Anda di halaman 1dari 3

Nama : FALHAN ZIDNY

Kelas : KA 3.2

Notar : 1703030

Judul : ANALISIS PERBANDINGAN INVESTIGASI KECELAKAAN KERETA API

KASUS 1 : KA Babaranjang Anjlok Akibat Rel Patah

KASUS 2 : Kereta Barang Anjlok di Jatinegara, Perjalanan KRL Terganggu

RESUME

KASUS 1

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyimpulkan penyebab utama anjlokan kereta
api (KA) Babaranjang seri 3008 pada 1 Maret 2016 pukul 02.35 di antara Stasiun Lubuk Rukam-
Stasiun Peninjawan (Sumatera Selatan) adalah patahnya rel di Km 262+100/200. Kecelakaan itu
mengakibatkan meninggalnya seorang asisten masinis.

I. ANALISIS
’Pertama, pengerjaan pembuatan lubang baut di badan rel yang seharusnya menggunakan
mesin bor tetapi pada praktiknya menggunakan las pijar sehingga bentuk lubang baut tidak
sempurna. Bentuk permukaannya berupa takikan yang kemudian menjadi pangkal retakan dan
berakibat pada patahnya rel," kata Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Perkeretaapian
KNKT Suprapto dalam siaran pers di Jakarta, Senin (30/1).

Kedua, tambahnya, adalah penggunaan jumlah baut untuk pemasangan pelat sambung yag
semestinya enam buah namun hanya menggunakan tiga buah mengakibatkan pelat sambung
tidak dapat menjepit dengan dengan baik sehingga bergerak membentur kepala rel secara
berulang-ulang yang berakibat pada patahnya kepala rel.
II. KESIMPULAN
Jadi dari analisis kecelakaan tersebut terdapat solusi yakni, Pertama, melakukan kajian teknis mengenai
dampak pengoperasian KA babaranjang dengan 60 rangkaian gerbong batubara. Serta, menerapkan pembuatan
daftar risiko dan profil risiko serta tingkat keamanan secara rutin di Divisi Regional IV Tanjungkarang. Kedua,
agar KAI melakukan pelatihan terhadap tenaga pemeriksa dan perawatan jalur KA, Melaksanakan
pemeriksaan terhadap hasil pengelasan sambungan rel secara rutin oleh sumber daya manusia (SDM) yang
bersertifikasi dan peralatan sesuai ketentuan. Ketiga, KNKT meminta KAI untuk memastikan ketersediaan rel
dan pelat sambung, Memastikan bahwa pembuatan lubang pada badan rel untuk baut pelat sambung harus
dilakukan dengan menggunakan mesin pembuat lubang rel. Keempat, KNKT juga merekomendasikan kepada
kemenhub melalui Ditjen Perkeretaapian, agar melaksanakan pengujian berkala terhadap jalur kereta api di
wilayah Sumsel dan Lampung. Serta, meningkatkan pengawasan pelaksanaan Permenhub PM No. 95 Tahun
2010 tentang tenaga perawatan prasarana perkeretaapian. KNKT juga meminta semua pihak terkait untuk
meningkatkan pengawasan pelaksanaan PM No. 31 Tahun 2011 tentang standar dan Tata Cara Pemeriksaan
Prasarana Perkeretaapian.

KASUS 2

Perjalanan Kereta Rangkaian Listrik (KRL) lintas Jakarta Kota-Bekasi pada Jumat (14/12) pagi ini harus
tertahan. Hal ini disebabkan kereta angkutan barang atau peti kemas (KA 2506) di Stasiun Jatinegara
anjlok pada pukul 01.36 WIB.

I. ANALISIS
1. Tersangkut kabel dan tertimpa tiang
2. Dentuman dan bau gosong Berdasarkan keterangan salah satu penumpang
3. Masinis dievakuasi

Analisis diatas adalah dampak dari sebuah kecelakaan yang menyebabkan anjlok nya kereta rel listrik
relasi Jatinegara – Bogor KNKT membutuhkan waktu dua bulan untuk mengeluarkan rekomendasi
berdasarkan hasil investigasi tersebut.

"Butuh waktu dua bulan untuk mengetahui penyebabnya," kata Kepala KNKT Soerjanto Cahjono ditemui
di lokasi kecelakaan

II. KESIMPULAN
Jadi menurut Juru bicara PT KCI Eva Chairunisa mengatakan, berdasarkan peristiwa yang
kerap terjadi, kecelakaan kereta karena faktor internal dan eksternal. "Faktor internal bisa
karena human error atau gangguan jaringan aliran listrik atau persinyalan. Untuk hal ini,
biasanya kita bisa deteksi dan dengan cepat bisa diinformasikan kepada pihak stasiun atau
penumpang," Dan ini adalah beberapa penyebab rel anjlok yang memungkinkan dari kedua sarana
tersebut anjlok:

1. Terjadinya kerusakan atau keanehan pada komponen relnya. Misalnya seperti rel yang rusak atau
rel yang melebar.
2. Terjadinya perubahan pada komponen gigi rodanya. Seperti kegagalan kotak gandar atau
kerusakan roda.
3. Rel terlepas atau jalur yang menanjak karena adanya penggunaan roda atau rel yang berlebihan.
4. Adanya kecepatan kereta yang berlebihan atau pergeseran rel. Ini merupakan efek yang mungkin
terjadi karena adanya interaksi antara rel dengan kereta.
5. Karena kesalahan sinyal atau pengoperasian kereta yang tidak tepat.

Anda mungkin juga menyukai