Anda di halaman 1dari 3

SLED

SLED (Sustained Low Efficiency Dialysis) atau Dialysis Hibrid atau PIRRT (Prolonged
Intermitten Renal Replacement Therapy) pada dasarnya mengawinkan setiap keunggulan dari
CRRT maupun IHD. Pada hibrid dialysis dilakukan Hemodialysis, tetapi efisiensinya
dikurangi dengan cara memperlambat aliran dialisis (QD) dan aliran darah (QB) sehingga
resiko gangguan hemodinamik dikurangi. Namun untuk mencapai efisiensi yang cukup
waktu dialysis (TD) dibuat lebih lama 6 – 12 jam. Biasanya dilakukan juga profiling natrium,
suhu, dan kadar bicarbonat dari cairan dialisat dengan tujuan tidak terjadi perubahan
hemodinamik yang ekstrim. Teknik ini mengutamaan difusi dibandingan dengan konveksi
dan filtrasi. Keuntungan lainnya adalah hibrid dialysis tidak dilakukan selama 24 jam,
sehingga pasien mempunyai waktu untuk prosedur diagnostik dan therapy lainnya. Bila
SLED dilakukan setiap hari maka disebut dengan SLED-D (Daily).
Teknik SLED
A. Mesin
Pada dasarnya semua mesin hemodialisis dapat dipergunakan asal dapat
memperlambat aliran darah (Qb : 100 – 300 ml/menit) dan aliran dialisat (Qd : 300-
500 ml/menit) serta dapat mengatur profile natrium, profiling bikarbonat, profiling
ultrafiltrasi dan suhu cairan dialisat . Mesin yang dipakai hendaknya mesin dengan
volumetric control.
B. Vaskular Akses
Untuk pasien yang belum mempunyai sarana hubungan sirkulasi yang tetap
(cimino/av-shunt), sebaiknya dipasang vaskuler kateter double lumen, karena SLED
akan berlangsung lama. Jenis kateter doubel lumen yang biasa dipakai adalah :
1. Jugularis
2. Subclavia
3. Femoralis
C. Tempat
Sebaiknya dilakukan diruang perawatan intensif, karena hemodialisis program
SLED ini memerlukan observasi yang sangat ketat dan kadang pasien juga
memerlukan alat bantu lain, misalnya alat bantu nafas (ventilator). SLED juga bisa
dilakukan di ruang hemodialisa dengan catatan menggunakan bedside monitor untuk
mempermudah observasi selama tindakan.
C. Ginjal Buatan
Dializer yang digunakan adalah sama dengan yang digunakan pada IHD. Bisa
memakai Low Flux maupun High Flux dialyzer.
D. Antikoagulan
Pemberian antikoagulan disesuaikan dengan kondisi ada tidaknya resiko perdarahan.
Bila tidak ada resiko perdarahan maka dipilih dosis setandar 1000 - 2000 unit dosis
awal dan 500-1000 unit/jam untuk pemeliharaan. Antikoagulasi lainnya yg bisa
digunakan adalah citrate log. Pemberian antikoagulan ini bertujuan untuk mencegah
pembekuan karena suhu dialisat yang rendah dan QB yang juga lambat
E. Komposisi Cairan Dialisat
Cairan dialisat yang digunakan adalah seperti yang biasa digunakan untuk
hemodialisis bikarbonat. Biasanya mengandung 3.0-4.0 mEq/liter kalium, 1,5-2,5
mEq kalsium dan 24-35 mmol/liter bikarbonat.

