan kompetensi dan kewenangan yang dimilikinya. Salah 2005 dalam Care and Maintenance of CVCD,2008 ).
satu hal yang dilakukan adalah memahami prinsip perawatan kateter Terdapat tiga kategori infeksi:
HD dan hal berikutnya yang harus dilakukan oleh perawat dialysis 1. Infeksi exit site, dengan adanya erythema, nyeri tekan dan
adalah melakukan edukasi kepada pasien maupun keluarga. kadang terdapat kotoran pada lokasi insersi.
Penggunaan kateter HD sebagai akses tindakan HD saat ini tidak 2. Infeksi aliran darah yang berhubungan dengan kateter
hanya digunakan pada saat pasien rawat inap, maka pasien dan didefinisikan setidaknya dua kali kultur darah positif dengan
keluarga harus memahami bagaimana cara merawat kateter HD di organism yang sama, diambil setidaknya pada dua lokasi yang
rumah. Anjurkan juga pada pasien dan keluarga untuk segera berbeda dengan waktu yang berbeda, bersamaan dengan bukti
melaporkan atau datang ke rumah sakit bila terjadi masalah pada adanya kolonisasi kateter dengan organism yang sama. Satu-
kateter HD di rumah. satunya hal yang dapat dilakukan adalah melepas kateter.
3. Infeksi tunnel, dengan adanya nyeri dan teraba keras
KOMPLIKASI KATETER disepanjang jalur kateter.

Komplikasi utama adalah: Insiden infeksi ini bervariasi di beberapa center dengan kelompok

1. Infeksi yang berhubungan dengan kateter pasien yang berbeda dan perawatan yang berbeda pula, tata

2. Disfungsi kateter laksana infeksi kateter juga masih tetap menjadi kontroversi.

PITNAS IPDI PADANG, 15 Nopember 2019 Page 4



Komplikasi infektif dapat terjadi dengan beberapa cara, § kultur darah positif
termasuk kontaminasi kateter HD oleh flora kulit pada saat insersi, § Demam dengan suhu > 380C
migrasi bakteria kulit menuju ke saluran tunnel, transfer bakteri § Menggigil khususnya saat dialysis
selama manipulasi dan dari tempat lain yang terinfeksi. (Rosenthal,
2006 dalam Care and Maintenance of CVCD,2008). Kulit di sekitar Pengelolaan Infeksi
lokasi insersi kateter merupakan salah satu penyebab tersering 1. Lakukan swab exit site untuk pemeriksaan kultur dan sensitifitas
sumber kolonisasi bakteri dan CVC yang terkolonisasi organisme (kirim ke bagian mikrobiologi
kulit dapat berkembang menjadi biofilm dan infeksi yang 2. Ambil kultur darah dari 2 tempat yang berbeda, sampel pertama
berhubungan dengan kateter (Raad I et al, 1993). dari vena perifer dan sampel kedua diambil dari kateter HD, atau
Infeksi yang berhubungan dengan kateter (infeksi aliran darah ambil sampel dari 2 vena perifer yang berbeda. Namun bila tidak
dan infeksi tunnel) adalah penyebab utama tidak berfungsinya akses bisa mengambil sampel darah dari vena perifer, sampel dapat
vaskuler pada pasien yang dilakukan hemodialisis. Lebih dari 50% diambil dari kateter HD atau selang dialisis dengan selang waktu
kateter dilepas karena infeksi exit site dan lebih dari 70% pada kasus 10-15 menit, dan dilakukan sebelum diberi antibiotik. Staf yang
infeksi tunnel (Develter W et al, 2005). Beberapa kejadian infeksi melakukan pengambilan sampel harus memiliki kompetensi yang
dapat berakibat septicemia dengan kegagalan multi organ, relevan untuk memungkinkan mereka melakukan prosedur ini
endocarditis, infeksi yang meluas dan bahkan kematian ((Chopra dengan aman dan benar.
2001; Colville & Lee 2006 dalam CHRISP,2009). 3. Berikan tata laksana terapi sesuai prosedur unit

Exit site mungkin mengalami infeksi bila terdapat tanda-tanda:


