Anda di halaman 1dari 65

4

TENTARA NASIONAL INDONESIA Lampiran Keputusan Kasad


MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Nomor Kep/ /2015
Tanggal 2015

PETUNJUK TEKNIS

tentang

KELENGKAPAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN


DI LINGKUNGAN TNI ANGKATAN DARAT

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Dalam peraturan perundangan menetapkan bahwa semua penerimaan dan


pengeluaran uang negara harus berdasarkan pada dokumen dan bukti-bukti yang
sah di lingkungan TNI Angkatan Darat, penerimaan dan pengeluaran uang negara
yang tertuang di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) harus
dapat dipertanggungjawabkan sesuai perkembangan ketentuan dan peraturan
yang berlaku.

b. Ketentuan kelengkapan pertanggungjawaban keuangan di lingkungan TNI


Angkatan Darat mengalami penyesuaian sesuai perkembangan perundang-
undangan keuangan dan peraturan tentang mekanisme pelaksanaan anggaran
belanja negara di lingkungan Kemhan yang dilaksanakan secara transparan dan
akuntabel dalam mendukung administrasi pengelolaan keuangan Negara,
sehingga terpenuhinya syarat-syarat wetmatigheid, rechmatigheid, doelmatigheid
dan cijfermatigheid pada administrasi penerimaan dan pengeluaran uang Negara
sesuai ketentuan tentang dokumen dan bukti-bukti yang sah sebagai kelengkapan
pertanggungjawaban keuangan Negara.

c. Guna menunjang kelancaran pelaksanaan tugas di lingkungan TNI


Angkatan Darat, diperlukan adanya Petunjuk Teknis tentang kelengkapan
pertanggungjawaban keuangan sebagai revisi dari Perkasad 92/XII/2008 tanggal
12 Desember 2008 tentang Bujuknik Pertanggungjawaban Keuangan Angkatan
Darat dan sebagai penjabaran lebih lanjut dari Jukmin Pengendalian Keuangan
Angkatan Darat.
5

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Petunjuk Teknis Kelengkapan Pertanggungjawaban


Keuangan ini disusun dengan maksud dapat dipergunakan sebagai pedoman
dalam pelaksanaan penyusunan dokumen dan bukti-bukti pertanggungjawaban
keuangan oleh satker dan Badan Keuangan di lingkungan Angkatan Darat.

b. Tujuan. Petunjuk Teknis Kelengkapan Pertanggungjawaban Keuangan


di lingkungan Angkatan Darat ini disusun dengan tujuan agar terdapat kesamaan
pengertian dan keseragaman dalam menyusun dokumen dan bukti-bukti
pertanggungjawaban keuangan di lingkungan Angkatan Darat sehingga tercapai
tertib administrasi keuangan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.

a. Ruang Lingkup. Petunjuk Teknis (Juknis) ini meliputi uraian tentang


ketentuan-ketentuan penerimaan dan pengeluaran uang negara serta pembebanan
anggaran, bukti-bukti pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran uang
negara di lingkungan Angkatan Darat.

b. Tata Urut. Juknis ini disusun dengan tata urut sebagai berikut:

1) Bab I Pendahuluan.
2) Bab II Ketentuan Umum.
3) Bab III Kegiatan Yang Dilaksanakan.
4) Bab IV Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan.
5) Bab V Pengawasan dan Pengendalian.
6) Bab VI Penutup.

4. Dasar.

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 5 April


2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4286);

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tanggal 14


Januari 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara RI tahun 2004
Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4355);

c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 tahun 2004 tentang


Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara RI tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4400);
6

d. Peraturan Pemerintah RI Nomor 56 tahun 2007 tentang Santunan dan


Tunjangan Cacat Prajurit TNI;

e. Peraturan Presiden RI Nomor 70 tahun 2012 tentang Perubahan atas


Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah;

f. Peraturan Menteri Pertahanan Nomor PER/08/M/VII/2006 tanggal 1 Juli


2006 tentang Petunjuk Pembinaan pengelolaan keuangan negara di lingkungan
Dephan dan TNI;

g. Peraturan Menteri Pertahanan Nomor PER/30/M/XII/2008 tanggal 1


Desember 2008 tentang pola pengelolaan keuangan Penerimaan Negara Bukan
Pajak di lingkungan Dephan dan TNI;

h. Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 18 tahun 2013 tanggal 9 April 2013


tentang Pedoman Penyelenggaraan Hibah di lingkungan Kemhan dan TNI

i. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 110/PMK.05/2010 tanggal 7 Juni 2010


tentang pemberian dan tata cara pembayaran uang makan bagi Pegawai Negeri
Sipil;

j. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 178/PMK.05/2010 tanggal 4 Oktober


2010 tentang tata cara pembayaran tunjangan operasi pengamanan bagi Prajurit
Tentara Nasional Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil yang bertugas dalam operasi
pengamanan pada pulau-pulau kecil terluar dan wilayah perbatasan;

k. Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 52 tahun 2012 tentang Biaya


Perjalanan Dinas jabatan dalam negeri bagi pejabat negara, Pegawai Negeri dan
pegawai tidak tetap di lingkungan Kemhan dan TNI;

l. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 Tanggal 29


November 2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara;

m. Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 17 tahun 2013 tanggal 2 April 2013


tentang Revisi Permenhan Nomor 17 Tahun 2011 tanggal 18 Agustus 2011 tentang
pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa di lingkungan Kemhan dan TNI;

n. Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 84 tahun 2014 tanggal 29 Desember


2014 tentang Tuntutan Bendahara dan Tuntutan Ganti Rugi di lingkungan Kemhan
dan TNI;

o. Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Pertahanan Nomor


67/PMK.05/2013 dan Nomor 15 tahun 2013 tanggal 27 Maret 2013 tentang
mekanisme pelaksanaan anggaran belanja negara di lingkungan Kemhan dan TNI;
7

p. Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Pertahanan Nomor Per-


6/PB/2015, Nomor Perber/01/III/2015 tanggal 10 Maret 2015 tentang mekanisme
pelaksanaan pengalihan pembayaran pengelolaan administrasi belanja pegawai
dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara kepada Satuan Kerja dan tata cara
pengajuan Surat Perintah Membayar (SPM) belanja pegawai di lingkungan
Kemhan dan TNI;

q. Peraturan Dirjen Renhan Kemhan Nomor 16 tahun 2014 tanggal 24


November 2014 tentang mekanisme pelaksanaan anggaran belanja negara di
lingkungan Kemhan Dan TNI;

r. Peraturan Kasad Nomor Perkasad 92/XII/2008 tanggal 12 Desember 2008


tentang Bujuknik Pertanggungjawaban Keuangan Angkatan Darat;

s. Peraturan Kasad Nomor Perkasad 96/XII/2008 tanggal 19 Desember 2008


tentang Juklak Pemberhentian Sementara dari Jabatan (Schorsing);

t. Peraturan Kasad Nomor Perkasad/134/XII/2011 tanggal 28 Desember 2011


tentang Jukmin Pemberian Tunjangan Kinerja Bagi Prajurit Dan PNS di lingkungan
TNI Angkatan Darat

