Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH ANALISIS WACANA

Klasifikasi Wacana Berdasarkan Isinya


Kelompok 8
Dian Nurul Haq (2110722013), M. Joedhy Al Shaddiq (2110721021),
Rinjani Nabila (2110723005)

Pendahuluan

Menurut Mulyana (2005:57-63) klasifikasi wacana berdasarkan isi, relatif mudah


dikenali. Hal ini disebabkan antara lain, oleh tersedianya ruang dalam berbagai media yang
secara khusus langsung mengelompokkan jenis-jenis wacana atas dasar isinya. Isi wacana
sebenarnya lebih bermakna sebagai ‘nuansa’ atau muatan tentang hal yang ditulis, disebutkan,
diberitakan, atau diperbincangkan oleh pemakai bahasa (wacana).

Rani, dkk. (2006:3) dalam buku yang berjudul Analisis Wacana menyatakan bahwa
wacana merupakan satuan bahasa yang paling besar yang digunakan dalam komunikasi. Satuan
bahasa dibawahnya secara berturut-turut adalah kalimat, frase, kata, dan bunyi. Secara berurutan,
rangkaian bunyi membentuk kata. Rangkaian kata membentuk frase dan rangkaian frase
membentuk kalimat. Akhirnya, rangkaian kalimat membentuk wacana. Semuanya itu bisa lisan
atau tulis.

Klasifikasi wacana diperlukan untuk memahami, mengurai, dan menganalisis wacana


secara tepat. Ketika analisis diperlukan, perlu diketahui terlebih dahulu jenis wacana yang
dihadapi. Pemahaman ini sangat penting agar proses pengkajian, pendekatan, dan teknik-teknik
analisis wacana yang digunakan tidak keliru (Mulyana, 2005:47)

Pembagian wacana dapat dipilah atas dasar beberapa segi, yaitu berdasarkan bentuk,
Jenis Wacana berdasarkan media penyampaiannya, Jenis wacana berdasarkan jumlah penutur,
Jenis Wacana Berdasarkan Sifat, Jenis Wacana Berdasarkan Isi, Jenis Wacana Berdasarkan
Gaya, Jenis Wacana Berdasarkan Tujuan. Dalam makalah ini kelomok delapan akan
menjelaskan klasifikasi wacana berdasarkan isi, berikut penjelasannya.
Pembahasan

Berdasarkan isinya, wacana dapat dipilah menjadi: wacana politik, wacana sosial, wacana
ekonomi, wacana budaya, wacana militer, wacana hukum, dan wacana kriminalitas. Wacana
yang berkembang dan digunakan secara khusus dan terbatas pada ‘dunia’-nya itu, dapat juga
disebut sebagai register, yaitu pemakaian bahasa dalam suatu lingkungan dan kelompok tertentu
dengan nuansa makna tertentu pula.

a. Wacana politik

Banyak orang memandang politik sebagai suatu bidang yang penuh siasat, strategi, trik, dan
teknik, dan taktik. Bahkan, ada yang menganggapnya bidang yang penuh kelicikan.
Bagaimanapun juga bidang politik melahirkan istilah dan jorgan politik yang maknanya yang
lebih dipahami oleh orang-orang di lingkungan itu sendiri.

Menurut Mulyana (2005 ; 57) mengatakan bahwa :

“sebagian orang memandang dunia politik sebagai dunia sesat, penuh strategi, dan mungkin
kelicikan. Lingkungan politik yang demikian itu pada gilirannya melahirkan istilah-istilah
tertentu yang maknanya sangat terbatas.”

Contoh :

Ketika dunia reformasi (pembangunan kembali segala aspek kehidupan bangsa)


dirasakan berhenti, banyak pihak kembali berteriak dan berkeluh. Dari sinilah lahir
misalnya wacana Reformasi mati suri. Maknanya, hal yang diperjuangkan dalam gerakan
reformasi tidak lagi bergerak, alias mati suri. Akibatnya, penyakit bangsa seperti KKN
(korupsi, kolusi, nepotisme) kembali merajalela. Harga-harga bahan pokok (sembako)
tetapi liar, tidak terkontrol kesengsaraan pun tetap menjadi hidangan sehari-hari rakyat
kecil.

b. Wacana sosial

Menurut Mulyana (2005 ;58) mengatakan bahwa :

“Wacana sosial berkaitan dengan kehidupan sosial dan kehidupan sehari-hari masyarakat.
Memang sulit untuk mengatakan : apa persoalan yang bukan merupakan persoalan sehari-hari.
Masalah makan, pangan, rumah, tanah, pernikahan, kematian, dan sebagainya merupakan
sejumlah kecil masalah sosial tersebut”.

