Anda di halaman 1dari 16

TEKNIK DAN PROSEDUR

PEMASANGAN CAPD

Oleh:
Metalia Puspitasari
Pendahuluan
◦ 1950-1960 : PD hanya untuk GGA
◦ Pasien GGK  Hemodialisis
◦ CAPD sejak 1976  metode efektif TPG pada GGK
◦ CAPD underutilized, padahal memiliki banyak keuntungan
◦ Keuntungan CAPD : menjaga “residual renal function”, clearance lebih baik
terhadap middle molecule, control volume dan tekanan darah lebih baik,
pembatasan makanan lebih sedikit, memperbaiki kualitas hidup, cost
effectiveness, survival rate sama dengan HD
Pendahuluan
◦ PD cath dimasukkan ke dalam cavum abdomen oleh dokter bedah, radiologist
intervensi atau nephrologist
◦ Operasi : open technique atau laparoscope
◦ Nephrologist : peritoneoscopic atau fluoroscopy-assisted dengan atau tanpa USG
guidance
◦ Setiap teknik memiliki keunggulan dan kelemahan
Metode Operasi
◦ Metode ini terdiri dari pembedahan lapisan-lapisan jaringan.
◦ Irisan pada kulit 3-5 cm, irisan pada musk rectus 2-3 cm, sampai terlihat peritoneum
parietal
◦ Iris peritoneum parietal  angkat peritoneum (supaya didapatkan space antara
peritoneum parietal dan visceral)
◦ Cuff yang dalam akan difiksasi dibawah musk rektus
◦ Menggunakan general anestesi
Metode Laparoskopi
◦ Metode ini menjadi popular di kalangan dokter bedah
◦ Irisan yang lebih kecil (2-3 mm) karena diameter port lebih kecil dan port yang lebih
sedikit (1-3) untuk menempatkan kateter sehingga menurunkan risiko komplikasi dan
memperpendek waktu pemulihan.
◦ Lysis adhesion, omentopexy, peritoneal biopsy dan perbaikan hernia dapat dilakukan
sekaligus ketika insersi cath tenckhoff
◦ Dapat melihat kondisi intraperitoneum, mengurangi risiko iatrogenic
◦ General anesthesia
◦ Metode ini lebih mahal dibanding teknik percutaneous, membutuhkan analgesik lebih
besar
◦ Teknik ini untuk perbaikan kateter disfungsi (displaced, obstruksi (adhesi, omental
wrapping)
Metode Peritoneoskopi
◦ Metode ini menggunakan peritoneoskopi panjang (diameter 2,2 mm, panjang 15 cm)
◦ Untuk melihat dan menentukan lokasi yang tepat untuk menempatkan PD cath
◦ Dimasukkan udara 600-1000 cc ke dalam rongga peritoneum (pneumoperitoneum) 
mencegah perforasi usus
◦ Keteter dimasukkan tanpa incise (menggunakan trocar)
◦ Cuff ditempatkan di dalam musk rectus tanpa ada irisan
◦ Menurunkan risiko cath terbelit usus, omentum, mencegah adhesi
◦ Nephrologist terlatih
◦ Anestesi lokal (bisa dengan atau tanpa sedasi)
Blind Method
◦ Rongga peritoneum diisi normal saline dan jarum diinsersi melalui dinding abdomen
◦ Guidewire ditempatkan
◦ Tanpa visualisasi
◦ Cuff bag dalam diletakkan diluar musc rektus abdomen
◦ Lokal anestesi
Komplikasi
◦ Perforasi visceral : jarang terjadi, 0,8% dari 750 kasus dengan metode peritoneoskopi
(Asif et al., 2003), tidak ditemukan perforasi pada 34 pasien dengan fluoroscopy assisted
(Zaman et al., 2005)). Perforasi biasanya kecil dan dapat sembuh sendiri tanpa intervensi (Maya,
2007)

◦ Migrasi kateter peritoneal : sering terjadi, Segera lakukan foto polos abdomen
◦ Pilihan terapi non bedah : laxative dan enema untuk mencoba reposisi kateter,
manipulasi menggunakan guidewire dengan didampingi fluoroskopi, ganti kateter
Komplikasi
◦ Terbungkus omentum : Jika ini terjadi, dibutuhkan intervensi pembedahan  revisi
laparoskopi / pembedahan

◦ Disfungsi kateter : Jika gangguan pada saat pengeluaran cairan  perbaikan non-
invasive terlebih dahulu

◦ Jika didapatkan pergeseran posisi ujung kateter : 1. Dorong cepat kateter


menggunakan saline, 2. Pemberian heparin, 3. Gunakan guidewire. Jika hal diatas
tidak membaik, teknik laparoskopi adalah pilihan untuk reposisi. Jika didapatkan
riwayat operasi sebelumnya, sebaiknya dilakukan pembedahan, karena risiko adanya
adhesi
Komplikasi
◦ Kebocoran kateter : 20% kejadian.
◦ Early leaks (dalam 30 hari) terkait dengan penempatan kateter, external leakage,
kebocoran pada daerah sobekan (incision site atau exit site), 11,3% vs 1,3% kejadian
lebih banyak pada kelompok bedah. Kebocoran  penghentian sementara CAPD (1-
3 minggu).
◦ Late leaks (setelah 30 hari)karena problem mekanik atau sobekan pada membrane
peritoneum, internal leakage ke rongga peritoneum, dinding abdomen dan genitalia
externa. Kebocoran dapat dicegah dengan menggunakan teknik menjahit yang
melingkari kateter jika dilakukan insisi
◦ Harus dilakukan penutupan yang benar pada daerah peritoneum parietal dan musc
rectus (dengan berbagai metode), meletakkan cuff dibawah musc rectus
Komplikasi
◦ Hernia : Faktor risiko hernia adalah obesitas, penyakit ginjal polikistik, riwayat operasi
abdomen sebelumnya, kehamilan multiple, penggunaan steroid sebelumnya, hipotiroid,
penyakit paru kronik. Hernia butuh repair (penghentian CAPD bbrp minggu). Sering terjadi
pada metode bedah (daerah insisi), atau jika menggunakan port diameter besar (10 mm)

◦ Peritonitis dan infeksi exit site : Berkurang dengan penggunaan antibiotik preoperative dan
cuci tangan dengan benar (pasien dan tenaga medis). Penggunaan kateter setelah 2
minggu dan menghindari penggantian kassa terlalu sering menurunkan kejadian infeksi

◦ Anestesi total : Pasien CKD memiliki kondisi komorbid yang multiple, berbahaya jika insersi
menggunakan bius total. Penggunaan bius lokal atau sedasi ringan lebih menguntungkan.
Kesimpulan
◦ Minimal invasive dan teknik yang aman di tangan nephrologist  kunci utama
◦ Perawatan kesinambungan penggunaan PD

◦ Metode oprasi dilakukan pada kondisi pasien yang lebih kompleks (riwayat operasi
sebelumnya atau memiliki faktor risiko terjadinya disfungsi kateter).
Terima Kasih
Semoga Bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai