Anda di halaman 1dari 11

HIGIENE INDUSTRI II

HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESEMENT AND RISK CONTROL


PADA PEKERJA TERPAPAR BENZENA DI HOME INDUSTRY SEPATU

OLEH:
ERLINDA RASIKHAH HADI SALMA
101511133068

DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
Benzene bersifat non polar. Benzene tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam pelarut organik, seperti dietil eter, karbon tetraklorida atau heksana
(ATSDR, 2000). Benzene merupakan senyawa aromatik hidrokarbon yang
memiliki rantai karbon tertutup dengan 6 atom hidrogen yang memiliki sifat tidak
jenuh dengan rumus kimia C6H6. Benzene merupakan cairan yang tidak berwarna
dengan bau yang segar. Benzene memiliki titik didih 80ºC. Benzene bersifat
mudah terbakar dan cepat menguap jika berada di udara bebas. Benzene dapat
berasal secara alami dan kegiatan industri atau antropogenik. Secara alami
benzene berasal dari kegiatan vulkanis dan akibat pembakaran hutan. Benzene
juga dihasilkan dari distilasi tar batubara dan minyak bumi.
Salah satu industri yang menggunakan bahan yang mengandung benzene
adalah industri sepatu. Di industri sepatu, penggunaan lem yang mengandung
bahan kimia berbahaya merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Benzena
memiliki sifat karsinogen, sehingga kontak langsung dengan manusia harus
dihindari. Sehingga tenaga kerja di pabrik sepatu memiliki beresiko terpapar
benzene dan menyebabkan penyakit akibat kerja. Sesuai dengan permenaker
nomor 5 tahun 2018 bahwa faktor kimia adalah faktor yang dapat mempengaruhi
aktivitas tenaga kerja yang bersifat kimiawi, disebabkan oleh penggunaan bahan
kimia dan turunannya di tempat kerja yang dapat menyebabkan penyakit pada
tenaga kerja. Berikut ini adalah antisipasi, rekognisi, evaluasi dan pengendalian
untuk menanggulangi paparan uap benzene pada pekerja di home industri sepatu:
1. Antisipasi
Antisipasi adalah rangkaian aktivitas yang dikerjakan untuk
memperkirakan peluang atau potensi-potensi bahaya yang ada ditempat
kerja khusunya bahaya kesehatan kerja. Pada jurnal yang saya anlisis
menjelaskan bahwa penggunaan bahan berbahaya atau bahan kimia
berbahaya pada pengrajin sepatu menggunakan bahan baku terbuat dari
kain, kulit sintetis atau bahan plastik. Untuk proses pengeleman memakai
dua jenis lem yaitu lem kuning Merk Pro ARdico, lem LK dan lem putih
merk PU-Weber, DS-Bond DNS 818. Lem kuning digunakan untuk
menyambung bukaan sehingga biasanya digunakan seperti di bagian
permukaan dan finishing, sedangkan lem putih umumnya digunakan untuk
tempelan sol karena daya rekatnya yang jauh lebih kuat. Biasanya industri
sepatu dalam waktu satu bulan bisa menghabiskan 30–40 kg lem kuning
dan lem putih kurang lebih 30 kg. Dari berbagai peralatan dan bahan yang
digunakan, bahan kimia dalam proses pembuatan sepatu merupakan salah
satu risiko bahaya yang tinggi. Penggunaan bahan kimia dapat
mengganggu kesehatan para pengrajin sepatu salah satunya penggunaan
lem. Karena dalam proses tersebut terdapat pajanan uap pelarut organik
yang terkandung dalam lem dan sangat mungkin menimbulkan dampak
pada kesehatan bila terhirup terus menerus dalam jangka waktu lama.
Pelarut organik berbahaya yang banyak digunakan pada beragam industri
sepatu di Indonesia adalah benzena. Benzena apabila masuk ke dalam
tubuh dalam bentuk gas, padat, maupun cairan.
Potensi bahaya di tempat kerja didukung juga oleh kurang
tersedianya ventilasi yang cukup memadai untuk sirkulasi udara. Selain itu
kebiasaan merokok di tempat kerja menambah risiko pajanan benzena
dalam asap rokok. Lokasi kerja yang dipenuhi bau dan uap benzena akan
diperparah dengan kebisaan merokok pekerja di lokasi kerja. Selain itu
waktu kerja melebihi batasnya yaitu 8 jam perhari, karena di jelaskan pada
jurnal jika rata-rata jam kerja pekerja di home industri sepatu tersebut 17
jam per hari.
2. Rekognisi
Rekognisi adalah melakukan pengenalan dan identifikasi bahaya
yang ada di tempat kerja. Pada tahap ini dilakukan identifikasi faktor
bahaya seperti faktor fisik, kimiawi, biologi, ergonomi, dan psikologi.
Untuk dapat menemukan faktor risiko ini diperlukan pengamatan terhadap
kegiatan produksi mulai dari bahan baku yang digunakan, bahan atau
barang yang dihasilkan. Dalam jurnal ini responden merupakan pekerja
yang sudah lama menekuni pekerjaan, untuk itu dilihat dari masa kerja
dapat memberikan gambaran bahwa mereka selalu berada pada lingkungan
yang memungkinkan terpajan benzena. Berikut adalah identifikasi bahaya
dan dampak yang ada di home industri sepatu:

