Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Penelitian &

ISSN: 2442-448X Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389 Juli 2017


PPM

FENOMENA “NGELEM” OLEH ANAK JALANAN DI KOTA MAKASSAR

OLEH :
AZHARY ADHYN ACHMAD, NANDANG MULYANA, MUHAMMAD FEDRYANSYAH

Abstrak
Perkembangan suatu wilayah akan selalu diikuti dengan berbagai masalah. Hal ini terjadi karena
perkembangan wilayah akan diikuti dengan adanya perubahan social dalam masyarakat. Tidak
semua perubahan social yang terjadi sesuai dengan yang direncanakan. Akibatnya muncul dampak
perubahan social yang merupakan masalah social. Masalah social yang paling sering terlihat di kota
besaar adalah kehadiran anak jalanan. Kehadiran anak jalanan ini sebagai dampak dari perubahan
social yang terjadi.
Kehadiran anak jalanan akan diikuti dengan adanya masalah social lainnya yaitu perilaku bebas
dari anak jalanan tersebut. Saah satu perilaku bebas tersebut adalah perilaku “ngelem” yang
dilakukan oleh anak jalanan. Perilaku “ngelem” ini mempunyai dampak yang tidak baik bagi anak
jalanan. Dampaknya tidak hanya bersifat fisik saja tetapi juga bersifat psikologis dan social.
Untuk mengatasi permasalahan perilaku “ngelem yang dilakukan oleh anak jalan tidak hanya
dilakukan intervensi yang bersifat represif saja. Diperlukan juga intervensi yang bersifat preventif.
Selain itu intervensi tidak hanya dilakukan pada masalah yang terjadi saat ini juga dilakukan pada
factor penyebab dan ddampak dari masalah tersebut.
Kata kunci : perubahan social, anak jalanan, dan intervensi

Pendahuluan bertambahnya masalah yang dialami oleh anak


jalanan.
Fenomena anak jalanan semakin
mengkhawatirkan. Anak jalanan merupakan Kota Makassar juga mengalami
anak-anak yang menghabiskan waktunya di fenomena anak jalannan ini. Data Dinas Sosial
jalanan untuk bekerja dan bersosialisasi Kota Makassar, menyebutkan bahwa pada
dengan orang lain. Data UNICEF pada tahun tahun 2016 ini jumlah anak jalanan di
2008 terdapat 100 juta anak jalanan di dunia. Makassar meningkat menjadi 1.000 orang, dari
Di Indonesia, berdasarkan data dari pusat data tahun-tahun sebelumnya yang berkisar 500
dan informasi kesejahteraan sosial orang. Keberadaan anak jalanan di Kota
Kementerian Sosial RI, jumlah anak jalanan Makassar terfokus pada beberapa titik seperti
mengalami tren menurun. Pada tahun 2006 dipertokoan dan mall, serta perempatan jalan.
sebanyak 232.894 anak, pada tahun 2010 Jika ditelusuri secara mendalam,
sebanyak 159.230 anak, tahun 2011 sebanyak fenomena anak jalanan secara garis besar
67.607 anak, dan tahun 2015 sebanyak 33.400 sebagai akibat dari dua hal mendasar, yang
anak. Penurunan jumlah ini tidak serta merta pertama adalah problema psikososial, yaitu
fenomena anak jalanan berkurang. Penurunan hubungan antara orang tua dan anak tidak
angka anak jalanan ini diiringi dengan semakin

