Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang.
Hemodialisa adalah pengobatan bagi orang yang menurun fungsi ginjalnya.
Hemodialisa mengambil alih fungsi ginjal untuk membersihkan darah dengan cara
mengalirkan melalui “ginjal buatan”. Hal yang melatar berlakangi isi makalah ini di
harapkan agar pengobatan hemodialisa dapat di cegah bagi para penderita penurunan
fungsi  ginjal dengan lebih meningkatkan asupan cairan bagi fungsi ginjal yang belum
kronis.
Haemodialysis adalah pengeluaran zat sisa metabolisme seperti ureum dan zat
beracun lainnya, dengan mengalirkan darah lewat alat dializer yang berisi membrane yang
selektif-permeabel dimana melalui membrane tersebut fusi zat-zat yang tidak dikehendaki
terjadi. Haemodialysa dilakukan pada keadaan gagal ginjal dan beberapa bentuk keracunan.
Banyak orang merasa tak nyaman dan ragu-ragu saat-saat pertama dilakukan hemodialisa.
Saat dilakukan hemodialisa sebenarnya anda tidak akan merasakan apa-apa, beberapa orang
akan merasa lelah setelah selesai dilakukan hemodialisa terutama bila baru beberapa kali
hemodialisa. Setelah beberapa kali hemodialisa maka cairan yang berlebih dan racun dari
tubuh anda akan berkurang, anda akan merasa kembali bertenaga.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Peserta latih di harapkan mampu mengetahui teknik HD khusus
2. Tujuan Khusus
a) Jenis HD khusus
1) Intermitent Renal
2) Prolonged Renal Replecement Therapi (PIRRT)
3) Hemodiafiltrasi
4) Hemofiltrasi
5) Hemofiltration Reinfusion
6) HD pada anak
b) Teknik HD khusus (PIRRT)
1) Isolated Ulltrafiltration

1
2) Teknik SLED

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. JENIS HD KHUSUS
1. Intermitent Renal
RRT dapat bersifat intermiten (IRRT- dilakukan selama kurang dari 24 jam
dalam setiap periode 24 jam, dua hingga tujuh kali per minggu) atau terus menerus
(CRRT- dilakukan terus menerus tanpa gangguan sepanjang hari). Telah disarankan
bahwa CRRT memiliki beberapa keunggulan dibandingkan IRRT termasuk stabilitas
hemodinamik yang lebih baik (kontrol tekanan darah dan sirkulasi darah), peningkatan
kelangsungan hidup dan kemungkinan pemulihan ginjal yang lebih besar. Tinjauan
sistematis kami mengidentifikasi 15 penelitian acak dengan 1550 pasien yang
membandingkan CRRT dengan IRRT. Kami tidak menemukan perbedaan antara CRRT
dan IRRT sehubungan dengan kematian, pemulihan ginjal, dan risiko ketidakstabilan
hemodinamik atau episode hipotensi.
Intermitten Renal terbagi menjadi 2 yaitu:
a. IHD
b. IUF
1) Keuntungan dari IHD yaitu:
a. Waktu pendek
b. Sedikit atau tanpa anti koagulan (mengurangi resiko perdarahan)
c. Sangat efisien mengangkat cairan dan elektrolit (pada hiperkalemi)
d. Tidak perlu bedrest
e. Fleksibel : mesin dapat digunakan dengan membran perpanjang mode
(meningkatkan efikasi)
f. Murah
2) Kekurangan :
a. Tenaga harus tersertifikat dan harus ada sirkuit air (RO)
b. Dampak hemodinamik tidak stabil
c. Potensi ketergantungan
3) Kontra indikasi :