Urutan Kegiatan
Potensi Bahaya
Gangguan kesehatan

Risiko Kecelakaan Kerja

Fisik

Kimia
Biologi
Psikososial
Ergonomi

Pembuatan desain/pola sepatu dikain, memotong pola, menggaris, dan


mendekorasi.

Pencahayaan, Suhu panas

Debu pada kain, Perwarna kain.

Jamur, bakteri

Stress kerja jika banyak pola yang digambar, karena rekan kerja yang tidak
sepemikiran

Posisi membungkuk ketika menggambar pola

Menyebabkan heat cramps, Kulit kemerahan dan gatal akibat pewarna pada kain,
gangguan mata karena terfokus pada objek yang digambar, Low Back Pain,
gangguan pernafasan.

Tergores, dan Jari tangan terpotong.

Mempersiapkan bagian atas sepatu (menjahit pola dan sol bagian dalam)
Getaran mesin, suhu panas, pencahayaan, bising mesin jahit.

Debu pada kain, Perwarna kain.

Jamur, bakteri yang ada di kain

Stress kerja jika pesanan banyak diselesaikan serta jika terjadi kegagalan.

Ukuran meja dan kursi yang tidak sesuai, serta sistem kerja (membungkuk)

Kulit kemerahan dan gatal akibat pewarna pada kain, Low Back Pain,
pendengaran terganggu karena suara mesin jahit, Lelah pada mata karena harus
fokus menjahit dan sol sepatu, hand arm vibration, gangguan pernafasan, heat
cramps.

Tertusuk jarum, tersengat listrik mesin jahit.

Mempersiapkan bagian bawah sepatu (sol bagian luar, mengelem)

Faktor fisik: Penerangan, iklim kerja panas

Faktor kimia: Debu dan pewarna kain, uap lem yang mengandung benzena.

Faktor biologi: Jamur, bakteri

Faktor Psikososial: Stress kerja jika pesanan banyak diselesaikan serta jika terjadi
kegagalan, rekan kerja yang tidak sepemikiran, tekanan dari pimpinan

Ergonomi:

Ukuran meja dan kursi yang tidak sesuai, serta sistem kerja (membungkuk)

Kulit kemerahan dan gatal akibat pewarna pada kain, alergi, Low Back Pain,
anemia dan kanker karena uap benzena pada lem, gangguan pernafasan, heat
cramps, uap benzene dapat mengganggu produksi hormon dan testoteron.

Tertusuk jarum sol

Memasang bagian atas sepatu dan bawah sepatu (mengelem, menjahit, memaku)

Faktor fisik: Getaran palu dan mesin jahit, iklim kerja panas.

Faktor kimia: Debu, uap lem yang mengandung benzena.

