DAFTAR ISI
KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................................18
4.1 KESIMPULAN............................................................................................................18
4.2 SARAN..........................................................................................................................19
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.Peta lokasi kerja.................................................................................................................................2
Gambar 5.Percancah...........................................................................................................................................8
Gambar 6. Traveler.............................................................................................................................................9
Gambar 7. Traveller..........................................................................................................................................10
DAFTAR TABEL
i
PEKERJAAN PEMASANGAN KABEL SKTT 150 kV KEDINDING – TX BANGKALAN SIRKIT 3 & 4
PT PLN (PERSERO) PUSMANPRO
1
PEKERJAAN PEMASANGAN KABEL SKTT 150 kV KEDINDING – TX BANGKALAN SIRKIT 3 & 4
PT PLN (PERSERO) PUSMANPRO
6. Amandemen : (amandemen 1)
BAGIAN 2
PERMASALAHAN
2.1 KRONOLOGIS
Jembatan Suramadu merupakan Jembatan Nasional yang melintasi Selat Madura,
menghubungkan Pulau Jawa (Kota Surabaya) dan Pulau Madura (Kabupaten Bangkalan).
Jembatan Suramadu terdiri atas 3 (Tiga) bagian, yaitu jalan layang (Causeway), jembatan
penghubung (Approach Bridge), dan jembatan utama (Main Bridge). Pada setiap bagian di
jembatan Suramadu, terdapat beberapa karakteristik infrastruktur jembatan yang akan
mempengaruhi perijinan, prosedur kerja, metode kerja, peralatan kerja, sistem pengamanan
dan juga keselamatan serta kesehatan kerja.
Pada pembahasan ini, penulis berfokus pada kondisi dan karakteristik infrastruktur
jembatan suramadu di sisi mainbridge. Hal ini di karenakan beberapa hal, yaitu :
1. Di area mainbridge, terdapat banyak nya girder yang saling terhubung pada pilar utama
jembatan suramadu. Berbagai pekerjaan akan dilakukan diarea mainbridge seperti
pemasangan kabel, pemindahan & penataan utilitas kabel/ pipa eksisting, pengecatan
2
PEKERJAAN PEMASANGAN KABEL SKTT 150 kV KEDINDING – TX BANGKALAN SIRKIT 3 & 4
PT PLN (PERSERO) PUSMANPRO
kabel dan lainnya berada pada posisi atas beem girder, artinya untuk pemasangan
kabel, penataan utilitas dan pengecatan berada pada ruang kerja terbatas.
2. Pada posisi bawah beem girder mainbridge, para pekerja akan berhadapan langsung
dengan laut selat madura dengan ketinggian permukaan laut dengan girder setinggi ±
30m dengan kedalaman laut ±30-50m, artinya ketika pelaksanaan pekerjaan di area
mainbridge, para pekerja berada pada ruang kerja di ketinggian.
3. Kondisi di bawah mainbridge, hanya terdapat satu Traveller yang menjadi akses para
pekerja bergeser dari satu girder ke girder selanjutnya. Kondisi mesin operasi Traveller
seringkali mengalami panas (overheat) yang membuat mesin harus berhenti ketika
melewati 3-4 girder. Disisi lain, ketika Traveller berjalan macet, tentu memerlukan
aspek jalur evakuasi pada area kerja di bawah mainbridge.
4. Pada area mainbridge juga terdapat beberapa utilitas berupa kabel listrik, kabel optik
dan pipa. Ada kondisi bahwa keberadaan utilitas kabel yang crosing dari kondisi
semula, sehingga memberikan pengaruh pada akses gerak/ ruang gerak yang terbatas.
5. Terdapat jalur busbar yang bermuatan listrik tegangan tinggi untuk pengoperasian
Traveller pada mainbridge yang bisa berpotensi para pekerja kesengat listrik tegangan
tinggi.
6. Kapasitas muatan beban maksimal pada Traveller masih belum diketahui
7. Komunikasi seringkali terhambat dan mengalami gangguan mengingat terbatas nya
sinyal di area mainbridge.