u. Peraturan Kasad Nomor Perkasad/56-02/XII/2012 tanggal 28 Desember


2012 tentang Bujuknis Tata Cara Penyusunan Buku Petunjuk Angkatan Darat;

v. Peraturan Kasad Nomor 70-02/XII/2013 tanggal 27 Desember 2013


tentang Bujukmin Pengadaan Barang/Materiil di lingkungan Angkatan Darat;

w. Peraturan Kasad Nomor Perkasad/24/2015 tanggal 4 Mei 2015 tentang


Mekanisme Administrasi Pembiayaan Atas kontrak Pengadaan barang/Jasa Luar
Negeri di lingkungan TNI Angkatan Darat;

x. Keputusan Kasad Nomor Kep/430/X/2013 tanggal 31 Oktober 2013 tentang


Buku Petunjuk Administrasi Penyelenggaraan Administrasi Umum Angkatan Darat;

y. Keputusan Kasad Nomor Kep/484/IX/2004 tanggal 19 September 2014


tentang Petunjuk Teknis Pengakhiran Dinas Keprajuritan;

z. Keputusan Kasad Nomor Kep/642/XI/2014 tanggal 28 November 2014


tentang Petunjuk Administrasi Hibah di lingkungan Angkatan Darat;

aa. Keputusan Kasad Nomor Kep/308/VII/2014 Tanggal 7 Juli 2014 tentang


Petunjuk Teknis Pembayaran Gaji Prajurit Dan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan
TNI Angkatan Darat;

ab. Surat Keputusan Kasad Nomor Skep/518/XII/ 2004 tanggal 31 Desember


2004 tentang Pengesahan Berlakunya Buku Petunjuk Teknik tentang Pembayaran
Gaji Prajurit dan PNS;
8

ac. Surat Telegram Kasad Nomor ST/1242/2015 tanggal 5 Mei 2015 tentang
Indeks Biaya Perawatan Jenazah Bagi Prajurit/Purnawirawan dan PNS/Wredatama
TNI Angkatan Darat;
ad. Petunjuk Pelaksanaan Pusku Kemhan Nomor Juklak/005/IV/2013 tanggal 5
April 2013 tentang Standardisasi Kelengkapan Bukti-bukti Pertanggungjawaban
Keuangan di lingkungan Kemhan dan TNI;

ae. Surat Edaran Dirkuad Nomor SE/22/IV/2015 tanggal 28 April 2015 tentang
Perubahan Pertanggungjawaban Keuangan Tentang Uang Makan Pendidikan,
Latihan, Serpas dan Tambahan Kalori di lingkungan TNI Angkatan Darat;

af. Surat Telegram Dirkuad Nomor ST/31/2002 tanggal 23 Juli 2002 tentang
Ketentuan Pemberian Bantuan/Santunan untuk Prajurit/PNS TNI Angkatan Darat
yang Masih dalam Status Dinas Aktif/Gugur/Tewas dalam Tugas Operasi,
Meninggal Dunia Biasa; dan

ag. Surat Telegram Dirkuad Nomor ST/34/2015 tanggal 8 Juni 2015 tentang
Indeks Biaya Perawatan Jenazah Bagi Prajurit/Purnawirawan dan PNS/Wredatama
TNI Angkatan Darat.

5. Pengertian (Sublampiran A).

BAB II
KETENTUAN UMUM

6. Umum. Sebagai pengelola keuangan negara, Kementerian/Lembaga Negara


dalam melaksanakan tugasnya mempunyai wewenang melakukan tindakan yang dapat
mengakibatkan penerimaan dan pengeluaran uang negara. Oleh karena itu, semua
penerimaan dan pengeluaran uang negara harus dapat dipertanggungjawabkan secara
transparan dan akuntabel disertai bukti yang sah menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

7. Pelaksanaan Penerimaan dan Pengeluaran Negara.

a. Penerimaan.

1) Penerimaan Murni. Yang dimaksud penerimaan murni adalah


penerimaan dalam bentuk fisik uang atau kertas berharga oleh Paku dan
harus segera disetor ke Kas Negara sesuai dengan wewenang yang dimiliki
karena tugasnya, terdiri dari:

a) Penerimaan Pajak. Paku jajaran Angkatan Darat ditetapkan


sebagai wajib pungut pajak yang terdiri dari Pajak Penghasilan, Pajak
9

Pertambahan Nilai (PPN) dan pajak lainnya sesuai dengan peraturan


perundang-undangan yang berlaku.

Catatan:

Ketentuan tentang Perhitungan Pajak dan tatacaranya diatur sesuai


peraturan tentang Pajak dari Ditjen Pajak Kementerian Keuangan.
b) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

(1) penerimaan kembali sisa anggaran;

(2) penerimaan hasil penjualan barang/kekayaan negara;

(3) penerimaan hasil penyewaan barang/kekayaan negara;

(4) penerimaan hasil penyimpanan uang negara;

(5) penerimaan ganti rugi atas kerugian negara;dan

(6) penerimaan denda keterlambatan penyelesaian


pekerjaan pemerintah.

2) Penerimaan Bukan Murni. Yang dimaksud penerimaan bukan murni


adalah penerimaan yang berasal dari pemindahbukuan dan perhitungan
Nota Pemindah Bukuan (NPB) termasuk Surat Perintah Pencairan Dana
(SP2D) yang langsung mengurangi angka otorisasi/DIPA terdiri dari:

a) Penerimaan pemindahbukuan dari satu Badan Keuangan ke


Badan Keuangan lainnya (NPB, KU-206);

b) SP2D;dan

c) Penerimaan setoran kembali dana anggaran TA berjalan, tunai


per KU-42 kecuali Gaji.

b. Pengeluaran Murni (DIPA Petikan Pusat). Pengeluaran adalah seluruh


pengeluaran uang akibat tagihan berdasarkan Otorisasi (KOM/P3) dan Surat
Permintaan Pembayaran (SPP) dari Dan/Ka Satker dalam rangka mendukung
Program Kerja sesuai alokasi anggaran yang ditetapkan, untuk tertib administrasi
pelaksanaannya diatur sebagai berikut:

1) Untuk memperoleh pembayaran atas tagihan Dan/Ka Satker dan


Rekanan, harus menunjukkan bahwa tagihan telah memenuhi syarat yang
menjadi dasar atas tagihan tersebut dan surat-surat bukti itu harus diperkuat
dalam bentuk yang telah ditetapkan oleh ketentuan yang berlaku dengan
persetujuan Kementerian yang bersangkutan.
10

2) Jika yang mempunyai tagihan terdapat hutang kepada negara yang


langsung ada hubungannya dengan tagihan itu, harus dinyatakan dalam
surat-surat tanda bukti hutang.

3) Pada saat membayarkan harus yakin, bahwa uang diterima dan


ditandatangani oleh orang yang berhak, apabila tidak dapat
menandatangani sendiri pembayaran hanya dapat dilakukan dengan surat
kuasa atau dihadapkan dua orang yang mampu dan dikenal Paku untuk
diangkat sumpah atas penyaksiannya serta turut menandatangani pula surat
tanda bukti pembayaran yang bersangkutan.

