Anda di halaman 1dari 15

Ringkasan materi pajak

Nama: Muhamad Abdul Gonie Al-Kahfi


Karena materinya agak banyak dibaca perlahan ya hehe…
“Usaha kalian tidak akan mengkhianati hasil kok..semangat yok! Kurangi rebahan tuk gapai
harapan”

PPN DAN PPNBM


Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Merupakan pajak tidak langsung yang berarti beban pajak bisa digeser ke pembeli

Subjek PPN

1. Pengusaha kena pajak


2. Bukan pengusaha kena pajak

Objek PPN

1. Penyerahan BKP di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha, yang termasuk BKP
meliputi:
a. Penyerahan ha katas BKP karena suatu perjanjian
b. Pengalihan BKP karena perjanjian leasing
c. Penyerahan BKP ke pedagang perantara atau juru lelang
d. Pemakaian sendiri atau pemberian Cuma-Cuma
e. BKP berupa persediaan dan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan
f. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya
g. Penyerahan BKP secara konsinyasi
h. Penyerahan BKP dalam rangka perjanjian transaksi secara syariah

Kegiatan yan tidak termasuk penyerahan BKP:

a. Penyerahan BKP kepada makelar


b. Penyerahan BKPn untuk jaminan utang-piutang
c. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya, dalam hal PKP melakukan pemusatan
tempat pajak terutang
d. Pengalihan BKP dalam rangka penggabungan
e. BKP berupa persediaan dan atau aktiva menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan,
yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan dan yang pajak masukan atas
perolehannya tidak dapat dikreditkan
2. Impor barang
3. Penyerahan JKP di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh PKP
4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean ke dalam daerah pabean
5. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean
6. Ekspor BKP berwujud oleh PKP, hanya jika yang melakukan tidak dikukuhkan sebagai pengusaha
kena pajak
7. Ekspor BKP tidak berwujud oleh PKP, hanya jika yang melakukan tidak dikukuhkan sebagai
pengusaha kena pajak
8. Ekspor BKP, dalam maksud ekspor JKP, hanya jika yang melakukan tidak dikukuhkan sebagai
pengusaha kena pajak
9. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh
orang pribadi yang hasilnya digunakan sendiri
10. Penyerahan aktiva oleh PKP yang menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk
diperjualbelikan

Penyerahan terutang dan tidak terutang PPN

Penyerahan terutang PPN dikelompokan menjadi dua, yakni:

1. Ekspor
2. Penyerahan dalam negeri, yang terdiri atas:
a. Penyerahan yang PPN nya harus dipungut sendiri : biasanya penyerahannya cenderung ke
pihak swasta atau masyarakat
b. Penyerahan yang PPN nya dipungut oleh pemungut PPN: biasanya penyerhannya ke
pemerintah, bendahawaran, dll
c. Penyerahan yang PPN nya tidak dipungut:
i. Impor BKP tertentu yang dibebaskan dari Bea Masuk dan dibebaskan PPN
ii. Pelaksanaan proyek pemerintah yang berasal dari hibah atau pinjaman luar negeri
iii. Impor barang operasional oleh mitra kerja Pertamina untuk membangun kilang
iv. Impor barang berdasarkan kontrak bagi hasil minyak dan gas bumi
v. Kawasan pengembangan ekonomi terpadu (KAPET)
d. Penyerahan yang dibebaskan dari pengenaan PPN
i. Impor dan atau penyerahan BKP/JKP tertentu yang dibebaskan dari pengenaan PPN,
meliputi:
 Senjata, amunisi, dan peralatan lainnya yang diimpor oleh TNI atau POLRI
 Impor Vaksin polio
 Impor Buku-buku pelajaran umum, kitab suci, dan buku-buku pelajaran
agama
 Kapal laut dan angkutan yang diimpor oleh PELNI
 Pesawat udara dan suku cadang yang diimpor oleh angkasa pura
 Rumah sederhana, rumah sangat sederhana, rumah susun sederhana,
pondok boro, asrama mahasiswa
 Senjata, amunisi, dan peralatan diserahkan ke TNI atau POLRI
 Penyerahan Vaksin polio
 Penyerahan Buku-buku pelajaran umum, kitab suci, dan buku-buku
pelajaran agama
 Kereta api
 Jasa yang diberikan oleh perusahaan angkutan laut nasional
 Jasa yang diberikan oleh angkutan niaga udara nasional
 Jasa kontraktor untuk bangunan ibadah
 Jasa sewa rumah susun sederhana
 Jasa yang diterima oleh TNI atau POLRI
ii. Impor dan atau penyerahan BKP/JKP yang bersifat strategis yang dibebaskan dari
pengenaan PPN, meliputi:
 Barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik, baik terpasang atau
terbongkar
 Makanan ternak unggas dan ikan
 Barang hasil pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, penangkaran
dan perikanan
 Bibit hasil pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, penangkaran dan
perikanan
 Air bersih oleh PDAM
 Listrik, kecuali dengan rumah daya diatas 6.600 Watt
iii. Pembebasan PPN dan/atau PPnBM kepada perwakilan negara asing atau badan
internasional serta tenaga ahli lainnya