2
Trauma brain injury.
2. Prolonged Renal Replacement Therapy ( PIRRT)
Gangguan ginjal akut sangat umum terjadi pada pasien yang di rawat inap dan terkait
dengan morbiditas dan kematia tinggi. Hemodialisis Intermiten (IHD) dan terapi pengganti
ginjal continue (Continue Renal Reflecement Terapi/CRRT) merupakan andalan untuk renal
support untuk pasien kritis dengan AKI. Saat ini terapi dialysis hybrid, yang merupakan
terapi pengganti ginjal dialisisi dengan durasi yang lebih di panjangkan dengan dasar
intermiten, menjadi lebih popular karena merupakan TPG yang aman dan hemat biaya
terhadap pasien kritis dengan AKI. Tujuan terapi dialysis hybrida, sekarang sering di sebut
sebagai Prolonged Intermittent Renal Replacement (PIRRT) setara di dalam dosisekuivalen
dengan rekomendasi saat ini untuk IHD dan CRRT tanpa mengurangi efisiensi atau
keselamatan pasien.
PIRRT telah digunakan sebagai pengganti CRRT pada penderita sakit kritis
dengan AKI dengan hemodinamik yang tidak stabil . Pilihan untuk melakukan PIRRT
dibanding CRRT dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti: untuk mengurangi biaya dengan
menghindari larutan CRRT yang mahal, ketidak tersediaan mesin CRRT, dan
kemampuan untuk melakukan TPG pada pasien hemodinamik tidak stabil. Di Beberapa
institusi, PIRRT digunakan sebagai transisi terapi dari CRRT ke IHD dimana keadaan
hemodinamik pasien secara berangsur-angsur membaik saat dirawat di rumah sakit
terutama di ICU. Jika status hemodinamik pasien membaik untuk dihentikannya CRRT,
namun belum stabil untuk dilakukan IHD, maka PIRRT adalah pilihan untuk
mencegah periode hipotensi saat dilakukan dialisis.
DEFINISI Dialisis hibrid adalah penggabungan atau pencangkokan (hibrid) antara
teknik IHD dengan CRRT. Masing-masing modalitas mempunyai kerugian dan keuntungan.
Pada IHD terjadi proses hemodia-filtrasi dalam waktu singkat, 4 sampai 5 jam setiap hari
atau selang sehari. Selain itu IHD mempunyai keuntungan dalam efisiensi dan akurasi
proses dialisis maupun ultrafiltrasi. Kerugian dari proses filtrasi dan dialisis yang
berlangsung bersamaan dalam waktu yang singkat adalah hemodinamik pasien menjadi
tidak stabil. Pada proses CRRT, hemofiltrasi terjadi secara lambat tanpa henti (kontinu)
selama 24 jam penuh, sehingga hemodinamik pasien menjadi stabil.
Kerugiannya adalah bahwa proses dialisis baru efektif bila filtrasi dilakukan minimal
35 cc/menit. Hal ini menyebabkan sangat besarnya volume cairan pengganti (substitusi)

3
yang dibutuhkan (> 40 liter/hari), akibatnya harganya menjadi mahal. Dalam dekade
terakhir terjadi kemajuan pesat dalam pengembangan mesin maupun membran untuk
terapi dialisis. Kemajuan di bidang ini menghasilkan berbagai modifikasi,antara lain
membran yang lebih biokompatibel, dialisis bikarbonat dan mesin pintar yang dapat
mengatur ultrafiltrasi juga kemampuan natrium-bicarbonate profiling sehingga tersedia
berbagai modalitas IHD. Dialisis hibridmengawinkan kelebihan baik dari CRRT maupun
dari IHD. Pada hybrid dialisis dilakukan proses hemodialisis, tetapi efisiensinya dikurangi
dengan cara memperlambat aliran dialisis (Qd)dan aliran darah (Qb)sehingga risiko
gangguan hemodinamik dikurangi. Namun untuk mencapai efisiensi yang cukup waktu
dialisis (tD)dibuat lebih lebih lama (6 sampai 12 jam). Keuntungan lain adalah bahwa
hybrid dialisis tidak dilakukan selama 24 jam, sehingga pasien mempunyai waktu untuk
prosedur diagnostik atau terapi lainnya.
Secara ringkas maka digunakan istilah-istilah berikut untuk digunakan dalam klinis :
(a) Istilah PIRRT, pada awalnya dikenalkan tahun 2002 oleh Marshal, meliputi
metode konveksi dan difusi, dan saat ini diterima sebagai terminologi untuk menjelaskan
bentuk hibrida dari terapi pengganti ginjal.Marshal mengusulkan pergantian
nomenklatur menjadi Prolonged Intermittent Renal Replacement Therapy (PIRRT), dengan
alasan sebagai berikut:(1)Dialisis intermiten mempunyai efisiensi yang tinggi dengan waktu
yang singkat (<12 jam) tetapi hemodinamik kurang stabil.

3. Hemodiafiltrasi
a. Definisi HDF
adalah teknik penggantian ginjal extrakorporal menggunakan membran yang sangat
permeabel dimana hemodialisis (difusi) dan hemofiltration (konveksi)
dikombinasikan untuk meningkatkan pembersihan zat terlarut pada spektrum berat
molekul yang luas. Modalitas yang berbeda dari HDF saat ini telah diterapkan
dalam praktek klinis, namun pada dasarnya terapi tersebut adalah kombinasi dari
difusi dan konveksi untuk mencapai hasil yang optimal
b. Tipe-Tipe Hemodiafiltrasi
1) Classic HDF
Teknik ini didasarkan pada tingkat pemberian cairan subsitusi tubuh
(reinfusion) sekitar 9 liter per sesi. Biasanya cairan subsitusi diberikan pada