4) Pengeluaran dana dari Paku melalui Surat Permintaan Pembayaran


(SPP) berdasarkan Keputusan Otorisasi Pelaksanaan (KOP) atau Perintah
Pelaksanaan Program (P-3) sebagai bukti pengeluaran yang sah, di
dalamnya memuat:

a) nama dari yang berhak, uraian dari yang dibayar, jumlah yang
dibayar dengan angka dan huruf, tanpa ada coretan, penebalan atau
tipe-x.

b) tanda tangan dari pejabat penerima Otorisasi/P3 yang


berkuasa memerintahkan pembayaran kepada Bendaharawan atau
tanda tangan dari pegawai yang berkuasa menandatangani atas
nama pejabat pertama, berdasarkan perintah yang bersumber pada
suatu kuasa dari pemerintah.

c) tahun pembebanan dan Akun.

d) rincian KOP/P-3 meliputi jumlah besar, jumlah yang telah


diambil dan sisa.

e) bila dana telah tersedia, setelah diadakan pengujian , Paku


membayarkan tagihan dalam waktu selambat-lambatnya 2 (dua) hari
kerja.

f) dalam hal Paku menolak pembayaran tagihan, maka Paku


harus menyatakan secara tertulis alasan penolakan tersebut.

g) pembayaran melalui penyediaan UUDP. Pembayaran melalui


penyediaan UUDP dilakukan untuk pembayaran tagihan atas
kegiatan yang belum didukung bukti lengkap dengan ketentuan:

(1) Pembayaran untuk pengeluaran rumah tangga/jasa


untuk tiap kegiatan masing-masing setinggi-tingginya sebesar
Rp 10.000.000,- (Sepuluh juta rupiah).
11

(2) Pembayaran biaya operasi pendidikan dan penerimaan


tamu luar negeri masing-masing setinggi-tingginya sebesar Rp
20.000.000,- (Dua puluh juta rupiah).

(3) Pembayaran untuk pekerjaan yang dilaksanakan sendiri


(swakelola) yang didasarkan pada jenis kegiatan sebagai
berikut:

(a) kegiatan perancangan setinggi-tingginya sebesar


Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah).

(b) kegiatan pengadaan barang/bahan untuk setiap


jenis barang/bahan setinggi-tingginya sebesar
Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah);dan

(c) kegiatan pembayaran jasa (upah honorarium


dsb) setinggi-tingginya sebesar Rp 20.000.000,- (dua
puluh juta rupiah).

(4) Kegiatan Khusus. Yang dimaksud dengan kegiatan


khusus ini adalah keadaan sangat mendesak untuk
operasi/latihan/muhibah, maka Dan/Ka Satker dapat
mengajukan permintaan UUDP khusus besarnya di atas
Rp 20.000.000,- sebagai berikut:

(a) sampai dengan Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta


rupiah) harus berdasarkan izin Pangkotama/Ka Lakpus
dalam hal ini Ka Baku III dengan tembusan Ka Baku II;

(b) sampai dengan Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta


rupiah) harus berdasarkan izin Kepala Unit Organisasi
dalam hal ini Ka Baku II dengan tembusan Ka Baku I;
dan

(c) di atas Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah)


harus berdasarkan izin Menhan dalam hal ini Kepala
Baku Tk. I.

c. Pembayaran dengan Uang Persediaan (UP) DIPA Petikan Daerah.

1) KPA melalui BP mengajukan UP kepada KPPN sebesar kebutuhan


operasional Satker dalam 1 (satu) bulan yang direncanakan dibayarkan
melalui UP.

2) Pemberian UP diberikan paling banyak:


12

a) Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) untuk pagu jenis


belanja yang bisa dibayarkan melalui UP sampai dengan
Rp 900.000.000 (sembilan ratus juta rupiah);

b) Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah) untuk pagu jenis belanja


yang bisa dibayarkan melalui UP di atas Rp 900.000.000 (sembilan
ratus juta rupiah) sampai dengan Rp 2.400.000.000 (dua miliar empat
ratus juta rupiah);

c) Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) untuk pagu jenis


belanja yang bisa dibayarkan melalui UP di atas Rp 2.400.000.000
(dua miliar empat ratus juta rupiah) sampai dengan Rp 6.000.000.000
(enam miliar rupiah);dan
d) Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) untuk pagu jenis
belanja yang bisa dibayarkan melalui UP di atas Rp 6.000.000.000
(enam miliar rupiah).

3) BP mempertanggungjawabkan UP atas pengeluaran dana yang


dibayarkan dan melakukan kembali pengisian (revolving) untuk penggantian
UP dengan SPP-GUP.

4) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas


permintaan KPA, dapat memberikan persetujuan UP melampaui besaran
tersebut subpasal 2) dengan mempertimbangkan:

a) frekuensi penggantian UP tahun yang lalu lebih dari rata-rata 1


(satu) kali dalam 1 (satu) bulan selama 1 (satu) tahun;dan

b) perhitungan kebutuhan penggunaan UP dalam 1 (satu) bulan


melampaui besaran UP.

5) Kelengkapan pengajuan UP, TUP dan GUP DIPA Petikan Satker


Daerah sesuai dengan peraturan yang ditetapkan dalam Peraturan Bersama
Menteri Keuangan dan Menteri Pertahanan Nomor 67/PMK.05/ 2013 dan
Nomor 15 tahun 2013 tanggal 27 Maret 2013 tentang Mekanisme
Pelaksanaan Anggaran Belanja Negara di Lingkungan Kementerian
Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia.

6) Setiap pembayaran UP yang dilakukan BP adalah atas perintah PPK


dengan Surat Perintah Bayar (SPBy).

7) Kelengkapan pengajuan UP, TUP dan GUP DIPA Petikan Satker


Pusat diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Pertahanan.

d. Pembayaran Uang Muka Kerja (DIPA Petikan Satker Daerah).

1) Uang muka dapat diberikan kepada Penyedia Barang/Jasa untuk:


13

a) mobilisasi alat dan tenaga kerja;dan

b) pembayaran uang tanda jadi kepada pemasok barang/


material dan/atau persiapan teknis lain yang diperlukan bagi
pelaksanaan pengadaan barang/jasa.

2) Uang muka dapat diberikan kepada Penyedia Barang/Jasa dengan


ketentuan sebagai berikut:

a) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) menyetujui Rencana


Penggunaan Uang muka yang diajukan oleh Penyedia Barang/Jasa.

b) Untuk Usaha Kecil, Uang muka diberikan paling tinggi 30%


(tiga puluh persen) dari nilai Kontrak Pengadaan Barang/Jasa.
c) Untuk Usaha Non Kecil dan Penyedia Jasa Konsultasi, Uang
muka dapat diberikan paling tinggi 20% (dua puluh persen) dari nilai
kontrak pengadaan Barang/Jasa.

d) Untuk Kontrak Tahun Jamak, Uang muka dapat diberikan:

(1) 20% (dua puluh persen) dari kontrak tahun pertama,


atau;dan

(2) 15% (lima belas persen) dari nilai kontrak.