Dari pemaparan diatas, maka secara analisis penyebab permasalahan yaitu aspek kondisi
mainbridge memiliki unsafe condition yang beresiko bahaya tinggi dan berpotensi pada kejadian
fatality. Berdasarkan dengan aturan yang berlaku pada ;
1. UU no 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja,
2. PP 50 tahun 2012 tentang SMK3
3. Permenaker no 9 tahun 2016
4. Syarat-syarat khusus kontrak (SSKK) Klausul 47.5 dan syarat-syarat umum kontrak
(SSUK) klausul 41.2 dan 41.3 tentang pencegahan unsafe Condition dan Unsafe Action,
5. Teori hierarki pengendalian resiko K3
3
PEKERJAAN PEMASANGAN KABEL SKTT 150 kV KEDINDING – TX BANGKALAN SIRKIT 3 & 4
PT PLN (PERSERO) PUSMANPRO
maka PT. PLN Pusmanpro sebagai konsultan melakukan suatu kajian dan penanganan / mitigasi
potensi timbulnya permasalahan pada pekerjaan tersebut. Adapun langkah- langkah pengendalian
dan antisipasi resiko pada permasalahan tersebut sebagai berikut :
a. Merumuskan Sistem ERP (Emergency Response Plan)
b. Melakukan rekayasa enginering dan administrasi
c. Menyiapkan APD
BAGIAN 3
HASIL EVALUASI/KAJIAN
Dalam kondisi darurat ketika berada di area mainbridge jembatan, diperlukan suatu aksi
tanggap darurat berupa :
1. Jalur evakuasi
Kondisi area kerja pada mainbridge dapat di kategorikan confine space, yaitu ruang kerja yang
terbatas. Dengan adanya kondisi tersebut maka proses evakuasi pada area mainbridge bisa
diberikan :
4
PEKERJAAN PEMASANGAN KABEL SKTT 150 kV KEDINDING – TX BANGKALAN SIRKIT 3 & 4
PT PLN (PERSERO) PUSMANPRO
Tangga dan perancah merupakan perlengkapan kerja yang bisa menjadi lantai kerja
sementara ketika melakukan pekerjaan di ketinggian, hal itu tertuang berdasarkan
permenaker nomer 9 tahun 2016 terkait bekerja dalam ketinggiaan dan permenaker no 1
tahun 1980 tentang k3 konstruksi bangunan pasal 12-25 (perancah dan tangga). Melihat
kondisi area mainbridge yang memiliki bahaya resiko tinggi, maka tangga dan perancah
bisa dijadikan rekomendasi untuk melakukan pekerjaan di area manidbrige suramadu.
Adapun desain gambar tangga/ perancah sebagai berikut ini :
5
PEKERJAAN PEMASANGAN KABEL SKTT 150 kV KEDINDING – TX BANGKALAN SIRKIT 3 & 4
PT PLN (PERSERO) PUSMANPRO
Tangga monyet akan mengantung dan bertumpu pada jembatan pada area mainbridge sisi
gresik, sehingga dapat dengan mudah di akses oleh pekerja. Seacra desain, material tangga dari
besi pipa ataupun besi hollow dengan anak tangga bisa menggunakan besi siku.
Kemudahan Tangga / perancah bisa bersifat Ketika pindah, harus membuka clamp
fleksibel karena bisa di pindah di pagar jembatan dan di traveler
sesuai dengan pergerakan traveler
6
PEKERJAAN PEMASANGAN KABEL SKTT 150 kV KEDINDING – TX BANGKALAN SIRKIT 3 & 4
PT PLN (PERSERO) PUSMANPRO
Opsi 2 : scaffolding
Tangga dan perancah merupakan perlengkapan kerja yang bisa menjadi lantai
kerja sementara ketika melakukan pekerjaan di ketinggian, hal itu tertuang berdasarkan
permenaker nomer 9 tahun 2016 terkait bekerja dalam ketinggiaan dan permenaker no 1
tahun 1980 tentang k3 konstruksi bangunan pasal 12-25 (perancah dan tangga). Melihat
kondisi area mainbridge yang memiliki bahaya resiko tinggi, maka tangga dan perancah
bisa dijadikan rekomendasi untuk melakukan pekerjaan di area maindbrige suramadu.