Infeksi aliran darah yang berhubungan dengan CVC disebabkan
§ Keluarnya purulent
oleh:
§ Eritema / indurasi di sekitar exit site
§ Nyeri di sekitar exit site 1. Kolonisasi permukaan eksternal dari CVC oleh mikroorganisme
Bacteremia karena penggunaan kateter HD dicurigai terjadi bila dari kulit pasien di sekitar lokasi insersi. Hal ini dapat terjadi
terdapat kondisi: melalui kontaminasi dari ujung kateter pada saat insersi kateter

PITNAS IPDI PADANG, 15 Nopember 2019 Page 5



atau migrasi organism kulit saat insersi menuju cutaneus setelah § Antiseptic kulit
insersi. § Frekuensi dan bahan dressing kateter
2. Kontaminasi dari tutup kateter dimana organism menuju § Alat pengaman kateter
permukaan intraluminal. Hal ini sebagian besar terjadi selama § Salep antiseptic atau antibiotic
menyambung atau melepas kateter. § Jaminan kualitas dan edukasi berkesinambungan

Mikroorganisme yang berhubungan dengan infeksi vaskuler


perifer dan CVC ditemukan pada kulit meliputi staphylococci Disfungsi kateter
koagulase negative, Staphylococcus aureus, Candida spp dan Disfungsi kateter dapat digolongkan menjadi:
beberapa bakteri gram negative. Infeksi yang berhubungan dengan 1. Non-thrombolitic
CVC berakibat meningkatnya biaya mondok, durasi hospitalisasi dan Oklusi mekanik dapat terjadi secara internal atau eksternal.
morbiditas pasien secara signifikan. (CHRISP,2009) Oklusi internal terjadi karena posisi kateter yang tidak tepat atau
Faktor resiko yang signifikan dari episode infeksi aliran darah tertekuknya kateter di daerah internal atau ujung kateter berada
pada pasien hemodialisis meliputi adanya diabetes, atherosclerosis pada dinding pembuluh darah. Kinking juga dapat terjadi secara
perifer, adanya riwayat infeksi aliran darah sebelumnya, durasi eksternal.
penggunaan kateter yang lama, S aureus pada nasal, dan infeksi Penyebab disfungsi non-thrombolitic:
local (NKF KDOQI Guidelines, 2006). Pencegahan infeksi § Kateter tertekuk
merupakan kunci utama dalam mengurangi komplikasi infektif yang § Retak atau bocor pada CVC
berhubungan dengan akses vaskuler. § Konstriksi karena penempatan jahitan pada lokasi insersi

Strategi untuk pencegahan infeksi yang berhubungan dengan yang kurang pas

kateter HD meliputi: § Migrasi ujung kateter


§ Malposisi kateter
§ Lokasi insersi kateter
§ Klem belum dibuka
§ Tipe materi kateter
§ Posisi pasien
§ Kebersihan tangan dan teknik aseptic