3) Uang muka yang telah diberikan kepada Penyedia Barang/Jasa,


harus segera dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
Rencana Penggunaan Uang muka yang telah mendapat persetujuan PPK.

4) Nilai Jaminan Uang muka secara bertahap dapat dikurangi secara


proporsional sesuai dengan pencapaian prestasi pekerjaan.

5) Pembayaran uang muka dilakukan setelah Penyedia Barang/Jasa


menyerahkan surat jaminan uang muka yang dikeluarkan oleh Bank
Umum/Perusahaan Penjaminan/Perusahaan Asuransi yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan, nilai surat jaminan tersebut sekurang-kurangnya sama
dengan nilai uang muka yang diberikan.

6) Dalam hal pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan oleh perguruan


tinggi negeri atau lembaga ilmiah pemerintah dapat diberikan uang muka
tanpa diperlukan jaminan uang muka.

7) Pengembalian uang muka akan diperhitungkan oleh BP Paku pada


pembayaran tagihan setiap tahap (termin) sesuai prestasi hasil pekerjaan.

Contoh:

Jika rekanan memperoleh uang muka sebesar 20 % (dua puluh persen),


sedangkan tahap pembayaran dalam surat perjanjian yang bersangkutan
14

ditetapkan 20 % (dua puluh persen), 30 % (tiga puluh persen), 25 % (dua


puluh lima persen), 20 % (dua puluh persen), dan 5 % (lima persen), maka
uang muka tersebut dapat diperhitungkan berturut-turut sebagai berikut:

Tabel Tahap Pembayaran Uang Muka

Prestasi Tahap Pembayaran


Pembayaran
(0%) Uang Muka 20% = 20%
20% (20%) I 20% 20% - (20% X 20%) = 20% - 4% = 16%
50% (30%) II 30% 30% - (30% X 20%) = 30% - 6% = 24%
75% (25%) III 25% 25% - (25% X 20%) = 25% - 5% = 20%
100% (25%) IV 20% 20% - (20% X 20%) = 20% - 4% = 16%
100% (0%) V 5% 5% - (5% X 20%) = 5% - 1% = 4%
100% 100% 100%

e. Pembayaran Langsung (LS). Pembayaran LS dilakukan langsung


kepada pihak ketiga/penerima hak/BP atas dasar perjanjian kerja, Surat
Keputusan, Surat Tugas atau Surat Perintah Kerja.

1) Pembayaran LS ditujukan kepada:

a) penyedia barang/jasa;

b) BP untuk gaji dan non gaji induk, honor, BPD, dan lain-
lain;dan

c) untuk gaji induk dilaksanakan langsung pada rekening


masing-masing personel.

2) Atas dasar komitmen/bukti-bukti yang sah. Penerima hak


mengajukan tagihan kepada PPK, setelah PPK melakukan pengujian atas
tagihan pihak ketiga maka PPK menerbitkan SPP-LS kepada PPSPM.

3) Atas dasar SPP-LS dari PPK maka PPSPM melakukan pengujian


kelengkapan Wabku sebagai lampiran SPP. Selanjutnya PPSPM
menerbitkan SPM-LS kepada KPPN.

4) Atas dasar SPM-LS dari PPSPM, KPPN melakukan penelitian dan


pengujian meliputi kebenaran SPM dan kelengkapan dokumen pendukung.
Selanjutnya KPPN menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
yang langsung menunjuk bank dan nomor rekening penerima.
15

f. Pengeluaran Bukan Murni (DIPA Petikan Satker Pusat). Yang dimaksud


pengeluaran bukan murni adalah pengeluaran dana melalui perhitungan KOP dan
Nota Pemindah Bukuan (NPB) antar Badan Keuangan, antara lain:

1) Dana anggaran yang diperlukan untuk membiayai pengeluaran


disediakan dengan penerbitan KOP/P-3 yang selanjutnya diikuti dengan
penerbitan NPB.

2) Pengeluaran pemindahan dana dari satu Baku ke Baku lainnya


melalui NPB dan KU-206.

3) Penyetoran dari hasil penerimaan negara berupa pajak dan bukan


pajak ke Kantor Kas Negara.

8. Pembebanan Anggaran. Persyaratan umum pembebanan anggaran adalah


sebagai berikut:

a. Salah satu fungsi Paku ialah membebankan penerimaan/ pengeluaran ke


dalam “Kode Program dan Anggaran yang tepat” pada SPM/kuitansi bentuk
kuitansi/KU-17 sebagai bukti penerimaan/pengeluaran sesuai ketentuan yang
berlaku.

b. Untuk menentukan jenis Kode Program dan Anggaran penerimaan negara


menggunakan Buku Pedoman Kode Program dan Anggaran Fungsi Pertahanan
dan TNI Angkatan Darat.

c. Untuk menentukan jenis Kode Program dan Anggaran pengeluaran negara,


harus berdasarkan pada dokumen otorisasi/DIPA Petikan Daerah sebagai dasar
hukum pelaksanaan suatu kegiatan. Dalam dokumen otorisasi tersebut dengan
jelas mencantumkan pejabat yang diberikan wewenang dan tanggung jawab,
jumlah maksimum anggaran yang disediakan dan kegiatan apa yang akan
dilaksanakan lengkap dengan kode program dan anggarannya.

d. Pembebanan anggaran harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Otorisasi/Dokumen DIPA yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan


suatu kegiatan harus diteliti dan diperiksa serta diyakini bahwa data yang
tertuang di dalamnya sudah benar terutama penetapan/penentuan “Kode
Program dan Anggaran” secara lengkap serta siapa penanggung jawabnya.

2) Kode program dan anggaran yang telah ditetapkan dalam


otorisasi/DIPA merupakan dasar suatu pengeluaran sehingga Paku tidak
boleh merubah Kode Program dan Anggaran yang telah ditetapkan.

3) Dalam penulisan kode program dan anggaran pada bukti


penerimaan/pengeluaran harus ditulis lengkap sesuai banyaknya angka
(digit), cermat, teliti dan jelas.
16

9. Bank Garansi. Bank Garansi merupakan surat jaminan yang dikeluarkan oleh
Bank Pemerintah Nasional. Bank Garansi dikenakan kepada Rekanan pengadaan
barang dan jasa sesuai ketentuan yang berlaku/bunyi Kontrak. Dengan ketentuan
sebagai berikut:

a. Bank Garansi Jaminan penawaran sebesar 1% (satu persen) sampai


dengan 3% (tiga persen) dari nilai penawaran.

b. Bank Garansi Jaminan pelaksanaan kegiatan sebesar 5% (lima persen) dari


nilai kontrak.

c. Bank Garansi Jaminan uang muka pengadaan barang dan jasa sebesar
yang tertera dalam kontrak.

d. Bank Garansi Jaminan pemeliharaan sebesar 5% (lima persen) dari nilai


kontrak.

e. Catatan Untuk kelengkapan pertanggungjawaban Keuangan foto kopi Bank


Garansi dilegalisasi oleh Bank/Lembaga Keuangan yang menerbitkan..