Adapun desain gambar tangga/ perancah sebagai berikut ini :
Gambar 5.Percancah
7
PEKERJAAN PEMASANGAN KABEL SKTT 150 kV KEDINDING – TX BANGKALAN SIRKIT 3 & 4
PT PLN (PERSERO) PUSMANPRO
Kemudahan Pemasangan perancah di nilai Butuh waktu untuk melepas clamp dan susah
fleksible dan dapat mengikuti untuk moving karena harus bongkar pasang.
struktur jembatan
Opsi 3 : Gondola
8
PEKERJAAN PEMASANGAN KABEL SKTT 150 kV KEDINDING – TX BANGKALAN SIRKIT 3 & 4
PT PLN (PERSERO) PUSMANPRO
Gambar 6. Traveler
9
PEKERJAAN PEMASANGAN KABEL SKTT 150 kV KEDINDING – TX BANGKALAN SIRKIT 3 & 4
PT PLN (PERSERO) PUSMANPRO
Kemudahan Penggunaan gondola gantung ini Penerapan traveler butuh penahan agar
memberikan kemudahan akses untuk traveler tidak jatuh ke laut. Penahan nya bisa
langsung ke area bawah mainbridge menggunakan alat berat (crane, dll) ataupun
yang bisa terhubung dengan traveler langsung di tahan langsung di kanstin
(traveler jembatan suramadu) secara jembatan. Permasalahan yang muncul adalah
langsung. Sehingga para pekerja bisa ketika berada di mainbridge, diupayakan
langsung ke travelers. tidak ada kendaraan berat yang parkir di
mainbrige, dan ketika penahan nya langsung
di kanstin, maka kesulitan untuk berpindah
karena membutuhkan effort lebih untuk
mengangkat traveler gantung dan bergeser.
Fungsi Fungsi traveler gantung bisa sebagai Namun tidak bisa digunakan sebagai akses
lantai kerja untuk pekerjaan di darurat, karena membutuhkan bantuan
jembatan operator alat berat untuk menaikkan traveler
gantung.
10
PEKERJAAN PEMASANGAN KABEL SKTT 150 kV KEDINDING – TX BANGKALAN SIRKIT 3 & 4
PT PLN (PERSERO) PUSMANPRO
11
PEKERJAAN PEMASANGAN KABEL SKTT 150 kV KEDINDING – TX BANGKALAN SIRKIT 3 & 4 PT PLN (PERSERO) PUSMANPRO
1
PEKERJAAN PEMASANGAN KABEL SKTT 150 kV KEDINDING – TX BANGKALAN SIRKIT 3 & 4
PT PLN (PERSERO) PUSMANPRO
Permenaker no 4 tahun 1980 tentang syarat – syarat pemasangan dan pemeliharaan apar
maka PT. PLN Pusmapro melakukan rekomendasi untuk melakukan pencegahan dan penanganan
kebakaran di tempat kerja sebagai berkikut :
APAR merupakan salah satu alat pemadam api ringan yang berguna untuk memadamkan
api. Ada beberapa jenis APAR, yaitu APAR yang berisi air, busa, bubuk powder dan juga
karbondioksida. Sehubungan dengan potensi bahaya kebakaran diarea mainbridge lebih mengarah
pada aspek faktor kelistrikan, maka jenis APAR yang bisa digunakan adalah APAR
Karbondioksida (CO2) dan dry powder.
1
PEKERJAAN PEMASANGAN KABEL SKTT 150 kV KEDINDING – TX BANGKALAN SIRKIT 3 & 4
PT PLN (PERSERO) PUSMANPRO
Dalam kondisi tertentu, ketika para pekerja mengalami sakit atau cidera di tempat kerja,
tentu diperlukan suatu penanganan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). Berdasarkan
permenaker 15 tahun 2008 tentang pertolongan pertama pada kecelakaan pada pasal (2), pengusaha
wajib menyediakan P3K dan fasilitas P3K di tempat kerja, ketika pelaksanaan pekerjaan
pemasangan kabel 150kv di area mainbridge, maka pengusaha penyedia jasa dan barang pada
proyek SKTT 150KV Kedinding – Bangkalan harus menyiapkan fasilitas P3K, yaitu berupa :
Variabel Alasan
Jenis P3K P3K Portable Hal ini dikarenakan kondisi di area mainbridge akan
melakukan pekerjaan yang cepat berpindah sehungga dari
aspek kemudahan, P3K Portable lebih fleksibel untuk dibawa
kemanapun menyesuaikan pekerjaan di area mainbridge.