361
Jurnal Penelitian &
ISSN: 2442-448X Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389 Juli 2017
PPM

harmonis. Orang tua kurang peduli dan kurang Kebiasaan untuk menghirup lem atau
perhatian kepada anak-anaknya sehingga anak sering disebut “ngelem” merupakan salah satu
mencari perhatian di luar rumah, yakni jalanan cara untuk menghilangkan stress. Selain itu
sebagai bentuk pelarian atau kompensasinya. kebiasaan untuk “ngelem juga dipengaruhi
Kedua, problema sosial ekonomi yang oleh teman-teman yang lain sebagai bentuk
didominasi oleh masalah kemiskinan dan dari solidaritas diantara anak-anak jalanan.
kebodohan, sehingga banyak orang tua atau “ngelem” juga seringkali dijadikan syarat
keluarga yang tidak mampu menyediakan untuk diterima dalam pergaulan ataupun
kebutuhan dasar anak termasuk kebutuhan komunitas tertentu.
untuk mendapatkan pendidikan secara layak. Bahaya yang diakibatkan dari “nglem”
Kurang atau tidak tersedianya fasilitas bermain ini dapat bermacam-macam dan terkadang
bagi anak-anak di tempat tinggal mereka yang pecandunya kebanyakan tidak mengetahui
kumuh. organ tubuh mana saja yang dapat terserang.
Kebanyakan anak jalanan ini mencari Bahayanya tidak hanya menyerang organ
makan dengan jalan sebagai pengamen, tubuh seperti otak, jantung dan paru-paru,
pengemis, pedagang asongan, penjual koran bahkan virus pun akan lebih mudah masuk
bahkan ada sebagian yang berlaku sebagai kedalam tubuh mereka. Tidak hanya
preman. Mereka bekerja dari siang hingga menyerang fisik, melainkan mental, emosional
malam hari. Hal ini tentu saja merupakan dan spiritual mereka pun akan terganggu.
kondisi yang memprihatinkan mengingat jam
kerja yang lumayan panjang sehingga
gangguan kesehatan yang rentan terjadi dan Tinjauan Konseptual
ancaman kejahatan seperti pemalakan. Selain 1. Analisis terhadap Anak Jalanan
itu dengan hidup bebas yang dijalaninya, anak
jalanan juga rentan terhadap penggunaan a. Definisi Anak Jalanan
narkoba.. Anak jalanan adalah istilah yang sudah
Mengingat harga narkoba yang tidak sangat akrab bagi kita. UNICEF
terjangkau, sebagai alternatif anak jalanan mendefenisikan tentang anak jalanan adalah :
menggunakan zat adiktif untuk memenuhi Street child are those who have abandoned
kebutuhan anak narkobanya. Zat adiktif yang their homes, school and immediate
paling sering digunakan oleh anak jalanan itu communities before they are sixteen years of
adalah lem aibon yang dihirup seperti halnya age, and have drifted into a nomadic street life
dengan beberapa jenis narkotika tertentu. (anak jalanan merupakan anak-anak berumur
Perbuatan ini disebut Inhalen. Inhalen adalah dibawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri
dimana seseorang menghirup uap dari zat dari keluarga, sekolah dan lingkungan
pelarut (thinner cat), uap lem, atau zat lainnya masyarakat terdekatnya, larut dalam
yang dapat membuat mabuk. Inhalen sendiri kehidupan yang berpindah-pindah di jalan raya
adalah senyawa organik berupa gas pelarut (H.A Soedijar, 1988:16).
yang mudah menguap. Senyawa ini biasa Menurut Departemen Sosial Republik
ditemukan dalam zat – zat yang mudah Indonesia (2005:5) defenisi anak jalanan
ditemukan anak – anak dan remaja seperti lem adalah anak yang menghabiskan sebagian
aica aibon, pelarut cat, tip-ex, bensin, pernis, besar waktunya untuk melakukan kegiatan
aseton, dan sebagainya. Dengan harga yang hidup sehari-hari di jalanan baik untuk mencari
cukup murah dan dijual secara bebas, maka nafkah atau berkeliaran di jalanan dan tempat-
produk yang mengandung inhalen menjadi tempat umum lainnya.
semacam narkotika yang mudah didapatkan.