BAB III
KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN

10. Umum. Pelaksanaan kegiatan administrasi pertanggungjawaban keuangan


meliputi kegiatan penyusunan laporan keuangan dan kelengkapan dokumen sebagai
bukti otentik penerimaan dan pengeluaran uang negara, yang masing-masing saling
berhubungan erat dan saling mempengaruhi. Untuk memperoleh Wabku yang berkualitas
dan bebas cela maka perlu ditentukan langkah-langkah pelaksanaan kegiatan mulai dari
tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan pengakhiran yang terdiri dari:

a. Administrasi Wabku Tingkat Satker (Kusatker/Baku Tk. IV).

b. Administrasi Wabku Tingkat Kukotama/Lakpus ( Baku Tingkat III).

c. Administrasi Wabku Tingkat Ditkuad (Baku Tingkat II).

11. Kegiatan Administrasi Wabku di Tingkat Satker (Baku Tingkat IV).

a. Perencanaan.

1) Menyiapkan piranti lunak administrasi keuangan, meneliti dokumen


Program Kerja, dokumen otorisasi serta dokumen pendanaan untuk
persiapan penyusunan administrasi pertanggungjawaban keuangan.
17

2) Berdasarkan rencana kegiatan maka BP menyampaikan kebutuhan


Uang Persediaan (UP) kepada PPK.

3) Membuat rencana kebutuhan dana dan pembayaran serta


melaksanakan koordinasi dengan Baku Tingkat III (Ku Kotama/Kupus)
maupun dengan KPPN dan KPA/PPK.

4) Membantu PPK menyusun dan membuat perhitungan penarikan


dana/perencanaan Kas dengan mekanisme UP/LS disesuaikan dengan
kebutuhan Satker selama satu tahun.

b. Persiapan.

1) Melaksanakan koordinasi dengan pejabat perbendaharaan lainnya di


lingkungan Satker perihal penagihan yang akan dilaksanakan untuk
penyiapan sarana yang diperlukan.

2) Meneliti penerimaan dana (NPB) dari Kaku Kotama/Kupus dan


dokumen tagihan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) atas kegiatan yang
dikerjakan untuk diteliti dan dicocokkan dengan rencana pembiayaan.

3) Membantu KPA/PPK dalam pembuatan konsep SPP-UP/TUP/GUP


NIHIL dan membuat SPM-UP/TUP/GUP NIHIL/LS serta mempersiapkan
ADK SPM.

c. Pelaksanaan.

1) Memeriksa/menguji SPP dari PPK atas kelengkapan isi dan


kebenaran sasaran, kode anggaran/akun, angka serta penjumlahan
dokumen penerimaan maupun dokumen pengeluaran.

2) Mengesahkan tagihan selanjutnya membuat SPM ditujukan pada


KPPN (DIPA Petikan daerah) dan melaksanakan pembayaran (DIPA Petikan
Satker Pusat) serta menyusun Wabku.

3) Adapun kelengkapan dokumen/bukti-bukti Wabku semua jenis belanja


yang dibayarkan melalui KPPN (DIPA Petikan untuk Satker Daerah) sesuai
dengan kelengkapan yang dibayarkan melalui Paku (DIPA Petikan Satker
Pusat). Pengujian terhadap kelengkapan Wabku tagihan dilakukan dengan
meneliti sebagai berikut:

a) Bukti Pertanggungjawaban Penerimaan Murni.

(1) Penerimaan pajak. Ku Satker jajaran TNI Angkatan


Darat ditetapkan sebagai wajib pungut pajak yang teridiri dari
Pph,PPN dan pajak lainya sesuai dengan perundang-undangan
yang berlaku.
18

(a) bukti penyetoran pajak (SSP); dan

(b) daftar rekapitulasi pajak-pajak yang disetor.

(2) Penerimaan Negara Bukan Pajak, meliputi:

(a) TP/TGR potongan pertama dilengkapi Skep


pembebanan pemotongan dari yang berwenang;

i. bukti penyetoran uang tunai (KU-42);dan

ii. surat keputusan pembebanan ganti rugi.

(b) penerimaan setoran tunai (KU-42);

(c) denda, kelengkapan buktinya adalah:

i. bukti penyetoran uang tunai (KU-42);dan

ii. berita acara denda.

(d) kelebihan pembayaran tahun anggaran yang lalu,


kelengkapan buktinya adalah:

i. bukti penyetoran uang tunai (KU-42);dan

ii. daftar perhitungan kelebihan pembayaran


dilampiri fotokopi bukti pembayaran tahun
anggaran yang lalu.
(e) pendapatan hasil sitaan/lelang, kelengkapan
buktinya adalah:

i. bukti penyetoran uang tunai (KU-42);

ii. Kuitansi penjualan hasil sitaan/lelang;dan

iii. berita acara sitaan/lelang.

(f) UUDP yang tidak dapat dipertanggung jawabkan,


kelengkapan buktinya adalah:

i. bukti penyetoran uang tunai (KU-42); dan

ii. perhitungan pertanggungjawaban keu-


angan UUDP.

(g) penerimaan sewa rumah dinas secara tunai.

i. bukti penyetoran uang tunai (KU-42); dan


19

ii. Surat Izin Penempatan (SIP) rumah dinas.

Catatan:

Potongan sewa rumah yang langsung dipotong


dalam aplikasi DPP oleh KPPN dapat dibuat
secara kolektif.

b) Bukti Pertanggungjawaban Penerimaan Bukan Murni.

(1) potongan-potongan sisa dana Tahun Anggaran yang


lalu, kelengkapan buktinya adalah fotokopi laporan sisa dana
tutup buku;

(2) pemindahan uang per KU-206, kelengkapan buktinya


adalah:

(a) Surat Pemindahan Uang Negara (KU-206);dan

(b) Surat Persetujuan Pemindahan Uang Negara


(SPPUN).

(3) kelebihan pembayaran/pengembalian gaji pada Tahun


Anggaran berjalan, kelengkapan buktinya adalah:

(a) bukti penyetoran uang tunai (KU-42);dan

(b) surat perintah Dan/Ka Satker yang memuat


rincian penyetoran dan copy DPP(untuk gaji).
(4) penerimaan NPB, kelengkapan buktinya adalah:

(a) nota pemindah bukuan (KU-203 A);

(b) rincian pendanaan (KU-203 B);dan

(c) rincian otorisasi yang didukung NPB (KU-203 C).

(5) Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D).

(6) Penerimaan Persekot Dana, bukti sebagai Wabku


adalah NPB persekot (KU-203 A).

(7) beda Kas, kelengkapan buktinya adalah:

(a) bukti penyetoran uang tunai (KU-42);dan

(b) Surat Keputusan Pembebanan dari Kaku


Kotama/Lakpus.
20

(8) pembebanan sementara, kelengkapan buktinya adalah

(a) bukti penyetoran uang tunai (KU-42);dan

(b) Surat Keputusan Pembebanan Sementara dari


Pangkotama/Lakpus.

c) Bukti Pertanggungjawaban Pengeluaran Murni.

(1) Pembayaran dari Daftar Gaji Prajurit/PNS.