Faktor biologi: Bakteri, jamur


Faktor Psikososial:Stress kerja, kelebihan beban kerja dan jam kerja yang tidak
sewajarnya, rekan kerja yang tidak sepemikiran

Ergonomi: Ukuran meja dan kursi yang tidak sesuai, serta sistem kerja
(membungkuk)

Kulit kemerahan dan gatal akibat pewarna pada kain, alergi, Low Back Pain,
anemia dan kanker karena uap benzena pada lem, Hand arm vibration, gangguan
pernafasan, heat cramps, uap benzene dapat mengganggu produksi hormon dan
testoteron.

Tertusuk jarum, tersengat listrik mesin jahit.

Penyelesaian atau finishing (membersihkan, menghaluskan)

Faktor fisik: Getaran mesin pengalus, suhu panas karena ventilasi kurang.

Faktor kimia: Debu

Faktor biologi: Bakteri, jamur.

Faktor Psikososial: Beban kerja yang berlebih dan jam kerja yang tidak
semestinya, tekanan dari rekan kerja dan pimpinan yang menimbulkan stress kerja

Ergonomi: Ukuran meja dan kursi yang tidak sesuai, serta sistem kerja
(membungkuk)

Low back pain, gangguan pernafasan, heat cramps, hand arm vibration.

Tersengat listrik, tergores mesin penghalus.

Mengepak diletakkan di gudang untuk selanjutnya dikirim ke konsumen/pasar

Faktor fisik: Pencahayaan, suhu panas.

Faktor kimia: Debu,

Faktor biologi:

Jamur, Bakteri

Faktor Psikososial:Beban kerja yang berlebih, jam kerja berlebih.

Ergonomi: Posisi tubuh yang membungkuk ketika mengepak barang yang sudah
siap kirim, kegiatan angkat junjung

Low back pain, gangguan pernafasan.


Terpeleset, kejatuhan barang, krbakaran di gudang

3. Evaluasi
Pengukuran dan analisa terhadap hazard yang ada di home industri sepatu sebagai
berikut:

Urutan Kegiatan PENILAIAN RISIKO


Tingkat Risiko
Kemungkinan Keparahan
Pembuatan 3 (Ocassional = 3 (Moderate = 9 (Medium
desain/pola sepatu Kadang-kadang membutuhkan Risk)
dikain, memotong dapat terjadi) perawatan medis,
pola, menggaris, dan terganggunya
mendekorasi. pekerjaan, biaya
pengobatan <10
juta)
Mempersiapkan 4 (Probable = 4 (Major = cacat 16 (High Risk)
bagian atas sepatu sering terjadi) permanen/sedang
(menjahit pola dan , biaya finansial,
sol bagian dalam) biaya pengobatan
<50 juta)
Mempersiapkan 4 (Probable = 5 (Catastrophic = 20 (Extreme
bagian bawah sepatu sering terjadi) meninggal, cacat High Risk)
(sol bagian luar, permanen,
mengelem) kerusakan
lingkungan yang
parah, kerugian
finansial yang
besar, biaya
pengobatan >50
juta)
Memasang bagian 4 (Probable = 5 (Catastrophic = 20 (Extreme
atas sepatu dan sering terjadi) meninggal, cacat High Risk)
bawah sepatu permanen,
(mengelem, kerusakan
menjahit, memaku) lingkungan yang
parah, kerugian
finansial yang
besar, biaya
pengobatan >50
juta)
Penyelesaian atau 3 (Ocassional = 3 (Moderate = 9 (Medium
finishing Kadang-kadang membutuhkan Risk)
(membersihkan, dapat terjadi) perawatan medis,
menghaluskan) terganggunya
pekerjaan, biaya
pengobatan <10
juta)
Mengepak 3 (Ocassional = 3 (Moderate = 9 (Medium
diletakkan di gudang Kadang-kadang membutuhkan Risk)
untuk selanjutnya dapat terjadi) perawatan medis,
dikirim ke terganggunya
konsumen/pasar pekerjaan, biaya
pengobatan <10
juta)
Extreme High Risk : Sangat berisiko, dibutuhkan tindakan secepatnya

High Risk : Risiko tinggi, dibutuhkan perhatian untuk pengendalian

Medium Risk : Risiko sedang, dilakukan pengendalian tetapi tidak


dibutuhkan tindakan sesegera mungkin.