Contoh :

1. “ Persoalan tanah menjadi salah satu persoalan hidup yang utama, serius, dan
sensitif karena persoalan tanah mudah menimbulkan konflik sosial dan bisa melibatkan
lembaga atau institusi. Secara hukum formal, setatus tanah sebagai atas hak pakai (HP),
hak guna bangunan (HGB) dan hak milik (HM). Bahkan, akhir-akhir ini ada yang
menurut adanya setatus tanah, sebagai hak menetap, tanah rakyat, tahan warisan Tuhan,
dan tanah untuk hak tinggal seumur hidup.”

c. Wacana ekonomi

Wacana ekonomi sangat berkaitan dengan bidang ekonomi. Pada wacana ekonomi, terdapat
beberapa regester dan setiap regester memiliki kekhasan sendiri. Banyak kata dan istilahnya
yang hanya dikenal di dunia bisnis dan ekonomi. Persaingan pasar, biaya produksi, biaya tinggi,
konsumen, inflasi, devaluasi, indeks harga saham gabungan, dan uang kartal adalah contoh kata
atau istilah dalam bidang ekonomi.

Menurut Mulyana (2005 ;58) mengatakan bahwa :

“Wacana ekonomi berkaitan dengan persoalan ekonomi. Dalam wacana ekonomi, ada beberapa
register yang hanya dikenal di dunia bisnis dan ekonomi. Ungkapan-ungkapan
seperti persaingan pasar, biaya produksi tinggi, langkanya sembako, konsumen dirugikan,
inflasi, devaluasi, harga saham gabungan, nata unag dan sejenisnya merupakan contoh-contoh
regester ekonomi.

Contoh :

“ Upaya Pemerintah untuk melakukan kembali kemabil surat utang negara (buy back
SUN) lebih dari Rp 1 triliun pada setiap jatuh tempo SUN bertujuan untuk mengurangi
beban pembayaran pokok utang pada tahun-tahun yang memiliki jatuh tempo besar.
Upaya itu… .”

d. Wacana Budaya

Wacana budaya berkaitan dengan kreativitas kebudayaan. Wilayah wacana budaya lebih
berkaitan dengan wilayah ‘ kebiasaan atau tradisi, adat, sikap hidup dan hal-hal yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari’ wilayah itu kemudian menghasilkan bentuk-bentuk
kebahasaan, yang isinya kemudian disebut wacana budaya.

Menurut Mulyana (2005 ; 59) mengatakan bahwa :

“Wacana budaya berkaitan dengan aktivitas kebudayaan. Meskipun sampai saat ini makna
‘kebudayaan’ masih terus diperdebatkan, namun pada wilayah kewicanaan ini, kebudayaan lebih
dimaknai sebagai wilayah ‘kebiasaan atau tradisi, adat, sikap hidup, dan hal-hal yang berkaitan
dengan kehidupan manusia sehari-hari’. Wilayah tersebut kemudian menghasilkan bentuk-
bentuk kebahasaan sabagai representasi aktivitasnya yang kemudian disebut wacana budaya.”
Contoh :

Wacana di bawah ini meliputi norma khusus budaya Jepang.

jika sesuatu yang buruk terjadi pada seseorang karena saya

saya akan mengatakan sesuatu seperti ini pada orang ini :

saya merasakan sesuatu yang buruk karena ini

Contoh ini menggambarkan kecenderungan yang terkenal dalam bahasa Jepang


untuk apologise 'minta maaf' dalam ranah situasi yang luas, tetapi apologise tidak diandalkan
sebagai verba tindak ujar dalam bahasa Inggris. Jika digunakan, akan menjadi etnosentris dan
menyesatkan. Konsep ikatan budaya seperti apology kurang tepat sebagai alat deskriptif dan
analitis dalam lintas budaya. Istilah bahasa Inggris juga menyesatkan dalam
komponen makna, seperti ‘Saya melakukan sesuatu yang buruk pada Anda’. Yang disebut
dengan

apology bahasa Jepang tidak mensyaratkan komponen itu. Orang diharapkan melakukan hal
itu jika tindakannya menyebabkan orang lain menderita atau merasa tidak enak
meskipun tindakannya dilakukan secara tak langsung. Oleh karenanya, wacana di atas lebih
akurat bila diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang.