4
darah yang telah melewati tabung dialiser atau postdilution (Gambar 11). Cairan
yang digunakan biasanya merupakan cairan infus komersial. Aliran darah yang
tinggi, >300 mL/menit, diperlukan untuk menghasilkan tingkat ultrafiltrasi yang
cukup pada tekanan gradien transmembran yang dapat diterima. Peralatan yang
dibutuhkan mencakup sistem kontrol ultrafiltrasi, pompa reinfusion, dan skala
yang mengukur berat kantong infus secara terus menerus. Teknik ini digunakan
selama bertahun-tahun sebelum modalitas on-line tersedia (Gambar 12). Dalam
beberapa kasus, jumlah reinfusion dapat serendah 3 L per sesi ("soft" HDF)
seperti dalam kasus biofiltrasi atau mencapai 15 L per sesi seperti pada "hard"
HDF yang akan dibahas selanjutnya
2) Acetate-free biofiltration Acetate-free biofiltration
adalah bentuk khusus dari HDF di mana cairan dialisat dan cairan subsitusi
benar-benar terbebas dari asetat. Jumlah rata-rata cairan pengganti dititrasi
berdasarkan tingkat bikarbonat darah dan bervariasi antara 6 hingga 9 L per sesi
[8].
3) High-volume HDF (“hard” HDF) Pada beberapa jenis tipe klasik HDF, jumlah
pertukaran cairan dapat mencapai 15 L per sesi atau bahkan lebih. Karena tingkat
ultrafiltrasi yang tinggi, arus darah yang tinggi juga diperlukan, dan cairan
subsitusi terkadang diberikan pada mode predilution (sebelum darah masuk ke
dalam tabung dialisat). Meskipun teknik ini dapat menurunkan efisiensi terapi,
tetapi memungkinkan distribusi aliran darah secara optimal dalam hemodialyzer
dan menurunkan konsentrasi polarisasi protein polarisasi lebih rendah pada
membran dialiser [18].
4) d) On-line HDF Tingginya biaya cairan subsitusi komersial dan perkembangan
dalam teknologi persiapan cairan dialisat on-line telah mendorong
pengembangan teknik baru yang disebut HDF secara on-line (OLHDF) (Gambar
12). Cairan ultrapure dialisat diambil dari baris inlet dialisat, diolah dengan
beberapa langkah ultrafiltrasi, dan kemudian diinfusikan kembali sebagai cairan
pengganti. Dengan cara ini, sejumlah besar cairan subsitusi dengan harga yang
terjangkau dapat dihasilkan, dan HDF dapat dilakukan dengan volume cairan
yang sangat tinggi (hingga 30-40 L per sesi). Reinfusion cairan dapat diberikan
secara pre-atau postdilution atau bahkan keduanya dalam proporsi yang berbeda

5
5) Internal Filtration HDF Teknik ini merupakan perkembangan dari teknik on-line
HDF dimana backfiltered dialisat digunakan sebagai solusi pengganti dan
keseimbangan cairan dikelola oleh fungsi kontrol volume mesin HD. Jumlah
ultrafiltrasi biasanya tidak dapat dikendalikan dapat menjadi konsekuensi dari
pengobatan [28].
6) Paired Filtration Dialysis Teknik hemodiafiltration ini dikembangkan di Italia.
Teknik ini didasarkan pada 2 filter yang ditempatkan secara berurutan. Pertama,
hemofilter yang membersihkan cairan dan zat terlarut dengan proses konveksi,
dan yang kedua hemodialyzer yang membersihkan zat terlarut dengan proses
difusi (Gambar 13). Penggantian cairan infus diberikan di antara 2 unit. Terapi
ini meminimalkan interaksi antara konveksi dan difusi, mencegah backfiltration
pada hemodialyzer, dan ultrafiltrasi dapat diukur sewaktu-waktu untuk sehingga
dapat mengontrol pemberian cairan pengganti.
7) Middilution HDF Saat ini, filter khusus dengan 2 kompartemen membujur telah
dikembangkan untuk menciptakan teknik yang disebut middilution HDF. Pada
teknik ini, darah mengalir di kompartemen pertama dan memproduksi sejumlah
ultrafiltrasi, pada akhir kompartemen, darah diarahkan berlawanan pada
kompartemen darah kedua. Di ujung vena dari dialyzer, di tempat pelabuhan
vena, terdapat ruang khusus yang dirancang untuk menerima penggantian infus
cairan dan untuk menyusun kembali komposisi darah. Darah kemudian
meninggalkan dialyzer dan masuk ke dalam tubuh. Dialisat dalam sistem ini
mengalir 50% berlawanan darah, sedangkan 50% mengalir bersamaan dengan
darah.

8) Double High-Flux HDF Teknik ini juga digunakan 2 dialyzers high-flux secara
berurutan. Filtrasi terjadi di filter proksimal, sedangkan backfiltration terjadi di
unit distal. Arus darah yang tinggi digunakan dalam teknik ini, dan efisiensi yang
tinggi telah memungkinkan terapi dilakukan di bawah 2 jam tiap sesinya.

