0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
59 tayangan15 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang peresepan hemodialisis kronik yang meliputi parameter-parameter penting seperti urea sebagai marker solute, penulisan resep awal dialisis, pencapaian dosis dialisis, dan pemantauan pasien selama proses dialisis. Parameter-parameter tersebut perlu diukur dan disetel secara tepat agar dialisis berjalan efektif dan memenuhi target adekuasi sesuai panduan KDOQI.
Dokumen tersebut membahas tentang peresepan hemodialisis kronik yang meliputi parameter-parameter penting seperti urea sebagai marker solute, penulisan resep awal dialisis, pencapaian dosis dialisis, dan pemantauan pasien selama proses dialisis. Parameter-parameter tersebut perlu diukur dan disetel secara tepat agar dialisis berjalan efektif dan memenuhi target adekuasi sesuai panduan KDOQI.
Dokumen tersebut membahas tentang peresepan hemodialisis kronik yang meliputi parameter-parameter penting seperti urea sebagai marker solute, penulisan resep awal dialisis, pencapaian dosis dialisis, dan pemantauan pasien selama proses dialisis. Parameter-parameter tersebut perlu diukur dan disetel secara tepat agar dialisis berjalan efektif dan memenuhi target adekuasi sesuai panduan KDOQI.
Pada gagal ginjal kronik hemodialisis merupakan salah satu cara dari terapi pengganti ginjal memperbaiki kualitas hidup pasien.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan
peresepan hemodialisis. I. Urea Sebagai Marker Solute. Merupakan toksin kecil yang sangat penting dalam proses dialisis.
A. Pemantauan pengeluaran kadar ureum serum
- Hal ini sangat penting dalam dialisis meskipun kadar urea serum yang rendah tidak selalu mencerminkan adekuasi dari dialisis tersebut. - Kadar urea serum tidak hanya tergantung pada kecepatan pengeluaran tetapi juga kecepatan dari produksi urea. - Kadar urea serum yang rendah juga dapat ditemukan pada pasien yang asupan proteinnya tidak baik. B. Pengukuran pengeluaran urea dengan : - U R R (rasio reduksi urea) - Kt/V
C. Dosis dialisis untuk tiga kali dalam seminggu.
Standar dialisis adekuat berdasarkan panduan KDOQI : - Kt/V > 1.2 target 1.4 - U R R > 65% target 70% Adapun hal-hal yang mempengaruhi dosis dialisis tersebut antara lain : 1. Efek gender / jenis kelamin. KDOQI 2006 merekomendasikan target dialisis pada wanita harus lebih tinggi meningkatkan dosis dialisis. 2. Pasien yang lebih kecil. KDOQI 2006 menyarankan memberikan dosis dialisis lebih pada pasien yang lebih kecil. 3. Pasien malnutrisi. Dengan memberikan dosis dialysis yang lebih tinggi pada pasien dengan malnutrisi dapat memberikan manfaat yang lebih baik terhadap pasien tersebut. 4. Sisa pembuangan urea pada ginjal. 5. Lamanya waktu / durasi dialisis. KDOQI 2006 merekomendasikan minimal dialisis selama 3 jam pada pasien dengan dialisa 3 kali seminggu.
D. Target adekuasi untuk dialisis selain 3 kali seminggu.
- Dialisis 2 kali seminggu KDOQI merekomendasikan Kt/V 2.0 - Dialisis 4 kali seminggu atau lebih Kt/V/sesi 0.8 II. Penulisan Resep Awal. A. Dosis dialisis. Resep dialisis melibatkan 2 komponen utama : K (klirens) dan t (waktu dialisis). Elemen peresepan HD : - Tipe dialyzer. - Kapasitas UF (Fluid Removal). - Lama dialisis. - Blood Flow (Qb), Dyalisate Flow (Qd). - Anti koagulan. Dengan demikian untuk dosis HD yang diresepkan perlu ditentukan hal berikut : 1. Tentukan TB dan BB untuk menentukan volume. 2. Tentukan volume (liter). 3. Tentukan klirens urea dari dialyzer yang dipakai sesuai dengan Qb. 4. Lama dialisis yang diinginkan (jam). 5. Target Kt/V yang ideal adalah 1.2 (URR 65%) pada HD 3 kali seminggu selama 4 jam perkali HD. 6. Untuk HD 2 kali seminggu target Kt/V adalah 1.8 selama 4 – 5 jam perkali HD. 7. Frekuensi pengukuran HD sebaiknya dilakukan secara berkala (ideal 1 kali / bulan) min. tiap 6 bulan. III. Memeriksa Pencapaian Dosis Dialisis Yang Terlaksana. KDOQI merekomendasikan untuk memonitor nilai urea nitrogen darah (SUN) predialisis & post dialisis. IV. Menyesuaikan peresepan awal dialisis. V. Menghitung dan memantau nilai normal protein nitrogen appearance rate (nPNA). VI. Pemilihan dializer. - Bahan membran. - Jenis dializer KDOQI 2006 merekomendasikan penggunaan dializer high flux. VII. Pembuangan cairan. - Berat badan kering dievaluasi setiap 2 minggu. - Jumlah cairan yang dibuang. VIII. Larutan dialisis. A. Flow rate 500 ml/menit. B. Komposisi : - Bicarbonate (35 mm) + acetat (4 mM). - Pottasium = 2.0 mM (3.0 mM untuk pasien terapi digitalis atau pasien dengan predialisis rendah protein). - Sodium 135 – 145 mM. - Dextrose = 200 mg/dl. - Calcium = 1.25 – 1.75 mM. - Magnesium = 0.25 – 0.5 mM. C. Suhu (34.5 – 36.5℃) IX. Pemilihan anti koagulan (heparin) - Free heparin. - Minimal heparin. - Regular heparin. X. Komplikasi selama proses dialisis. Hipotensi, kram, mual, muntah, nyeri dada. XI. Pemantauan pasien. 1. Sebelum dialisis. - Berat badan BB sebelum dan sesudah dialisis harus dibandingkan dengan target BB kering untuk mencapai kenaikan BB interdialisis. - Tekanan darah. - Suhu. - Akses. 2. Selama proses dialisis. Monitor TD, HR setiap 30 – 60 hari. 3. Pemeriksaan laboratorium. SUN 1 bulan sekali. Serum albumin 3 bulan sekali. Serum kreatinin 1 bulan sekali. Serum total kolesterol 200 – 250 mg/dl resiko mortalitas rendah. Serum potassium 5.0 – 5.5 mmol/L resiko mortalitas rendah. Serum pospor 1 bulan sekali (N = < 5.5 mg/dl) Serum kalsium 1 bulan sekali (N = 9 – 12 mg/dl). Serum alkalin phosphatase 3 bulan sekali (N = 30 – 115 unit/L). Serum bicarbonate 1 bulan sekali. HB 11 – 13 g/dl. Serum aminotransferase 1 bulan sekali. Serum PTH dan serum aluminium jika dibutuhkan. Resep HD. * Lama HD. * UF Goal (UFR 1h, 2h, 3h, 4h). * Jenis dializer. * Antikoagulan. * Qb. * Qd. * Temperatur. * Apakah perlu tranfusi darah/albumin ? * Adakah terapi lain ? * Pemantauan saat HD. TERIMA KASIH