e. Wacana Militer

Hingga saat ini wacana militer hanya dipakai dan berkembang di bidang militer. Nama instansi
militer, nama dukumen, bahkan birokrasi kepangkatan ataupun komunikasi di bidang militer
sering mengunakan istilah yang hanya dikenal di kalangan militer. Istilah ataupun mana itu pada
umumnya berbentuk singkatan dan akronim, baik silabis maupun alfabetis.

Contohnya ;

Koramil (komando rayon militer)

Dephankam (depertemen pertahanan dan keamanan)

letjen (letnan jenderal)

opsmil (oprasi militer)

wamil (wajib militer)


pamen (perwira menengah)

prada (prajurid dua)

yonziepur (batalyon zeni tempur)

kata, nama, ataupun istilah itu umumnya hanya dikenal dan di gunakan di bidang militer.
Munculnya singkatan atau akronim baru di dunia militer biasanya berkait langsung dengan
munculnya kebijakan atau keputusan baru.

Wacana jenis ini hanya dipakai, dikembangkan di dunia militer. Instasi militer dikenal sangat
suka menciptakan istilah-istilah khusus yang hanya dikenal oleh kalangan militer. Contoh istilah
dalam wicana militer seperti operasi militer, desersi, intelijen, apel pagi, sumpah prajurit,
veteran, dan lain-lain.

f. Wacana Hukum dan Kriminalitas

Persoalan hukum dan kriminalitas, sekalipun bisa dipisahkan, namun keduanya bagaikan dua sisi
dari mata uang: berbeda tetapi menjadi satu kesatuan. Kriminalitas menyangkut hukum, dan
hukum mengelilingi kriminalitas. Contoh istilah yang digunakan dalam wacana hukum dan
kriminalitas seperti tersangka, tim pembela, kasasi, vonis, hakim.

g. Wacana olahraga dan Kesehatan

Bidang olahraga dan kesehatan bisa debedakan meskipun kedudukannya berkaitan dan mungkin
memiliki timbal balik. Tentu saja pilihan kata dan istilah khusus dapat ditafsirkan dengan benar
jika diketahui konteks pemakaiannya.

Wacana olahraga dan kesehatan berkaitan dengan masalah olahraga dan kesehatan. Masalah
yang berkaitan dengan kesehatan misalnya, muncul kalimat ”Sempat joging 10 menit,
didiagnosis jantung ringan”. Istilah joging adalah aktivitas olahraga ringan yang berkaitan
dengan kesehatan. Oleh karena itu, munculnya istilah ’jantung ringan’ pada bagian berikutnya
sama sekali bukan berarti berat jantung yang ringan (tidak berat), tetapi jenis sakit jantung pada
stadium awal (masih belum mengkhawatirkan).
Kesimpulan

Klasifikasi wacana berdasarkan isi tersedia ruang dalam berbagai media yang secara
khusus langsung mengelompokkan jenis-jenis wacana atas dasar isinya. Isi wacana sebenarnya
lebih bermakna sebagai ‘nuansa’ atau ‘muatan’ tentang yang ditulis, disebutkan, diberitakan,
atau diperbincangkan oleh pemakai bahasa (wacana). klasifikasi wacana berdasarkan isi ini dapat
dipilah menjadi :wacana politik,wacana sosial, wacana ekonomi, wacana budaya, wacana militer,
wacana hukum, dan wacana olahraga.

Referensi :

Analisis Wacana. Universitas Sebelas Maret. Jawa Tengah.

Mulyana. 2005. Kajian Wacana:Teori, Metode, dan Aplikasi prinsip-Prinsip Analisis


Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Abdul, Rani Dkk. 2006. Analisis Wacana Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian.
Malang: Bayu Media Publishing.

Nababan, Sri Utari Subyakto. 1999. Analisis Wacana dan Pengajaran Bahasa. Jakarta:
IKIP Jakarta.
Dokumentasi

Keterangan :

Hari/ Tanggal : Kamis/ 9-November-2023


Waktu : 14.00 - 16.45

Tempat : Gedung E, Kelas 1.4

Anda mungkin juga menyukai