Disusun Oleh:
IMAM GHOZALI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bersih didalam Islam dimaksudkan bersih lahir dan batin, demikian juga sehat
yang dikehendaki Islam adalah sehat lahir dan batin. Karena dengan bersih yang
berada dalam badan dan jiwa maka kita dapat berfikir dengan jernih sehingga
dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk sehingga dapat
menghantarkan selamat dunia dan akhirat. Dengan bersih lahir akan tercipta
dalam diri kita akhlak yang baik. Dengan kekuatan Akhlak dapat melahirkan
penduduknya, tetapi Akhlak manusialah yang menjadi sempit. Jika Akhlak suatu
kaum tidak meluas, maka negeri yang luaspun menjadi sempit baginya (Kalam
Hikmah). Dengan Akhlak pula bangsa-bangsa akan tetap hidup selama mereka
memiliki Akhlak yang baik. Jika lenyap Akhlak mereka,maka merekapun akan
binasa.Pemilik akhlak yang mulia ialah Rasulullah seperti firman Allah dalam Qs
Al Ahzab ayat 21 :
“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kotor dan keji dalam rangka mewujudkan dan melestarikan kehidupan yang sehat
dan nyaman. Kebersihan merupakan syarat bagi terwujudnya kesehatan, dan sehat
adalah salah satu faktor yang dapat memberikan kebahagiaan. Sebaliknya, kotor
berbagai penyakit, dan sakit merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan
penderitaan.
﴾﴿ﺮواﻩَالبيهقى٠َ ٌسَل ُمَن ِظيْفٌ َفتنظَّفُوْ اَف ِانَّهَُﻻي ْد ُحلَُا ْلجنَّةَاﻻَّن ِظيْف
ْ ِاَﻻ
Artinya :“Agama Islam itu (agama) yang bersih, maka hendaklah kamu menjaga
Hadits tersebut menjelaskan bahwa agama Islam adalah agama yang suci.
Untuk itu umat Islam harus menjaga kebersihan, baik kebersihan jasmani maupun
rohani. Orang yang selalu bersih dan suci mengindikasikan bahwa ia telah
melaksanakan sebagian dari perintah agama dan akan memperoleh fasilitas berupa
Dalam hadits lain diriwayatkan, yang artinya: “Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi
Sesungguhnya Allah Subahanahu wa Ta’ala itu suci yang menyukai hal-hal yang
suci, Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Mahamulia yang
menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jika kita melakukan sesuatu yang disukai oleh Allah,
(waliyullah). Sebagai hamba yang taat, tentu kita terdorong untuk melakukan hal-
diri kita sendiri, sehingga bisa tertularkan pada lingkungan keluarga, masyarakat,
dari membersihkan diri setiap hari, membersihkan kelas, menata ruang kelas
sehingga tampak indah dan nyaman. Bila kita dapat mewujudkan kebersihan dan
kebersihan itu dalam kehidupan kita sebagai wujud dari rasa cinta kita kepada
يم
ٌ ِور َرح َّ ْ م ال َّل ُه َو َي ْغف ِْر َل ُك
ُ ون ال َّل َه َفا َّت ِب ُعونِي ُي ْح ِببْ ُك
ٌ م ۗ َوالل ُه َغ ُف
ْ م ُذ ُنوبَ ُك َ ُّم ُتحِ ب
ْ ل إِ ْن ُك ْن ُت
ْ ُق
Mencintai Allah dan Rasul-Nya itu tidak ada jalan kecuali dengan cara
diterapkan dalam masalah ibadah (hubungan dengan Allah), kita bisa ambil
contoh dalam mendirikan shalat. Sebelum kita melaksanakan ibadah shalat maka
kita harus membersihkan diri dulu dengan berwudhu dan mandi. Karena dalam
tubuh manusia terdapat beberapa kotoran (Daki) yang bisa mengganggu manusia
disebutkan didalam kitab ihya’ ulumuddin karangan imam ghozali adalah sebagai
berikut :
kita yang terbuka. Sedangkan secara rohani, sebagaimana dijelaskan oleh Ulama
menghadap Allah.
Kebersihan bukan hanya monopoli dalam ibadah shalat saja tapi ibadah-ibadah
yang lainpun seperti puasa, zakat dan haji selalu ada tema kebersihan di
B. Rumusan Masalah
1 Risma Tri Utami, Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) STAI Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jawa
Barat February 11, 2016
C. Tujuan
Berdasarkan pokok masalah di atas, maka tujuan dari penulisan ini adalah :
kebersihan Lahir
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
2. Secara Praktis
E. Kajian pustaka
Kajian pustaka adalah adalah salah satau faktor terpenting dalam salah
akurat dan objektif, sehingga tidak terdapat sebuah manipulasi data dan
penelitian ini mengacu kepada beberapa literature buku dan karya ilmiah
lainya, sebagai pengayaan datanya, baik mengacu kepada buku atau data
disajikan dalam jurnal yang ditulis oleh Risma Tri Utami, Mahasiswa
dan surga.
F. Metode Penelitian
Dalam penelitian perlu adanya metode atau jalan, karena kebenaran itu
hanya diperoleh dengan jalan yang bertahap. Jadi metode adalah jalan yang
1. Jenis Penelitian
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati, dalam hal ini data yang digunakan adalah data kepustakaan
lafaz-lafaz gharib pada bab tersebut dan mencari marji’ ayat-ayat al-Qur’an
2. Sumber Data
yang digunakan penulis adalah kitab Ihya’ Ulumuddin, buku-buku dan karya
tulis lain (jurnal dan sebagainya) yang ada kaitannya dengan masalah pokok
Data primer adalah data yang di ambil dari kitab Ihya’ Ulumuddin, baik
berbentuk teks asli maupun terjemahan. Dan data sekunder adalah data yang
brasal dari sumber lain yang ada relevansinya dengan pokok bahasan dan
penelitian, baik berupa buku, skripsi, jurnal atau karya tulis lainnya.
3 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Cet. Xiv; Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2003), hlm.
73.
pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan
mengumpulkan data dari kitab dan buku-buku yang punya relevansi dengan
tema yang dikaji. Data tersebut kemudian diolah dan dianalisis sehingga
digunakan dalam studi ini adalah Analisis Deskriptif, yaitu dengan cara
G. Sistematika pembahasan
pembahasan .
Bab kedua: berisi tahqiq dan takhrij kitab Ihya’ Ulumuddin karya
Abu Hamid al-Ghazali bab “al qismus tsalis mina nadhofati at tandhifi anil
Baba ketiga: berisi pemaparan analisa hasil tahqiq dan takhrij tentang
Athohiroh”
H. Daftar pustaka
Al-Qur’an Al-Karim
Lewis, Bernard, The Religion and the People, New Jersey: Pearson, 2009.
1993.
Moten, Abdul Rashid, Political Science: An Islâmic Perspective, London:
Persada, 2003.