Penyerahan tidak terutang PPN, yakni penyerahan yang PPN nya tidak dipungut dan penyerahannya
yang dibebaskan dari pengenaan PPN, meliputi:

a. Barang Kena Pajak, pada prinsip nya semua barang dikenakan pajak kecuali:
i. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya:
 Minyak bumi
 Gas bumi
 Panas bumi
 Asbes, batu tulis, dan batu mulia lainnya
 Batu bara sebelum diproses
 Bijih besi, bijih timah, bijih emas dan lainnya
ii. Barang kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh rakyat banyak
 Beras
 Gabah
 Jagung
 Sagu
 Kedelai
 Garam
 Daging
 Telur
 Susu
 Buah-buahan
iii. Makanan dan minuman yang disajikan dihotel, restoran dll
iv. Uang, emas batangan dan surat berharga
b. Jasa Kena Pajak, pada prinsip nya semua jasa dikenakan pajak kecuali:
i. Jasa pelayanan kesehatan dan medis
ii. Jasa pelayanan social
iii. Jasa pengiriman surat dengan perangko
iv. Jasa keuangan
v. Jasa asuransi
vi. Jasa keagamaan
vii. Jasa pendidikan
viii. Jasa kesenian dan hiburan
ix. Jasa penyiaran yang bersifat tidak iklan
x. Jasa angkutan umum
xi. Jasa tenaga kerja
xii. Jasa perhotelan
xiii. Jasa yang disediakan oleh pemerintah
xiv. Jasa penyediaan tempat parkir
xv. Jasa telepon umum yang menggunkan uang logam
xvi. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos
xvii. Jasa boga atau catering

Saat terutang PPN

Menurut UU No 42 tahun 2009

a. Penyerahan BKP
b. Impor BKP
c. Penyerahan JKP
d. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dan atau JKP dari luar daerah pabean
e. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean
f. Ekspor BKP berwujud
g. Ekspor BKP tidak berwujud
h. Ekspor JKP

Tempat terutang PPN

a. Di tempat pengusaha dikukuhkan atau seharusnya dikukuhkan sebagai PKP


b. Di tempat BKP dimasukkan dan dipungut oleh Bea Cukai
c. Di tempat tinggal orang pribadi atau tempat kedudukan badan

Saat penyetoran

Penyetoran pajak pertambahan nilai oleh pengusaha kena pajak dilakukan paling lama akhir bulan
berikutnya setelah berakhirnya masa pajak dan sebelum SPT disampaikan. Penyetoran PPN dilakukan
dengan menggunkan formulir SSP

Tarif PPN

a. Sebesar 10% : dikenakan atas setiap penyerahan BKP di dalam daerah pabean/impor
BKP/penyerahan JKP di dalam daerah pabean/pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah
pabean di dalam daerah pabean/pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean
b. Sebear 0%: dikenakan atas ekspor BKP berwujud/ekspor BKP tidak berwujud/ekspor Jasa Kena
Pajak

Dasar Pengenaan Pajak

a. Harga Jual: nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh
pengusaha karena penyerahan BKP
b. Penggantian: taksiran biaya untuk mengganti biaya yang dikeluarkan
c. Nilai Impor: CIF + Bea Masuk + Pungutan Sah lainnya
d. Nilai Ekspor: nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta
oleh eksportir
e. Nilai lain sebagai dasar pengenaan PPN