Tempat Disediakan tempat Hal ini sesuai dengan permenaker 15 tahun 2008 pasal 9e dan
sampah sampah portable yang bisa juga himbauan dari pihak BBPJN untuk menjaga kebersihan di
langsung dibawa pulang tempat area kerja.
ketika pekerjaan selesai
Putugas Petugas yang menjadi PIC Hal ini sesuai dengan permenaker 15 tahun 2008 (Lampiran 1),
P3K untuk P3K berjumlah 1 rasio petugas P3K ketika para pekerja <100 dengan bahaya
orang tinggi, maka ada petugas P3K 1 orang
Kotak P3K 1 Kotak B (P3K) / Hal ini sesuai dengan permenaker 15 tahun 2008 (Lampiran 3),
bahwa para pekerja yang berjumlah 26 s/d 50 orang, maka
2 kotak A (P3K) wajib menyediakan 1 kotak B ataupun 2 kotak A. Pada
penerapan pekerjaan di area mainbridge yang memiliki bahaya
tinggi, petugas P3K wajib membawa 1 kotak A (P3K Portable)
dan kotak P3K sisa nya bisa di alihkan ke area kerja lainnya.
Nomer Nomer pemadam Hal ini sesuai dengan permenaker 15 tahun 2008
darurat dan kebakaran, polsek,
Denah ambulance, dan dan denah
evakuasi jalur evakuasi
4. Rambu – rambu K3
Terkait dengan beberapa potensi bahaya yang terdapat pada area kerja traveller maka
disarankan untuk memasang rambu – rambu peringatan bahaya K3L diantaranya:
2
PEKERJAAN PEMASANGAN KABEL SKTT 150 kV KEDINDING – TX BANGKALAN SIRKIT 3 & 4
PT PLN (PERSERO) PUSMANPRO
Selain rambu - rambu peringatan tersebut, beberapa rambu himbauan K3L juga harus
dipasang di area traveller diantaranya :
3
PEKERJAAN PEMASANGAN KABEL SKTT 150 kV KEDINDING – TX BANGKALAN SIRKIT 3 & 4
PT PLN (PERSERO) PUSMANPRO
4
PEKERJAAN PEMASANGAN KABEL SKTT 150 kV KEDINDING – TX BANGKALAN SIRKIT 3 & 4
PT PLN (PERSERO) PUSMANPRO
5
PEKERJAAN PEMASANGAN KABEL SKTT 150 kV KEDINDING – TX BANGKALAN SIRKIT 3 & 4
PT PLN (PERSERO) PUSMANPRO
5. Urinoir
Dalam pekerjaan setiap manusia akan mengalami metabolisme maka dari itu pemasangan
urinoir akan diperlukan dengan tujuan yaitu tetap menjaga lingkungan/area kerja teteap terjaga dari
bau mapun penyakit akibat pembuangan urine sembarangan atau menahan urine, saat di atas
traveller di harap untuk tetap menjaga kebersihan area tersebut. Pada Permenaker 05 Tahun 2018
pada pasal 26 menyebutkan ketersediaan sanitasi pada lokasi kerja.
6
PEKERJAAN PEMASANGAN KABEL SKTT 150 kV KEDINDING – TX BANGKALAN SIRKIT 3 & 4
PT PLN (PERSERO) PUSMANPRO
Penambahan perancah ini tentunya akan menambah beban yang akan di tangung oleh
Traveller oleh karena itu perlunya di lakukan penghitungan perancah lebih lanjut agar dapat di
aplikasi kan pada traveller dan perancah tidak bertumpuh pada plat bordes/lantai kerja traveller
namun menumpu pada struktur traveller itu sendiri.