362
Jurnal Penelitian &
ISSN: 2442-448X Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389 Juli 2017
PPM

b. Jenis Anak Jalanan adalah halusinogen yang paling terkenal. Ini


adalah narkoba sintetis yang disarikan dari
Surbakti dkk. (1997), ada tiga kategori
jamur kering (dikenal sebagai ergot) yang
anak jalanan, yaitu children on the street,
tumbuh pada rumput gandum. LSD adalah
children of the street dan children in the street
cairan tawar, yang tidak berwarna dan tidak
atau sering disebut juga children from families
berbau yang sering diserap ke dalam zat yang
of the street. Pengertian untuk children on the
cocok seperti kertas pengisap dan gula blok,
street adalah anak-anak yang mempunyai
atau dapat dipadukan dalam tablet, kapsul atau
kegiatan ekonomi di jalanan yang masih
kadang-kadang gula-gula. Bentuk LSD yang
memiliki hubungan dengan keluarga. Ada dua
paling popular adalah kertas pengisap yang
kelompok anak jalanan dalam kategori
terbagi menjadi persegi dan dipakai dengan
children on the street, yaitu anak-anak yang
cara ditelan.
tinggal bersama orang tuanya dan senantiasa
pulang ke rumah setiap hari, dan anak-anak Untuk penggunaan LSD efeknya dapat
yang melakukan kegiatan ekonomi dan tinggal menjadi nikmat yang luar biasa, sangat tenang
di jalanan namun masih mempertahankan dan mendorong perasaan nyaman. Sering kali
hubungan dengan keluarga dengan cara pulang ada perubahan pada persepsi, pada
baik berkala ataupun dengan jadwal yang tidak penglihatan, suara, penciuman, perasaan dan
rutin. tempat. Efek negatif LSD dapat termasuk
hilangnya kendali emosi, disorientasi, depresi,
Children of the street adalah anak-anak
kepeningan, perasaan panik yang akut dan
yang menghabiskan seluruh atau sebagian
perasaan tak terkalahkan, yang dapat
besar waktunya di jalanan dan tidak memiliki
mengakibatkan pengguna menempatkan diri
hubungan atau ia memutuskan hubungan
dalam bahaya fisik.
dengan orang tua atau keluarganya. Children
in the street atau children from the families of Pengguna jangka panjang dapat
the street adalah anak-anak yang mengakibatkan sorot balik pada efek
menghabiskan seluruh waktunya di jalanan halusinogenik, yang dapat terjadi berhari- hari,
yang berasal dari keluarga yang hidup atau berminggu-minggu atau bahkan berbulan-
tinggalnya juga di jalanan. bulan setelah memakai LSD. Tidak ada bukti
atau adanya ketergantungan fisik dan tidak ada
gejala putus zat yang telah diamati bahkan
2. Tinjauan terhadap Lem sebagai Zat setelah dipakai secara berkesinambungan.
Adikitf namun, ketergantungan kejiwaan dapat terjadi.
Lem adalah sejenis bahan serbaguna, Efek LSD normalnya 6-12 jam setelah
untuk merekatkan berbagai alat atau barang. menggunakan, tergantung pada dosis,
Lem ini berguna untuk merekatkan barang dari toleransi, berat badan dan umur. Keberadaan
bahan kulit binatang (tas, sepatu), plastik, LSD tidak lebih lama keberadaannya daripada
kayu, kertas, aluminium, karet, tembaga, besi obat-obat dengan level signifikan di dalam
dan lain-lain. Jenis lem ini sering darah.
disalahgunakan oleh anak-anak jalanan untuk
membuat mereka mabuk karena lem ini
termasuk kategori zat adiktif yang berbahaya. Metode
Kajian ini menggunakan data sekunder
Zat yang ada dalam lem adalah zat kimia
yang didasarkan kepada studi dokumentasi dan
yang bisa merusak sel-sel otak dan membuat
pustaka. Studi dokumentasi lebih diarahkan
kita menjadi tidak normal, sakit bahkan bisa
untuk mengkaji dan menganalisis hasil laporan
meninggal. Salah satu zat yang terdapat di
serta data yang telah dipublikasikan yang
dalam lem adalah Lysergic Acid Diethyilamide
berkaitan dengan fenomena yang dikaji.
(LSD). Lysergic acid diethylamide (LSD)