(a) belanja pegawai (MAK 51).

i. daftar gaji induk dilengkapi dengan:

i) SPM dan SPP;

ii) SPTJM bagi pembayaran oleh BP;

iii) rekapitulasi Daftar Pembayaran Gaji


Dan ULP (KU-106) ditanda tangani oleh
PPABP, BP dan KPA/PPK.

iv) rekapitulasi Per Status (KU-109)


dari KU-107 per Satker ditanda tangani
oleh BP, KPA/PPK dan PPABP;

v) Daftar Pembayaran Penghasilan


dan ULP (KU-107)yang memuat nomor
rekening dan ditandatangani anggota,
serta rekapitulasi per halaman ditanda-
tangani oleh BP, KPA/PPK dan PPABP;

vi) Daftar Kekuatan Personel (KU-102


A, Militer, KU-102 B PNS, KU-102C
perbandingan kekuatan personel) ditanda-
tangani PPABP, BP dan KPA/PPK;

vii) surat kuasa perorangan/kolektif bagi


yang menguasakan kepada orang lain
selain PPABP;

viii) daftar perubahan data personel


yang ditandatangani oleh KPA/PPK dan
PPABP;

ix) daftar perubahan potongan yang


ditandatangani oleh KPA/PPK dan PPABP;
21

x) Surat Keterangan Pemberhentian


Pembayaran (SKPP) masuk yang gajinya
baru pertama kali dirawat;

xi) Surat Keputusan pengangkatan


bagi Prajurit/PNS baru.

xii) untuk pembayaran pertama kali


dilengkapi dengan salinan dokumen
pendukung skep, sprin atau perintah
kesatuan bagi personel yang mengalami
perubahan penghasilan maupun status
penghasilan;

Keterangan:

Sesuai pasal 17. (2) a. Perber DJPB


Kemkeu dan Dirjen Renhan No Per-6/PB/
2015 tentang Mekanisme Pengalihan
Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai
dari KPPN ke Satker.

xiii) ADK Perubahan Data Pegawai;

xiv) ADK DPP Belanja Personel;

xv) ADK Rekap Rekening;dan

xvi) Surat Setoran Pajak (SSP) PPh


Pasal21.

ii. gaji susulan yang dibayarkan sebelum gaji


masuk dalam Daftar Gaji Induk, wabkunya
berupa:

i) SPM dan SPP;

ii) SPTJM bagi pembayaran oleh BP;

iii) rekapitulasi daftar pembayaran gaji


susulan (KU-106) ditandatangani oleh
BP, KPA/PPK dan PPABP;

iv) daftar rekapitulasi per status (KU-


109);
22

v) daftar pembayaran penghasilan dan


ULP susulan KU-107 yang ditandatangani
anggota/nomor rekening dan Halaman
Rekapitulasi ditandatangani oleh BP,
KPA/PPK dan PPABP;

vi) daftar kekuatan personel (KU-102


A, Militer, KU-102 B PNS, KU-102C
Perbandingan kekuatan personel);

vii) daftar perubahan data pegawai


yang ditandatangani oleh KPA/PPK dan
PPABP;

viii) daftar perubahan potongan yang


ditandatangani oleh KPA/PPK dan PPABP;

ix) salinan dokumen pendukung skep,


sprin atau perintah kesatuan bagi personel
yang mengalami perubahanpenghasilan
maupun status penghasilan;

Keterangan:

Sesuai pasal 17. (2) b. Perber DJPB


Kemkeu dan Dirjen Renhan No Per-6/PB/
2015 tentang Mekanisme Pengalihan
Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai
dari KPPN ke Satker;

x) salinan dukumen pendukung Surat


Kuasa, bila pengambilan hak di kuasakan
kepada orang lain;

xi) ADK perubahan data personel;

xii) ADK DPP belanja personel;

xiii) ADK rekap rekening;dan

xiv) Surat Setoran Pajak (SSP) PPh


Pasal 21.

iii. gaji susulan yang dibayarkan setelah gaji


masuk dalam Daftar Gaji Induk, wabkunya
berupa :

i) SPM dan SPP;


23

ii) SPTJM bagi pembayaran oleh BP;

iii) Rekapitulasi Daftar Pembayaran


Gaji Susulan (KU-106) ditandatangani oleh
BP, KPA/PPK dan PPABP;

iv) daftar rekapitulasi per status (KU-


109);

v) daftar pembayaran penghasilan dan


ULP susulan KU-107 yang ditandatangani
anggota/nomor rekening dan halaman
rekapitulasi ditandatangani oleh BP,
KPA/PPK dan PPABP;

vi) daftar kekuatan personel (KU-102


A, Militer, KU-102 B PNS, KU-102C
Perbandingan kekuatan personel);

vii) daftar perubahan data pegawai


yang ditandatangani oleh KPA/PPK dan
PPABP;

viii) daftar perubahan potongan yang


ditandatangani oleh KPA/PPK dan PPABP;

ix) ADK Perubahan Data Pegawai;

x) ADK DPP Belanja Personel;

xi) ADK Rekap Rekening; dan

xii) Surat Setoran Pajak (SSP) PPh


Pasal 21.

iv. untuk pembayaran Kekurangan Gaji


(Rapel Gaji);

i) SPM dan SPP;

ii) SPTJM bagi pembayaran oleh BP;

iii) daftar perubahan data pegawai


yang ditandatangani oleh KPA/PPK dan
PPABP;
24

iv) rekapitulasi kekurangan gaji (KU-


106), yang ditandatangani BP,KPA/PPK
dan PPABP;

v) daftar rekapitulasi per status (KU-


109);

vi) daftar kekurangan gaji (KU-76)


ditandatangani personel termasuk
Halaman Daftar kekurangan gaji Yang
ditandatangani oleh KPA/PPK, BP dan
PPABP;

vii) daftar kekuatan personel (KU-102


A, Militer, KU-102 B PNS, KU-102C
Perbandingan kekuatan personel);

viii) salinan dokumen pendukung


perubahan data personel yang telah
disahkan oleh Ka Satker/pejabat yang
berwenang dan keputusan perubahan
penghasilan;

Keterangan:

Sesuai pasal 17. (2) c. Perber DJPB


Kemkeu dan Dirjen Renhan No Per-6/PB/
2015 tentang Mekanisme Pengalihan
Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai
dari KPPN ke Satker;

ix) ADK Perubahan Data Pegawai;

x) ADK DPP Belanja Personel;

xi) ADK Rekap Rekening;dan

xii) Surat Setoran Pajak (SSP) PPh


Pasal21.

v. Untuk pembayaran Penghasilan Gaji


Terusan.
i) SPM dan SPP;

ii) SPTJM bagi pembayaran oleh BP;

iii) rekapitulasi terusan gaji dan ULP


(KU-106) yang ditandatangani BP, KPA/
25

PPK dan PPABP;

iv) rekapitulasi per status (KU-109) dan


KU-107 ditandatangani BP, PPABP dan
KPA/PPK;

v) daftar pembayaran penghasilan


(KU-107) ditandatangani ahli waris yang
menerima;

vi) daftar perubahan data pegawai


yang ditandatangani KPA/PPK dan
PPABP;

vii) daftar kekuatan personel (KU-102


A, Militer, KU-102 B PNS;dan

viii) salinan dokumen pendukung


perubahan data personel yang telah
disahkan oleh Ka Satker/pejabat yang
berwenang berupa Surat Keterangan
Kematian dari yang berwenang (visum
et repertum) untuk pertama kali.