Menghitung PPN

PPN = Tarif x Dasar Pengenaan Pajak


Perhitungan PPN dibedakan menjadi dua, yaitu menghitung PPN secara final dan menggunakan
kredit pajak masukan. Menghitung PPN secara final artinya tidak diperbolehkan untuk
mengkreditkan pajak masukan. Perhitungan seperti ini dilakukan oleh:

a. Pengusaha jasa pengiriman paket


b. Pengusaha biro perjalanan atau pengusaha biro pariwisata
c. Pengusaha pabrikan emas
d. Pengusaha jasa pengurusan transportasi

PPN kurang atau lebih setor

PPN kurang atau lebih setor = Pajak Keluaran – Pajak Masukan

PK > PM dinamakan kurang setor

PK < PM dinamakan lebih setor

PK= PM dinamakan nihil

Saat pembuatan Faktur Pajak

a. Saat penyerahan BKP


b. Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan
BKP dan atau JKP
c. Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan
d. Saat pengusaha kena pajak rekanan menyampaikan tagihan kepada Bendaharawan Pemerintah
e. Paling lambat pada akhir bulan penyerahan BKP dan atau JKP meskipun dalam bulan
penyerahan telah terjadi pembayaran sebagian atau seluruhnya, khusus untuk faktur pajak
gabungan
f. Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan menteri keuangan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM)
Dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh Produsen
atau atas Impor Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah

Subjek pajak

a. Pengusaha kena pajak produsen yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong
mewah
b. Orang Pribadi atau badan yang melakukan impor barang kena pajak yang tergolong mewah

Objek Pajak

Pajak penjualan atas barang mewah dikenakan atas:

1. Penyerahan barang kena pajak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh pengusaha yang
menghasilkan barang tersebut di dalam daerah pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya
2. Impor barang kena pajak yang tergolong mewah

Barang kena pajak yang tergolong mewah merupakan:

1. Barang yang bukan merupakan kebutuhan pokok


2. Barang yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu
3. Barang yang pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi
4. Barang dikonsumsi untuk menunjukan status

Tarif PPnBM

1. Tarif PPnBM atas penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah di dalam daerah
pabean : Tarif 0% - 200%
2. Tarif PPnBM atas penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah ke luar daerah pabean
(ekspor)

Menghitung PPnBM

PPnBM = Tarif PPnBM x Dasar Pengenaan Pajak


PAJAK BUMI dan BANGUNAN
Objek Pajak

Adalah bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau
badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan
pertambangan.

Item-item yang termasuk dalam pengertian bangunan adalah jalan lingkungan yang terletak dalam satu
kompleks bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya, yang merupakan sutu kesatuan dengan
kompleks bangunan tersebut: jalan tol, kolam renang, pagar mewah, tempat olaharaga, galangan kapal,
dermaga, taman mewah, tempat penampungan/kilang minyak, airm dan gas, pipa minyak, serta
menara.

Dikecualikan dari objek pajak

 Digunakan oleh pemerintah dan daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan


 Untuk melayani kepentingan umum dibidang social, ibadah, kesehatan, pendidikan dan
kebudayaan nasional
 Kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis
 Hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah pengembangan yang
dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak
 Digunakan oleh perwakilan diplomatic dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik
 Badan perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan peraturan menteri keuangan

Subjek pajak

Adalah orang pribadi atau badan yang dapat mempunyai suatu hak atas bumi dan/atau memperoleh
manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas bangunan

Menghitung PBB

(cara Kelas Bu Dian)

PBB = Tarif x DPP

NJOPKP = (NJOP – NJOPTKP)

DPP = NJOPKP x 20% atau 40%

Ketentuan:

NJOPTKP = apabila tidak diketahui pakai Rp. 12.000.000

Kalau objek pajaknya ada dua, NJOPTKP hanya dikenakan disalah satu objek yang memiliki NJOP
tertinggi

