Anda di halaman 1dari 18

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia mempunyai tiga sektor kekuatan ekonomi yang

melaksanakan berbagai kegiatan usaha dalam tata kehidupan perekonomian. Ketiga

sektor tersebut adalah sektor Negara, swasta dan koperasi. Untuk mencapai kedudukan

ekonomi yang kuat dan mencapai masyarakat yang adil dan makmur, maka ketiga

sektor kekuatan ekonomi itu harus saling berhubungan dan bekerjasama secara baik

dan teratur. Lebih lanjut dalam pasal 33 UUD 1945 dijelaskan bahwa produksi

dikerjakan oleh semua, untuk semua dibawah pimpinan atau anggota-anggota

masyarakat. Kemakmuran rakyatlah yang diutamakan bukan kemakmuran

perseorangan. Oleh karena itu perekonomian disusun atas asas kekeluargaan,

perusahaan/badan usaha yang sesuai dengan itu adalah koperasi.1

Koperasi adalah badan hukum yang bertujuan untuk memajukan kesejahteraan

anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Jadi pada dasarnya koperasi

merupakan salah satu badan usaha yang sekaligus merupakan pranata ekonomi

Indonesia yang umumnya didirikan dengan harapan dapat mengatasi persoalan

1
G. Kartasaputra dkk. Koperasi Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001) hlm. 5.
commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

anggotanya. Untuk itu koperasi perlu dibina secara profesional baik dalam bidang

organisasi maupun dalam bidang mental dan usaha.2

Batik merupakan barang seni yang memiliki nilai-nilai kultural yang unik.3

Membicarakan mengenai batik bagi Indonesia sama saja dengan membicarakan

kimono bagi Jepang, Sari bagi India ataupun Chongsam bagi Tiongkok, karena batik

merupakan identitas bangsa Indonesia yang sudah mendunia pada saat ini.4 Pakaian

bermotif batik telah dijadikan sebagai pakaian resmi dalam sebuah kegiatan pesta

atau upacara.

Batik sendiri memiliki banyak sekali motifnya yang dipengaruhi oleh latar

belakang budaya dan adat istiadat dari sebuah daerah di Indonesia. Awal Batik di

Yogyakarta dimulai sejak Perjanjian Giyanti atau yang lebih dikenal dengan Palihan

Nagari. Ada pembagian wilayah kerajaan Mataram menjadi Surakarta Hadiningrat

dan Ngayogyakarta Hadiningrat. Seni batik kedua kerajaan ini punya ciri khas

masing-masing. Pembatikan di Yogyakarta dikenal semenjak kerajaan Mataram

pertama dengan rajanya Panembahan Senopati dan daerah pembatikan pertama adalah

di desa Plered.

Pada masa itu pembatikan terbatas hanya dalam lingkungan kraton dan

dikerjakan oleh para putri keraton pada waktu senggangnya atau oleh wanita-wanita
2
Saroso Wirodiharjo, Koperasi dan Masalah Batik, (Jakarta: GKBI, 1954) hlm.
11
3
Edward Soaloon Simanjuntak, "Batik Tradisional Makin Terpojok, Labelisasi
Untuk Apa?" PRISMA, Agustus no.8 (Jakarta: LP3ES, 1982) hlm. 73.
4
Harjono, Industri Rakyat di Indonesia, (Jakarta: Departemen Perindustrian
Rakyat, 1964) hlm. 155.
commit to user

2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

pembantu ratu. Dari sini pembatikan meluas pertama kalinya pada keluarga Keraton

lainnya, yaitu istri-istri abdi dalem dan tentara-tentara, kemudian meluas lagi karena

akibat pernikahan, peperangan antar kerajaan ataupun dengan penjajah Belanda yang

mengharuskan keluarga-keluarga raja mengungsi dan menetap di daerah baru itu antara

lain, Banyumas, Pekalongan, Tulungangung, Ponorogo sebelah timur dan sebagainya.