363
Jurnal Penelitian &
ISSN: 2442-448X Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389 Juli 2017
PPM

Sementara itu studi pustaka lebih diarahkan jalanan untuk melakukan kegiatan “ngelem”.
untuk menganlisis fenomena yang ada Kegiatan “ngelem” merupakan sarana bagi
didasarkan kepada konsep atau teori yang anak jalanan untuk menghilangkan stress yang
sesuai dengan fenomena yang dikaji diderita selama hidup di jalanan. Factor
lainnya yang menjadi penyebab anak jalanan
untuk “ngelem” adalah sebagai bentuk
Hasil Penelitian solidaritas. Kegiatan “ngelem” yang
1. Faktor-faktor Penyebab Anak Jalanan dilakukan oleh teman-temannya mendorong
“ngelem” anak jalanan yang lain untuk ikut terlibat
dalam kegiatan “ngelem tersebut. Dengan
Lem fox dan aibon merupakan jenis lem demikian kegiatan “ngelem” yang dilakukan
yang paling banyak digunakan oleh anak juga sebagai sarana untuk diterima dalam
jalanan di Kota Mkasaar untuk “ngelem”. Lem suatu pergaulan dalam komunitas anak
ini merupakan zat adiktif berbahaya yang jalanan.
sangat mudah didapat karena keberadaannya
yang legal. Hal ini yang menyebabkan Kegiatan :ngelem” juga dipengaruhi
penyalahgunaan pemakaian lem ini sangat oleh factor keinginan untuk mendapatkan
cepat perkembangannya terutama di dunia perhatian lebih dari pihak lain baik itu teman
anak jalanan. Jika kita sering melihat anak- sesama anak jalanan maupun orang lain dalam
anak jalanan yang sedang memasukkan salah masyarakat. Keinginan untuk diperhatikan ini
satu tangannya ke dalam baju, serta berhubungan dengan anggapan bahwa anak
mendekatkannya ke hidung, berarti anak jalanan merupakan komunitas yang tidak
tersebut sedang menghirup lem fox dan aibon. “berguna” serta diremehkan oleh masyarakat.
Kondisi inilah yang selanjutnya mendorong
Zat adiktif adalah zat-zat kimiawi yang anak jalanan untuk mencari “kekuasaan”
dimasukkan ke dalam tubuh manusia, baik lewat “ngelem”. Dalam kondisi mabuk lem
ditelan melalui mulut, dihirup melalui hidung inilah anak jalanan data memperlihatkan
maupun disuntikkan melalui urat darah. Zat- eksistensi dirinya terhadap pihak lain.
zat kimia itu dapat mengubah pikiran suasana
hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Sebagaimana dalam teorinya
Pemakaian terus menerus akan Sutherland, yang dikenal dengan assosiasi
mengakibatkan ketergantungan fisik dan atau diffrensial menyatakan bahwa perilaku
psikologis. Resiko yang pasti terjadi adalah termasuk perilaku jahat merupakan suatu
kerusakan pada sistem syaraf dan organ-organ perbuatan dari proses belajar. Demikian juga
penting lainnya seperti jantung, paru-paru, dengan anak jalanan yang “ngelem” pada
dan hati. umumnya disebabkan karena belajar dari
lingkungannya melalui suatu proses interaksi
Keberadaan anak-anak yang sedang dalam pergaulan yang akrab. Dengan kata
teler akibat “ngelem” ini dapat dijumpai di lain, anak yang memakai lem fox dan aibon
bawah jembatan, pojokan-pojokan terlibat dalam suatu interaksi yang akrab
perempatan lampu merah. Anak-anak yang dengan orang-orang yang ada di sekitar
cenderung tidak tahu akibat negatif dari lingkungannya.
kegiatan “ngelem” ini. Anak jalanan hanya
mengetahui bahwa mereka merasa senang 2. Intervensi terhadap Perilaku
setelah menggunakannya. Sesaat setelah “ngelem” Anak jalanan di Kota
pemakaian mereka akan merasa “fly”, happy, Makassar
bebas dari masalah mereka. Anak jalanan merupakan fenomena
Kemiskinan merupakan factor utama yang menjadi masalah bagi kota besar ternasuk
anak jalanan untuk terjun ke jalan. Kehidupan Kota Makassar. Kehadiran anak jalanan di
yang keras dijalan inilah yang nendorong anak Kota Makassar dengan perilaku “ngelem”