20% dikenakan untuk pertambangan atau objek pajak lainnya yang memiliki NJOP dibawah 1 Milyar
40% dikenakan untuk perkebunan, kehutanan, atau objek pajak lainnya yang memiliki NJOP diatas 1
Milyar

Untuk Tarif PBB tiap daerah beragam maksimal 0,3% (kata Bu Dian nanti disoal dikasih tau)

(Untuk kelas kecuali Bu Dian)

PBB = Tarif x DPP

PBB = Tarif x (NJOP-NJOPTKP)

Tahun Pajak

Adalah jangka waktu 1 tahun takwim, yaitu dari 1 Januari sampai 31 Desember

Saat terutangnya pajak

Saat yang menentukan pajak yang terutang adalah menurut keadaan objek pajak pada tanggal 1 Januari

Tempat terutannya pajak

Di wilayah daerah yang mencakup letak objek pajak

Pengenaan Dalam hal-hal tertentu

a. Pengenaan PBB pada perguruan tinggi swasta


Apabila memenuhi salah satu kriteria berikut:
 Luas bangunan sama dengan 2.000 m2 atau lebih
 Luas tanah 20.000 meter persegi atau lebih
 Jumlah lantai sama dengan 4 (empat) lantai atau lebih
 Jumlah mahasiswa sama dengan 3.000 orang atau lebih
 Jumlah pungutan dalam satu tahun lebih atau sama dengan Rp. 2.000.000

Apabila memenhi kriteria tersebut maka akan dikenakan PBB denganm tariff 50% dari
ketetapan yang seharusnya dibayar

b. Pengenaan PBB pada rumah sakit swasta


Jika memenuhi kriteria sebagai berikut:
 Jumlah tempat tidur untuk pasien yang tidak mampu lebih besar dari 25% dari jumlah
semua tempat tidur
 Sisa Hasil Usaha (SHU) untuk reinvestasi di dalam rumah sakit bukan untuk
pengembangan di luar rumah sakit

Apabila memenhi kriteria tersebut maka akan dikenakan PBB denganm tariff 50% dari
ketetapan yang seharusnya dibayar
Bea Perolahan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Subjek Pajak

Orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan. Wajib pajaknya adalah
orang pribadi atau badan yang memperoleh Hak atas tanah dan/atau bangunan

Objek BPHTB:

1. Pemindahan hak karena


a. Jual beli
b. Tukar menukar
c. Hibah
d. Hibah wasiat
e. Waris
f. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya
g. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan
h. Penunjukan pembeli dalam lelang
i. Pelaksanaan putusan hakim
j. Penggabungan usaha
k. Peleburan usaha
l. Pemekaran usaha
m. Hadiah
2. Pemberian hak baru karena:
a. Kelanjutan pelepasan hak
b. Di luar pelepasan hak

Hak atas tanah meliputi:

a. Hak milik
b. Hak guna usaha
c. Hak guna bangunan
d. Hak pakai
e. Hak milik atas satuan rumah susun
f. Hak pengelolaan

Dikecualikan dari pengenaan BPHTB:

 Perwakilan diplomatic
 Untuk penyelenggaraan pemerintahan dan kepentingan umum
 Badan atau perwakilan organisasi internasional
 Orang pribadi atau badan karena konversi hak
 Orang pribadi atau badan karena wakaf
 Orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah
 Objek pajak tertentu
Menghitung BPHTB

BPHTB = Tarif Pajak x NPOPKP

= 5% x (NPOP – NPOPTKP)

Jika perolehan hak atas tanah dan bangunan tersebut karena waris/hibah wasiat/pemberian hak
pengelolaan, maka BPHTB yang harus dibayar 50% dari BPHTB terutang

Ketentuan:

Tarif pajak: paling tinggi 5% dan kemudian berbeda berdasarkan ketetapan daerah

NPOP: berupa harga transaksi atau nilai pasar atau nilai objek pajak

 Jual beli adalah harga transaksi


 Tukar menukar adalah nilai pasar
 Hibah adalah nilai pasar
 Hibah wasiat adalah nilai pasar
 Waris adalah nilai pasar
 Pemasukan dalam perseroan adalah nilai pasar
 Pemisahan hak adalah nilai pasar
 Pemberian hak baru adalah nilai pasar
 Penggabungan usaha adalah nilai pasar
 Peleburan usaha adalah nilai pasar
 Pemekaran usaha adalah nilai pasar
 Hadiah adalah nilai pasar
 Penunjukan pembeli dalam lelang adalah risalah lelang

