Anda di halaman 1dari 2

Nama : Thoha Dwi Nugraha

Kelas : 3TB07
NPM : 25317944

BENTENG VREDEBURG
Benteng Vredeburg dibangun pertama kali pada tahun 1760 atas perintah dari Sri Sultan
Hamengku Buwono I dan permintaan pihak pemerintah Belanda. Benteng Vredeburg
mengalami beberapa perubahan setelah pembangunan awal. Pada tahun 1767, benteng dengan
luas 1134.55 m² dibangun lebih permanen atas usul gubernur Belanda yang bernama W.H. Van
Ossenberg. Benteng dibangun di bawah pengawasan seorang arsitek Belanda bernama Ir.
Frans Haak dan pembangunannya selesai pada tahun 1787.

Setelah pembangunan selesai, benteng ini diberi nama “Rustenburg” yang berarti benteng
peristirahatan. Pada tahun 1867, terjadi gempa hebat di Yogyakarta dan mengakibatkan banyak
bangunan yang runtuh, termasuk Rustenburg. Kemudian, segera setelahnya diadakan
pembangunan kembali benteng Rustenburg ini yang kemudian namanya diganti menjadi
“Vredeburg” yang berarti benteng perdamaian. Hal ini sebagai wujud simbolis manifestasi
perdamaian antara pihak Belanda dan Keraton.

Dengan mengunjungi Benteng Vredeburg, IDEA Lovers juga dapat melihat paduan
kemegahanan arsitektur Belanda dan aristektur lokal (Yogyakarta). Fungsi awal Benteng
Vredeburg pada awal abad 18 adalah sebagai bangunan pertahanan. Di dalamnya terdapat
perwira maupun prajurit yang bertempat tinggal, maka fungsi tempat tinggal menjadi fasilitas
utama yang dibangun.
Bangunan ini terbagi menjadi 2 bagian dengan kode M3 dan M4 dengan dua struktur bangunan
yang berbeda.

Pola ruang pada gedung M3 sebelum perubahan menjadi fungsi Diorama 1 memperlihatkan
bahwa pada bangunan ini terdapat 4 unit hunian. Sedangkan pada bangunan M4, pola ruang
saat dilakukan penelitian memperlihatkan bahwa pada bangunan ini terdapat pola ruang yang
sama pada bangunan M3. Bangunan M4 juga dibagi menjadi 4 unit hunian. Terdapat bangunan
servis (bangunan M5) sebagai fungsi penunjang seperti kamar mandi dan dapur yang terletak
terpisah dengan bangunan induk, yang dihubungkan dengan atap dan gallery.

Bangunan M4 lebih menunjukkan bangunan relatif lebih tua dari bangunan M3 meski
bangunan ini berhimpitan. Bangunan M4 dibangun pada masa ornamentasi pada bangunan
masih dianggap penting, mengingat bangunan ini diperuntukkan bagi perwira dengan pangkat
tertinggi. Hal ini dapat dilihat pada hiasan kayu semacam lisplang, hiasan pada pilar-pilar teras
yang terbuat dari besi dan hiasan pada ujung dinding bagian depan.

Pada bangunan M3 menunjukkan ornamentasi pada bangunan sudah tidak menjadi hal yang
penting. Bentukan eksterior dari kedua bangunan mulai mengadaptasi dari bentuk arsitektur
lokal (Yogyakarta), dimana terdapat ruang-ruang terbuka seperti teras depan dan teras
belakang.Karakteristik arsitektur Belanda pada bangunan masih terlihat pada bentukan pintu
dan jendela.

Benteng ini dibangun pertama kali dengan dikelilingi oleh sebuah parit. Bangunan tersebut
dibangun dengan bentuk bujur sangkar yang di keempat ujungnya dibangun seleka atau
bastion.Sri Sultan HB IV menamakan keempat sudut itu sebagai Jaya Wisesa (sudut barat
laut), Jaya Purusa (sudut timur laut), Jaya Prakosaningprang (sudut barat daya), dan Jaya
Prayitna (sudut tenggara).

Anda mungkin juga menyukai