7
PEKERJAAN PEMASANGAN KABEL SKTT 150 kV KEDINDING – TX BANGKALAN SIRKIT 3 & 4
PT PLN (PERSERO) PUSMANPRO
Rencana penambahan lantai kerja pada traveller dan penambahan struktur perancah di luar
agar dapat di jadikan sebagai pijakan akses ke luar. Pemasangan perancah tentunya tetap mengikuti
kaidah K3 yang berlaku serta perhitungan yang matang. Dalam pemasangan perancah nanti tetap di
lakukan kegiatan tagging secara rutin agar dapat mengetahui kelayakan perancah saat di gunakan
dalam bekerja.
8
PEKERJAAN PEMASANGAN KABEL SKTT 150 kV KEDINDING – TX BANGKALAN SIRKIT 3 & 4 PT PLN (PERSERO) PUSMANPRO
1
PEKERJAAN PEMASANGAN KABEL SKTT 150 kV KEDINDING – TX BANGKALAN SIRKIT 3 & 4
PT PLN (PERSERO) PUSMANPRO
1
PEKERJAAN PEMASANGAN KABEL SKTT 150 kV KEDINDING – TX BANGKALAN SIRKIT 3 & 4
PT PLN (PERSERO) PUSMANPRO
Berdasarkan pada undang-undang No. 01 Tahun 1970 tentang keselamatan dan kesehatan
kerja, setiap aktifitas pekerjaan mewajibkan untuk melakukan perlindungan terhadap keselamatan
kerja bagi pekerja, orang lain dan sumber-sumber lain. Aspek K3 pertama untuk pekerjaan di area
jembatan yaitu, peraturan baru terkait keselamatan dan kesehatan kerja pekerjaan diketinggian hal
ini tentunya wajib dipahami oleh pelaku dilapangan dan pihak-pihak terkait yang berkepentingan.
Peraturan menteri ketenagakerjaan No.09 Tahun 2008 yang mengatur tentang SMK3 Pedoman
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) Konstruksi dibidang Umum.
Pada pekerjaan area main bridge akan banyak dilakukan dalam kategori pekerjaan pada
ketinggian maka menurut Permenaker No 09 tahun 2016 ini mewajibkan kepada pengusaha
dan atau pengurus untuk menerapkan K3 dalam bekerja di ketinggian. Penerapan K3 dapat
dilakukan dengan memastikan beberapa hal berikut :
1. Perencanaan (Dilakukan dengan tepat dengan cara yang aman serta diawasi)
2. Prosedur Kerja (Untuk melakukan pekerjaan pada ketinggian)
3. Teknik (tatacara) Bekerja (yang) aman
4. APD, Perangkat Pelindung Jatuh dan Angkur
5. Tenaga Kerja (kompeten dan adanya Bagian K3)
Pada tahap Perencanaan harus memastikan bahwa pekerjaan dapat dilakukan dengan aman
dengan kondisi ergonomi yang memadai melalui jalur masuk (access) atau jalur keluar (egress)
yang telah disediakan.
dan dalam pekerjaan nanti nya dapat memastikan bahwa tidak ada benda jatuh yang dapat
menyebabkan cidera atau kematian, membatasi berat barang yang boleh dibawa tenaga kerja
maksimal 5 kilogram diluar APD, berat barang yang lebih dari 5 kilogram harus dinaik turunkan
dengan menggunakan sistem katrol. Selain itu memastikan bahwa pengendalian telah dilakukan
untuk mencegah pekerja jatuh atau mengurangi dampak jatuh dari ketinggian baik yang dilakukan
pada lantai kerja tetap, lantai kerja sementara, perancah atau scaffolding, bekerja pada ketinggian
di alam, pada saat pergerakan dari satu tempat ke tempat lainnya, bekerja pada akses tali, maupun
pada posisi bidang kerja miring.
Dalam pengerjaan, kontraktor wajib memiliki tenaga kerja yang kompeten yang dibuktikan
dengan sertifikat kompetensi dan berwenang di bidang K3 dalam pekerjaan di ketinggian yang
dibuktikan dengan Lisensi K3 yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal.
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER. 01/MEN/1980, Bab III
pasal 12 disebutkan bahwa perancah yang sesuai dan aman harus disediakan untuk semua
pekerjaan yang tidak dapat dilakukan dengan aman oleh seseorang yang berdiri di atas konstruksi
2
PEKERJAAN PEMASANGAN KABEL SKTT 150 kV KEDINDING – TX BANGKALAN SIRKIT 3 & 4
PT PLN (PERSERO) PUSMANPRO
yang kuat dan permanen, kecuali apabila pekerjaan tersebut dapat dilakukan dengan aman dengan
mempergunakan tangga.