9) Push-Pull HDF Teknik ini menggunakan mekanisme yang mendaorong dan


menarik darah secara bergantian. Hal dapat dilakukan dengan 2 pompa yang
terdapat pada pre- dan postfilter. Ketika pompa postfilter dihentikan, filtrasi

6
terjadi, dan ketika pompa prefilter dihentikan, tekanan negatif diinduksi dalam
kompartemen darah menghasilkan backfiltration. Terapi ini dapat meningkatkan
proses konveksi sehingga pembersihan darah dapat lebih optimal

Dari modalitas HDF yang telah disebutkan di atas, teknik on-line hemodiafiltrasi
menjadi teknik yang paling efisien dibandingkan dengan teknik lainnya seperti high-flux
HDF dan classic HDF. Teknik on-line HDF, menghasilkan proses konveksi yang lebih
tinggi dibandingkan teknik lainnya sehingga hasil clearance yang diperoleh singnifikan.
Selain itu, terapi ini juga tergolong murah karena tidak membutuhkan cairan infus
melainkan menggunakan cairan dialisat sebagai cairan subsitusi. Meskipun demikian, on-
line HDF membutuhkan sistem penyaringan yang dapat mengubah air keran menjadi cairan
steril dengan kualitas yang dapat digunakan untuk terapi tersebut.

c. Aspek Klinis Pada Hemodiafiltrasi


Sebuah inovasi teknologi dalam terapi, seperti hemodialysis, akan dianggap layak
jika menunjukkan hasil, setidaknya 1 dari berikut: meningkatkan kelangsungan
hidup, meningkatkan kualitas hidup, atau pengurangan komplikasi. Berbagai
manfaat klinis HDF dapat dilihat di bawah ini.
i. Hipotensi pada dialisis Penghapusan zat terlarut dan cairan secara cepat
dapat menyebabkan gejala hipotensi yang merupakan komplikasi akut yang
paling umum dari HD. Dua puluh persen hingga 30% dari sesi dialisis
berkomplikasi terjadi hipotensi dan gejala yang mengikutinnya seperti kram
otot, mual, muntah, dan nyeri kepala . Hal ini dapat berpengaruh terutama
pada pasien lansia, pasien dengan diabetes, serta pasien dengan penyakit
jantung struktural. Berkurangnya komplikasi tersebut dapat memberikan
kontribusi yang signifikan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien gagal
ginjal. Pengurangann hipotensi intradialytic juga memungkinkan
penghapusan cairan yang cukup, membantu memulihkan euvolemia dan
kontrol tekanan darah yang lebih baik. Beberapa studi observasional
menunjukkan stabilitas hemodinamik intradialytic lebih baik ketika pasien
dirawat oleh terapi konvektif, termasuk HDF [42]. Studi meta-analisis
terkontrol acak menegaskan bahwa tekanan darah sistolik selama sesi dialisis

7
secara signifikan lebih tinggi, dan penurunan tekanan sistolik dapat terjadi
secara maksimal dengan modalitas konvektif dibandingkan dengan HD [36].
Mekanisme yang tepat dimana HDF dapat mempertahankan tekanan arteri
selama sesi dialisis tidak sepenuhnya dipahami. Beberapa faktor yang
mungkin berkontribusi pada adaptasi hemodinamik selama HDF, meskipun
spekulatif, diantaranya termasuk konsentrasi natrium yang tinggi dari cairan
dialisis dan cairan substitusi, pelepasan mediator vasokonstriktor, clearance
mediator vasodilator, dan peningkatan aktivitas simpatis memfasilitasi
denyut jantung dan resistensi vaskular
ii. Amyloidosis Dialysis-related amyloidosis (DRA) adalah gangguan yang
disebabkan oleh deposisi β2-mikroglobulin sebagai amiloid fibril pada
jaringan. Pengendapan amiloid pada jaringan secara histologis terjadi jauh
lebih awal daripada manifestasi klinis atau radiografi penyakit. Sebuah studi
postmortem prospektif pada pasien yang mendapatkan terapi HD
menemukan deposisi amiloid sekitar 21% dari pasien yang menerima HD
kurang dari 2 tahun, 50% pada 4 sampai 7 tahun, 90% pada 7 sampai 13
tahun, dan 100% pada lebih dari 13 tahun. Hingga sampai saat ini, belum
ada penelitian yang menunjukkan adanya perbedaan persentase DRA pada
pasien gagal ginjal yang menerima terapi HDF. Hal ini dikarenakan
manifestasi dari DRA timbul setelah deposisi β2-mikroglobulin selama
bertahun tahun [43].
iii. Anemia Anemia merupakan faktor risiko independen pada hipertrofi
ventrikel kiri dan kardiovaskular dan kematian pada pasien gagal ginjal dan
juga berdampak pada kualitas hidup. Meski masih kontroversial, beberapa
studi menunjukkan bahwa anemia dapat ditingkatkan pada pasien yang
dengan HDF sehingga dapat mengurangi dosis penggunaan erythropoietin
rekombinan (rHuEpo). Pengkoreksian anemia juga terkait dengan penurunan
faktor inflammation. Studi menunjukkan bahwa HDF meningkatkan
pembuangan racun uremik yang lebih besar dan dengan mengurangi keadaan
inflamasi pasien [44]. d) Kualitas hidup Kualitas hidup telah dinilai secara
khusus dalam 2 penelitian secara acak. Lin et al menunjukkan bahwa pasien
dengan HDF secara signifikan lebih baik daripada mereka yang menjalani