Keterangan:

Sesuai pasal 17. (2) d. Perber DJPB


Kemkeu dan Dirjen Renhan No Per-6/PB/
2015 tentang Mekanisme Pengalihan
Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai
dari KPPN ke Satker.

vi. Pembayaran Uang Muka Gaji (Persekot);

i) SPM dan SPP;

ii) SPTJM bagi pembayaran oleh BP;

iii) daftar perhitungan uang muka gaji


ditandatangani oleh KPA/PPK dan PPABP;

iv) rekapitulasi Uang Muka Gaji (KU-


106), yang ditandatangani BP,KPA/PPK
dan PPABP;

v) DPP (KU-107) dan daftar


rekapitulasi per status Uang Muka Gaji
(KU-109);
26

vi) daftar kekuatan personel (KU-102


A, Militer, KU-102 B PNS.

viii) salinan dokumen pendukung


perubahan data personel mutasi yang
telah disahkan oleh Ka Satker/pejabat
yang berwenang;

Keterangan:

Sesuai pasal 17. (2) f. Perber DJPB


Kemkeu dan Dirjen Renhan No Per-6/PB/
2015 tentang Mekanisme Pengalihan
Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai
dari KPPN ke Satker.

vii) ADK DPP Belanja Personel;dan

viii) ADK Rekap Rekening.

vii. DPP gaji skorsing. Kelengkapan dokumen


pengajuan gaji sama dengan kelengkapan
dokumen pada pengajuan Daftar DPP gaji induk
dengan status DPP skorsing dilampiri:

i) daftar perubahan data personel


yang ditanda tangani oleh KPA/PPK dan
PPABP; dan

ii) ADK perubahan data personel;

Keterangan:

- Juklak Kasad Nomor Perkasad/96/XII/2008


tanggal 19 Desember 2008 tentang Skorsing.
- Keputusan Kasad Nomor Kep/484/IX/2014
tanggal 19 September 2014 tentang Juknis
Pengakhiran Dinas Keprajuritan.
viii. DPP Gaji Tumpang Rawat. Kelengkapan
dokumen pengajuan Tumpang Rawat sama
dengan kelengkapan dokumen pada pengajuan
Daftar DPP Gaji Induk dengan persyaratan
status Tumpang rawat.

Keterangan:

Sesuai Perber DJPB Kemkeu dan Dirjen Renhan


No Per-6/PB/ 2015 tentang Mekanisme
27

Pengalihan Pengelolaan Administrasi Belanja


Pegawai dari KPPN ke Satker.

ix. Gaji Orang Hilang Dalam Operasi.


Kelengkapan dokumen pengajuan gaji bagi orang
hilang dalam tugas operasi sama dengan
kelengkapan dokumen pada pengajuan Daftar
DPP Gaji Induk.

Keterangan:

Keputusan Kasad Nomor Kep/484/IX/2014


tanggal 19 September 2014 tentang Juknis
Pengakhiran Dinas Keprajuritan.

(2) Pembayaran Non Gaji menggunakan DPP Tersendiri.

(a) uang makan PNS TNI Angkatan Darat:

i. Kuitansi/KU-17;

ii. Daftar pembayaran uang makan dan


rekapitulasi daftar perhitungan uang makan PNS)
ditandatangani PPABP,BP dan PPK;

iii. Daftar hadir kerja;

iv. SPTJM;

v. SSP PPh Pasal 21;

vi. surat kuasa perorangan/kolektif, apabila


pengambilan hak dikuasakan kepada orang lain;
dan

vii. SPM, SPP atau SPBy.

(b) Tunjangan Kinerja;

i. Kuitansi/KU-17, SPP dan SPM;

ii. daftar pembayaran tunjangan kinerja dan


rekapitulasi daftar pembayaran;

iii. Surat Pernyataan Tanggung jawab mutlak


(SPTJM);
28

iv. SSP PPh Pasal 21;dan

v. surat kuasa perorangan/kolektif, apabila


pengambilan hak dikuasakan kepada orang lain.

(3) Pembayaran Non Gaji Tidak Melalui DPP.

(a) uang lembur.

i. Kuitansi/KU-17;

ii. SPP/SPM;

iii. daftar perhitungan pembayaran ditanda-


tangani oleh PPABP, BP dan PPK;

iv. surat perintah kerja lembur dari KPA;

v. daftar hadir lembur;

vi. daftar hadir kerja;

vii. SPTJM;

viii. surat kuasa perorangan/kolektif, apabila


pengambilan hak dikuasakan kepada orang lain;

ix. SPM atau SPBy;dan

x. SSP PPh Pasal 21.

(b) Honorarium dan Vakasi.

i. Kuitansi/KU-17;

ii. SPP;

iii. SPM;

iv. daftar perhitungan pembayaran honor dan


Vakasi yang ditandatangani oleh PPABP, BP dan
PPK;
v. daftar hadir;

vi. surat perintah;

vii. SPTJM;

viii. surat kuasa perorangan/kolektif, apabila


pengambilan hak dikuasakan kepada orang lain;
dan
29

ix. SSP PPh Pasal 21.

(c) tunjangan brevet.

i. Kuitansi/KU-17;

ii. SPP/SPM;

iii. daftar perhitungan pembayaran;

iv. salinan keputusan pengangkatan untuk


pembayaran yang pertama;

v. SPTJM;

vi. surat kuasa perorangan/kolektif, apabila


pengambilan hak dikuasakan kepada orang lain;
dan

vii. SSP PPh Pasal 21.

(d) tunjangan satya lencana teladan, berlayar,


menyelam, terbang, bahaya dan kecelakaan.

i. Kuitansi/KU-17;

ii. SPP/SPM

iii. daftar perhitungan pembayaran;

iv. salinan surat keputusan untuk


pembayaran yang pertama;

v. SPTJM;

vi. surat kuasa perorangan/kolektif, apabila


pengambilan hak dikuasakan kepada orang lain;
dan

vii. SSP PPh Pasal 21.

(e) uang duka wafat/tewas/gugur/meninggal.

i. Kuitansi/KU-17;

ii. SPP;

iii. SPM;
30

iv. Daftar Perhitungan Uang Duka/Tewas,


Rekapitulasi Daftar Uang Duka/Tewas yang
ditandatangani PPABP, BP dan KPA/PPK;

v. Daftar Perubahan data personel yang


ditandatangani oleh PPABP;

vi. SK/Sprin pemberian Uang Duka/Tewas


dari pejabat yang berwenang;

vii. Surat Keterangan dan Permintaan


Tunjangan Kematian/Uang Duka Wafat /Tewas;

viii. Surat Keterangan Kematian/visum dari


Camat atau Rumah sakit;

ix. ADK terkait perubahan data personel.