Apabila NPOP pada nomor 1-14 tidak diketahui atau lebih rendah dari NJOP yang dikenakan PPB
maka DPPnya adalah menggunakan NJOP.
Jadi, antara NPOP atau NJOP yang dipakai yang paling tinggi

NPOPTKP

Ditetapkan secara regional maksimal Rp. 60.000.000, namun untuk perolehan hak waris atau hibah
wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus satu derajat ke atas atau ke bawah maka ditetapkan NPOPTKP maksimal Rp. 300.000.000

NPOPKP

Untuk menghitung NPOPKP = NPOP – NPOPTKP

Saat terutangnya BPHTB:

 Jual beli adalah tanggal dibuat dan ditandatangani


 Tukar menukar adalah tanggal dibuat dan ditandatangani
 Hibah adalah tanggal dibuat dan ditandatangani
 Hibah wasiat adalah tanggal dibuat dan ditandatangani
 Waris adalah mendaftarkan ke kantor pertahanan
 Pemasukan dalam perseroan adalah tanggal dibuat dan ditandatangani
 Pemisahan hak adalah tanggal dibuat dan ditandatangani
 Pemberian hak baru adalah tanggal dibuat dan ditandatangani
 Penggabungan usaha adalah tanggal dibuat dan ditandatangani
 Peleburan usaha adalah tanggal dibuat dan ditandatangani
 Pemekaran usaha adalah tanggal dibuat dan ditandatangani
 Hadiah adalah tanggal dibuat dan ditandatangani
 Penunjukan pembeli dalam lelang adalah sejak tanggal pemutusan pemenang lelang

Tempat terutang BPHTB

Di wilayah kabupaten, Kota, atau Provinsi yang meliputi letak tanah dan bangunan
BEA MATERAI
Objek pajaknya: Dokumen

 Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat
pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan, atau keadaan yang bersifat perdata
 Akta-akta notarasi beserta salinannya
 Akta-akta yang dibuat PPAT beserta rangkapannya
 Surat berharga seperti wesel, promes, cek dengan nominal diatas 1.000.000
 Efek dengan nama dan dalam bentuk apapun dengan nominal diatas 1.000.000
 Surat yang memuat jumlah uang lebih dari Rp. 1.000.000

Dokumen tidak dikenakan bea materai:

 Dokumen berupa: surat penyimpanan barang, konosemen, surat angkutan penumpang dan
barang
 Dokumen-dokumen yang dikaitkan langsung dengan kegiatan perekonomian, dengan maksud
memperlancar lalu lintas barang dan mengurangi biaya
 Segala bentuk ijazah
 Tanda terima gaji dan sejenisnya
 Tanda bukti penerimaan uang negara
 Kuitansi untuk semua jenis pajak
 Tanda terima untuk keperluan intern organisasi
 Dokumen yang menyangkut tabungan
 Surat gadai
 Tanda pembagian keuntungan atau bunga dari efek

Subjek pajak

Pihak yang menerima atau pihak yang mendapat manfaat dari dokumen, kecuali pihak-pihak yang
bersangkutan menentukan lain

Besar Bea Materai

1. Bea Materai 3.000 dikenakan atas:


Surat yang memuat jumlah uang, surat berharga, efek dengan nominal antara Rp. 250.000
sampai Rp. 1.000.000
Cek dan bilyet giro tanpa batas pengenaan harga nominal
2. Bea Materai 6.000 dikenakan atas:
Dokumen yang memuat jumlah yang lebih dari Rp. 1.000.000
Dokumen yang semula tidak dikenakan bea materai, apabila akan digunakan sebagai alat
pembuktian di muka pengadilan dikenakan materai 6.000 dengan cara pemateraian kemudian

