PENDAHULUAN
1
bahasa seseorang, semakin buruk pula penilaian diberikan padanya (Keraf, 2004 :
113).
Penggunaan majas atau gaya bahasa bertujuan untuk memberikan efek-efek
tertentu pada pembaca agar sebuah tulisan menjadi lebih hidup. Selain itu, menurut
Nurgiyanto (1998) penggunaan gaya bahasa merupakan teknik untuk
mengungkapkan bahasa yang maknanya tidak merujuk pada makna harfiah kata-
kata yang mendukung melainkan pada makna yang ditambah atau tersirat.
2
BAB II
ANALISIS
Data 1
Vive le socialisme
Vive l’autogestion
Vive la sécu
Hidup sosialisme
Hidup manajemen diri
Hidup keamanan
A. Konteks
Poster tersebut digunakan pada saat aksi unjuk rasa para pelajar di Prancis
setelah sebelumnya Anas, 22 tahun, seorang pelajar yang melakukan aksi bakar diri
di Lyon pada tanggal 8 November 2019 sebagai bentuk protes kesulitan keuangan
yang kerap dihadapi mahasiswa Prancis. Aksi membakar diri yang dilakukan oleh
Anas mendapatkan simpati dari para pelajar di Prancis lainnya karena hal tersebut
dirasa mendefinisikan kehidupan mereka. Kejadian tersebut memicu unjuk rasa di
sejumlah kota di Prancis memprotes kesulitan keuangan yang dihadapi para
mahasiswa. Badan-badan persatuan mahasiswa di seluruh Prancis menuntut adanya
evaluasi ulang uang kuliah dan mengubah ke sistem beasiswa. Kemudian mereka
3
juga menginginkan asraama-asrama mahasiswa dan layanan kesehatan yang lebih
baik di kampus-kampus.
C. Analisis Makna
Menurut Larrouse.fr, kata vive merupakan sebuah kata yang
mengekspresikan keinginan untuk keberlangsungan hidup yang panjang. Menurut
KBBI, kata “hidup” berarti masih terus ada, bergerak, bekerja semestinya. Ketika
dijadikan dalam satu susunan kata, kata “hidup” ini menjelaskan kata berikutnya
yang digabungkan dalam satu frase. Ketika dihubungkan dalam frase, kata vive
mempunyai makna konotatif yaitu makna yang mengalami pergeseran dari makna
denotatif, tetapi tetap berkaitan dengan makna sebenarnya. Pergeseran pada makna
konotatif tersebut antara lain bergantung pada citra asosiasi dan penilaian tentang
baik buruknya sesuatu (Baylon dan Fabre, 1990:131). Kata vive dalam konteks ini
berarti mendeskripsikan suatu gerakan, membuat sesuatu menjadi lebih hidup atau
diterapkan dan berjalan dengan sebagaimana mestinya. Sesuatu tersebut di antara
4
adalah “le socialisme, l’autogestion dan la sécu” sebagai objek yang diperjuangkan
oleh rakyat di Perancis.
Pada tulisan dalam poster unjuk rasa di atas terdapat gaya bahasa anafora.
Anafora adalah gaya bahasa repetisi yang merupakan pengulangan kata pertama
pada setiap baris atau kalimat. L’anafore est une structure dans laquelle un même
mot commence les propositions ou les phrases. (www.etudes-literaire.com/bac-
francais/figure-de-style.php) “Anafora adalah struktur di mana sebuah kata
memulai kalimat atau frasa-frasa”. Dalam poster tersebut terdapat pengulangan
kata “vive” yang ditulis di setiap awal frasa. Pengulangan tersebut dilakukan untuk
menekankan pada perjuangan untuk menghidupkan hak-hak yang sedang
diperjuangkan.