8
HD berdasarkan ukuran kesejahteraan pasien [45]. Meskipun demikian,
penelitian tersebut masih menggunakan alat scoring yang belum tervalidasi.
Di sisi lain, penelitian lainnya menemukan tidak ada perbedaan yang
signifikan dalam kualitas hidup berdasarkan Kidney Disease Questionnaire
[46].
iv. Mortalitas Sebuah tinjauan sistematis dari 20 studi tentang HDF, HF, dan
HD pada penderita gagal ginjal memeriksa berbagai titik akhir, termasuk
mortalitas.30 Meta-analisis untuk kematian dalam 6 studi (ukuran sampel
dikumpulkan = 388) dengan tindak lanjut mulai dari 12 sampai 48 bulan dan
menunjukkan bahwa angka kematian tidak berbeda nyata untuk modalitas
konvektif (HF, HDF, dan acetat-free biofiltration) dibandingkan dengan HD
(risiko relatif, 1,68; 95% confidence interval, 0,23-12,13). Namun, penilitian
tersebut mengingatkan bahwa tidak ada kematian dalam 4 studi yang
dianalisis, dan terdapat adanya heterogenitas intertrial yang signifikan
4. HEMOFILTRASI
a. Pengertian hemofiltrasi
Hemodialisa dengan HFR Revolution merupakan alat canggih menggunakan
teknik konveksi, difusi dan absorbs dengan mesin cuci darah khusus untuk
penderita gagal ginjal. Mengurangi gatal - gatal serta warna kulit menjadi
kehitaman dan mengurangi risiko komplikasi. Tindakan hemodialisa dengan
HFR Revolution dapat dikombinasi dengan alat Hemodialisa Standar yang
disesuaikan dengan jadwal tindakan hemodialisa.

b. Apa Keuntungan Cuci Darah dengan HFR

1) Mengurangi risiko peradangan pada pasien cuci darah

2) Meningkatkan hemoglobin (zat besi)

3) Tidak banyak membuang protein sehingga baik untuk pasien malnutrisi

4) Sangat cocok untuk penanganan pasien gagal ginjal yang disebabkan oleh
keracunan obat atau zat lain

5) Mengurangi gatal, gangguan jantung dan warna kulit kehitaman pada


pasien gagal ginjal secara signifikan

9
6) Mengurangi komplikasi intradialisis seperti tekanan darah rendah, kram,
dan mual

5. Hemofiltration Reinfusion (HFR)


a. Pengartian
HFR adalah terapi pengganti ginjal yang menggunakan prinsip difusi,
konfeksi dan absorbsi. Teknik ini menggnakan 2 filter high flux untuk fase
konfeksi, dan satu low flux untuk fase difusi. Selain itu di perlukan satu
absorbent.darah melalui hemofilter ( high flux) kemudian menembus
absorben, di absorben toxin akan terabsorbsi, setelah melalui absorbent akan
dikembalikan/ reinfusion ke sirkulasi ekstrakoporeal dengan dialiser low
flux.
b. Manfaat Klinis HFR
 Absorbent yang dipakai secara signifikan dapat menurunkan kadar
toksin molekulo sedang, sitoksin dan homosistein
 HFR meningkatkan kliren fosfat yang akan mengurangi gangguan
tulang
 Absorbent tidak mengikat assam folat dan vit b12
 Mengurangi hilangya asam amino
6. HD pada Anak
 Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan masalah kesehatan dengan
insidensi yang terus meningkat saat ini
 1-3 anak per 1 juta penduduk pertahun terkena gagal ginjal terminal
 Terapi yang diberikan akan memperpanjang hidup, tapi tidak
menyembuhkan. Pasien akan selalu tergantung pada terapi pengganti
 Penyebab terjadi gagal ginjal pada anak
1) Anak usia < 5 tahun penyebab paling yang paling sering adalah
kelainana kongenital ( hipoplasia ginjal atau uropati
obstruktif, atau displasia)
2) Usia > 5 tahun peneybab penyakit terbanyak adalah genetik
 Faktor risiko
1) Riwayat keluarga: penyakit polikistik ginjal