PITNAS IPDI PADANG, 15 Nopember 2019 Page 6



2. Thrombolitic Formasi selubung fibrin dikatakan terbentuk dalam 24 jam
Thrombosis terjadi saat terbentuk bekuan darah pada vena setelah insersi. Menurut Xiang (1998) setelah kateterisasi,
disekitar kateter. Formasi thrombosis adalah respon alami 42-100% kateter HD dikelilingi oleh selubung fibrin. Tanda
terhadap adanya injuri vaskuler, kerusakan dinding pembuluh awal yang dapat dilihat dari adanya selubung fibrin adalah
darah dapat terjadi selama insersi kateter, atau mungkin tidak mampunya menarik darah dari kateter.
berhubungan dengan iritasi mekanik atau kimia dimana letak Vakum terbentuk dari tekanan negative karena adanya
kateter tidak tepat misal ujung kateter berada pada vena kecil, ‘sayap’ yang dibentuk oleh selubung fibrin, berlawanan
atau bergesekan dengan dinding pembuluh darah. Disfungsi dengan terbukanya kateter dan mencegah darah masuk ke
kateter 40% terjadi karena thrombosis vena dan formasi fibrin dalam lumen.
(Trerotola, 2000). Thrombosis menyebabkan flow rate tidak Beberapa jenis oklusi thrombolitic:
adekuat, waktu dialysis menjadi lebih panjang, biaya menjadi 1) Oklusi sebagian
meningkat dan 17 – 33% kateter harus dilepas karena terjadinya Menurunnya kemampuan untuk mengalirkan cairan,
thrombosis (Twardowski, 1998; Trerotola, 2000; Dinwiddie, resisten dengan flushing dan aspirasi. Aliran melalui
2004) kateter lamban, kemungkinan karena thrombus
a. Oklusi darah: oklusi darah terjadi bila bekuan darah menutupi intraluminal atau selubung fibrin
lumen kateter. Oklusi darah dapat terjadi misalnya adanya 2) Oklusi saat di aspirasi
residu darah dalam lumen kateter menyebabkan aliran darah Tidak mampu melakukan aspirasi darah tapi darah dapat
mengalir pelan. Tidak dilakukannya flush secara tepat adalah dialirkan tanpa ada resistensi
penyebab tersering dari oklusi darah. Dapat disebabkan oleh ‘ekor fibrin’
b. Formasi fibrin 3) Oklusi komplit
Tubuh manusia bereaksi terhadap setiap iritan dalam sistem Darah atau cairan tidak bisa mengalir dan juga tidak
vascular dengan membentuk fibrin di sekitar iritan. Pada dapat dilakukan aspirasi
kateter HD, tubuh melihat kateter sebagai objek asing dan
membentuk fibrin dan trombus di sekitarnya (Santili, 2002).

PITNAS IPDI PADANG, 15 Nopember 2019 Page 7



Tata laksana komplikasi Tatalaksana:
1. Pireksia § Minta pasien untuk napas dalam dan mencoba mengubah
Dengan atau tanpa menggigil setelah pembilasan, tenggorokan posisinya.
sakit, tidak enak badan, hipotensi, takikardia, syok, infeksi exit
site atau tunnel PRINSIP UMUM PERAWATAN KATETER HD
Kemungkinan penyebab: infeksi aliran darah yang berhubungan 1. Perawatan kateter HD dilakukan oleh perawat yang terlatih,
dengan kateter kompeten dan mengikuti prosedur dengan benar (CDC, 2011,
Tatalaksana: kategori IA)
§ Konsulkan pada staf medis, dapat ditangani tanpa harus 2. Selalu menggunakan teknik aseptic, non touch saat melakukan
melepas kateter tergantung pada status klinis pasien dan perawatan kateter (CDC, 2011, kategori IB)
kolonisasi organism. 3. Gunakan tindakan pencegahan standar :
§ Mengambil kultur darah dari tiap lumen dan perifer § Cuci tangan.
2. Inflamasi exit site § Gunakan sarung tangan (tidak steril) untuk melepas kassa
Ada atau tidak eksudat dressing dan gunakan sarung tangan steril untuk prosedur
Kemungkinan penyebab: infeksi berikutnya,
Tatalaksana: § Gunakan gown non steril / apron
§ Ambil swab § Gunakan masker
§ Konsulkan pada staf medis, dapat membaik dengan 4. Mencuci tangan menggunakan sabun antiseptic, sebelum dan
pemberian antibiotik setelah melakukan palpasi lokasi insersi kateter, sebelum dan
3. Saat aspirasi darah tidak keluar / aliran tidak lancar setelah melakukan insersi kateter, sebelum dan setelah
Kemungkinan penyebab: mengkaji, memperbaiki atau mengganti dressing kateter (CDC,
§ Terdapat bekuan darah pada kateter 2011, kategori IB)
§ Terdapat selubung fibrin 5. Kateter hanya digunakan untuk tindakan dialysis tidak untuk
§ Kateter malposisi akses yang lain (kecuali bila tidak ada pilihan lain)

