dr. Cipto Mangunkusumo Periode 3 Oktober – 30 Desember 2016 Setiap pasien HD harus diberikan resep / perencanaan / program HD. Hemodialisis dianggap adekuat bila mencapai hasil sesuai dengan resep yang telah direncanakan. Secara klinis dikatakan adekuat jika keadaan umum dan nutrisi pasien dalam keadaan baik, tidak ada gejala uremia dan aktifitas pasien normal seperti sebelum menjalani HD. Frekuensi pengukuran adekuasi HD sebaiknya dilakukan secara berkala (idealnya 1 kali tiap bulan) minimal tiap 6 bulan. Dosis HD yang sebenarnya ditentukan setelah hemodialisis.
Semua pasien berbeda kondisi dan keadaannya saat
membutuhkan hemodialisis akut. Resep untuk hemodialisis juga akan berubah sesuai dengan keadaan pasien. Peresepan Hemodialisis Akut 1. Menentukan Lama HD dan Kecepatan Aliran Darah / Qb Hemodialisis akut bukan untuk pengobatan awal dengan lama HD 4 jam dan kecepatan aliran darah 350 ml/menit. Lamanya dialisis bersamaan dengan kecepatan aliran darah sangat penting dalam penentu jumlah dialisis yang diberikan kepada setiap pasien HD. Untuk inisial terapi, khususnya ketika kadar ureum predialisis sangat tinggi, lama dialisis dan kecepatan aliran darah akan dikurangi dengan target URR < 40%. Biasanya menggunakan kecepatan aliran darah hanya 200 ml/menit untuk pasien dewasa dengan lama HD dua jam. Untuk dialisis awal jika menggunakan kecepatan aliran darah yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan yang disebut dengan disequilibrium syndrome. Disequilibrium syndrome adalah suatu sindrom neurologi dengan gejala seperti orang yang kebingungan, kejang dan koma yang bisa terjadi selama ataupun setelah dialisis.
Resiko disequilibrium syndrome meningkat ketika kadar ureum
predialisis sangat tinggi. Setelah HD yang pertama kali biasanya pasien akan dievaluasi dan umumnya akan di HD kembali pada hari berikutnya. Pada pasien yang menjalani dialisis akut dengan waktu 3-4 jam hanya menghasilkan Kt/V 0,9. Angka Kt/V yang rendah ini, jika diberikan frekuensi HD 3 kali seminggu dapat dikaitkan dengan tingginya angka kematian pada pasien CKD yang stabil.
Oleh karena itu sesuai dengan yang direkomendasikan oleh
KDIGO diharapkan untuk pasien akut diberikan jadwal 3 kali seminggu dengan Kt/V > 1,3. Pasien dengan gagal ginjal akut dilakukan HD 6 atau 7 kali/minggu dengan lama HD 3-4 jam. Data Schiffl (2002) angka kematian akan berkurang pada pasien gagal ginjal akut dengan dialisis 6 kali perminggu. Jika dialisis dilakukan tiap hari, lama dialisis harus ditetapkan 4-6 jam untuk memberikan Kt/V minimal 1,2 – 1,3 seperti yang direkomendasikan untuk terapi kronik. 2. Memilih Dializer - Membran dializer : High Flux dan Low Flux - Koefisien Ultrafiltrasi / KUF -Dialyzer urea clearance : untuk dialisis pertama sebaiknya menghindari menggunakan dializer dengan efisiensi yang sangat tinggi. Walaupun dapat digunakan seperti aliran darah yang rendah. Dializer dengan KoA urea 500-600 ml/menit adalah yang direkomendasikan sebagai inisial untuk mengurangi resiko terjadinya disequilibrium syndrome. 3. Memilih Cairan Dialisat Komposisi cairan dialisat : Bicarbonat : 25 mM Sodium : 145 mM Potassium : 3,5 mM Kalsium : 1,5 mM (3,0 mEq/L) Magnesium : 0,375 mM (0,75 mEq/L) Dextrose : 5,5 mM (100 mg/dl) Phosphate :- Penting untuk diketahui bahwa komposisi cairan dialisat pada pasien yang menjalani hemodialisis akut harus disesuaikan dengan kondisi pasien.
4. Memilih Kecepatan Aliran Dialisat / Qd
Untuk dialisis akut biasanya kecepatan aliran dialisat 500 ml/menit
5. Temperatur Cairan Dialisat
Biasanya 350C – 370C. Suhu yang lebih rendah digunakan pada pasien yang rentan mengalami hipotensi. 6. Ultrafiltrasi Kebutuhan penarikan cairan dapat berkisar antara 0 – 5 kg setiap dialisis. Pasien edema dan edema paru membutuhkan penarikan cairan sebanyak 4 liter selama inisial HD. Jika pasien tidak ada edema maka penarikan cairan ± 2 – 3 liter. Pada pasien yang menjalani dialisis akut, monitoring tekanan darah dilakukan sesering yang diperlukan, tetapi untuk pasien yang tidak stabil dimonitor setiap 15 menit.
Setelah dialisis yang perlu dievaluasi adalah penurunan berat
badan dan pemeriksaan darah pasca dialisis. Hal ini untuk mengkonfirmasi adekuasi pasien dan koreksi asidosis. TERIMA KASIH
20130506120619.permenko No 02 Tahun 2007 Tentang Kebijakan Nasional Penanggulangan HIV Dan AIDS Melalui Pengurangan Dampak Buruk Penggunaaan Narkotika Psikotropika Dan Zat Adiktif Suntik