4. Pengendalian
Pengendalian adalah tindakan koreksi terhadap hazard yang teridentifikasi
sebelumnya. Tindakan ini untuk mengendalikan bahaya di tempat kerja
sehingga keberadaannya tidak menimbulkan dampak kesehatan bagi
pekerja khususnya dan masyarakat umumnya.
a. Eliminasi :
 Menghilangkan bahan kimia yang berlebih untuk
mengurangi terjadinya paparan.

b. Substitusi :
 Mengganti lantai yang licin menjadi tida licin untuk
mencegah terjadinya terpeleset dan terjatuh
 Mengganti mesin jahit yang terlalu bising dengan mesin
jahit yang intensitas kebisingannya lebih rendah
 Mengganti kursi yang tidak ergonomis dengan lebih
ergonomis (diberi bantalan dan sandaran di kursi)
 Mengganti meja kerja menjadi lebih ergonomis sesuai
dengan postur tubuh pekerja
c. Pengendalian Secara Teknik
 Pemberian ventilasi pada tempat penyimpanan sisa
pestisida yang digunakan (suplay udara segar)
 Mengisolasi sumber kimia berbahaya yaitu benzena dengan
memisahkan pekerjaan yang kontak langsung dengan
sumber agar tidak bercampur dengan yang lainnya
 Memberian label dan segel pada kontainer benzena
 Memberikan peredam pada area kerja yang memiliki
intensitas kebisingan tinggi
 Pemeliharaan alat-alat produksi
d. Pengendalian Administratif
 Pemeriksaan kesehatan secara berkala.
 Pengaturan jam kerja dan istirahat di tempat yang nyaman
 Adanya pelatihan K3 pada karyawan
 Sosialisasi kepada pekerja mengenai bahaya dan dampak
yang disebabkan serta cara pengendalian yang tepat.

e. Alat Pelindung Diri


 Menggunakan pakaian lengan panjang, hal ini karena
kebiasaan pekerja yang tidak memakai baju pada saat
melakukan pekerjaan juga mendapatkan perhatian khusus.
Untuk mengurangi risiko pajanan benzena melalui kulit.
Pekerja tersebut melakukan hal demikian dikarenakan
kondisi lingkungan yang panas dan pengap dan tubuh yang
berkeringat. Pekerja lebih baik mengenakan pakaian agar
terhindar dari risiko pajanan benzena.
 Pelindung wajah berupa masker wajah
 Menggunakan sarung tangan
 Menggunakan pelindung mata ketika melakukan
penghalusan agar serpihan bahan tidak masu ke mata.
 Safety shoes
 Menggunakan sarung tangan dan celemek
 Spatula, Alat pelindung diri dari hasil pengamatan pada saat
penelitian sebagian besar pekerja mengambil, mengoleskan,
meratakan lem menggunakan jari dengan tanpa memakai
sarung tangan

DAFTAR PUSTAKA

Fahrudhi, Heru. 2017. Risiko Menderita Kanker dan Non Kanker Pada Pekerja
Terpapar Benzene di Home Industry Sepatu Kelurahan Tambak Oso
Wilangun Surabaya”.
https://e-journal.unair.ac.id/IJOSH/article/download/3259/pdf. Diakses Pada 7
Desember 2018.

Susilowati, Betty. 2011. “Risiko Kesehatan Terhadap Pajanan Benzene Pada


Pekerja Industri Kulit di PIK Pulo Gadung”. http://lib.ui.ac.id/file?
file=digital/20288851-S-Betty%20Susilowati.pdf. Diakses Pada 7
Desember 2018.
ATSDR. 2000. Benzene.
http://www.atsdr.cdc.gov/csem/benzene/docs/benzene.pdf . Diakses pada
7 Desember 2018
Supriyadi, Agung.2018. “5 Hirarki Pengendalian K3 Berdasarka ISO 45001”.
https://katigaku.top/2018/10/29/5-tahap-hirarki-pengendalian-risiko-
berdasarkan-iso-45001/. Diakses pada 7 Desember 2018.

Anda mungkin juga menyukai