Anda di halaman 1dari 3

Efek paparan Benzena bagi kesehatan tubuh

Paparan benzena terhadap tubuh mempunyai dampak yang sangat buruk


pada kesehatan antara paparan benzena yang berasal dari pelarut yang
mengandung benzena dengan kejadian acute myelogenous leukemia
(AML)(ATSDR, 2007; Young at al, 1999;US Dept.of Health and Human Service,
1988). Pengujian secara in vivo dan in vitro pada hewan dan manusia juga
mengindikasikan benzena dan zat metabolitnya bersifat genotoksik, merubah gen,
perubahan kromosom pada limfosit, dan sel sumsum tulang. Kerusakan pada
sistem immune juga terjadi pada paparan benzena melalui inhalasi. Hal ini
ditunjukkan oleh menurunnya jumlah antibodi dan menurunnya jumlah leukosit
pada pekerja terpapar. Efek paling sistemik yang dihasilkan pada paparan benzena
kronis dan sedang adalah kegagalan pembentukan sel darah merah. Biomarker
awal untuk paparan benzena tingkat rendah adalah berkurangnya jumlah sel darah.
Penemuan klinis yang biasa dalam hematoksisitas benzena adalah cytopenia, yaitu
penurunan unsur-unsur yang terkandung dalam sel darah yang mengakibatkan
anemia, leukopenia, atau thrombocytopenia pada manusia dan hewan percobaan.
Benzena dapat menyebabkan kerusakan dalam tubuh yang sangat berbahaya yang
disebut anemia aplastik, yaitu dimana tubuh tidak berhasil membentuk sel darah
merah karena rusaknya sum-sum tulang yang memproduksi sel darah. Anemia
aplastik ini merupakan indikasi awal terjadinya acute non-limphocytic leukemia
(leukemia nonlimfosit akut) (Lee et al. 2005; Smith, 1996; Young dan Kaufman,
2008).

Paparan benzena dengan kadar tinggi melalui inhalasi (pernafasan) dapat


menyebabkan kematian, sementara pajanan dosis rendah menyebabkan pusing,
detak jantung cepat, kepala pusing, tremor, kebingungan dan tidak fokus. Apabila
termakan atau terminum bahan dengan kandungan benzena tinggi dapat
menyebabkan batuk, serak, dan rasa terbakar pada mulut, faring, dan
kerongkongan, iritasi pada lambung, rasa mengantuk berlebihan, dan akhirnya
kematian. Efek neurologik telah dilaporkan pada manusia yang terpapar benzena
kadar tinggi. Paparan fatal melalui inhalasi menyebabkan terjadinya vascular
congestion pada otak. Paparan inhalasi kronis dapat menyebabkan terjadinya
distal neuropathy, susah tidur, dan kehilangan memori. Paparan melalui oral
mempunyai efek yang sama dengan pajanan melalui inhalasi. Studi pada hewan
menyatakan bahwa paparan benzena melalui inhalasi menyebabkan berkurangnya
aktivitas listrik di otak, kehilangan refleks, dan tremor. Paparan benzena melalui
kulit tidak menyebabkan kerusakan pada syaraf. Paparan akut melalui oral dan
inhalasi dengan kadar benzena tinggi dapat menyebabkan kematian, yang
berhubungan dengan depresi sistem syaraf pusat (SSP). Paparan tingkat rendah
yang kronis berhubungan dengan efek terhadap sistem syaraf peripheral. Pada
pemajanan akut tingkat sedang dapat menyebabkan sindroma prenarkosis yang
khas, yaitu sakit kepala, perasaan pusing atau mabuk, dan kadang-kadang
mengalami iritasi ringan pada saluran napas dan cerna.

Efek toksik yang paling berarti pada paparan benzena adalah kerusakan
sumsum tulang yang terjadi secara laten dan sering ireversibel, mungkin
disebabkan oleh metabolit benzena epoksida. Sebagai akibatnya menimbulkan
kerusakan genetik dari DNA pada perkembangan tunas-tunas sel dalam tulang
rawan, meningkatkan pertumbuhan myeloblast (precursor sel-sel darah putih) dan
penurunan jumlah hitung sel darah merah dan platelet. Jumlah hitung platelet
normal mendekati 250.000 dengan range dari 140.000 sampai 400.000, jumlah
hitung diluar range ini bukti akibat toksik benzena. Paparan benzena dalam waktu
lama dapat menyebabkan kanker pada organ pembuat darah. Kondisi ini disebut
leukemia. Paparan terhadap benzena juga berhubungan dengan berkembangnya
leukemia jenis AML(acute myelogenous leukemia). IARC (International Agency
for Cancer Research) dan EPA (Environmentai Protection Agency) telah
menyatakan bahwa benzena adalah karsinogenik pada manusia, Gambaran klinis
pra-leukemia meliputi : anemia, leukopenia, pansitopenia, hiperplasia sumsum
tulang, pseudo-Pelger-Huet anomaly dan splenomegali.

Abnormalitas hematologik merupakan perhatian utama dalam penilaian


risiko terhadap paparan benzena. Pengujian laboratoris yang dilakukan terhadap
tenaga kerja yang terpapar benzena dapat mencakup : CBC (Complete Blood
Count) dengan hitung jenis leukosit, hematokrit, haemoglobin, hitung eritrosit,
indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC), dan hitung trombosit.

Anda mungkin juga menyukai