Adapun syarat-syarat umum keamanan perancah yang harus dipahami oleh pengawas yang
bekerja pada konstruksi bangunan di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Scaffolding / perancah mesti diberi lantai papan yang rapat dan kuat.
2. Lantai pada perancah mesti diberi pagar pengaman jika ketinggiannya lebih dari 2 (dua)
meter.
3. Jika scaffolding / perancah dipasang pada jalan yang sempit maupun landasan runway mesti,
perancah mesti terbuat dari konstruksi dan bahan yang tidak rusak, kuat, serta aman untuk
tujuan pemakaiannya.
4. Scaffolding / perancah yang telah dinyatakan aman terpasang scafftag (label) berwarna hijau.
5. Telah dilakukan pemeriksaan awal, pemeriksaan secara berkala, serta pemeriksaan khusus.
6. Scaffolding / perancah mesti dipasang dengan jaring pengaman atau safety net jika memiliki
ketinggian lebih dari 5 (lima) meter serta dipasang dengan perisai pengaman atau protective
shield untuk melindungi kejatuhan material.
7. Tidak diperkenankan menggunakan kotak, batu bata, drum, serta balok beton untuk
mendukung tambahan perancah.
8. Permukaan dari scaffolding / perancah haruslah mampu untuk menahan berat perancah serta
berbagai beban yang akan diletakkan pada bagian atasnya.
9. Kondisi tanah maupun dudukan yang digunakan untuk memasang scaffolding / perancah
memiliki tekstur yang rata.
10. Scaffolding / perancah mesti stabil serta dapat menahan beban yang diletakkan pada bagian
atasnya.
11. Lantai kerja, lantai dasar, tangga naik, dan juga rangka dari scaffolding / perancah mesti
bersih dari oli, minyak, lumpur, serta bahan licin lain yang dapat membahayakan pekerja
12. Baik operator scaffolding / perancah, pekerja, maupun scaffolder berkewajiban menggunakan
Alat Pelindung Diri (APD) yang disyaratkan pada standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3).
13. Pastikan juga bahwa scaffolding / perancah telah terpasang pada toe board dan juga cross
bracing di semua tingkat perancah. Selain itu, perlu juga dipastikan bahwa semua komponen
telah aman. Toe board merupakan bagian perancah yang berada persis berhimpitan di atas
pijakan kaki pekerja, berfungsi untuk menahan kaki pekerja agar tidak terperosok jatuh.
Sementara cross bracing merupakan silangan untuk menghubungkan dua frame.
14. Apabila pemasangan scaffolding / perancah berada dekat dengan aliran listrik, maka pastikan
untuk membuat jarak sekitar 4,5 meter secara horizontal serta 6 meter secara vertikal.
3
PEKERJAAN PEMASANGAN KABEL SKTT 150 kV KEDINDING – TX BANGKALAN SIRKIT 3 & 4
PT PLN (PERSERO) PUSMANPRO
Selain syarat yang telah disebutkan di atas, untuk menunjang keamanan saat menggunakan
scaffolding / perancah, ada beberapa syarat yang mesti dipenuhi oleh para pekerja sesuai dengan
standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Adapun syaratnya adalah sebagai berikut.
1. Sebelum menggunakan scaffolding / perancah, harus dipastikan bahwa pekerja telah mendapat
pelatihan tentang tata cara penggunaan scaffolding / perancah yang tepat. Tidak hanya itu.
Pekerja juga diharuskan menguasai teknik pengendalian bahaya ketika bekerja di atas
perancah.
2. Scaffolder maupun pengawas harus memastikan dan memeriksa keamanan dari scaffolding /
perancah sebelum alat tersebut digunakan.
3. Untuk memindahkan material dari bawah ke atas, perlu menggunakan alat bantu yang
memadai.
4. Menggunakan tangga yang sudah dipastikan terpasang secara kuat dan kokoh bagi pekerja
yang naik turun ke atas scaffolding / perancah.