10
2) Riwayat gagal ginjal akut
3) Hipoplasia atau displasia ginjal
4) Penyakit saluran kemih terutama obstruksi
5) Hipertensi
6) Riwayat lupus eritematosus sistemik
 Prescription initiaton hemodialisis
1) Sesi pertama HD tidak lebih dari 2-3 jam
2) Semua anak akan dilakukan hemodialisis menggunakan mesin
dengan cairan bikarbonat
3) Blood pump rata-rata 6-7 ml/kg/mnt atau 150-200 ml/menit tetapi
juga tergantung pada kelancaran kateter dan ukuran pasien
4) Target ultrafiltrasi tidak melebihi 0,2 ml/kg/mnt untuk pasien
akutb selalu di monitor hypovolemik dan hypotensi
5) Sodium profiling
6) Kt/vdan PCR sebagai parameter untuk menentukan
7) kebutuhan terapi dialisis pasien

B. Teknik HD khusus (PIRRT)


1. Isolated Ultrafiltration
a. Pengertian Isolated
Ultrafiltration (ISO UF) adalah salah satu teknik sederhana yang digunakan
untuk mengatasi atau mengurangi kelebihan cairan, tanpa adanya dialisis (difusi).
b. Tujuan Isolated Ultrafiltration
Tujuan dari Isolated Ultrafiltration adalah mengurangi atau mengatasi kelebihan
volume cairan (Overload), tanpa pengurangan osmolaritas.
c. Indikasi Isolated Ultrafiltration (ISO UF)
Indikasi pasien dilakukan Isolated Ultrafiltration adalah pasien yang mengalami
kelebihan volume cairan (Overload).
2. Teknik SLED
SLED (Sustained Low Efficiency Dialysis) atau Dialvsis Hibrid atau PIRRT
(Prolonged Intermittern Renal Replacement Therapy) pada dasarnya mengawinkan
setiap keunggulan dari CRRT maupun IHD. Pada hibrid dialysis dilakukan

11
hemodialisis, tetapi efisisnsinya dikurangi dengan cara memperlambat aliran dialisis
(QD) dan aliran darah (QB) sehingga resiko gangguan hemodinamik berkurang.
Namun untuk mencapai efisiensi yang cukup, waktu dialysis (TD) dibuat lebih lama
6- 12 jam. Biasanya dilakukan juga profilling natrium, Suhu, dan kadar bicarbonat
dari cairan dialisat dengan tujuan tidak terjadi perubahan hemodinamik yang
ekstrim. Teknik ini mengutamaan difusi dibandingan dengan konveksi dan fltrasi.
Keuntungan lainnya adalah hibrid dialysis tidak dilakukan selama 24 jam, sehingga
pasien mempunyai waktu untuk prosedur diagnostik dan therapy lainnya, Bila SLED
dilakukan setiap hari maka disebut dengan SLED-D (Daily). Tindakan SLED secara
teknis sebagai berikut :
a) Mesin
Pada dasarnya semua mesin hemodialisis dapat dipergunakan asal dapat
memperlambat aliran darah (Qb: 100-300 ml/menit) dan aliran dialisat (Qd: 300 -
500 ml/menit) serta dapat mengatur profil natrium, profilling bikarbonat,
profiling ultrafiltrasi dan suhu cairan dialisat. Mesin yang dipakai hendaknya
mesin dengan volumetric control.
b) Waktu
Lamanya dialisis tergantung kebutuhan, berkisar antara 6 sampai 12 jam.
Makin tidak stabil hemodinamik pasien akan makin kecil ultrafiltrasi yang dapat
dilakukan setiap jamnya (UF-rate). Akibatnya akan makin panjang waktu dialisis
yang dibutuhkan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Flieser & Kielstein (2004)
dilaporkan bahwa SLED yang dilakukan selama 12 jam setiap hari sama
efisiensinya dengan CVNH yang dilakukan selama 24 jam.
c) Aliran darah (Qb), aliran dialisist (Qd) dan ultrafiltration rate (UFR)
Aliran darah (Qb) dilakukan serendah mungkin agar kondisi
hemodinamik pasien tetap stabil tetapi dijaga agar tidak terjadi pembekuan darah
dalam saluran dialisis atau ginjal buatan. Biasanya aliran diatur sebesar 100-150
cc/menit. Aliran dialisis (Qd) diusahakan diantara 100-300 cc/menit. Pada
beberapa merk mesin, Qd tidak dapat diturunkan < 300 cc/menit. Pada keadaan
ini waktu dialisis sekurangnya dibuat 8 jam. Ultrafiltration rate (UFR) tergantung
pada kondisi hemodinamik pasien. Bila kondisi pasien sangat tidak. stabil maka
UFR dimulai sangat rendah (0- 100 ccljam) baru dinaikkan setelah kondisi