Data 2
5
Partagé des savoirs
Partagé du pouvoir
Berbagi pengetahuan
Berbagi kekuasaan
A. Konteks
Aksi unjuk rasa tersebut dilakukan oleh ratusan ribu pekerja sektor publik
di kota-kota besar Perancis seperti Prancis dan Nantes untuk memprotes kebijakan
ekonomi pemerintah, termasuk rencana untuk merevisi undang-undang
ketenagakerjaan, menyusun serangkaian reformasi sensitif lainnya termasuk
asuransi pengangguran dan pelayanan publik. Para demonstran memprotes rencana
Presiden Emmanuel Macron untuk memangkas tunjangan pensiun, merombak
asuransi pengangguran dan memungkinkan pesaing perusahaan kereta api nasional
SNCF untuk memasuki pasar Prancis. Pekerja sektor publik marah dengan rencana
untuk memangkas jumlah pegawai sektor publik sebanyak 120.000 pada tahun
2022, termasuk dengan pemutusan hubungan kerja sukarela, dan memperkenalkan
reformasi lain termasuk pembayaran berdasarkan prestasi.
B. Analisis Struktur
Teks pada poster unjuk rasa di atas terdapat dua frasa yang di setiap frasanya
terdiri dari verba (partagé ) + determinator artikel (des, du) + nomina (savoirs,
pouvoir). Partagé merupakan konjugasi participe passé dari kata kerja partager
yang mempunyai arti “berbagi”. “Des” “du” merupakan determinator yang
merupakan sebuah kata yang mendahului nomina yang membentuk frase nominal
dengan inti nomina tersebut. “Des” digunakan untuk menunjukan objek jamak,
sementara “du” merujuk pada objek maskulin tunggal. Kata savoirs merupakan
bentuk jamak dari kata savoir yang berarti “pengetahuan” dan pouvoir berarti
“kekuasaan”.
C. Anlisis Makna
6
menjadi beberapa bagian, berbagi sesuatu dengan seseorang”. Namun, dalam
konteks demokrasi, kata partagé des savoirs mempunyai makna konotatif yaitu
mengandaikan bahwa setiap orang memiliki hak yang sama untuk diperhitungkan.
Hal itu merupakan ekspresi dari tuntutan akan hak yang sama bagi setiap individu
untuk diakui sebagai anggota masyarakat. Bentuk-bentuk partagé des savoirs
‘berbagi pengetahuan’ ini, melalui gerakan-gerakan yang dilakukan untuk
berkonfrontasi agar suaranya didengar. Berangkat dari Partagé des savoirs,
kemudian berakhir pada partagé du pouvoir ‘berbagi kekuasaan’ yang mempunyai
makna konotatif bahwa rakyat juga dapat berpartisipasi dalam kebijakan-kebijakan
pemerintahan.
Savoirs pouvoir
sa.vwaʁ pu.vwaʁ
Kata savoirs dan pouvoir mempunyai bunyi yang hampir sama, tetapi kedua
kata tersebut memiliki makna yang berbeda.
7
Data 3
A. Konteks
B. Analisis Struktur
Teks pada poster demonstrasi tersebut merupakan frasa nominal yang terdiri
dari nomina (Le pouvoir) + nomina partikel (par, pour) + nomina (le peuple). Kata
“le” merupakan artikel yang digunakan untuk merujuk pada nomina maskulin
tunggal. Le pouvoir merupakan pergeseran kelas kata dari verba menjadi nomina
yang ditandai dengan artikel le yang semula berarti ‘dapat/mampu’ menjadi
‘kekuasaan’. Le peuple berkedudukan sebagai subjek sementara le pouvoir adalah
objek.
8
C. Analisis Makna
9
adalah gaya bahasa yang berupa pemakaian nama ciri atau nama hal yang ditautkan
dengan orang, barang, atau hal sebagai penggantinya
(https://kbbi.web.id/metonimia). Pada teks slogan tersebut, metonimia dapat
ditemukan pada kata le pouvoir. Le pouvoir merupakan bentuk metonimia dari
orang-orang yang mempunyai hak atau kekuasaan dan otoritas politik. Sehingga,
pada konteks ini le pouvoir mempunyai makna yang merujuk pada le
gouvernement.
10