1. Profilling Sodium
SLED HD memerlukan natrium yang lebih tinggi, dengan natrium yang lebih
tinggi maka natrium akan berpindah dari kompartemen dialisat ke kompartemen
darah atau ke dalam sirkulasi tubuh pasien. Dengan berpindahnya natrium akan
meningkatkan osmolaritas plasma. Dengan peningkatan osmolaritas plasma akan
menarik cairan ekstra vaskuler masuk ke intra vaskuler secara difusi sehingga
volume vaskuler bertambah. Dengan meningkatnya volume vaskuler maka akan
mempertahankan tekanan darah meskipun saat bersamaan dilakukan ultrafiltrasi.
Apabila tekanan darah sudah stabil profiling natrium dapat diturunkan untuk
mencegah terjadinya hipernatremi yang dapat mengganggu elektrolit pasien. Dari
penelitian didapat insiden IDH (intra dialysis hipotensi) berkurang atau
penurunan TD dengan terapi natrium konvensional (138-140 mmol/l) dibanding
konsentrasi rendah (≤135 mmol/l). Dialisat dengan Natrium tinggi (≤144 mmol/l)
dapat mencegah IHD. Beberapa penelitian terkait dengan kontrol TD yang buruk
juga menyebutkan bahwa terutama pada penderita hipertensi profiling natrium
juga terdapat peningkatan kenaikan BB inter-dialitik, karena dapat meningkatkan
rasa haus post dialysis. Model dialisat sodium selama dialisis untuk mengurangi
penurunan volume darah selama UF. Sodium profiling dapat berupa linier atau
stepwise increasing atau decreasing profiles dan alternated high-low profiles.
Tergantung preskripsi yang diberikan oleh dokter dan nilai natrium pasien.

2. Profilling Bicarbonat
Profiling bicarbonat adalah menaikan kadar bicarbonat selama proses dialysis.
Dengan harapan kadar bicarbonat dalam darah akan lebih cepat naik, sehingga
asidosis dapat terkoreksi dengan cepat. Profiling bicarbonat juga berdampak pada
hemodinamik pasien yang lebih stabil.
Dialisis bikarbonat sebaiknya digunakan untuk mencegah IDH, karena dialysis
dengan Asetat dapat menyebabkan vasodilatasi dan kardiodepresan. Kadar
bikarbonat rendah berdampak pada koreksi asidosis tidak adekuat dan
berpengaruh terhadap metabolisme tulang dan status nutrisi pasien. Nilai normal
bicarbonat (HCO3) adalah 22 – 26 mmol/L. Target bicarbonat pre dialysis adalah
> 22 mmol/L (KDOQI, European Guidlines) atau 22 – 23 mmol/L (CARI
Guidelines

3. Profilling Ultrafiltrasi
Ultrafiltrasi adalah berpindahnya cairan melalui membran semipermeabel karena
adanya perbedaan tekanan. Profiling ultrafiltrasi adalah mengatur ultrafiltrasi
dimana modelnyatidak sama untuk setiap jam sesuai dengan kondisi pasien.
Ultrafiltrasi cairan sangat tergantung pada hemodinamik pasien. Semakin buruk
tensi maka semakin sedikit UF Goal yang dapat dilakukan. Pengaturan ultrafiltrasi
pada jam pertama bisanya rendah atau bahkan nol, tujuannya untuk memberi
kesempatan difusi natrium ke intravaskuler sehingga terjadi osmosis dari ekstra ke
intra vaskuler. Jam berikut (jam ke 2) setelah volume vaskuler cukup baru
dilakukan Uf sehingga tensi tetap stabil. Selanjutnya ultrafiltrasi di atur secara
bertahap sampai target ultrafiltrasi tercapai. Sangat diperlukan pemantuan tekanan
darah dan nadi secara terus menerus.

G. Observasi Selama SLED Observasi selama SLED pada prinsipnya sama dengan
observasi IHD, yang mana dilakukan tiap jam untuk keselamatan pasien dan juga
perawat. Adapun observasi yang dilakukan meliputi :
1. Observasi pasien
a. Keadaan umum dan TTV : TD, N, RR, S
b. Posisi jarum fistula, kebocoran pada akses inlet / outlet
c. Keluhan pasien dan komplikasi yg mungkin timbul
2. Observasi mesin dan peralatan
3. a. Blood Monitor : Qb, tekanan vena, tekanan arteri, ultrafiltrasi volume,
heparin pump b. Dialisat Monitor : Qd, temperatur dialisat, conductivity

H. Program SLED
Time dialysis : 6-12 jam
Qb : 100 -150 ml/menit
Qd : 200 -300 ml/menit
Ultrafiltrasi : UF profiling
Natrium : Na profilling
Suhu : lebih rendah (35 – 36o C)
Heparin : sesuai kondisi (>> free)
I. Keunggulan SLED
1. Hemodinamik pasien lebih stabil
2. Adekuasi dialisis dapat dicapai
3. Mudah dikerjakan oleh semua perawat dialysis
4. Biaya tidak jauh berbeda dengan hemodialisis biasa

Anda mungkin juga menyukai