12
hemodinamik lebih stabil. Target ultrafiltrasi (UF goal) tergantung kebutuhan.
Bila kebutuhan filtrasi banyak sedangkan pasien tidak stabil sebaiknya dilakukan
setiap hari (SLEDD atau EDD)
d) Vaskular Akses
Untuk pasien yang belum mempunyai sarana hubungan sirkulasi yang
tetap (ciminolav- shunt), sebaiknya dipasang vaskuler kateter double lumen,
karena SLED akan berlangsung lama.
e) Tempat
Sebaiknya dilakukan diruang perawatan intensif, karena hemodialisis
program SLED ini memerlukan observasi yang sangat ketat dan kadang pasien
juga memerlukan alat bantu lain, misalnya alat bantu nafas (ventilator). SLED
juga bisa dilakukan di ruang hemodialisa dengan catatan menggunakan bedside
monitor untuk mempermudah observasi selama tindakan.
f) Ginjal buatan
Dializer yang digunakan adalah sama dengan yang digunakan pada lHD.
Bisa memakai Low Flux maupun High Flux dialyzer. Antikoagulan SLED dapat
dilakukan tanpa antikoagulan (ree heparin). Kemungkinan terjadinya pembekuan
(clotting) bila SLED dilakukan tanpa heparin adalah 26-46% tergantung berapa
rendah Qd. Bila digunakan heparin biasanya diberikan bolus sebesar 1000-2000
unit Taguler heparin dilanjutkan dengan 500-1000 unitjam. Pemberian
antikoagulan ini bertujuan untuk mencegah pembekuan karena suhu dialisat yang
rendah dan QB yang juga-lambat. Dilakukan dibandingkan sebelumnya. Bila
digunakan heparin kemungkinan terjadinya pembekuan (clotting) sebesar 17-
26%. Bila dializer akan direuse sebaiknya digunakan heparin. Dapat monitoring
dengan APTT,sebaiknya menjadi 1.5 kali
juga digunakan heparin molekul rendah (Low Molecular Heparin) terutama pada
pasien-pasien dengan gangguan jantung yang memang sudah menggunakan
heparin molekul rendah. Penggunaan antikoagulan golongan sitrat dianggap
mempunyat keunggulan,tetapi harganya mahal sehingga jarang digunakan.
g) Komposisi Cairan Dialisat
Cairan dialisat yang digunakan adalah seperti yang biasa digunakan untuk
hemodialisis bikarbonat. Biasanya mengandung 3.0-4.0 mEq/liter kalium, 1,5-2,5

13
mEq kalsium dan 24-35 mmol/liter bikarbonat.
h) Observasi Selama SLED
Observasi selama SLED pada prinsipnya sama dengan observasi IHD,
dilakukan tlap jal. Observasi yang dilakükan meliputi:
1) Observasi pasien
 Keadaan umum dan TTV: TD, N, RR, S
 Posisi jarum fistula, kebocoran pada akses inlet / outlet
 Keluhan pasien dan komplikasi yg mungkin timbul
2) Observasi mesin dan peralatan
 Blood Monitor : Qb, tekanan vena, tekanan arteri, ultrafiltrasi volume.
Heparin pump
 Dialisat Monitor : Qd, temperatur dialisat, conductivity
i) Program SLED
 Time dialisis : 6-12 jam
 Qb : 100-150 ml/ menit
 Qd : 200- 300 ML/menit
 Ultrafiltrasi : UF profiling
 Suhu : lebih rendah (35-36 drajat celcius)
 Heparin : sesuai kondisi (>> free)
Penggunaan modalitas hibrida TPG menjadi lebih umum di seluruh dunia
untuk menangani meningkatnya jumlah pasien sakit kritis dengan AKI yang
membutuhkan dialisis untuk renal support. Di sebagian besar pusat dialisis, PIRRT
terutama digunakan sebagai pengganti untuk CRRT, sehingga memungkinkan untuk
pasien dengan hemodinamik tidak stabil menerima renal Support yang adekuat, tapi
juga dapat memiliki waktu off-therapy untuk melakukan tindakan prosedur, terapi
fisik (fisioterapi), dan mobilisasi dini. Pada dasarnya teknik hibrid menggabungkan,
antara-proses hemodialisis yang konvensional, dilakukan dengan cepat, tetapi
menimbulkan kondisi kardiovaskuler yang kurang stabil dengan teknik hemofiltrasi,
yang dilakukan dengan lambat, kurang efisien tetapi kondisi hemodinamik menjadi
stabil. Pada tahun 2011, Marshall mengusulkan penggantian nomen-klatur hybrid
dialisis menjadi Prolonged Intermittent Renal Replacement Therapy (PIRRT).