Meluasnya daerah pembatikan ini dimulai pada abad ke 18, yang kemudian kita

ketahui pula daerah-daerah tersebut juga menjadi sentra pembatikan.5

Batik yang pada awalnya dikerjakan dan dikenakan oleh kalangan terbatas

keluarga keraton dan bangsawan. Kemudian pemakai kain batik meluas keluar dari

tembok keraton oleh karena ketertarikan rakyat pada pakaian-pakaian yang dipakai

oleh keluarga kraton. 6 Membatik menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah

tangganya di waktu senggang dan akhirnya menjadi pakaian rakyat baik kalangan pria

maupun wanita.7

Yogyakarta sebagai salah satu daerah penghasil batik, selain Solo dan Cirebon,

telah berkembang cukup lama dari segi sifat, motif, fungsi, dan kegunaanya. Seiring

dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan teknologi batik pun memperlihatkan

kondisi yang tidak bisa diabaikan dalam perkonomian masyarakat Indonesia pada

umumnya dan masyarakat Yogyakarta pada khususnya. Batik yang semula hanya di

5
Anonim, 20 Tahun GKBI 1948-1968 (Jakarta: Koperasi Pusat GKBI, 1969)
hlm. 176.
6
Ibid., hlm. 177.
7
Ibid., hlm. 153.
commit to user

3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

gunakan sebagai pakaian ekslusif oleh keluarga keraton di Jawa, kini telah meluas ke

masyarakat umum sebagai barang perdagangan.8

Pembuatan batik bukan lagi monopoli keluarga keraton dan telah banyak

dipakai oleh rakyat, sentra daerah produksinya tidak terbatas pada Solo dan Yogyakarta

saja, oleh karena itu, maka produksinya beralih dari produksi untuk pakaian sendiri

menuju produksi pasar. Ada pengembangan dari batik yaitu dari sifatnya sebagai

sandang, kini telah menjadi komoditas yang bersifat massal. Dari sini dmulailah

pembatikan menjadi salah satu cabang mata pencaharian rakyat yang sifatnya

kerajinan rumah tangga. Hal ini sekaligus mendorong munculnya industri batik di

Yogyakarta. Tidak mengherankan jika pengusaha batik dari tahun ke tahun secara

kuantitas semakin bertambah banyak.

Pada awal abad ke 20 pembatikan yang dikenal barulah batik tulis hasil

kerajinan tangan wanita dikenal dan kira-kira pada tahun 1910 barulah dikenal

pembuatan batik cap. Pembuatan batik tulis memakan waktu memakan waktu cukup

lama sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, sedangkan permintaan

batik oleh masyrakat besar sekali. Oleh karena itu dimunculkan kreasi baru untuk

memproduksi batik dengan cap. Pembatikan dengan cap ini berkembang dan

memunculkan pengusaha-pengusaha batik misalnya di kecamatan Mantrijeron,

Prawirotaman, dan lain-lain yang akhirnya berkembang kemana-mana.

8
Edward Soaloon Simanjuntak., loc.cit.,
commit to user

4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5

Batik setelah itu menjadi produksi massal karena berkembangnya batik cap,

maka bahan baku batik menjadi masalah dalam pemasarannya. Bahan baku batik

setelah perang dunia pertama menjadi bahan perdagangan yang tidak kecil

pengaruhnya terhadap perdagangan impor waktu itu. Terlebih lagi karena lemahnya

modal yang dimiliki oleh pengusaha-pengusaha batik di Indonesia, khususnya di

Yogyakarta, banyak yang terikat hutang dengan pedagang Cina. Dengan adanya

permainan harga mori dan bahan baku batik lainnya, juga keterikatan hutang pada

pedagang Cina mengakibatkan jatuhnya satu persatu perusahaan-perusahaan batik di

Yogyakarta. Hal ini memunculkan pemikiran untuk menyatukan pengusaha-pengusaha

batik di Yogyakarta.

Pemikiran tersebut akhirnya melahirkan sebuah organisasi pengusaha batik di

Yogyakarta dalam bentuk Koperasi Batik. Koperasi batik adalah perkumpulan koperasi

dari para pengusaha batik. Secara gotong royong mereka bermaksud mencukupi

kebutuhannnya dengan jalan yang lancar dan lebih menguntungkan bagi mereka. Perlu

diterangkan disini bahwa suatu koperasi itu hanya dapat berjalan baik, bila kepentingan

dan kebutuhan anggota-anggotanyanya itu sama, atau tidak bertentangan satu sama

lain.9

Para pengusaha batik berbenah diri berdasarkan pengalaman tentang organisasi

koperasi yang tidak berusia panjang. Mereka mendalami pengetahuan tentang

perkoperasian dan belajar dari pengalaman kegagalan di masa lalu. Mereka berusaha

membangun kembali koperasi batik dengan pengelolaan yang lebih baik. Masalah
9
Majalah Batik. Koperasi Batik. (Jakarta: GKBI, 1953), hlm. 4
commit to user

5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

utama yang menjadi perhatian dari koperasi perbatikan adalah mengenai penyediaan

bahan baku yaitu berupa kain Cambries. Maka dengan berdirinya koperasi batik

tersebut yang menjadi perhatian pertama adalah bagaimana cara menyediakan bahan

baku kain Cambries agar pengusaha batik dapat melangsungkan usahanya terutama

bagi Industri batik yang masih kecil.

Pada tahun 1934 berdiri koperasi batik di Yogyakarta yang bernama Persatuan

Perusahaan Batik Bumi Putera (PPBBP) atau Belanda menyebutnya "Batik Bond".

PPBBP kemudian baru disahkan pada tahun 1939 oleh pemerintah Belanda atas dasar

Undang-Undang koperasi tahun 1933. Namun pada tahun 1946 Koperasi Batik PPBBP

berganti nama menjadi Persatuan Pengusaha Batik Indonesia atau Koperasi Batik

PPBI, karena dirasa nama lama koperasi ini tidak lagi sesuai dengan semangat

nasionalisme yang ada. Pada tahun 1952 Koperasi Batik PPBI baru disahkan berbadan

hukum oleh pemerintah Indonesia.

Koperasi Batik PPBI pada tahun 1961, terbagi menjadi lima koperasi primer

dengan lima wilayah kedudukan atau kekuasaan yaitu Koperasi Batik Senopati

meliputi wilayah Njeron Benteng, Koperasi Batik Mataram meliputi wilayah Ngasem,

Kauman dan Sekitarnya, Koperasi Batik Tamtama meliputi wilayah Prawirotaman,

Koperasi Batik Karang Tunggal meliputi wilayah Karangkajen, Koperasi Batik PPBI

meliputi wilayah Mantrijeron, Mangkuyudan, Danunegaran.

Koperasi Batik PPBI merupakan Koperasi Batik tertua yang ada di Yogyakarta

diantara yang lainnya. Hal inilah yang menarik dalam penulisan tentang Koperasi

Batik PPBI di Yogyakarta. Dan hal ini pulalah yang akan menjadi fokus masalah dalam
commit to user

6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

penulisan skripsi ini. Tentunya akan banyak hal-hal menarik yang lainnya lagi bagi

penulis untuk menuliskan tentang “Dinamika Koperasi Batik PPBI pada tahun

1952-1976”. Dalam penelitian ini ingin mengungkapkan bagaimana keberadaan

Koperasi Batik PPBI begitu sangat berpengaruh terahadap Industri Batik di Yogyakarta

pada waktu itu. Disini juga akan membahas mengenai perkembangan dan peranan

Koperasi Batik PPBI bagi para pengusaha batik dan pengrajin batik di Yogyakarta,

maupun bagi masyrakat di sekitarnya.

Permasalahan dalam penelitian ini penting untuk dikaji karena akan

menjelaskan mengenai perkembangan yang telah dialami oleh Koperasi Batik PPBI

sebagai wadah atau organisasi perkumpulan bagi para pengusaha batik di Yogyakarta.

Selain itu juga mengenai apa saja peranan Koperasi Batik PPBI bagi industri batik di

Yogyakarta, maupun peranan sosial ekonomi bagi masyarakat maupun bagi para

pengusaha batik sebagai anggota Koperasi Batik PPBI. Sedangkan alasan pemilihan

tahun disini mengambil tahun 1952-1976, dimana pada tahun 1952 Koperasi Batik

PPBI telah resmi berbadan hukum atas dasar Undang-undang RIS Koperasi tahun

1949. Disini berarti keberadaan Koperasi Batik PPBI yang telah resmi berbadan

hukum mempunyai hak-hak dalam berorganisasi. Dengan berdirinya koperasi ini

dimaksudkan agar pengusaha batik dapat sedikit demi sedikit melepaskan diri dari

kungkungan pengusaha ekonomi asing sesuai dengan semangat koperasi itu sendiri.

Sedangkan di tahun 1976 adalah tahun dimana eksistensi koperasi mulai menurun

dan banyak pengusaha yang yang mengundurkan diri menjadi anggota koperasi

karena unit usaha mereka yang bangkrut, hal ini terlihat dalam jumlah unit usaha
commit to user

7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

pada tahun 1970 terdapat 12.500 unit usaha, tetapi pada tahun 1976 hanya tinggal

2.389 unit usaha terlihat bahwa terjadi penurunan drastis pada jumlah unit usaha.10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana latar belakang berdirinya koperasi batik PPBI di Yogyakarta?

2. Bagaimana perkembangan koperasi batik PPBI di Yogyakarta tahun 1952-1976?

3. Bagaimana peranan koperasi batik PPBI bagi para anggotanya pada tahun

1952-1976?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Koperasi Batik PPBI.

2. Untuk mengetahui perkembangan koperasi batik PPBI di Yogyakarta tahun

1952-1976.

3. Untuk mengetahui bagaimana peranan koperasi batik PPBI bagi para anggotanya

selama tahun 1952-1976.

10
Laporan Tahunan Koperasi Batik PPBI tahun 1976.
commit to user

8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain: Menambah wawasan tentang penjualan

batik melalui koperasi batik, Mengetahui aktivitas para pengusaha batik dalam

perkumpulanya di dalam koperasi dan Mengetahui perkembangan dan peranan

koperasi batik secara umum dan khusus. Menambah wawasan dan pengetahuan

tentang sejarah batik sebagai warisan budaya bangsa Indonesia dan Menambah

wawasan tentang sejarah berdirinya salah satu koperasi batik di Yogyakarta, yaitu

Koperasi Batik PPBI.

E. Tinjauan Pustaka

Penulisan tentang tema Koperasi secara khusus masih sangat jarang ditemui.

Oleh karena itu, jarang ada buku yang menyinggung secara khusus tentang gerakan

koperasi batik di Indonesia, terlebih lagi di Yogyakarta. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan literatur dan referensi untuk menunjang pokok permasalahan yang akan

dikaji. Selain menggunakan sumber primer, pemulis juga menggunakan sumber

sekunder sebagai studi pustaka sesuai dengan tema yang diangkat. Yang terpenting

adalah di dalam buku-buku yang dijadikan acuan oleh penulis ini dapat memberikan

manfaat tentang konsep, teori dan penelitian mengenai Koperasi Batik PPBI di

Yogyakarta.

Buku dengan judul Koperasi Di Dalam Orde Ekonomi Indonesia, karya Edi Sri

Swasono. Buku ini dalam beberapa babnya mengupas tentang gerakan dan

pertumbuhan koperasi di Indonesia mulai dari awal kemunculan koperasi sampai


commit to user

9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

dengan periode pasca Orde Baru. Kajian ini memperlihatkan gambaran tentang

gerakan koperasi di Indonesia secara umum, dari buku ini penulis memperoleh

gambaran tentang pertumbuhan koperasi PPBI dari masa ke masa, misalnya dari

adanya perubahan perundang-undangan koperasi.

Saroso Wirodiharjo dalam bukunya yang berjudul Koperasi dan Masalah

Batik, mengkaji tentang aktifitas dan gerakan koperasi berkaitan dengan produktivitas

batik, termasuk juga produsen batik. Di dalam buku ini diterangkan bahwa koperasi

mempunyai peranan yang besar dalam mengatasi masalah yang dihadapi produsen

batik. Disinggung pula kaitan politik pada masa itu sangat kuat dengan perkembangan

perindustrian dan koperasi batik di Indonesia, karena banyak perubahan-perubahan

kebijaksanaan ekonomi sesuai dengan pergantian kabinet yang sering terjadi. Buku ini

dapat menjadi acuan untuk penulisan skripsi ini karena memberikan gambaran tentang

keadaan industri batik secara umum di Indonesia dan peranan koperasi batik di

dalamnya serta sedikit menyinggung tentang koperasi PPBI dalam perindustrian batik

di Yogyakarta.

Praktek Pengelolaan Koperasi buku karya G. Kartasaputra, buku ini

memaparkan secara panjang lebar tentang koperasi, dari pengertian, cara pendirian

sampai praktek berkoperasi. Koperasi adalah bentuk kerajasama dalam bentuk

perekonomian. Kerjasama itu berusaha memenuhi kebutuhan sehari-hari. Koperasi

merupakan bentuk yang tepat untuk menggalang perekonomian rakyat, dalam

mengorganisasikan kedalam koperasi maka dapat mengikat perekonomian mereka.

Namun untuk menjadikan gerakan ekonomi rakyat ini benar-benar sehat dan tangguh,
commit to user

10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

perlu adanya kemampuan dan profesionalitas sumber daya koperasi. Dan juga adanya

kesadaran pada arus bawah, karena mereka memerlukan wadah untuk meningkatkan

kesejahteraan hidup, itu merupakan faktor penting.

Buku karya Ari Wulandari yang berjudul Batik Nusantara Makna Filosofis

Cara Pembuatan dan Industri Batik. Buku ini pada dasrnya bercerita tentang batik,

dimulai dari sejarah batik di 24 propinsi di Indonesia, dari Mojokerto hingga Papua.

Buku ini juga mengulas tentang batik Keraton, di dalam buku ini menjelaskan bahwa

batik hanya dipakai oleh orang-orang Indonesia di daerah Jawa itupun terbatas hanya

pada golongan ningrat keraton dengan aturan yang sangat ketat. Namun dengan

kemajuan zaman sekarang batik telah menjadi salah satu pakaian nasional Indonesia.

Buku ini juga memberikan pengetahuan tentang filosofis batik dari berbagai propinsi

kemudian juga adanya pembahasan mengenai cara pembuatan batik.

Biranul Anas , dkk dalam bukunya yang berjudul, Indonesia Indah Batik. Isi

dari buku ini menjelaskan tentang Batik Klasik. Klasik dalam artian cara

membuatnya maupun klasik mengenai motif batiknya. Batik merupakan

perkembangan seni di Jawa Tengah yang dimaksud perkembangan disini adalah cara

membuat kain batik sedangkan mengenai motifnya merupakan perkembangan dari

paduan berbagai pengaruh dari kebudayaan luar. Di dalam buku ini juga diuraikan

adanya kemunduran pada dunia pembatik pada awal tahun 1970-an. Di dalam buku

ini juga dijelaskan bahwa batik telah menjadi bisinis khusus dalam perekonomian

Indonesia. Hal ini terjadi sejak abad ke-19, kerajinan batik yang ada di Indonesia

tidak seluruhnya mengalami tradisi yang mulus dari generasi ke generasi berikutnya,
commit to user

11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

hal tersebut karena adanya faktor antara lain terputusnya kesinambungan tradisi di

lingkungan pembatik dan juga karena adanya faktor bagi modal usaha hal ini yang

menyebabkan koperasi batik berada pada posisi yang kurang berfungsi.

Buku-buku dan karya tulis yang telah dijelaskan di atas selain itu, adapun

Skripsi karya Gilang Christian W yang berjudul Industri Batik Tradisional di

Tirtomoyo tahun 1950-2000. Skripsi ini berisi tentang perkembangan batik di

Tirtomoyo dari waktu ke waktu semakin mengalami kemunduran, industri batik di

Tirtomoyo juga banyak mengalami perubahan mulai dari ragam hias batiknya hingga

peralatan raam hias klasik berkembang menjadi gaya kontemporer. Industri batik

Tirtomoyo tercipta dari kondisi masyarakat Tirtomoyo sendiri yang memiliki etos

kerja dan semangat dagang yang tinggi. Kemunduran indutri batik yang ada di

Tirtomoyo dipengaruhi dengan kemunculan alat printing, lemahnya dalam

permodalan, merosotnya peran koperasi dan juga sulit bahan baku dan tenaga kerja.

Kemunduran industri batik yang ada di Tirtomoyo sangat berpengaruh terhadap

masyarakat dalam bidang sosial maupun ekonomi.

Skripsi karya Siska Narulita mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Gadjah Mada Yogyakarta yang berjudul “Sejarah Koperasi PPBI tahun 1950-1980”

dalam skripsi ini membahas tentang sejarah berdirinya koperasi PPBI serta sejarah

yang ada di dalamnya yang dapat memberikan sedikit gambaran kepada penulis

mengenai koperasi PPBI. Akan tetapi tetap terdapat perbedaan skripsi tersebut dengan

penulisan skripsi ini, karena skripsi tersebut hanya mengulas seputar sejarah berdirinya

Koperasi PPBI, Anggaran Dasar Koperasi, dan unit usaha yang dimiliki oleh Koperasi
commit to user

12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

PPBI pada saat itu. Sedangkan dalam penulisan skripsi ini akan lebih banyak

menyinggung tentang eksistensi dan peranan koperasi PPBI dari tahun 1952-1976.

Selain itu dalam penulisan skripsi ini akan mengulas tentang permodalan, distribusi,

dan produksi bahan-bahan batik. Serta pembangunan yang telah dilakukan oleh

Koperasi PPBI dalam bidang kesehatan maupun pendidikan dan Perananannya

terhadap anggota-anggota Koperasi PPBI..

F. Metode Penelitian

Metode Penelitian sejarah adalah prosedur dari cara kerja para sejarawan

untuk menghasilkan kisah masa lampau berdasarkan jejak-jejak yang ditinggalkan

oleh masa lampau tersebut. 11 Jadi metode sejarah adalah suatu kegiatan untuk

mengumpulkan sumber-sumber sejarah, menguji dan menelitinya secara kritis

mengenai peninggalan masa lampau sehingga menghasilkan suatu cerita sejarah.

Selain itu pertimbangan yang mendasar digunakan metode historis dikarenakan

metode ini lebih sesuai dengan data yang dikumpulkan, diuji dan dianalisis secara

kritis atau sumber-sumber sejarah yang berhubungan.

Dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi serta

mensistesiskan bukti-bukti untuk membangun fakta serta menghasilkan kesimpulan

yang kuat. Penelitian ini diusahakan untuk menghasilkan rekonstruksi peristiwa yang

11
Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah
(Jakarta: PT. Gramedia, 1992), hlm. 37.
commit to user

13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

terjadi di masa lampau secara obyektif dan sistematis untuk itu digunakanlah metode

historis.

Metode sejarah adalah proses menguji dan mengkaji kebenaran rekaman dan

peninggalan-peninggalan masa lampau berupa bukti-bukti dan data-data secara

kritis sehingga menjadi penyajian dan ceritera sejarah yang dapat dipercaya. 12

Beberapa tahapan dalam metode sejarah antara lain:

1. Heuristik

Heuristik yaitu suatu proses kegiatan pengumpulan bahan atau

sumber-sumber sejarah untuk mendapatkan data-data atau materi sejarah.13

Heuristik merupakan tahapan pertama untuk mengumpulkan data yang sesuai

dengan permasalahan. Sumber-sumber tertulis dalam penelitian ini diperoleh

dari badan arsip daerah di Yogyakarta dan perpustakaan-perpustakaan lainnya

yang terdapat di wilayah Yogyakarta. Teknik pengumpulan data yang di

lakukan dengan:

a. Studi Dokumen

Data dokumen yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dokumen yang

sejaman. Dokumen yang dimaksud disini adalah dokumen yang mempunyai

nilai otentik dan dapat dipercaya untuk menetapkan nilai suatu sumber, maka

12
Helius Syamsuddin, Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Ombak, 2007) hlm. 67.
13
Ibid., hlm. 86.
commit to user

14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

perlu dilakukan pengumpulan bahan-bahan tercetak seperti koran-koran,

majalah maupun surat kabar yang sejaman. Berikut beberapa dokumen dan

arsip Koperasi PPBI:

1) Perundangan tentang Koperasi, yang menyatakan bahwa Koperasi

Batik PPBI berbadan hukum tahun 1952, berdasarkan Undang-undang

Koperasi tahun 1949 (RIS) no. 691 tahun 1952.

2) Peraturan tentang pembagian mori tahun 1953.

3) Laporan biaya pengeluaran Koperasi tahun 1957.

4) Surat Edaran no. 4 Tahun1957 tentang Peraturan Penjualan Mori.

5) Laporan tahunan Koperasi Batik PPBI dari tahun 1952-1976.

b. Wawancara

Metode wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang

dilakukan secara lisan oleh narasumber. Dalam penelitian terdapat dua metode

wawancara yakni, wawancara untuk mendapatkan informasi dan wawancara

yang dilakukan dengan pihak-pihak terkait yang saling berkepentingan guna

menguji keabsahan data. Dalam hal ini penulis mewawancarai beberapa

pengurus Koperasi Batik PPBI, diantaranya: Kepala Koperasi Batik PPBI,

Sekretaris Koperasi Batik PBBI, Bendahara Koperasi Batik PPBI, dan

Pengusaha Batik di Yogyakarta. Dalam hal ini penulis mewawancarai

commit to user

15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

beberapa pengurus Koperasi Batik PPBI, diantaranya: Bapak R.H. Sukarman

selaku Ketua Koperasi Batik PPBI, Bapak Sutarto selaku Sekretaris Koperasi

Batik PBBI, dan Bapak Sugeng selaku Bendahara Koperasi Batik PPBI.

c. Studi Pustaka

Studi pustaka yaitu pengumpulan data mealui buku, majalah, jurnal,

serta penelitian, dan sumber-sumber sejarah lainnya yang masih

berhubungan dengan masalah yang di teliti. Studi pustaka berguna

untuk melengkapi data-data yang diperoleh dari dokumen. Teknik

studi pustaka ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan

data-data yang bersifat teoritis dan sebagai pelengkap sumber data

yang tidak terungkap dari sumber primer. Dalam penelitian ini

melakukan studi pustaka di Perpustakaan Jurusan Ilmu Sejarah

Universitas Sebelas Maret, Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Gadjah Mada dan Badan Perpustakaan Daerah

Yogyakarta.

2. Kritik Sumber

Kritik Sumber yaitu tahapan yang ditujukan untuk mencari keaslian sumber

yang diperoleh melalui kritik intern dan ekstern.14 Kritik intern bertujuan

untuk mencari keaslian isi sumber atau data, sedangkan kritik ekstern
14
Dudung Abdurrachman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 1999), hlm. 58.
commit to user

16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

bertujuan untuk mencari keaslian sumber. Sumber dokumen yang diperoleh

dari Koperasi Batik PPBI berupa, susunan pengurus Koperasi Batik PPBI,

surat pengurus daftar organisasi, dokumen tentang batik, dokumen tentang

majalah batik, dan majalah terbitan GKBI. Dikritik secara intern dan ekstern

agar mendapatkan fakta-fakta yang objektif.

3. Interpretasi

Interpretasi yaitu penafsiran terhadap data-data yang di munculkan dari data

yang sudah terseleksi. Tujuan dari interpretasi adalah menyatukan sejumlah

fakta yang diperoleh dari sumber atau data sejarah dan bersama teori

disusunlah fakta tersebut ke dalam interpretasi menyeluruh.15 teknik analisis

yang di guankan adalah teknik deskriptif dan kualitatif.

4. Historiografi

Historiografi yaitu menyajikan hasil penelitian berupa penyusunan

fakta-fakta. Historiografi merupakan proses akhir dari metode historis sebagai

bentuk penyajian hasil penelitian. Dalam penulisan sejarah perlu diperhatikan

dan sinkroniknya.16 Jadi selain memanjang dalam waktu juga melebar dalam

ruang. Historiografi disini meliputi wilayah, waktu, dan keunikan dalam

penulisan skripsi ini.

15
Goutschalk, Louis, Mengerti Sejarah (Jakarta: Universitas Indonesia Press,
1983) hlm. 64.
16
Sartono Kartodirdjo., op.cit., hlm. 45
commit to user

17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

G. Sistematika Penulisan

Bab I, Merupakan Bab Pendahuluan, yang berisi, latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II, berupa isi, bab ini akan membahas hal-hal apa yang melatar

belakangi berdirinya koperasi batik PPBI di Yogyakarta.

Bab III, bab ini akan menguraikan tentang perkembangan koperasi

batik PPBI di Yogyakarta.

Bab IV, bab ini akan menjelaskan mengenai apa saja peranan koperasi

batik PPBI bagi para anggotanya.

Bab V, merupakan bab terakhir yang akan mengungkapkan

kesimpulan dari penulisan yang telah dilakukan. Bab ini merupakan jawaban

dari permasalahan penelitian.

commit to user

18

Anda mungkin juga menyukai