PITNAS IPDI PADANG, 15 Nopember 2019 Page 8



6. Kassa chlorhexidine direkomendasikan untuk melindungi daerah 11. Frekuensi penggantian dressing tergantung pada jenis balutan
insersi kateter (exit site) kateter non tunnel untuk mengurangi yang digunakan (CDC, 2011, kategori IB)
risiko CRBSI. (CDC, 2017, kategori IA) § Dressing kassa steril: diganti setiap kali tindakan HD (tiap 48
7. Bila sensitive terhadap chlorhexidine gunakan iodine atau jam) dan bila balutan basah, longgar atau kotor. Dressing
alcohol 70% sebagai alternative (CDC, 2011, kategori IA) kassa direkomendasikan bila pasien diaporetik, ada
The Society for Healthcare Epidemiology of America (SHEA) and perdarahan, eksudat atau terdapat tanda-tanda infeksi
the Infectious Diseases Society of America (ISDA) joint guideline § Dressing transparan steril : diganti setiap 7 hari dan bila
(Marschall, 2014) menyatakan bahwa chlorhexidine alkoholik dressing tampak kotor, lembab atau longgar.
memiliki aktivitas residu tambahan (hingga 24 jam) dibandingkan 12. Gunakan teknik aseptik bersih dengan tindakan pencegahan
dengan alkohol 70%. tambahan sebagai berikut:
8. Jangan berikan antimikroba sistemik profilaksis secara rutin § Gunakan peralatan dan bahan steril dan teknik “tanpa
sebelum pemasangan atau selama penggunaan kateter sentuhan” saat memegang kateter dan port kateter dan
intravaskular yang ditujukan untuk mencegah kolonisasi kateter merawat exit site.
atau CRBSI (CDC,2011, kategori IB) § Gunakan alas steril di bawah port kateter.
9. Gunakan salep antiseptik povidone iodin atau salep bacitracin / § Gunakan kassa antiseptik dan gosok dengan kuat untuk
gramicidin / polymyxin B pada exit site kateter hemodialisis, membersihkan hub port kateter ("hub scrub").
setelah pemasangan kateter dan pada akhir setiap sesi dialisis § Gunakan kassa antiseptik terpisah untuk setiap konektor /
hanya jika salep ini tidak berinteraksi dengan bahan kateter port
hemodialisis, sesuai rekomendasi dari produsen. (CDC, 2011, § Biarkan antiseptik mengering untuk efek maksimal.
kategori IB) § Hub terbuka sesingkat mungkin
10. Minimalkan risiko kontaminasi dengan menggosok port akses § Gunakan NaCl steril dalam syringe untuk melakukan flush
dengan antiseptik yang sesuai (chlorhexidine, povidone iodine, lumen kateter.
iodophor, atau alkohol 70%) dan mengakses port hanya dengan § Perhatikan jangan sampai ada udara yang masuk ke dalam
perangkat steril (CDC, 2011, kategori IA) lumen kateter.

PITNAS IPDI PADANG, 15 Nopember 2019 Page 9



PANDUAN PERAWATAN KATETER HD 4. Gunakan masker (perawat dan pasien)
5. Gunakan sarung tangan non steril

PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN 6. Minta pasien untuk menghadap ke arah yang berlawanan

1. Sarung tangan bersih dengan posisi kateter

2. Sarung tangan steril 7. Posisikan pasien dengan nyaman

3. Gown / apron 8. Buka set steril

4. Masker (2) / pelindung mata 9. Siapkan semua bahan-bahan agar mudah untuk diambil /

5. Dressing pack steril : digunakan:

§ Sarung tangan steril a. NaCL

§ Kassa steril b. kassa antiseptik

§ Underpad c. Spuit 10 cc

§ Tray 3 tempat 10. Lepaskan dressing dengan hati-hati jangan sampai kateter

§ Pinset tertarik atau berubah posisi

6. Syringe 10 cc 11. Amati kateter, kondisi exit site, kulit di sekitarnya dan

7. Syringe 3 cc jahitan/fiksasi. Bila ada tanda-tanda infeksi pada area exit site,

8. Kassa antiseptik (chlorhexidine 2%) lakukan swab untuk kultur dan sensitifitas.

9. Hipafix / transparent 12. Pastikan kateter sudah terfiksasi dengan baik.

10. NaCl 13. Gunakan sarung tangan steril

11. Tempat sampah 14. Pasangkan underpad dibawah / di dekat posisi exit site kateter
15. Perawatan exit site :

KEGIATAN: a. Menggunakan kassa antiseptik, gosok kulit di area exit site,


1. Cuci tangan dengan gerakan melingkar dari exit site ke arah luar. Biarkan
2. Persiapkan alat dan bahan mengering.
3. Gunakan gown / apron