14
15
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pemaparan di atas maka di dapat di ambil kesimpulan bahwa hemodialisa (HD)
adalah cara pengobatan / prosedur tindakan untuk memisahkan darah dari zat-zat sisa/ racun
yang dilaksanakan dengan mengalirkan darah melalui membran semipermiable dimana zat
sisa atau racun ini di alihkan dari darah ke cairan dialisat yang kemudian di buang,
sedangkan darah kembali ke dalam tubuh sesuai dengan arti hemo yang berati darah dan
dialisis yang berarti memindahkan.
Meskipun dengan kemajuan teknologi saat ini, pengobatan HD dan penghapusan zat
terlarut secara difusi memiliki tingkat kematian dan komplikasi yang tinggi. Oleh
karenanya, dibutuhkan modalitas terapi yang lebih baik bagi pasien dengan gagal ginjal.
Modalitas pengobatan yang melibatkan konveksi, seperti HDF, memungkinkan
penghapusan spektrum yang lebih luas dari toxin-toxin uremik, dengan clearance yang lebih
efisien pada molekul berukuran sedang-besar. Teknologi dalam pemurnian cairan online
ultrapure dialisat dan cairan reinfusate telah mengurangi biaya dan kompleksitas HDF
sambil memastikan keamanan dan efisiensi. HDF online memiliki banyak keuntungan klinis
yang potensial dibandingkan dengan HD high-flux seperti dapat membantu meningkatkan
kualitas hidup secara keseluruhan dan juga meningkatkan kelangsungan hidup pasien gagal
ginjal. Meskipun demikian, masih diperlukan adanya penelitian yang dapat mengkonfirmasi
lebih lanjut dari temuan modalitas pengganti ginjal tersebut dengan uji coba terkontrol
menggunakann ukuran sampel dan follow up yang memadai. Selain itu, pemahaman penuh
dari mekanisme dan manfaat potensial dari masing-masing teknik HDF dapat
memungkinkan dokter untuk mendapatkan hasil terbaik dari aplikasi tersebut
B. SARAN
Dalam pengambilan keputusan untuk mengadakan atau melakukan hemodialisis harus
benar-benar mempertimbangkan hal-hal yang mungkin terjadi baik efek dari terapi maupun
dari segi finansial. oleh karena itu hati- hatilah dalam mengambil keputusan mengingat
terapi hemodialisis berlangsung lama sehingga membutihkan banyak materi dan keiapan
fisik yang baik

16
DAFTAR PUSTAKA
Daugirdas, John T. (2007). Handbook Of Dialisis Fourth Edition. Philadelphia: Lippincott
Wiliamn & Wilkins
Elder SJ.et al(2008).Sleep Qulity Predict Quality Of Life And Mortality Rsk In Hemodialisis
Patien.Nephrol dal transplant.
Kallenbach, .Z, Gutch, C.F., Stoner, M. H., dan Corca, A (2005). Hemodialisis For Nurses and
Dialisis Personnl (7 th Edition). St. Louise Missouri: Elsevier Mosby.
Kallenbach, .Z, Gutch, C.F., Stoner, M. H., dan Corca, A.L (2012). Hemodialisis For Nurses and
Dialisis Personnl (8 th Edition). St. Louise Missouri : Elsevier Mosby.
NKF-KDOQ (2005).Intradialytic hypotension.
Nakamoto H,Honda Mimura Suzuki (2006). Hypoalbumin is an important risk faktor of
hypotension ducing hemodialisis.Hemodial Int.
Roesli.( 2006). Diagnosis Dan Pengelolaan Gagal Ginjal Akut (Acute Kidney Injur). Bandung :
Pusat Informasi lmiah (PII) Bagian limu Penyakit Dalam F.K.ÜNPAD/RSHS Bandung.
Sibernagl&Lang (2006), Teks & Atlas Fatofisiologi. Jakarta:EGC
Smeltzer &nBare (2001). Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Vol 2. Jakarta EGC.
Sukandar.(2006). Gagal Ginjal Dan Panduan Terapi Dialisis. Pusat Informasi limiah (PII) Bagian
lImu Penyakit Dalam F.K.UNPAD/RSHS Bandung.
Asep Sumpena, (2002 ), Panduan Hemodialisis Untuk Mahasiswa .Bandung
Kumpulan Materi ( 2010), Teknik Hedmodialisis. Bandung
Afiatin, dr Sp.PD-KGH (2017) Proceeding- Symposium Dialisis 2017. PERNEFRI.
Bandung.

17

Anda mungkin juga menyukai