Saat terutangnya Bea Materai

a. Dokumen yang dibuat 1 pihak, pada saat dokumen diserahkan


b. Dokumen yang dibuat lebih dari 1 pihak, pada saat dokumen selesai dibuat
c. Dokumen yang dibuat diluar negeri, pada saat digunakan di Indonesia
Pelunasan Bea Materai

a. Benda materai
b. Mesin teraan materai
c. Membukukan tanda lunas bea materai

Pemateraian kemudian

Adalah dengan cara pelunasan bea materai yang dilakukan oleh pejabat pos atas permintaan pemegang
dokumen yang bea materainya belum dilunasi sebagaimana mestinya

Sanksi

Denda 200% atas bea materai yang tidak atau kurang bayar
REKONSILIASI FISKAL
Pelaksanaan pembukuan berdasar kebijakan akuntansi perusahaan berbeda dari ketentuan perpajakan.
Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi atau perbedaan
konsep penghasilan. Penyesuaian diperlukan untuk menghitung penghasilan kena pajak dari laba
akuntansi yang telah dilaporkan perusahaan

Macam perbedaan

a. Berdasar sifat
 Positif bersifat meningkatkan PKP
 Negatif bersifat mengurangi PKP
b. Berdasar jangka waktu
 Temporer: merupakan perbedaan akibat berbedanya waktu pengakuan, namun akan
berujung pada hasil akhir serupa
 Permanen: merupakan perbedaan yang tidak akan terserupakan seiring waktu

Langkah penyesuian perbedaan

 Laba akuntansi
 Ditambah penghasilan yang belum diakui
 Dikurangi penghasilan yang bukan objek pajak
 Ditambah biaya non deductible
 Dikurangi biaya deductible yang belum dibebankan
 Dikurangi penghasilan dikenai PPH final
 Ditambah biaya 3M penghasilan final
 Penghasilan kena pajak
 Menghitung beban pajak kini
 Mencatat pajak tangguhan

Penghasilan Bukan Objek Pajak (pasal 4 ayat 3 ) UU PPH

 Bantuan atau sumbangan keagamaan bersifat wajib


 Hibah diterima kekuarga, badan keagamaan, pendidikan, social
 Warisan
 Harta sebagai pengganti penyertaan modal
 Natura
 Klaim asuransi diterima WP OP
 Dividen dari laba ditahan atas kepemilikan >= 25%
 Iuran diterima dari dana pension
 Penghasilan investasi oleh dana pension
 Bagian laba yang diterima anggota persekutuan
 Bagian laba yang diterima perusahaan modal ventura
 Beasiswa
 Sisa lebih diterima badan pendidikan/litbang nirlaba yang ditanamkan kembali
 Bantuan dibayarkan BPJS
Nondeductible Expense (Pasal 9 ayat 1) UU PPh

 Pembagian laba
 Biaya untuk kepentingan pribadi
 Pembentukan dana cadangan, kecuali usaha tertentu
 Premi asuransi dibayar WP OP
 Natura, kecuali akibat tuntutan kerja atau makanan bagi semua karyawan
 Jumlah melebihi kewajaran atas hubungan istimewa
 Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan selain yang dikecualikan
 Pajak penghasilan
 Gaji anggota persekutuan
 Sanksi administrasi dan pidana pajak

Non deductible expense lain

Non deductable Deductable


Pengobatan secara Cuma-Cuma bagi pegawai Penggantian biaya pengobatan
Makan siang bagi sebagian pegawai Makan siang bagi seluruh pegawai
PPh 21 ditanggung perusahaan Tunjangan PPh 21
Biaya jamuan tanpa daftar nominatif Biaya jamuan dilengkapi daftar nominatif

Penghasilan dikenai PPh Final (Pasal 4 ayat 2)

 Bunga deposito,tabungan, obligasi dan surat utang negara


 Bunga simpanan koperasi diterima WP OP
 Hadiah undian
 Penghasilan dari transaksi saham, sekuritas, dan penyertaan modal lain
 Penghasilan pengalihan tanah dan/atau bangunan
 Penghasilan usaha jasa konstruksi dan real estate
 Penghasilan sewa tanah dan atau bangunan
 Penghasilan tertentu lainnya diatur PPh

Tarif pajaknya sesuai PPH Badan

25% x Pajak penghasilan (kecuali ada kondisi tertentu)

Anda mungkin juga menyukai