PITNAS IPDI PADANG, 15 Nopember 2019 Page 10



b. Bersihkan kateter bagian atas dan bawah dengan lembut dari 17. Locking heparin
arah exit site ke arah luar, biarkan mengering a. Siapkan heparin sesuai dengan volume lumen yang tertera
c. Bila diperlukan oleskan salep antimikroba pada kateter
d. Pastikan kateter dalam posisi natural untuk menghindari b. Konsentrasi heparin yang digunakan 1000-5000 unit, yang
kinking dan tertekan/tertarik pada posisi exit site. sering digunakan adalah 5000 unit/ml/lumen. Volume total
e. Tutup exit site dengan kasa steril atau dressing oklusif dari heparin harus sama dengan volume internal dari masing-
transparan sesuai kebijakan unit. masing lumen
16. Bila akan memulai HD: c. Saat mengakhiri HD, kateter arterial disambungkan dengan
a. Gosok sambungan hub dengan kassa antiseptik spuit 10cc yang berisi NaCl steril, lakukan flush dengan
b. Buka hub dengan teknik non touch cepat.
c. Sambungkan dengan spuit 10cc d. Setelah venous line dilepas dari kateter HD, lakukan flush
d. Buka klem arterial, tarik heparin lock dan bila ada bekuan pada lumen venous menggunakan spuit 10cc yang berisi
darah, klem kembali lumen. (Lumen kateter berisi heparin, NaCL steril
bila akan digunakan, heparin tersebut harus dikeluarkan e. Sambungkan spuit yang berisi heparin dengan lumen arterial,
terlebih dahulu dengan menggunakan spuit). buka klem, dorong heparin dengan cepat, lalu klem kembali.
e. Lepaskan spuit, buang heparin lock, sambungkan kembali (pertahankan tekanan positif pada lumen). Tutup lumen
spuit, lakukan aspirasi untuk mengecek kelancaran akses. f. Ulangi hal yang sama pada lumen venous
f. Sambungkan lumen dengan spuit 10cc yang telah terisi Nacl 18. Rapikan posisi ujung luar kateter
steril, buka klem, kemudian lakukan flush pada lumen,
minimal 10cc NaCl DOKUMENTASI
g. Klem lumen, biarkan spuit tetap tersambung dengan lumen 1. Dokumentasikan kondisi exit site dan lakukan dressing sesuai
kateter. protokol unit.
h. Lakukan hal yang sama pada lumen arterial 2. Dokumentasikan bahwa dokter telah diberitahu dan swab telah
i. Hemodialisis menggunakan kateter HD siap dimulai di kirim ke lab

PITNAS IPDI PADANG, 15 Nopember 2019 Page 11



3. Dokumentasikan tindakan setelah menerima hasil pemeriksaan critical to weighing the risks and benefits of a
lab. given intervention.

KATEGORI REKOMENDASI (CDC)


KEPUSTAKAAN
CATEGORY MEANING
Bard Access Systems (1998). Soft-Cell and Opti-flow
IA Hemodialysis Apharesis Catheter: Nursing Procedur Manual. Salt
A strong recommendation supported by high-to-
Lake City,Utah
moderate quality evidence suggesting net
clinical benefits or harms. Centers for Disease Control (2009). Central Line Insertion
Practice (CLIP) Adherence Monitor
IB CDC. (2011). Guidelines for the Prevention of Intravascular
A strong recommendation supported by low-
Catheter-Related Infections, Accessible version:
quality evidence suggesting net clinical benefits
https://www.cdc.gov/infectioncontrol/guidelines/bsi/
or harms, or an accepted practice (e.g., aseptic
technique) supported by low-to-very low-quality CDC. (2017). 2017 Updated Recommendations on the Use of
Chlorhexidine-Impregnated Dressings for Prevention of Intravascular
evidence. Catheter-Related Infections. Accessible version:
https://www.cdc.gov/infectioncontrol/guidelines/bsi/c-i-
IC
A strong recommendation required by state or dressings/index.html
federal regulation.
Centre for Healthcare Related Infection Surveillance and
II Prevalence (2009) Preventing Intravaskular Device related
A weak recommendation supported by any Bloodstream Infection: Recommended Practice for the Insertion and
quality of evidence suggesting a tradeoff Management of the Haemodialysis Catheters. Queensland
between clinical benefits and harms.
Government
Develter W et al. (2005). Survival and Complications of
No recommendation/ An unresolved issue for which there is either Indwelling Venous Catheter for Permanent Use In Haemodialysis
Patients. Artif Organs 29(5): 399-405
unresolved issue low-to-very low-quality evidence with uncertain
tradeoffs between benefits and harms or no Dinwiddie, LC. (2004). Managing Catheter Dysfunction for
published evidence on outcomes deemed Better Patient Outcomes: A Team Approach. Nephrol Nurs J 31(6):
653-660.