5. Pekerja diwajibkan menggunakan alat pelindung diri atau APD laiknya sepatu keselamatan,
helm, serta full body harness.
6. Para pekerja diharuskan memperhatikan rekan kerja yang tengah bekerja di atas maupun
bawah posisi pekerja tersebut. Apabila pekerja melihat ada sesuatu yang tidak sesuai dengan
prosedur maupun ketidaknormalan pada scaffolding / perancah, maka hentikan pekerjaan dan
segera melapor pada atasan.
7. Perlu juga untuk memeriksa seluruh komponen alat pelindung jatuh yang digunakan seperti
lanyard, lifeline, dan juga harness (webbing, buckle, dan juga D-ring).
8. Ketika menaiki scaffolding / perancah, dilarang untuk membawa barang secara berlebihan.
9. Ketika akan naik atau turun dari scaffolding / perancah, dilarang melewati pengait silang atau
cross bracing.
10. Ketika cuaca buruk, tidak disarankan untuk bekerja pada bagian atas scaffolding / perancah.
11. Tidak boleh menyimpan bahan atau peralatan di pagar pengaman.
12. Hanya pekerja tertentu dan telah terlatih yang dapat bekerja pada daerah yang dekat dengan
aliran listrik.
Semua prosedur di atas harus diikuti oleh para pekerja maupun pengawas untuk memeriksa
keamanan dari scaffolding / perancah. Sebagai alat yang berpotensi menimbulkan bahaya, perlu
adanya perlakukan dan pengawasan yang khusus dan lebih ketat pada scaffolding / perancah.
Pastikan semua syarat tersebut dipatuhi untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi .
Dalam rangka pengunaan badan jalan untuk lokasi kerja maka di wajibkan bagi pengusaha
dan pelaku pekerjaan melakukan rekayasa lalu lintas bedasarkan Peraturan pemerintah No 32 tahun
2011 tenang manajemen dan rekayasa, analisis dampak, serta manajemen kebutuhan lalu lintas dan
dilakukan rapat bersama dengan pihak-pihak terkait dan komprehensif sesuai dengan undang-
undang yang berlaku. Adapun penerapan K3 dapat dilakukan dengan memastikan beberapa hal
sebagai berikut :
4
PEKERJAAN PEMASANGAN KABEL SKTT 150 kV KEDINDING – TX BANGKALAN SIRKIT 3 & 4
PT PLN (PERSERO) PUSMANPRO
1. Perencaan (Dilakukan dengan tepat, dengan cara yang aman serta selalu diawasi)
2. Prosedur kerja (Untuk melakukan pekerjaan pada area jembatan dan sudah disepakati bersama)
3. Teknik (Tata cara bekerja yang aman, nyaman dan safety)
4. APD (Perangkat pelindung jatuh dan angkut)
5. Alat pengatur lalu lintas sementara (Manajemen rekayasa lalu lintas)
6. Tenaga kerja (Kompetensi dan keahlian)
7. Dikawal oleh pihak terkait (Kepolisian, Dinas Perhubungan, BBPJN Dll)
Bekerja di area Jembatan Suramadu sangatlah berbahaya (ketingian dan angin kencang)
dan membutuhkan konsentrasi yang tinggi, oleh sebab itu pentingnya peran pengawas K3 di lokasi
pekerjaan tersebut. Adapun Alat pelindung diri yang dibutuhkan berserta persyaratan-persyaratan
untuk pekerjaan di area jembatan antara lain pekerjaan di area Jembatan Suramadu dan Manajemen
rekayasa lalu lintas:
a) Menggunakan APD sesuai pekerjaan yang dilakukan (Kacamata safety, Helm Safety, Sepatu
Safety dan Rompi).
b) Apabila pekerjaan di atas ketinggian wajib menggunakan Fullbody Harness.
c) Untuk pekerjaan di area ketinggian / menggantung, pengawas K3 dan pekerja wajib
mempunyai sertifikat ketinggian kemenaker.
