Anda di halaman 1dari 12

SINERGI Vol. 21, No.

2, Juni 2017: 129-140


DOAJ:doaj.org/toc/2460-1217
DOI:doi.org/10.22441/sinergi.2017.2.008

ANALISIS KUANTITAS PEMESANAN EKONOMIS DAN SISTEM


PRODUKSI TEPAT WAKTU PADA PROSES PERAWATAN ALAT
BERAT DI PT. HARITA NICKEL
Taufik Rahim Dana S. Saroso
Magister Teknik Industri, Pasca Sarjana, Universitas Mercu Buana
Jl. Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta 11650
Email: topx_buma@yahoo.com dana.s@mercubuana.ac.id

Abstrak -- Permasalahan persediaan merupakan konsekuensi yang timbul dari sebuah proses
produksi, persediaan berkaitan dengan stock inventory, lead time dan modal investasi untuk
persediaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa masalah penurunan physical availability
equipment yang diakibatkan ketidaktersediaan spare part dan waktu pengiriman yang lama . Jenis
penelitian ini adalah deskriptif analistis yang menggambarkan realitas pada obyek yang diteliti secara
obyektif dengan menekankan pada variabel ketersediaan alat untuk siap beroperasi, kategori
breakdown yang diakibatkan menunggu spare part, dan Lead Time delivery spare part. sedangkan
metode yang digunakan adalah mengklasifikasikan spare part (stock class) selanjutnya
mengimplementasikan metode EOQ dan JIT . Metode ini merupakan sebuah strategi dan
perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui jumlah ekonomis spare part yang harus di order dan
kapan waktu pengorderan, sedangkan JIT menghasilkan sebuah strategi persediaan yang
menghilangkan lead time dan meminimalkan modal investasi awal persediaan dengan kerjasama
dengan supplier dan OEM, sehingga service level supplier menjadi baik.

Kata kunci: JIT, EOQ, Lead Time, Stock Class, Service Level

Abstract -- Inventory problems are consequences arising from a production process, inventory
relating to stock inventory, lead time and capital investment for supplies. This study aims to analyze
the problem of physical decline caused by the unavailability of equipment availability of spare parts
and long delivery times. This research is descriptive analytical describe the reality on the object
studied objectively with emphasis on the variable availability of tools to be ready to operate, category
breakdown caused by waiting for spare parts, and Lead Time delivery of spare parts. whereas the
method used is to classify parts (stock class) further implement EOQ and JIT methods. This method is
a strategy and calculations are performed to determine the number of spare parts that must be
economical in order and when the time ordering, while JIT generates an inventory strategy that
eliminates lead time and minimize the initial investment capital stock with cooperation with suppliers
and OEMs, so the service level suppliers be good.

Keywords: JIT, EOQ, Lead Time, Stock Class, Service Level

PENDAHULUAN target produksi tersebut PT. Harita Nickel dituntut


PT. Harita Nickel merupakan perusahaan untuk meningkatkan produktifitas Alat –alat berat
pertambangan mineral yang mempunyai lokasi sebagai alat produksinya. Perusahaan
Pertambangan di Kepulauan Obi Halmahera mentargetkan Physical Availability Alat – Alat
Selatan yang mempunyai jarak dengan kota Berat minimal 85% dari total keseluruhan Alat –
terdekat kota Ternate Maluku Utara 137,84 mil Alat Berat yang di pergunakan.
laut atau 255 km melalui pesawat udara dan 207 Berdasarkan data Departemen Plant
mil laut atau 334 km melalui kapal laut. PT. Maintenance dari bulan Januari 2013 sampai
Harita Nickel mempunyai Ijin Usaha dengan bulan Mei 2013 target Physical
Pertambangan (IUP) dengan luas 1.775,4 Ha. Availability Alat-Alat Berat masih di bawah target
Dengan target produksi 2.000.000 ton per tahun, 85% dari jumlah alat. Hal ini dapat dilihat pada
dengan tujuan ekspor Negara China, dengan Gambar 1.

Taufik Rahim, Analisis Kuantitas Pemesanan Ekonomis Dan Sistem Produksi 129
SINERGI Vol. 21, No. 2, Juni 2017: 129-140

Gambar 1. Physical Availability Alat Berat Jan 2013–Mei 2013


Sumber: Laporan Plant Maintenance PT. Harita Nickel (2013)

Faktor penyebab ketidaktercapaian ini fokus pada Waiting Sparepart (B1), dengan letak
dikarenakan banyaknya alat berat yang geografis lokasi perusahaan yang remote area
unscheduled breakdown, ini bisa mengakibatkan menimbulkan permasalahan dalam proses
terganggunya pencapaian target Produksi dan supply spare part. Lead time pengiriman spare
tingkat daya saing perusahaan. Kategori part yang lama menyebabkan akivitas Repair dan
breakdown kita bagi menjadi : Breakdown Schedule Maintenance alat berat tidak berjalan
Schedule (BS), Breakdown On Progress (B0), dengan baik, banyak alat berat yang mengalami
Waiting Sparepart (B1), Waiting Mechanic (B2), breakdown waiting spare part dengan aging
Accident (B3), Repair Out Site (B4), Warranty down time yang tinggi. Penulis mencoba
(B5), Breakdown Tyre (BT). menganalisa dengan menerapkan metode EOQ
Gambar 2 menjelaskan kategori dan JIT dengan harapan dapat menurunkan lead
breakdown yang terbesar adalah Breakdown On time proses supply spare part dan aging down
Progress (B0) menunjukkan kualitas mekanik time Alat Berat.
dan kuantitas pekerjaan, namun penulis lebih