PITNAS IPDI PADANG, 15 Nopember 2019 Page 12



Nottingham Renal and Transplant Unit (2007). Guideline for
D. Maya Ivan; Tamorie Smith; Michael Allon. (2010). Does the the Diagnosis and Treatment of Central Venous Catheter related
Heparin Lock Concentration Affect Hemodialysis Catheter Patency? Infections in Haemodialysis Patients
Clin J Am Soc Nephrol. 2010 Aug; 5(8): 1458–1462.
Raad I et al. (1993). Ultrastructural Analysis of Indwelling
doi: 10.2215/CJN.01230210
Vascular Catheter: A Qualitative Relationship Between Luminar
Colonication and Duration of Placement. J of Infectious Dis 168: 400-
Fionnuala O’Neill. (2016) Guideline for clinical staff on the care 407
of: permcath vascath. Our Lady’s Children’s Hospital, Crumlin
Ross, JR. (2003). Optimising Catheter Tip Positioning.
Great Ormond Street Hospital for Children NHS Trust (GOSH) Endovascular Today July/Aug 2003, Archives /
(2009) Central venous access (temporary) for extracorporeal www.endovasculartoday.com.
therapies.
http://www.ich.ucl.ac.uk/clinical_information/clinical_guidelines/cpg_ Scott O Trerotola,MD.(1999). Hemodialysis Catheter
guideline_00065. di download tanggal 28 April 2009 Placement and Management. June 2000 Radiology, 215, 651-658.
IRR. (2016). 9th Report of Indonesian Renal Registry
Trerotola, SO. (2000). Haemodialysis Catheter Placement and
IRR. (2017). 10th Report of Indonesian Renal Registry Management. Radiology 215: 651-658
Leonard A. Mermel,et al (2001) Guidelines for the
management of intravascular catheter-related infections. Clinical Twardowski, Z. (1998). The Clotted Central Vein Catheter for
Infectious Disease 2001;32:1249-72 Haemodialysis. Nephrol Dial Transplant 13:2203 -2206.

National Kidney Foundation K/DOQI (2006) Guidelines for University London Hospital (2006) Central Venous Catheter
vascular access Care. For Nurses and Allied Health Professionals
NHS, Greater Glasgow and Clyde (2008).Care and Vascular Access Guideline. (2017). Central Venous Catheter
Maintenance of Central Venous Catheter Devices (CVC): Dressing Change & Exit Site Care. (Approved Aug 15,
NHS, Greater Glasgow and Clyde. (2005) Guidelines for the 2011/Updated Dec 5, 2017). Resources -
Management of Acute Haemodialysis.Renal Unit,Royal Hospital for www.bcrenalagency.ca/health-professionals/clinical-
Sick Children, Yorkhill Division resources/vascular-access

NKF. (2006). 2006 Updates Clinical Practice Guidelines and Vesely, TM. (2003). Central Venous Catheter Tip Position: A
Recommendations. Accessible version: Continuing Controversy. JVIR 14: 527-534.
https://www.kidney.org/sites/default/files/docs/12-50-
0210_jag_dcp_guidelines-pd_oct06_sectionb_ofc.pdf Wong, JK et al. (2002). Analysis of Early Failure of Tunnelled
Haemodialysis Catheters. AJR 179: 357-363, 2002.

PITNAS IPDI PADANG, 15 Nopember 2019 Page 13

Anda mungkin juga menyukai