id
1
BAB I
PENDAHULUAN
sektor tersebut adalah sektor Negara, swasta dan koperasi. Untuk mencapai kedudukan
ekonomi yang kuat dan mencapai masyarakat yang adil dan makmur, maka ketiga
sektor kekuatan ekonomi itu harus saling berhubungan dan bekerjasama secara baik
dan teratur. Lebih lanjut dalam pasal 33 UUD 1945 dijelaskan bahwa produksi
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Jadi pada dasarnya koperasi
merupakan salah satu badan usaha yang sekaligus merupakan pranata ekonomi
1
G. Kartasaputra dkk. Koperasi Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001) hlm. 5.
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
anggotanya. Untuk itu koperasi perlu dibina secara profesional baik dalam bidang
Batik merupakan barang seni yang memiliki nilai-nilai kultural yang unik.3
kimono bagi Jepang, Sari bagi India ataupun Chongsam bagi Tiongkok, karena batik
merupakan identitas bangsa Indonesia yang sudah mendunia pada saat ini.4 Pakaian
bermotif batik telah dijadikan sebagai pakaian resmi dalam sebuah kegiatan pesta
atau upacara.
Batik sendiri memiliki banyak sekali motifnya yang dipengaruhi oleh latar
belakang budaya dan adat istiadat dari sebuah daerah di Indonesia. Awal Batik di
Yogyakarta dimulai sejak Perjanjian Giyanti atau yang lebih dikenal dengan Palihan
dan Ngayogyakarta Hadiningrat. Seni batik kedua kerajaan ini punya ciri khas
pertama dengan rajanya Panembahan Senopati dan daerah pembatikan pertama adalah
di desa Plered.
Pada masa itu pembatikan terbatas hanya dalam lingkungan kraton dan
dikerjakan oleh para putri keraton pada waktu senggangnya atau oleh wanita-wanita
2
Saroso Wirodiharjo, Koperasi dan Masalah Batik, (Jakarta: GKBI, 1954) hlm.
11
3
Edward Soaloon Simanjuntak, "Batik Tradisional Makin Terpojok, Labelisasi
Untuk Apa?" PRISMA, Agustus no.8 (Jakarta: LP3ES, 1982) hlm. 73.
4
Harjono, Industri Rakyat di Indonesia, (Jakarta: Departemen Perindustrian
Rakyat, 1964) hlm. 155.
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3
pembantu ratu. Dari sini pembatikan meluas pertama kalinya pada keluarga Keraton
lainnya, yaitu istri-istri abdi dalem dan tentara-tentara, kemudian meluas lagi karena
akibat pernikahan, peperangan antar kerajaan ataupun dengan penjajah Belanda yang
mengharuskan keluarga-keluarga raja mengungsi dan menetap di daerah baru itu antara
Meluasnya daerah pembatikan ini dimulai pada abad ke 18, yang kemudian kita
Batik yang pada awalnya dikerjakan dan dikenakan oleh kalangan terbatas
keluarga keraton dan bangsawan. Kemudian pemakai kain batik meluas keluar dari
tembok keraton oleh karena ketertarikan rakyat pada pakaian-pakaian yang dipakai
oleh keluarga kraton. 6 Membatik menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah
tangganya di waktu senggang dan akhirnya menjadi pakaian rakyat baik kalangan pria
maupun wanita.7
Yogyakarta sebagai salah satu daerah penghasil batik, selain Solo dan Cirebon,
telah berkembang cukup lama dari segi sifat, motif, fungsi, dan kegunaanya. Seiring
kondisi yang tidak bisa diabaikan dalam perkonomian masyarakat Indonesia pada
umumnya dan masyarakat Yogyakarta pada khususnya. Batik yang semula hanya di
5
Anonim, 20 Tahun GKBI 1948-1968 (Jakarta: Koperasi Pusat GKBI, 1969)
hlm. 176.
6
Ibid., hlm. 177.
7
Ibid., hlm. 153.
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
gunakan sebagai pakaian ekslusif oleh keluarga keraton di Jawa, kini telah meluas ke
Pembuatan batik bukan lagi monopoli keluarga keraton dan telah banyak
dipakai oleh rakyat, sentra daerah produksinya tidak terbatas pada Solo dan Yogyakarta
saja, oleh karena itu, maka produksinya beralih dari produksi untuk pakaian sendiri
menuju produksi pasar. Ada pengembangan dari batik yaitu dari sifatnya sebagai
sandang, kini telah menjadi komoditas yang bersifat massal. Dari sini dmulailah
pembatikan menjadi salah satu cabang mata pencaharian rakyat yang sifatnya
kerajinan rumah tangga. Hal ini sekaligus mendorong munculnya industri batik di
Yogyakarta. Tidak mengherankan jika pengusaha batik dari tahun ke tahun secara
Pada awal abad ke 20 pembatikan yang dikenal barulah batik tulis hasil
kerajinan tangan wanita dikenal dan kira-kira pada tahun 1910 barulah dikenal
pembuatan batik cap. Pembuatan batik tulis memakan waktu memakan waktu cukup
batik oleh masyrakat besar sekali. Oleh karena itu dimunculkan kreasi baru untuk
memproduksi batik dengan cap. Pembatikan dengan cap ini berkembang dan
8
Edward Soaloon Simanjuntak., loc.cit.,
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5
Batik setelah itu menjadi produksi massal karena berkembangnya batik cap,
maka bahan baku batik menjadi masalah dalam pemasarannya. Bahan baku batik
setelah perang dunia pertama menjadi bahan perdagangan yang tidak kecil
pengaruhnya terhadap perdagangan impor waktu itu. Terlebih lagi karena lemahnya
Yogyakarta, banyak yang terikat hutang dengan pedagang Cina. Dengan adanya
permainan harga mori dan bahan baku batik lainnya, juga keterikatan hutang pada
batik di Yogyakarta.
Yogyakarta dalam bentuk Koperasi Batik. Koperasi batik adalah perkumpulan koperasi
dari para pengusaha batik. Secara gotong royong mereka bermaksud mencukupi
kebutuhannnya dengan jalan yang lancar dan lebih menguntungkan bagi mereka. Perlu
diterangkan disini bahwa suatu koperasi itu hanya dapat berjalan baik, bila kepentingan
dan kebutuhan anggota-anggotanyanya itu sama, atau tidak bertentangan satu sama
lain.9
perkoperasian dan belajar dari pengalaman kegagalan di masa lalu. Mereka berusaha
membangun kembali koperasi batik dengan pengelolaan yang lebih baik. Masalah
9
Majalah Batik. Koperasi Batik. (Jakarta: GKBI, 1953), hlm. 4
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6
utama yang menjadi perhatian dari koperasi perbatikan adalah mengenai penyediaan
bahan baku yaitu berupa kain Cambries. Maka dengan berdirinya koperasi batik
tersebut yang menjadi perhatian pertama adalah bagaimana cara menyediakan bahan
baku kain Cambries agar pengusaha batik dapat melangsungkan usahanya terutama
Pada tahun 1934 berdiri koperasi batik di Yogyakarta yang bernama Persatuan
Perusahaan Batik Bumi Putera (PPBBP) atau Belanda menyebutnya "Batik Bond".
PPBBP kemudian baru disahkan pada tahun 1939 oleh pemerintah Belanda atas dasar
Undang-Undang koperasi tahun 1933. Namun pada tahun 1946 Koperasi Batik PPBBP
berganti nama menjadi Persatuan Pengusaha Batik Indonesia atau Koperasi Batik
PPBI, karena dirasa nama lama koperasi ini tidak lagi sesuai dengan semangat
nasionalisme yang ada. Pada tahun 1952 Koperasi Batik PPBI baru disahkan berbadan
Koperasi Batik PPBI pada tahun 1961, terbagi menjadi lima koperasi primer
dengan lima wilayah kedudukan atau kekuasaan yaitu Koperasi Batik Senopati
meliputi wilayah Njeron Benteng, Koperasi Batik Mataram meliputi wilayah Ngasem,
Koperasi Batik Karang Tunggal meliputi wilayah Karangkajen, Koperasi Batik PPBI
Koperasi Batik PPBI merupakan Koperasi Batik tertua yang ada di Yogyakarta
diantara yang lainnya. Hal inilah yang menarik dalam penulisan tentang Koperasi
Batik PPBI di Yogyakarta. Dan hal ini pulalah yang akan menjadi fokus masalah dalam
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
penulisan skripsi ini. Tentunya akan banyak hal-hal menarik yang lainnya lagi bagi
penulis untuk menuliskan tentang “Dinamika Koperasi Batik PPBI pada tahun
Koperasi Batik PPBI begitu sangat berpengaruh terahadap Industri Batik di Yogyakarta
pada waktu itu. Disini juga akan membahas mengenai perkembangan dan peranan
Koperasi Batik PPBI bagi para pengusaha batik dan pengrajin batik di Yogyakarta,
menjelaskan mengenai perkembangan yang telah dialami oleh Koperasi Batik PPBI
sebagai wadah atau organisasi perkumpulan bagi para pengusaha batik di Yogyakarta.
Selain itu juga mengenai apa saja peranan Koperasi Batik PPBI bagi industri batik di
Yogyakarta, maupun peranan sosial ekonomi bagi masyarakat maupun bagi para
pengusaha batik sebagai anggota Koperasi Batik PPBI. Sedangkan alasan pemilihan
tahun disini mengambil tahun 1952-1976, dimana pada tahun 1952 Koperasi Batik
PPBI telah resmi berbadan hukum atas dasar Undang-undang RIS Koperasi tahun
1949. Disini berarti keberadaan Koperasi Batik PPBI yang telah resmi berbadan
dimaksudkan agar pengusaha batik dapat sedikit demi sedikit melepaskan diri dari
kungkungan pengusaha ekonomi asing sesuai dengan semangat koperasi itu sendiri.
Sedangkan di tahun 1976 adalah tahun dimana eksistensi koperasi mulai menurun
dan banyak pengusaha yang yang mengundurkan diri menjadi anggota koperasi
karena unit usaha mereka yang bangkrut, hal ini terlihat dalam jumlah unit usaha
commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
pada tahun 1970 terdapat 12.500 unit usaha, tetapi pada tahun 1976 hanya tinggal
2.389 unit usaha terlihat bahwa terjadi penurunan drastis pada jumlah unit usaha.10
B. Rumusan Masalah
3. Bagaimana peranan koperasi batik PPBI bagi para anggotanya pada tahun
1952-1976?
C. Tujuan Penelitian
1952-1976.
3. Untuk mengetahui bagaimana peranan koperasi batik PPBI bagi para anggotanya
10
Laporan Tahunan Koperasi Batik PPBI tahun 1976.
commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain: Menambah wawasan tentang penjualan
batik melalui koperasi batik, Mengetahui aktivitas para pengusaha batik dalam
koperasi batik secara umum dan khusus. Menambah wawasan dan pengetahuan
tentang sejarah batik sebagai warisan budaya bangsa Indonesia dan Menambah
wawasan tentang sejarah berdirinya salah satu koperasi batik di Yogyakarta, yaitu
E. Tinjauan Pustaka
Penulisan tentang tema Koperasi secara khusus masih sangat jarang ditemui.
Oleh karena itu, jarang ada buku yang menyinggung secara khusus tentang gerakan
koperasi batik di Indonesia, terlebih lagi di Yogyakarta. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan literatur dan referensi untuk menunjang pokok permasalahan yang akan
sekunder sebagai studi pustaka sesuai dengan tema yang diangkat. Yang terpenting
adalah di dalam buku-buku yang dijadikan acuan oleh penulis ini dapat memberikan
manfaat tentang konsep, teori dan penelitian mengenai Koperasi Batik PPBI di
Yogyakarta.
Buku dengan judul Koperasi Di Dalam Orde Ekonomi Indonesia, karya Edi Sri
Swasono. Buku ini dalam beberapa babnya mengupas tentang gerakan dan
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
dengan periode pasca Orde Baru. Kajian ini memperlihatkan gambaran tentang
gerakan koperasi di Indonesia secara umum, dari buku ini penulis memperoleh
gambaran tentang pertumbuhan koperasi PPBI dari masa ke masa, misalnya dari
Batik, mengkaji tentang aktifitas dan gerakan koperasi berkaitan dengan produktivitas
batik, termasuk juga produsen batik. Di dalam buku ini diterangkan bahwa koperasi
mempunyai peranan yang besar dalam mengatasi masalah yang dihadapi produsen
batik. Disinggung pula kaitan politik pada masa itu sangat kuat dengan perkembangan
kebijaksanaan ekonomi sesuai dengan pergantian kabinet yang sering terjadi. Buku ini
dapat menjadi acuan untuk penulisan skripsi ini karena memberikan gambaran tentang
keadaan industri batik secara umum di Indonesia dan peranan koperasi batik di
dalamnya serta sedikit menyinggung tentang koperasi PPBI dalam perindustrian batik
di Yogyakarta.
memaparkan secara panjang lebar tentang koperasi, dari pengertian, cara pendirian
Namun untuk menjadikan gerakan ekonomi rakyat ini benar-benar sehat dan tangguh,
commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
perlu adanya kemampuan dan profesionalitas sumber daya koperasi. Dan juga adanya
kesadaran pada arus bawah, karena mereka memerlukan wadah untuk meningkatkan
Buku karya Ari Wulandari yang berjudul Batik Nusantara Makna Filosofis
Cara Pembuatan dan Industri Batik. Buku ini pada dasrnya bercerita tentang batik,
dimulai dari sejarah batik di 24 propinsi di Indonesia, dari Mojokerto hingga Papua.
Buku ini juga mengulas tentang batik Keraton, di dalam buku ini menjelaskan bahwa
batik hanya dipakai oleh orang-orang Indonesia di daerah Jawa itupun terbatas hanya
pada golongan ningrat keraton dengan aturan yang sangat ketat. Namun dengan
kemajuan zaman sekarang batik telah menjadi salah satu pakaian nasional Indonesia.
Buku ini juga memberikan pengetahuan tentang filosofis batik dari berbagai propinsi
Biranul Anas , dkk dalam bukunya yang berjudul, Indonesia Indah Batik. Isi
dari buku ini menjelaskan tentang Batik Klasik. Klasik dalam artian cara
perkembangan seni di Jawa Tengah yang dimaksud perkembangan disini adalah cara
paduan berbagai pengaruh dari kebudayaan luar. Di dalam buku ini juga diuraikan
adanya kemunduran pada dunia pembatik pada awal tahun 1970-an. Di dalam buku
ini juga dijelaskan bahwa batik telah menjadi bisinis khusus dalam perekonomian
Indonesia. Hal ini terjadi sejak abad ke-19, kerajinan batik yang ada di Indonesia
tidak seluruhnya mengalami tradisi yang mulus dari generasi ke generasi berikutnya,
commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
hal tersebut karena adanya faktor antara lain terputusnya kesinambungan tradisi di
lingkungan pembatik dan juga karena adanya faktor bagi modal usaha hal ini yang
Buku-buku dan karya tulis yang telah dijelaskan di atas selain itu, adapun
Tirtomoyo juga banyak mengalami perubahan mulai dari ragam hias batiknya hingga
peralatan raam hias klasik berkembang menjadi gaya kontemporer. Industri batik
Tirtomoyo tercipta dari kondisi masyarakat Tirtomoyo sendiri yang memiliki etos
kerja dan semangat dagang yang tinggi. Kemunduran indutri batik yang ada di
permodalan, merosotnya peran koperasi dan juga sulit bahan baku dan tenaga kerja.