364
Jurnal Penelitian &
ISSN: 2442-448X Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389 Juli 2017
PPM

menjadi masalah baru yang perlu mendapatkan preventif dalam mencegah terjadinya
perhatian dari semua pihak. Intervensi yang penyimpangan tersebut sebab upaya ini
dilakukan tidak hanya terhadap masalah yang merupakan upaya setelah terjadinya
ada saat ini yaitu keberadaan anak jalanan dan penyimpangan, yang mana dari pihak Badan
perilaku “ngelem” yang dilakukan oleh anak Narkotika Nasional Provinsi Sulawesi Selatan
jalanan. Intervensi juga harus dilakukan itu sendiri didukung oleh Pemerintah Kota
terhadap factor penyebab semakin maraknya telah menyediakan panti rehabilitasi yang
anak jalanan di Kota Makassar. Selain itu juga mana terletak di Badoka, Jalan Perintis
perlu intervensi terhadap perilaku “ngelem” Kemerdekaan Makassar yang digunakan untuk
yang dilakukan oleh anak jalanan. Kemudian pemulihan keadaan bagi pengguna narkotika
intervensi juga dilakukan terhadap dampak dan zat adiktif lainnya termasuk pula bagi para
yang mungkin ditimbulkan karena keberadaan anak jalanan pemakai lem aibon yang besar
dari anak jalanan tersebut termasuk dampak harapan sekeluar dari panti rehabilitasi tersebut
dari perilaku “ngelem” yang dilakukan oleh mampu kembali produktif dan mampu hidup
anak jalanan. Berikut ini beberapa intervensi bersosialisasi dengan masyarakat.
yang dapat dilakukan untuk mengetasi anak
Penutup
jalanan serta perilaku “ngelem” dari anak
jalanan. 1. Penyalahgunaan perilaku “ngelem” pada
anak jalanan telahmerusak masa depan
Upaya preventif yang telah dilakukan anak-anak. Kerusakan yang ditimbulkan
Polrestabes Makassar adalah dengan bekerja dari perilaku “ngelem” ini tidak saja
sama dengan pihak Badan Narkotika Nasional berkaitan dengan fisik tetapi juga kerusakn
Kota Makassar untuk memberikan sebatas psikis dan social. Perilaku “nglem ini sama
edukasi atau memberikan pencerahan dengan bahayanya dengan mengkonsumsi
mengadakan penyuluhan tentang bahaya narkotika dan obat-obatan terlarang
narkoba dan zat adiktif di beberapa sekolah lainnya.
yang ada di kota Makassar dan juga
pengawasan serta pemahaman tentang 2. Hendaknya setiap orang termasuk bagi anak
bagaimana cara memproteksi anak dengan jalanan itu sendiri agar dapat mengisi hari-
agama dan pendidikan, sejalan dengan visi harinya dengan mendekatkan diri kepada
misinya yakni menciptakan generasi muda Tuhan Yang Maha Esa dan kegiatan-
yang baik melalui pemberdayaan sumber daya kegiatan lain yang bersifat positif.
manusia. 3. Kepada masing-maisng orang tua, guru, dan
Upaya preventif yang dilakukan oleh masyarakat sebaiknya selalu memberikan
Pihak Polrestabes Makassar dibantu oleh arahan-arahan yang bersifat positif untuk
Satuan Polisi Pamong Praja adalah dengan menghindari bahaya zat adiktif berbahaya
melakukan pengawasan di daerah-daerah yang bagi generasi muda.
dianggap rawan terhadap perilaku “ngelem” 4. Oleh karena itu cara termudah untuk
yang dilakukan oleh anak jalanan perlu mencegah dampak buruk dari penggunaan
dilakukan patroli rutin, kemudian melakukan zat adiktif yang berbahaya tersebut adalah
razia di tempat atau di jalan-jalan yang tidak mulai menggunakannya sama sekali,
dianggap rawan terkait dengan masalah karena sekali pemakai kecanduan, ia akan
tersebut sehingga mampu meminimalisir atau memiliki ketergantungan fisik dan
bahkan dihentikan terkait dengan masalah psikologis yang bisa berlangsung seumur
penyalahgunaan lem fox dan aibon. hidup.
Upaya represif ini sebenarnya tidak
begitu diharapkan dalam kasus ini dikarenakan
ketidakberhasilan upaya pre-emtif dan

365
Jurnal Penelitian &
ISSN: 2442-448X Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389 Juli 2017
PPM

Sasangka Hari. Narkotika dan Psikotropika


Dalam Hukum Pidana, Bandung;
DAFTAR PUSTAKA
Mandar Maju, 2003.
Siregar, Bismar dkk. Hukum dan Hak-Hak
Goudzweed Bob & Harry De Lange. Dibalik Anak. Jakarta; Yayasan LBH Indonesia
Kemiskinan & kemakmuran. dan CV Rajawali. 1986.
Yogyakarta; Penerbit Kanisius. 1998.
Sojono, AR, Bony Daniel. Komentar dan
Kartono. Kartini. Kenakalan Remaja. PT. Raja Pembahasan UU no. 35 Tahun 2009
Grafindo Persada. Jakarta; 2010. Tentang Narkotika. Jakarta; Penerbit
Makarao, Taufik, dkk: 2003. Tindak Pidana Sinar Grafika. 2011.
Narkotika. Jakarta. Penerbit Ghalia Suyanto, Bagong. Masalah Sosial Anak.
Indonesia. Jakarta; Kencana. 2010.
M. Sihombing, Justin. Kekerasan Terhadap S. Willis, Sofyan. Problema Remaja &
Masyarakat Marjinal. Penerbit Permasalahannya. Bandung; Penerbit
Yogyakarta; Narasi. 2005. Angkasa. 1981.
Naning, Ramdlon. Problema Gelandangan
Dalam Tinjauan Tokoh Pendidikan dan
Psikologi. Bandung; Penerbit Armico.
1982.

366

Anda mungkin juga menyukai