3.1.3.5 LOTO
LOTO (Lock Out Tagging Out) merupakan bagian dari sistem kontrol dan pengawasan K3
terhadap aspek peralatan dan perlengkapan kerja. Tagging merupakan penandaan pada peralatan
dan perlengkapan kerja guna memastikan peralatan dan perlengkapan kerja bisa berfungsi dengan
baik.
3.1.4 APD
Alat pelindung diri (APD) merupakan pengendalian bahaya yang paling terakhir.
Berdasarkan aturan hukum :
5
PEKERJAAN PEMASANGAN KABEL SKTT 150 kV KEDINDING – TX BANGKALAN SIRKIT 3 & 4
PT PLN (PERSERO) PUSMANPRO
Syarat – syarat Umum kontrak (SSUK) 41.2 dan 41.3 tentang pencegahan unsafe condition
dan unsafe action
Menjelaskan bahwa penyedia kerja wajib memberikan APD kepada para pekerja yang berada di
area kerja. Dalam konteks pekerjaan proyek yang akan dilakukan di area mainbridge, tentu
perangkat alat pelindung diri (APD) harus tersedia sesuai dengan potensi bahaya di area kerja. PT.
PLN Pesmanpro memberikan rekomendasi APD sebagai berikut :
Full bodyhardness Bagian sabuk pengamanan bagian penting pada tubuh ketika terjatuh dari
ketinggian
Double hook Bagian tali dan pengait yang berjumlah 2 ini berfungsi sebagai penahan
lanyard tubuh ketika jatuh dari ketinggian
Shock absober Peredam kejut ini bertujuan untuk penahan agar mengurangi tekanan yang
timbul akibat terjatuh
Fall aresster Tali yang dapat bergerak mengikuti pergerakan pekerja secara vertikal
dan horizontal yang berfungsi untuk mencekram lifeline jika pekerja tiba-
tiba terjatuh
Lifeline Sebagai pengikat antara bodyhardness dan juga bagian angkur untuk
mencegah jatuh
Jaket / rompi Sebagai perlindung ketika terjatuh di laut tidak langsung tenggelam
Pelampung
6
PEKERJAAN PEMASANGAN KABEL SKTT 150 kV KEDINDING – TX BANGKALAN SIRKIT 3 & 4
PT PLN (PERSERO) PUSMANPRO
7
PEKERJAAN PEMASANGAN KABEL SKTT 150 kV KEDINDING – TX BANGKALAN SIRKIT 3 & 4
PT PLN (PERSERO) PUSMANPRO
BAGIAN 4
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pengendalian resiko dan pengamanan pada pekerjaan –
pekerjaan di area mainbridge maka dapat disimpulkan rekomendasi desain pengendalian resiko
sebagai berikut ini :
1. Perencanaan ERP (Emergency Response Plan)
a) Jalur Evakuasi menggunakan tangga monyet
b) APAR menggunakan jenis CO2 dan atau powder
c) P3K portable menggunakan jenis kotak A
d) Rambu – rambu K3 di pasang sesuai resiko bahaya
e) Menambahkan tempat urinoir dan tempat sampah portable di traveler
2. Rekayasa Enginering
a) Membuat lantai kerja scafolding pada travest
b) Memberikan alat penahan jatuh berupa tali lifeline yang dikaitkan pada girder
c) Alat komunikasi menggunakan HT
3. Administrasi
a) Membuat perijinan kerja pada pihak – pihak terkait
b) Melakukan identifikasi bahaya (JSA &IBBPR) beserta prosedur kerja
c) Pengelolaan dan checklist peralatan dan perlengkapan kerja
d) Menentukan prasyarat dan ketentuaan pada perancah
e) Melakukan LOTO
4. APD
a) Full body hardnes
b) Double hook lanyard
c) Lifeline
d) Fall arrester
e) Sepatu safety
f) Helm
g) Rompi pelampung
8
PEKERJAAN PEMASANGAN KABEL SKTT 150 kV KEDINDING – TX BANGKALAN SIRKIT 3 & 4
PT PLN (PERSERO) PUSMANPRO
4.2 Saran
Dari hasil analisis dan pemaparan penjelasan diatas, ketika maka PT. PLN (Persero)
PUSMANPRO memberikan rekomendasi saran sebagai berikut :
1. Jumlah tangga monyet harus menyesuaiakan area kerja secara pararel
2.