Gadjah Mada Yogyakarta yang berjudul “Sejarah Koperasi PPBI tahun 1950-1980”
dalam skripsi ini membahas tentang sejarah berdirinya koperasi PPBI serta sejarah
yang ada di dalamnya yang dapat memberikan sedikit gambaran kepada penulis
mengenai koperasi PPBI. Akan tetapi tetap terdapat perbedaan skripsi tersebut dengan
penulisan skripsi ini, karena skripsi tersebut hanya mengulas seputar sejarah berdirinya
Koperasi PPBI, Anggaran Dasar Koperasi, dan unit usaha yang dimiliki oleh Koperasi
commit to user
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
PPBI pada saat itu. Sedangkan dalam penulisan skripsi ini akan lebih banyak
menyinggung tentang eksistensi dan peranan koperasi PPBI dari tahun 1952-1976.
Selain itu dalam penulisan skripsi ini akan mengulas tentang permodalan, distribusi,
dan produksi bahan-bahan batik. Serta pembangunan yang telah dilakukan oleh
F. Metode Penelitian
Metode Penelitian sejarah adalah prosedur dari cara kerja para sejarawan
oleh masa lampau tersebut. 11 Jadi metode sejarah adalah suatu kegiatan untuk
metode ini lebih sesuai dengan data yang dikumpulkan, diuji dan dianalisis secara
yang kuat. Penelitian ini diusahakan untuk menghasilkan rekonstruksi peristiwa yang
11
Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah
(Jakarta: PT. Gramedia, 1992), hlm. 37.
commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
terjadi di masa lampau secara obyektif dan sistematis untuk itu digunakanlah metode
historis.
Metode sejarah adalah proses menguji dan mengkaji kebenaran rekaman dan
kritis sehingga menjadi penyajian dan ceritera sejarah yang dapat dipercaya. 12
1. Heuristik
lakukan dengan:
a. Studi Dokumen
Data dokumen yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dokumen yang
nilai otentik dan dapat dipercaya untuk menetapkan nilai suatu sumber, maka
12
Helius Syamsuddin, Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Ombak, 2007) hlm. 67.
13
Ibid., hlm. 86.
commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
majalah maupun surat kabar yang sejaman. Berikut beberapa dokumen dan
b. Wawancara
dilakukan secara lisan oleh narasumber. Dalam penelitian terdapat dua metode
commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
selaku Ketua Koperasi Batik PPBI, Bapak Sutarto selaku Sekretaris Koperasi
Batik PBBI, dan Bapak Sugeng selaku Bendahara Koperasi Batik PPBI.
c. Studi Pustaka
Yogyakarta.
2. Kritik Sumber
Kritik Sumber yaitu tahapan yang ditujukan untuk mencari keaslian sumber
yang diperoleh melalui kritik intern dan ekstern.14 Kritik intern bertujuan
untuk mencari keaslian isi sumber atau data, sedangkan kritik ekstern
14
Dudung Abdurrachman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 1999), hlm. 58.
commit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
dari Koperasi Batik PPBI berupa, susunan pengurus Koperasi Batik PPBI,
majalah batik, dan majalah terbitan GKBI. Dikritik secara intern dan ekstern
3. Interpretasi
fakta yang diperoleh dari sumber atau data sejarah dan bersama teori
4. Historiografi
dan sinkroniknya.16 Jadi selain memanjang dalam waktu juga melebar dalam
15
Goutschalk, Louis, Mengerti Sejarah (Jakarta: Universitas Indonesia Press,
1983) hlm. 64.
16
Sartono Kartodirdjo., op.cit., hlm. 45
commit to user
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
G. Sistematika Penulisan
Bab II, berupa isi, bab ini akan membahas hal-hal apa yang melatar
Bab IV, bab ini akan menjelaskan mengenai apa saja peranan koperasi
kesimpulan dari penulisan yang telah dilakukan. Bab ini merupakan jawaban
commit to user
18