Gas Well Deliverability
Gas Well Deliverability
Secara garis besar, terdapat dua jenis uji sumur untuk sumur gas,
yang pertama adalah uji deliveribilitas termasuk back pressure test, Isochronal test
dan Modified Isochronal test dan yang kedua adalah pressure test (pressure
sumur dengan tekanan atmosfer, dan harga AOF diukur langsung dengan
dengan cara ini hanya efektif untuk digunakan pada sumur yang dangkal,
sedangkan sumur gas yang dalam dengan ukuran tubing yang kecil akan
memberikan hasil yang tidak akurat. Pembukaan sumur yang relatif lama akan
kerusakan pada formasi serta dapat menimbulkan bahaya lain yang tidak
deliverability yang lebih modern dengan menggunakan laju aliran yang sesuai dan
Isochronal.
berproduksi, yang dinyatakan dalam bentuk grafik (Pr2 –Pwf2) vs Qsc. Uji
dengan laju alir, tekanan dan data lain yang dicatat sebagai fungsi dari waktu.
Indikator produktivitas yang diperoleh dari uji ini adalah Absolute Open Flow
Potential (AOFP), yang didefinisikan sebagai kemampuan suatu sumur gas untuk
memproduksi gas ke permukaan dengan laju alir maksimum pada tekanan alir
dasar sumur (sandface) sebesar tekanan atmosphere (± 14,7 psia). Hal ini tidak
dapat diukur secara langsung tetapi dapat diperoleh dari uji deliverability.
Pada masa awal tes penentuan deliverabilitas ini sudah dikenal persamaan
empiris yang selaras dengan hasil pengamatan. Persamaan ini menyatakan bahwa
hubungan antara Qsc terhadap ∆p2 pada kondisi aliran yang stabil.
Dimana :
yang stabil
(Mscfd/psia2)
Grafik Deliverabilitas
Convensional back pressure atau disebut juga flow after flow test , metode
ini pertama kali ditemukan oleh Pierce dan Rawlins (1929) untuk mengetahui
(back pressure) yang berbeda-beda. Pelaksanaan dari tes yang konvensional ini
dimulai dengan jalan menutup sumur, untuk menentukan harga Pr. Selanjutnya
sumur diproduksi dengan laju sebesar Qsc sehingga aliran mencapai stabil,
sebelum diganti dengan laju produksi lainnya. Setiap perubahan laju produksi
Gambar 4.2. Analisis deliverability didasarkan pada kondisi aliran yang stabil.
Untuk keperluan ini diambil tekanan alir di dasar sumur (Pwf), pada akhir
Gambar 4.2
2. Sumur diproduksi dengan laju aliran tertentu (q1) hingga mencapai tekanan
stabil dan catat laju alir serta tekanan alir sebagai q1dan Pwf1.
3. Kemudian ubah laju aliran menjadi q2 hingga mencapai tekanan stabil dan catat
Back Pressure Test hanya dapat memberikan hasil yang baik bila
dengan permeabilitas rendah, akan diperlukan waktu yang cukup lama untuk
mencapai kondisi yang stabil, sehingga apabila uji dilakukan pada sumur
yang belum mempunyai fasilitas produksi, jumlah gas yang dibakar cukup besar.
sumur dengan permeabilitas rendah yang memerlukan waktu yang lama untuk
mencapai kondisi stabil. Cullender juga mengusulkan suatu cara tes berdasarkan
radius), rd adalah fungsi dari tD dan tidak dipengaruhi oleh laju produksi. Ia
mengusulkan laju yang berbeda tetapi dengan selang waktu yang sama, akan
memberikan grafik log ∆p2 vs log Qsc yang linier dengan harga eksponen n yang
Tes ini terdiri dari serangkaian proses penutupan sumur sampai tekanan
menanti kondisi stabil. Diagram laju produksi dan tekanan di dasar sumur dapat
dilihat pada Gambar 4.3. Setiap perubahan laju produksi didahului oleh penutupan
Pada Gambar 4.3 ditunjukkan beberapa hal penting yang berkaitan dengan
1. Waktu alir, kecuali pengaliran yang terakhir, berlangsung dalam selang waktu
yang sama.
sama panjang.
Gambar 4.3
2. Sumur diproduksikan dengan laju aliran q1 selama waktu t1, dan catat laju
4. Sumur diproduksi selama waktu t2 (sama dengan t1) dengan ukuran choke yang
berbeda dan catat laju aliran dan tekanan alir sebagai q2 dan Pwf2.
5. Ulangi langkah 3 dan 4 beberapa kali (umumnya cukup sampai empat titik)
perbedaannya terletak pada penutupan sumur tidak perlu mencapai kondisi stabil.
Pada reservoir yang ketat, penggunaan tes isochronal belum tentu menguntungkan
bila diinginkan penutupan sumur sampai mencapai keadaan stabil. Katz dkk(1959)
telah mengusulkan suatu metode untuk memperoleh hasil yang mendekati hasil
tes isochronal. Perbedaan metode ini dengan metode lain terletak pada
persyaratan bahwa penutupan sumur tidak perlu mencapai stabil. Selain dari itu,
seperti pada metode isochronal, kecuali untuk harga Pr diganti dengan Pws, yaitu
harga tekanan yang dibaca pada akhir dari setiap massa penutupan sumur. Dari
Gambar 4.4. terlihat bahwa untuk suatu harga q diperoleh pasangan ∆p2 dengan
dengan jalan menggambarkan sebuah garis sejajar yang melalui (Pws2- Pwf2).
Gambar 4.4
1. Sumur ditutup dan tekanan terukur dicatat sebagai tekanan rata-rata reservoir
Pwf1 (=Pr). Selama periode penutupan sumur, tekanan statik sumur akan
membentuk beberapa harga Pws yang mana harga Pws ini akan semakin kecil
2. Sumur diproduksi dengan laju aliran tertentu (q1) selama waktu t1 dan catat
3. Sumur ditutup kembali selama waktu t, dan catat tekanannya sebagai Pwf2.
4. Sumur diproduksi selama t2 (sama dengan t1) dengan ukuran choke yang
berbeda, dan catat laju aliran dan tekanan alir sebagai q2 dan Pwf2.
5. Ulangi langkah 3 dan 4 beberapa kali (umumnya cukup sampai empat titik)
dengan waktu aliran dan waktu penutupan sama dengan t1 hingga mencapai