Gambar 2. Breakdown Achievement Alat Berat Januari 2013 - April 2013


Sumber: Laporan Plant Maintenance PT. Harita Nickel (2013)

Permasalahan-permasalahan ini dapat dan Droge (1997), Shah dan Ward (2003), (Miller
diselesaikan dengan menggunakan metode EOQ et. al., 2010) dan Ahmad, et al. (2003).
dan JIT. Hal ini seperti yang dinyatakan dalam Berdasarkan latar belakang diatas, dapat
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Goly diidentifikasi adanya permasalahan sebagai
(2012), Benito (2002), Leavy (1994), Germain berikut:

130 Taufik Rahim, Analisis Kuantitas Pemesanan Ekonomis Dan Sistem Produksi
ISSN: 1410-2331

a. Pencapaian Physical Availability (PA) Alat  Jay Heizer dan Barry Render (2001) “Reorder
Berat yang masih rendah dari target Point adalah titik pemesanan ulang adalah
perusahaan. tingkat atau titik persediaan dimana tindakan
b. Kategori Breakdown Waiting Spare Part yang harus diambil untuk mengisi kembali
masih tinggi. persediaan barang”
c. Lead Time proses Supply Spare Part yang  Jay Heizer dan Barry Render (2001) “Just In
masih tinggi. Time merupakan sebuah filosofi pemecahan
Maksud dari penelitian ini adalah untuk masalah secara berkelanjutan dan memaksa
menganalisa masalah penurunan Physical dengan cara menghilangkan
Availability Equipment yang diakibatkan pemborosan,mengurangi persediaan”
ketidaktersediaan spare part dan waktu  Kelly Wright (2012) “Service Level adalah
pengiriman yang lama dengan menggunakan tingkat ketepatan dalam pengisian kembali
metode EOQ dan JIT. atau penambahan pesanan”
Berdasarkan uraian teori yang telah
METODE PENELITIAN dikemukakan di atas, maka disusun rerangka
Rerangka Pemikiran pemikiran penyelesaian masalah sebagai berikut.
Istilah persediaan memberikan pengertian Dilatar belakangi oleh pencapaian PA
yang berbeda-beda tetapi pada dasarnya (Physical Availability) Equipment yang masih di
maksud dan tujuannya adalah sama. Berikut bawah target yang ditentukan oleh perusahaan,
pendapat para ahli mengenai persediaan: maka penulis mengidentifikasi permasalahan
 C. Rolln Niwwonger, Philip E. Fess dan Carl yang terjadi, serta merumuskanya untuk
S. Wareen (1999) “istilah persediaan dilakukan tindakan perbaikan. Hal ini
(Inventories) merupakan barang dagangan menyangkut manajemen pengadaan barang
yang disimpan untuk dijual dalam operasi yang masih bisa dioptimalkan guna menekan
perusahaan dan merupakan barang yang permasalahan-permasalahan yang terjadi.
terdapat dalam proses produksi atau yang Berdasarkan pada teori-teori tentang
disimpan untuk tujuan itu” manajemen pengadaan barang, maka penulis
 Freddy Rangkuti (1995) “Persediaan adalah mencoba melakukan proses pendekatan
aktiva lancar yang terdapat dalam penyelesaian masalah dengan menggunakan
perusahaan dalam bentuk persediaan bahan metode EOQ dan JIT untuk mendapatkan solusi
mentah (bahan baku / raw material, bahan perbaikan yang dapat diterapkan guna
setengah jadi dan barang jadi)” memperoleh solusi dari permasalah diatas.
Pendapat para ahli mengenai hal–hal yang Menganalisa faktor-faktor penyebab dari
berhubungan dengan manajemen persediaan: permasalahan dilakukan dengan merunut alur
 Zulfikarjiah (2005) “Lead Time adalah waktu proses dan kendala-kendala yang terjadi,
yang dibutuhkan antara pesanan dengan kemudian dijabarkan melalui berbagai sudut
barang sampai di perusahaan sehingga lead pandang permasalahan dengan melakukan
time berhubungan dengan reorder point dan diskusi dengan pihak terkait, penentuan target
penerimaan barang” perbaikan sebagai acuan sasaran perbaikan.
 Syntetos, Keyes, dan Babai (2009) Pelaksanaan kerja perbaikan kemudian
“Organisasi-organisasi yang menjaga dilakukan berdasarkan rencana awal yang
persediaan cadangan sebagian umum kemudian ditindak lanjuti dengan proses evaluasi
mengklasifikasikan item melalui berbagai dari tindakan perbaikan dengan cara mengukur
kriteria, menetapkan tingkat layanan yang hasil yang dilakukan dengan kondisi awalnya.
berbeda untuk setiap kategori” Proses standarisasi ditentukan sebagai
 Freddy Rangkuti (1995), “EOQ adalah jumlah pembakuan langkah perbaikan yang telah
pembelian bahan mentah pada setiap kali dilakukan serta menentukan langkah perbaikan
pesanan dengan biaya paling murah” selanjutnya sebagai siklus perbaikan yang
 Freddy Rangkuti (1995), “Safety Stock adalah berkelanjutan. Kerangka pemikiran dalam
persediaan tambahan yang diadakan untuk penyelesaian masalah ini dapat dilihat pada
melindungi atau menjaga kemungkinan Gambar 3.
terjadinya kekurangan bahan”

