Anda di halaman 1dari 3

ANEKDOT HUKUM PERADILAN

Pada zaman dahulu di suatu negara (yang pasti bukan negara kita) ada seorang tukang
pedati yang rajin dan tekun. Setiap pagi dia membawa barang dagangan ke pasar dengan
pedatinya. Suatu hari dia melewati jembatan yang baru dibangun. Namun sayang, ternyata
kayu yang digunakan untuk membuat jembatan tersebut tidak kuat. Akhirnya, tukang pedati
itu jatuh ke sungai. Kuda beserta dagangannya hanyut.

Tukang Pedati : “Arrrrghhh, jembatan sialan !!! tolol sekali yang membuat jembatan ini !”

Si tukang pedati dan keluarganya tidak terima karena mendapat kerugian gara – gara
jembatan yang rapuh. Kemudian mereka melaporkan kejadian itu ke kepada hakim untuk
mengadukan si pembuat jembatan agar dihukum dan memberi uang ganti rugi.

Tukang Pedati : “Aku tidak terima dengan semua ini, sungguh terlalu ! akan kulaporkan ke
Sang Hakim.”

Beberapa hari kemudian si tukang pedati melaporkan hal ini kepada sang hakim.

Tukang Pedati : “Hai Sang Hakim, aku puas dengan jembatan yang dibangun si tukang kayu,
gara – gara dia aku rugi besar.”
Sang Hakim ; “Baiklah.”

Sesampainya dihadapan hakim, si tukang kayu bertanya kepada hakim.

Tukang Kayu : “Yang Mulia Hakim, apa kesalahan hamba sehingga hamba dipanggil ke
persidangan ?”

Sang Hakim : “Kesalahan kamu sangat besar, kayu yang kamu bawa untuk membuat
jembatan itu ternyata jelek dan rapuh sehingga menyebabkan seseorang jatuh
dan kehilangan pedati dan dagangannya. Oleh karena itu, kamu harus dihukum
dan mengganti segala kerugian si tukang pedati.”

Tukang Kayu : “Kalau itu permasalahannya, ya jangan salahkan saya salahkan saja si
penjual kayu yang menjual kayu yang jelek.”

Sang Hakim : “Benar juga apa yang dikatakan si tukang kayu ini. Si penjual kayu inilah
yang menyebabkan tukang kayu membawa kayu yang jelek untuk si pembuat
jembatan.”

Lalu hakim berkata kepada pengawal.

Sang Hakim : “Hai pengawal, bawa si penjual kayu kemari untuk mempertanggung
jawabkan perbuatannya !”
Pergilah si pengawal menjemput si penjual kayu.

Setelah beberapa hari kemudian, si penjual kayu dibawa oleh pengawal tersebut ke
hadapan hakim.

Penjual Kayu : “Yang Mulia Hakim, apa kesalahan hamba sehingga dibawa ke sidang
pengadilan ini ?”

Sang Hakim : “Kesalahanmu sangat besar karena kamu tidak menjual kayu yang bagus
kepada si tukang kayu sehingga jembatan yang dibuatnya tidak kokoh dan
menyebabkan seseorang kehilangan kuda dan barang dagangannya dalam
pedati.”

Tukang Kayu : “Kalau itu permasalahnnya, jangan menyalahkan saya. Yang salah pembantu
saya, dialah yang menyediakan beragam jenis kayu untuk dijual. Dialah yang
memberikan kayu yang jelek kepada si tukang kayu itu.”

Sang Hakim : “Hai pengawal, bawa si pembantu kehadapanku !”

Maka sang pengawal menjemput si pembantu, seperti halnya orang yang telah
dipanggil terlebih dahulu oleh hakim. Si pembantu pun bertanya kepada hakim perihal
kesalahannya.

Si Pembantu : “Yang Mulia, apa kesalahan saya sehingga dibawa ke sidang pengadilan ini.”

Sang Hakim : “Kesalahannmu sangatlah besar, lebih besar dari kesalahan yang kau perbuat
sebelumnya. Kau telah menyediakan kayu yang tidak bagus kepada si tukang
kayu sehingga jembatan yang dibuat dengan kayu itu roboh dan membuat
kerugian yang besar bagi si tukang pedati.”

Si Pembantu : “Itu bukan kesalahan saya, Yang Mulia Hakim. Itu salah kayunya yang tidak
tumbuh dengan baik.”

Sang Hakim : “Apa maksudmu, mana mungkin kayu itu bisa tumbuh dengan baik jika kau
tak becus merawatnya !”

Akhirnya sang hakim memutuskan si pembantu harus dihukum dan memberi ganti
rugi. Berteriaklah sang hakim kepada pengawal.

Sang Hakim : “Hai pengawal, masukkan si pembantu ini ke penjara dan sita semua
uangnya sekarang juga !”

Beberapa menit kemudian sang hakim bertanya kepada si pengawal.

Sang Hakim : “Hai pengawal, apakah hukumannya sudah dilaksanakan ?”

Pengawal : “Belum Yang Mulia, sulit sekali,,,, sangat sulit untuk melaksanakannya.”
Sang Hakim : “Mengapa sulit ? bukankah kamu sudah biasa memenjarakan dan menyita
uang orang ?”

Pengawal : “Sulit Yang Mulia, si pembantu badannya terlalu tinggi dan gemuk. Penjara
yang kita punya tidak muat untuknya dan si pembantu juga tidak punya uang
untuk disita.”

Sang Hakim : “(Marah) Dasar bego !! gunakan dong akalmu, cari pembantu si penjual kayu
yang lebih pendek, kurus dan punya uang.”

Kemudian pengawal mencari pembantu si penjual kayu yang lain, yang berbadan
pendek, kurus dan punya uang. Si pembantu bertanya.

Si Pembantu : “Wahai Yang Mulia, apa kesalahan hamba sehingga harus dipenjara ?”

Dengan entengnya hakim menjawab.

Sang Hakim : “Kesalahanmu adalah kurus, pendek dan punya uaangggg !!!”

Setelah si pembantu yang berbadan pendek, kurus dan punya uang itu dimasukkan ke
penjara dan uangnya disita, sang hakim bertanya kepada khalayak ramai yang menyaksikan
pengadilan tersebut.

Sang Hakim : “ Saudara – saudara semua bagaimana menurut kalian, peradilan ini sudah
adil ?”

Seluruh Masyarakat : “Adiiiilllllll.”

Anda mungkin juga menyukai