Taufik Rahim, Analisis Kuantitas Pemesanan Ekonomis Dan Sistem Produksi 131
SINERGI Vol. 21, No. 2, Juni 2017: 129-140

MULAI

IDENTIFIKASI MASALAH
(% PA ACHIEVEMENT < TARGET)

IDENTIFIKASI PENYEBAB
(EQUIPMENT BREAKDOWN)

WAITING BREAKDOWN WAITING BREAKDOWN BREAKDOWN


SPARE PART ACCIDENT MEKANIK SCHEDULE TYRE

PENENTUAN TARGET
(WAITING SPARE PART)

PROSES APPROVAL LEAD TIME SUPPLIER


ORDER DOCUMENT SUPPLYING SELECTION

PEMBATASAN MASALAH
(LEAD TIME SUPPLYING)

MENGKLASIFIKASI SPARE PART


(STOCK CLASS)

PROSES PENANGGULANGAN MASALAH


EOQ (PART STOCK) + JIT(PART NON STOCK)

IMPLEMENTASI SOLUSI

EVALUASI

REKOMENDASI

SELESAI

Gambar 3. Rerangka Pemikiran

Metode Analisis dan VHS (Vendor Held Stock). Melakukan


Dalam melakukan analisis digunakan tools evaluasi setelah langkah tiga dilakukan dengan
seperti terangkum pada Tabel 1. Mendefinisikan melihat laporan pencapaian Physical Availablity
masalah yang mengakibatkan kecilnya angka Equipment, Total Down Time Waiting Spare Part,
Physical Availability Equipment dikarenakan Service Level, Lead Time Delivery.
Down Time Equipment yang disebabkan tidak
adanya Spare Part dan Lead Time Delivery yang Tabel 1 Tools yang Digunakan dalam
lama dengan menggunakan diagram Pareto yang Menyelesaikan Masalah
dibuat berdasarkan laporan bulanan Langkah Penyelesaian
Tools
Performance Plant Departemen. Masalah
Mendefinisikan Masalah Analisa Data dengan
Mengklasifikasikan semua Spare Part yang ada yang Ada Diagram Pareto
di warehouse berdasarkan jumlah bulan Analisa Lead Time Export Data Aplikasi
pergerakan, frekuensi atau intensitas permintaan HFM
dan jumlah permintaan spare part dalam satu Klasifikasi Spare Part Metode Analisis FSN
Proses Order Observasi Lapangan
periode. Spare Part Stock List / Metode EOQ, Reorder
Menerapkan metode EOQ untuk spare Stock Class A Point, Safety Stock
part stocklist menghitung reorder point dan safety Spare Part Non Stock List / Metode JIT, Kontak
stock, dan menerapkan metode JIT untuk spare Stock Class P Kerja OEM
Mempelajari Hasil Analisa Data hasil,
part kritikal / non stock dengan melakukan Perbaikan Export Data Aplikasi
kerjasama dengan supplier / OEM dalam bentuk HFM
kontrak kerjasama yang kita namakan konsinyasi

132 Taufik Rahim, Analisis Kuantitas Pemesanan Ekonomis Dan Sistem Produksi
ISSN: 1410-2331

HASIL DAN ANALISIS Proses Pengorderan Spare Part


Hasil Penelitian Unschedule Maintenance. Yang membedakan
Proses Pengorderan Spare Part Current. proses pengorderan spare part ini adalah tidak
Proses pengorderan spare part terbagi adanya planning maintenance dan forecast
menjadi 2 proses sesuai dengan type Schedule kebutuhan spare part sebelumnya sehingga
Maintenance dan Unscheduled Maintenance. stock spare part tidak tersedia. Proses
Skema proses pengorderan spare part terlihat pengorderan spare part bersifat unexpexted.
pada Gambar 4.
Pengorderan Spare Part Dengan Harita Fleet
SCHEDULE MAINTENANCE UNSCHEDULE MAINTENANCE Management (ERP)
Harita Fleet Management adalah suatu
FORECAST
aplikasi yang mengusung konsep ERP. Dimana
KEBUTUHAN
SPARE PART
WORK ORDER
MAINTENANCE
salah satu modul yang tersedia adalah
Preventive Maintenance. Dalam modul, yang
tampak pada Gambar 5 ini, dapat dilakukan
MATERIAL REQUEST permintaan untuk memenuhi spare part yang
YES
PART
AVAILABLE
dibutuhkan ketika equipment breakdown. Aplikasi
ini menghubungkan komunikasi secara sistem
NO antara departemen Plant dan departemen
APPROVAL
Logistic.
MATERIAL REQUEST

PURCHASING

APPROVAL

DELIVERY PART

PURCHASING

RECIEPT AND STOCK

DELIVERY PART

WORK ORDER
MAINTENANCE

PROSES MAINTENANCE

Gambar 5. Aplikasi Harita Fleet Management


NO
PART Sumber: Login Aplikasi Harita Fleet Management (2014)
EQUIPMENT READY FOR USE
AVAILABLE

YES
Analisa Lead Time Pengorderan Spare Part
Tabel 3 dibawah menerangkan komponen
PROSES MAINTENANCE
lead time dari bulan januari sampai may 2013
yang didapat dari export data aplikasi HFM,
EQUIPMENT READY FOR USE
untuk proses pembuaatan dokumen dan
pengajuan order masih acceptable dengan lead
Gambar 4. Proses Pengorderan Spare Part time max 1 hari kerja.
Performance Supplier yang rendah dapat
Proses Pengorderan Spare Part Schedule dilihat dengan tingginya promise date part
Maintenance: available (informasi ketersiapan spart part) yang
1. Adanya Planning Maintenance. diberikan ketika purchase order (PO) diterima
2. Membuat forecasting kebutuhan spare part supplier diatas 6 hari kerja. Proses pengorderan
sesuai dengan planning maintenance. spare part yang unexpexted memutuskan
3. Melakukan pengorderan spare part sesuai komunikasi dengan supplier sehingga supplier
dengan forecasting kebutuhan spare part. kesulitan mempersiapkan spare part yang
4. Proses approval dilanjutkan dengan proses dibutuhkan dalam satu periode. Metode EOQ
pembelian. diharapkan dapat menyambung komunikasi
5. Proses pengiriman spare part ke site / lokasi, dengan supplier yang menghasilkan jumlah item
setelah spare part di terima dijadikan stock yang di order dalam satu periode, sehingga
dan masuk dalam inventory warehouse. supplier dapat mempersiapkan kebutuhan
6. Penggunaan spare part ketika ada Work tersebut.
Order Maintenance.

Taufik Rahim, Analisis Kuantitas Pemesanan Ekonomis Dan Sistem Produksi 133
SINERGI Vol. 21, No. 2, Juni 2017: 129-140

Komponen lead time lainya yang masih sampai barang diterima. Metode Just In Time
tinggi rata-rata di atas 30 hari kerja yaitu prose akan diimplementasikan untuk mengurangi lead
pengiriman dari dokumen PO di terima supplier time delivery.

Tabel 3. Analisa Lead Time Document Order


Lead Time Document Order Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 May-13
Total Transaksi 682 696 777 711 722
Material Request to Purchase Request 1 0.5 1 0 0
Purchase Request to Purchase Order 1 0.2 1.3 0.1 0.3
Purchase Order to Promise date Supplier 8 9 11 7 6
Purchase Order to Supply 37 21 28 30 23
Sumber: Export Data dari Aplikasi Harita Fleet Management (2013)

Klasifikasi Spare Part (Stock Class)


Organisasi-organisasi yang menjaga
persediaan cadangan sebagian umum
mengklasifikasikan item melalui berbagai kriteria,
menetapkan tingkat layanan yang berbeda untuk
setiap kategori (SYNTETOS, KEYES, Babai,
2009). Analisa persediaan yang umum di
gunakan adalah:
1. Analisis FSN (Fast Moving, Slow Moving, Non
Moving)
2. Analisis ABC
3. Analisis VED (Vital, essensial, desirable)
4. Analisis SDE (Scarce, Difficult, Easily
available)
5. Analisis HML (high cost, medium cost, low
cost)
PT. Harita Nickel mengklasifikasilan spare
part menjadi 7 kategori : Active Item /fast moving
(A), Purchase As Required (P), Vendor Held
Stock (V), Insurance Item (I), Obsolete (O),
Consignment (C), Repairable Item („R). Data
Inventory Warehouse pada bulan Mei 2013 dari
total 16.810 item, kategori A berjumlah 690 item Gambar 6. Stock Class Spare Part Bulan Mei
(4.10%) yang harus di stock dan merupakan item
2013
fast moving, kategori O berjumlah 30 item Sumber: Export Data Aplikasi Harita Fleet Management
(0.18%). Kategori P berjumlah 16.099 item (2013)
(95.72%) merupakan item yang tidak di simpan di
warehouse dan hanya di order ketika ada Implementasi EOQ terhadap Spare Part Stock
kebutuhan atau permintaan. Model EOQ pertama kali diperkenalkan
Berdasarkan Gambar 6 dapat diambil oleh FW. Harris tahun 1915. Heizer dan Render
kesimpulan: (2005) menyatakan EOQ merupakan salah satu
1. Pengelolaan persediaan masih menggunakan teknik pengendalian persediaan tetua dan paling
cara tradisional dengan persediaan yang terkenal.
minimal dilihat dari stock class A hanya 4 % Total item yang ada di warehouse lebih
dari total item. dari 16.000 item, untuk implementasi metode
2. Ordering Cost besar dilihat dari stock class P EOQ diambil sampel kebutuhan spare part
95.72 % “Engine Oil Filter” Excavator Doosan DX225,
3. Proses pengorderan spare part bersifat dengan data sebagai berikut:
unexpexted. Total Unit Excavator Doosan DX225 : 30
4. Stock Outs sering terjadi. unit
Spare Part Description
: Engine Oil Filter
Part Number :
65.05510-5028A

134 Taufik Rahim, Analisis Kuantitas Pemesanan Ekonomis Dan Sistem Produksi
ISSN: 1410-2331

Stock Class Jumlah Permintaan Per Hari (d)


: Active Item (A)
Price =
: 22.99 USD
= 2 Pieces
Kebutuhan all unit (D)
Jumlah Permintaan Selama Lead Time (R)
: 684 Piece pertahun
Lead Time (L) = 2 x 30 = 60 Pieces
: 30 hari ReOrder Point (ROP)
Biaya penyimpanan (C) : ROP = (d x L) + Ss = (2 x 30) + 4 = 64 Pieces
10% x 15.725,2 USD=1.572,5 USD
Biaya setiap melakukan pemesanan (S) Setelah melakukan perhitungan dan
: 166,67 USD perbandingan, maka dapat diketahui persediaan
Berdasarkan hasil data yang diperoleh yang paling ekonomis dengan membandingkan
maka penulis akan menganalisa persedian spare antara jumlah setiap kali pesan jumlah
part engine oil filter dengan menggunakan pembelian, biaya pemesanan, biaya
metode EOQ yang analisanya sebagai berikut: penyimpanan dan total biaya persediaan yang
paling minimal yang dilakukan perusahaan yaitu
sebanyak 57 pemesanan dalam setahun, dengan
jumlah pembelian sebanyak 12 Pieces, dengan
biaya pemesanan sebesar 9.435,10 USD dan
= 12 biaya penyimpanan sebesar 9.435,10 USD
sehingga total biaya persediaan yang harus
Pieces
dikeluarkan perusahaan sebesar 18.935,29 USD
Frekuensi Pemesanan (F)
sementara itu jumlah pesanan yang lebih atau
= = 57 Kali Pesan kurang dari 57 kali pesan menimbulkan biaya
yang lebih besar.
Total Biaya Pemesanan (TOC) Gambar 7 menampilkan grafik Economic
Order Quantity yang juga membuktikan bahwa
= titik perpotongan antara Biaya Pemesanan dan
Biaya Penyimpanan merupakan tingkat
= 9.500,19 USD pemesanan yang paling ekonomis.
Titik minimum atau standar dimana
Total Biaya Penyimpanan (TCC) perusahaan harus melakukan pemesanan
kembali untuk mengisi persediaan dijelaskan
=
dalam gambar 8 disaat stock berada diangka 64
= 9.435,10 USD Pieces dengan lead time 30 hari
Total Biaya Persediaan (TC)
TC = TOC + TCC = 9.500,19 + 9.435,10
= 18.935,29 USD

24000
Annual Relevant Total Cost
21000
18935
Total Biaya Persediaan (TC) Dollars

18000

15000 Annual Relevant


Carrying Cost
12000

9000 Annual Relevant Ordering Cost

6000

5 10 12 15 20 25 30 35 40
EOQ Order Quantity (Pieces)
Gambar 7 Grafik Economic Order Quantity Decision Model

Taufik Rahim, Analisis Kuantitas Pemesanan Ekonomis Dan Sistem Produksi 135
SINERGI Vol. 21, No. 2, Juni 2017: 129-140

Q
76
Reorder Reorder
Point Point

64

Days 15 30 45 60 75 90 105 120

Lead Time 30 Days Lead Time 30 Days

Gambar 8 Reorder Point

Dengan didapatkannya angka-angka dari metode harapannya dapat mengurangi lead time dan
EOQ perusahaan terbantu dalam mengontrol biaya persediaan. Kontrak kerjasama ini
persediaan, kapan dan berapa jumlah barang dinamakan Vendor Held Stock (VHS) Parts
yang harus di order sudah diketahui sehingga dengan isi perjanjian sebagai berikut:
informasi kebutuhan dapat di share kepada 1. Supplier menempatkan stock spare part
supplier untuk mempersiapkan kebutuhan barang Vendor Held Stock (VHS) di gudang PT.
diharapkan performance supplier menjadi baik. Harita Nickel dan supplier bertangung jawab
terhadap pemeliharaan spare part.
Implementasi JIT terhadap Spare Part Non Stock 2. Supplier bertangung jawab mempersiapkan
Konsep Just In Time atau “Sistem Kanban” beberapa kategori part: Fast/consumable/
dalam Rangkuti (2000) menyatakan “konsep just medium/critical termasuk beberapa slow
in time bertujuan untuk meminimalkan biaya moving untuk memenuhi kebutuhan stock 6
penyimpanan”. bulan.
JIT mensyaratkan bahwa sebuah 3. Supplier menjamin genuine part dan
perusahaan memiliki beberapa pemasok yang ketersediaan stock untuk item yang disepakati
handal dan dinyakini untuk meningkatkan kedua belah pihak sebesar 90%.
produktivitas dan system manufaktur yang 4. Spare part VHS adalah milik supplier sampai
ramping dan meminimalkan persediaan pada saat spare part tersebut dikeluarkan dari
(Helo,2004) yang pada gilirannya mengurangi stock.
resiko dan membantu meminimalkan biaya 5. Stock barang VHS yang telah di pakai diganti
produksi (Curry dan Kenny, 1999; Rahman, oleh supplier untuk menjaga jumlah stock
2004) yang telah ditetapkan untuk setiap saat, PT.
Dari hasil stock class spare part kategori P Harita Nickel tidak akan dikenakan pebayaran
(Purchase As Request) sangat besar 95,72% untuk stock replenishment dengan barang-
dari total spare part dengan lead time yang masih barang ini sampai barang tersebut diambil
tinggi 30 hari. Sebagai pengganti dari pengiriman dan digunakan.
yang sangat besar dari komponen-komponen 6. Supplier menyediakan staff yang berfungsi
yang harus di beli dengan sistem JIT perusahaan sebagai Warehouse Management dan
ingin menerima komponen tepat pada saat Inventory Analyst.
operasi produksi membutuhkan. Untuk itu 7. Supplier melakukan penggantian spare part
perusahaan kadang-kadang harus membuat apabila ada kerusakan / cacat karena proses
kontrak jangka panjang dengan vendor untuk produksi pada spare part.
mendapatkan kondisi seperti ini. 8. Supplier memberikan discount harga diatas
PT. Harita Nickel melakukan kontrak 30%.
kerjasama dengan beberapa supplier OEM 9. Supplier membuka representative baru
(Original Equipment Manufacturer) diantaranya sebagai emergency back order support di
adalah PT. KOBEXINDO TRACTORS, PT. DAYA kota Ternate untuk menghandle logistic
KOBELCO CONTRUCTION MACHINERY management dan menanggung biaya
INDONESIA dan PT. UNITED TRACTORS. transportasi back order sampai Jakarta-
Kontrak kerjasama ini pada prinsipnya Ternate.
implementasi dari sistem just in time yang

136 Taufik Rahim, Analisis Kuantitas Pemesanan Ekonomis Dan Sistem Produksi
ISSN: 1410-2331

Tabel 4. Nilai Investasi Kontrak Kerja Supplier


Total Nilai
No. Supplier / OEM Category
Item Investasi
Fast Moving 45 $ 26,927.76
1 PT. KOBEXINDO TRACTORS Medium Moving 28 $ 27,130.92
Slow Moving 304 $ 181,823.35
2 PT. DAYA KOBELCO CONTSTRUCTION Fast/Medium/Slow 245 $ 774,316.72
MACHINERY INDONESIA
3 PT. UNITED TRACTORS Fast/Medium/Slow 494 $ 350,500.67
Total 1116 $ 1,360,699.42
Sumber : Data Kontrak Kerja Supplier dengan Perusahaan (2013)

Tabel diatas menerangkan nilai investasi inilah yang mendasari peneliti untuk lebih lanjut
yang ditanamkan supplier dalam perjanjian melakukan pembahasan terkait penelitian yang
kontrak kerjasama vendor held stock (VHS). telah penulis lakukan, berikut jabaran
Keuntungan perusahaan dengan pembahasan penulis.
mengimplementasikan metode just in time yang
dituangkan dalam kontrak kerjasama VHS : Hasil Implementasi EOQ dan JIT terhadap
1. Mengurangi biaya persediaan dengan Peningkatan Variable Penelitian
menghilangkan biaya pemesanan, dari Dari hasil analisa mekanisme pengorderan
sample perhitungan EOQ total biaya spare part, lead time setiap proses pengorderan,
pemesanan 9.500,19 USD. serta klasifikasi spare part maka dilakukan
2. Initial stock terjamin selama 6 bulan, nilai perhitungan jumlah persediaan yang ekonomis
investasi yang ditanggung perusahaan jika dan penerapan model JIT.
melakukan persediaan sendiri 1.360.699,42 Mengacu pada definisi operasional
USD. variable penelitian maka perlu dilakukan tinjaun
3. Mengurangi atau meniadakan waktu tunggu terkait
(Zero Lead Time) supplier menjamin available 1. Physical Availability Equipment
spare part 90%. Dari Grafik Prosentasi Ketersediaan
4. Memangkas biaya kualitas, biaya akibat secara fisik equipment untuk siap dioperasikan
barang yang rusak yang berkaitan dengan bulanan dapat dilihat pada Gambar 9 terlihat
persediaan ditanggung supplier (Zero Defect) bahwa dari bulan mei 2013 trend pencapaiannya
5. Tidak ada kerusakan mesin yang diakibatkan mengalami peningkatan setiap bulannya
tidak ada spare part (Zero breakdowns) meskipun pada bulan Juni 2013 masih dibawah
6. Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan target yang di tetapkan perusahaan sebesar
biaya negosiasi dengan supplier, perusahaan 85%. Hal ini merupakan hasil baiknya
mendapatkan special price dengan discount Management Man Power (Job Quality),
min 30%. Management Maintenance (Good Planning &
7. Mengurangi biaya tenaga kerja langsung dan Executing) dan Management Persediaan.
tidak langsung. Supplier menyediakan staff 2. Aging Down Time Waiting Spare Part
yang berfungsi sebagai Warehouse Down time ini merupakan salah satu dari
Management dan Inventory Analyst. beberapa kategori breakdown yang
menyumbang turunnya pencapaian prosentasi
Pembahasan ketesediaan equipment untuk beroperasi, down
Penelitian terdahulu menyatakan bahwa time ini erat kaitannya dengan lead time, stocking
metode EOQ dan JIT cukup efektif dalam strategy sangat diperlukan untuk mengurangi
menyelesaian masalah yang terjadi pada ketidakpastian persediaan yang berkaitan
masing-masing ruang lingkup penelitianya. Hal dengan faktor alam dan letak geografis.

Taufik Rahim, Analisis Kuantitas Pemesanan Ekonomis Dan Sistem Produksi 137
SINERGI Vol. 21, No. 2, Juni 2017: 129-140

Gambar 9 Phisical Availability Equipment Jan 2013 – Agustus 2013


Sumber: Laporan Monthly Plant Maintenance PT. Harita Nickel

Gambar 10 Breakdown Achievement Equipment Mei 2013 – Agustus 2013


Sumber: Laporan Monthly Plant Maintenance PT. Harita Nickel (2013)

3. Total Lead Time, Stock Class, Service Level stock class Vedor Held Stock (V) dengan total
Dengan implementasi metode JIT dengan item (V) = 1.116 item dengan nilai investasi
bentuk kontrak kerjasama dengan supplier OEM 1.360.699,42 USD dan mengurangi stock
yang menjamin 90 % ketersediaan spare part inventory warehouse perusahaan dijelaskan
selama 6 bulan di lokasi site sangat pada Gambar 11. Dengan zero lead time,
meminimalkan lead time sampai 1 hari kerja item performance supplier menjadi baik dari
sampai diterima user yang dijelaskan pada Tabel sebelumnya, kebutuhan spare part dalam
5. periode tertentu sudah diketahui dengan
Kontrak kerjasama Vendor Held Stock perhitungan persediaan yang ekonomis.
(VHS) menambah stock class inventory dengan

Tabel 5. Analisa Lead Time Document Order


Lead Time Document Order Before After
Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 May-13 Jun-13 Jul-13 Aug-13
Total Transaksi 682 696 777 711 722 701 694 818
Material Request to Purchase Request 1 0.5 1 0 0 0 0 0
Purchase Request to Purchase Order 1 0.2 1.3 0.1 0.3 0.1 0.4 0.1
Purchase Order to Promise date Supplier 8 9 11 7 6 1 1 1
Purchase Order to Supply 37 21 28 30 23 1 1 1
Sumber: Aplikasi Harita Fleet Management (2013)

138 Taufik Rahim, Analisis Kuantitas Pemesanan Ekonomis Dan Sistem Produksi
ISSN: 1410-2331

Gambar 11. Stock Class Spare Part Bulan Agustus 2013 Export Data Aplikasi Harita Fleet Management (2013)

Gambar 12 Service Level Supplier Januari 2013 - Agustus 2013 Laporan Logistic PT. Harita Nickel (2013)

KESIMPULAN empiris yang meneliti hubungan langsung antara


Berdasarkan data dan analisa yang telah implementasi JIT dengan kinerja finansial telah
dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan. melaporkan berbagai temuan yang saling
Pertama, proses pengorderan sparepart terbagi bertolak belakang.
menjadi 2 proses sesuai dengan type schedule
maintenance dan unscheduled maintenance, REFERENSI
buruknya perencanaan perawatan dan cara Ahmad, A., Mehra, S., and Pletcher, M. The
pengoperasian unit menyebabkan tingginya perceived imfact of JIT implementation on
angka unscheduled maintenance, kebutuhan dan firms‟ financial/ growth performance. Journal
pemesanan sparepart menjadi unexpexted. of manufacturing Technologi Management.
Kemudian, kontrak kerjasama Vendor Held 2014; 15 (2):118–130.
Stock (VHS) menambah stock class inventory http://dx.doi.org/10.1108/09576060410513715
dengan stock class Vedor Held Stock (V) dan Ahmad, S., Schroeder, R.G., and Sinha, K.K.
mengurangi stock inventory warehouse (2003) The role of infrastructure practice in
perusahaan dan biaya persediaan. the effectiveness of JIT practices: implication
Selain itu, dapat juga dikatakan bahwa for plant competitiveness. Journal of
implementasi metode EOQ dan JIT dapat Engineering and Technologi Management.
mengurangi lead time dengan syarat: Adanya 2003; 20: 161–191.
kerjasama dan keuntungan dengan risk sharing http://dx.doi.org/10.1016/S0923-
antara perusahaan dan supplier, Memiliki 4748(03)00017-1
korelasi dengan peningkatan kinerja perusahaan Balakrishnan, R., Linsmeier, T.J., and
dan dibuatkan standarisasi/SOP pembelian Venkatachalam, M. Financial Benefit from JIT
berdasarkan kontrak kerja. Adoption: Effect of Customer Concentration
Penulis juga memberikan rekomendasi and Cost Structure. The Accounting Review.
kepada peneliti berikutnya agar menganalisa 1996; 71 (2):183–205.
total biaya pemakaian persediaan dan total biaya Benito, J.G. (2002) Effect of the characteristics of
yang dapat dikurangi/dihilangkan dengan the pur- chased products in JIT Purchasing
menerapkan JIT dengan biaya yang timbul akibat Implementation. International Journal of
berhentinya proses produksi dikarenakan tidak Operations and Production Management.
adanya persediaan. Karena penelitian-penelitian

Taufik Rahim, Analisis Kuantitas Pemesanan Ekonomis Dan Sistem Produksi 139
SINERGI Vol. 21, No. 2, Juni 2017: 129-140

2002; 22 (8): 868–886. Min, Wu. Modeling the Out Of Stock Risk and the
http://d.doi.org/10.1108/01443570210436181 EOQ-JIT Cost Indiferent Point, Thesis, The
Curry, J. and Kenney, M. Beating the clock: University Of Hong Kong, China. 2011.
corporate responses to rapid change in the Miller, G. Pawloski, J. Standridge, C. A case
PC industry. California Management Review, study of lean, sustainable manufacturing.
1999; 42 (1): pp. 8-36. Journal of Industrial Engineering and
Fortuin, L and Martin, H. On the logistics of Management. 2010; 3 (1): 11-32.
service parts. Research Report. Eindhoven http://dx.doi.org/10.3926/jiem.v3n1.p11-32
University of Technology. 1996; Peter., Kelle, The role of ERP tools in supply
TUE/TM/LBS/96-12 chain information sharing, cooperation, and
Farzaneh, Fazel. A comparative analysis of cost optimization, Louisiana State University,
inventory costs of JIT and EOQ purchasing. Baton Rouge, LA 70803, US. 2004.
International Journal of Physical Distribution & Rangkuti, Freddy. Manajemen Persediaan.
Logistics Management. 1997; 27 (8); 496– Cetakan Pertama, Raja Grafindo Persada,
504. Jakarta.1995.
Germain, R., Droge, C., and Daugherty, P.J. The Rahman, Z. Use of internet in supply chain
effect of just-in-time selling on organizational management: a study of Indian companies,
structure: an empirical investigation. Journal Industrial Management & Data Systems,
of Marketing Research. 1994; 31(4): 471–483. 2004; 104(1-2): 31-41.
http://dx.doi.org/10.2307/3151877 http://dx.doi.org/10.1108/02635570410514070
Helo, P. Managing agility and productivity in the Render B. dan Heizer J., Prinsip-prinsip
electronics industry, Industrial Management & Manajemen Operasi, Salemba Empat,
Data Systems. 2004; 104 (7): 567-77. Pearson Education Asia Pte.Ltd., Jakarta.
http://dx.doi.org/10.1108/02635570410550232 2001.
Harris, F.W. Operations and Cost. Shaw Factory Syamsuddin dan Lukman. Manajemen Keuangan
Management Series, A.W. Shaw Co, Chicago. Perusahaan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
1915. 2007.
Hadi, Ismail. (Q,r) Inventory System with Syntetos, A. A., Keyes, M., Babai, M. Z, Demand
Crashing Lead Time Condition. Thesis categorization in a European spare parts
Universiti Malaysia Terengganu. 2009. logistics network. International Journal of
Ikatan Akutansi Indonesia. Standar Akutansi Operations & Production Management, 2009;
Keuangan. Jakarta. 2012. 29 (3): 292-316.
Jhon F. Kros, Impact of just in time inventory http://dx.doi.org/10.1108/01443570910939005
system on OEM suppliers, College of Shah, R., and Ward, P. Lean manufacturing:
Business, East Carolina University, context, practice bundles, and performance.
Greenville, North Carolina, USA. 2005. Journal of Operations Management. 2003; 21
Kinney, M.R., and Wempe, W.F. Further (2):129–49. http://dx.doi.org/10.1016/S0272-
evidence on the extent and origins of JIT‟s 6963(02)00108-0
profitability effect. The Accounting Review. Sakon, W and Bordin, R (2011) The Modification
2002; 77 (1): 203–225. of EOQ Model under the Spare Part Discrete
Kris, Goly. How to Develope a Spare Part – Demand: A Case Study of Slow Moving Item.
Stocking Strategy, Department of Business Proceedings of the World Congress on
Development, Siemens Industry Inc. 2012. Engineering and Computer Science. 2011; 2.
Leavy, B. Two strategic perpective on the buyer- Wareen, Carl S; Fress, Philip E; Niwwonger, C
supplier relationship. Production and Rolln. Prinsip-Prinsip Akutansi. Jilid 1.
Inventory Management Journal. 1994; 35 Penerbit Erlangga. Jakarta. 1999.
(2):47–51.

140 Taufik Rahim, Analisis Kuantitas Pemesanan Ekonomis Dan Sistem Produksi

Anda mungkin juga menyukai