Keterangan:

Keputusan Kasad Nomor Kep/484/IX/2014


tanggal 19 September 2014 tentang Juknis
Pengakhiran Dinas Keprajuritan.

(f) tunjangan cacat operasi/santunan cacat.

i. Kuitansi/KU-17;

ii. SPP/SPM

iii. daftar pembayaran penghasilan;

iv. salinan keputusan;

v. surat hasil pemeriksaan kesehatan dari


panitia penguji kesehatan TNI;

vi. pernyataan resmi dari pejabat yang


berwenang;

vii. SPTJM;dan

viii. surat kuasa apabila pengambilan hak


dikuasakan kepada orang lain.

Keterangan:
31

Pemberlakuan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 56


Tahun 2007 tentang Santunan dan Tunjangan cacat
Prajurit TNI.

(g) Uang Saku Dik/Lat/Ops.

i. Kuitansi/KU-17;

ii. SPP/SPM;

iii. daftar pembayaran;

iv surat perintah;

v. SPTJM;

vi. surat kuasa perorangan/kolektif, apabila


pengambilan hak dikuasakan kepada orang lain;
dan

vii. SSP PPh Pasal 21.

(h) uang representasi.

i. kuitansi/KU-17;

ii. SPP/SPM;

iii. daftar perhitungan pembayaran;

iv. salinan keputusan;

v. SPTJM;

vi. surat kuasa apabila pengambilan hak


dikuasakan kepada orang lain;dan

vii. SSP PPh Pasal 21.

(i) perawatan jenazah.

i. kuitansi/KU-17;

ii. SPP/SPM;

iii. daftar pertelaan penggunaan biaya watzah;

iv. daftar pembayaran bantuan kepada


keluarga;dan

v. SPTJM.

(j) uang pesangon/lepas (uang tunggu).

i. kuitansi/KU-17;
32

ii. SPP/SPM;

iii. daftar pembayaran, ditandatangani anggota


dalam hal pembayaran terhadap sejumlah orang;

iv. salinan/kopi Surat Keputusan;

v. untuk uang lepas/pesangon berupa Surat


Keputusan “Pemberhentian dari Dinas”;

vi. untuk uang tunggu berupa Surat Keputusan


dari Kas Angkatan tentang status masa
menunggu terbitnya Surat Keputusan pem-
berhentian dari dinas;

vii. surat kuasa bila pengambilan hak


dikuasakan kepada orang lain;dan

viii. SPTJM.

(k) tunjangan keahlian /keterampilan.

i. kuitansi/KU-17;

ii. SPP/SPM;

iii. DPP termasuk perincian Pph-21;

iv. salinan surat keputusan pengangkatan


untuk pembayaran pertama;

v. surat kuasa bila pengambilan hak


dikuasakan kepada orang lain; dan

vi. SPTJM.

(l) tunjangan aparat Intel.

i. kuitansi/KU-17;

ii. SPP/SPM;

iii. DPP termasuk perincian Pph-21;

iv. foto kopi Skep;

v. surat kuasa bila pengambilan hak


dikuasakan kepada orang lain; dan

vi. SPTJM.
(m) honor Binjaring intel.
33

i. kuitansi/KU-17;

ii. SPP/SPM.

iii. DPP termasuk perincian Pph pasal 21

iv. foto kopi Sprin Binjaring

v. surat kuasa bila pengambilan hak


dikuasakan kepada orang lain.

vi. SPTJM.

(n) honorarium Pokja.

i. kuitansi/KU-17;

ii. SPP/SPM;

iii. daftar perhitungan pembayaran termasuk


pungutan PPh pasal 21, ditanda tangani anggota;

iv. kopi Sprin Pokja;dan

v. daftar absensi hadir yang diparaf oleh


anggota yang bersangkutan.

(o) honor pengelola gaji/SAK/SIMAK BMN, wabku


berupa:

i. kuitansi/KU-17;

ii. SPP/SPM;

iii. daftar perhitungan pembayaran termasuk


pungutan PPh pasal 21, ditanda tangani anggota
dan ditandatangani PPABP,BP dan PPK;

iv. Surat Perintah pengelola gaji/SAI/Simak


BMN;dan

v. SPTJM dan Surat Kuasa bila pengambilan


hak dikuasakan kepada orang lain.

(p) tunjangan Dosen/Gumil/Batih.

i. kuitansi/KU-17;

ii. SPP dari Dan/Kasatker;


34

iii. DPP termasuk perincian Pph-21;

iv. Sprin mengajar;

v. foto kopi ijazah/sertifikat Sus Dosen/


Gumil/Batih;

vi. SPTJM;dan

vii. surat kuasa bila pengambilan hak


dikuasakan kepada orang lain.

(4) Pembayaran belanja barang (barang dan jasa,


pemeliharaan, belanja perjalanan serta belanja modal).

(a) kelengkapan bukti pengadaan barang/jasa yang


nilainya sampai dengan Rp 10.000.000,- (sepuluh juta
rupiah) dengan bukti pembelian:

i. kuitansi/KU-17;

ii. SPP/SPM;

iii. SPTJM;

iv. bukti pembelian (nota, bon, faktur)


dilegalisir oleh Ka Satker;

v. faktur pajak bagi Pengusaha Kena Pajak


(PKP) dan termasuk barang yang kena pajak;

vi. bukti pungutan pajak Pph pasal 22 untuk


pengadaan barang/jasa yang nilainya di atas Rp
2.000.000,- (dua juta rupiah);dan

vii. surat kuasa bermaterai dilampiri fotokopi


KTP/identitas yang sah apabila pengambilan hak
dikuasakan kepada orang lain dengan
menunjukan identitas asli dari pemberi dan
penerima kuasa.

(b) kelengkapan bukti pengadaan barang/jasa yang


nilainya sampai dengan Rp 50.000.000,- (lima puluh
juta rupiah) dengan kuitansi;

i. Kuitansi/KU-17;

ii. SPP/SPM;
35

iii. SPTJM;

iv. kuitansi umum dilegalisir oleh Ka Satker;

v. faktur barang;

vi. faktur pajak bagi Pengusaha Kena Pajak


(PKP) dan termasuk barang yang kena pajak;

vii. bukti pungutan pajak/SSP;dan

viii. surat kuasa bermaterai dilampiri fotokopi


KTP/identitas yang sah apabila pengambilan hak
dikuasakan kepada orang lain dengan
menunjukan identitas asli dari pemberi dan
penerima kuasa.

(c) kelengkapan bukti pengadaan barang/pekerjaan


konstruksi/jasa lainnya dengan nilai sampai dengan
Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan untuk jasa
konsultasi dengan nilai sampai dengan Rp 50.000.000,-
(lima puluh juta rupiah) dengan SPK;

i. surat penetapan penyedia barang dan


jasa dari pejabat pengadaan bahwa rekanan
yang ditunjuk telah dilakukan menurut ketentuan
yang berlaku;

ii. kuitansi/KU-17;
iii. SPP/SPM;
iv. SPTJM;
v. kuitansi umum dilegalisir oleh Ka Satker;
vi. SPK (Surat Perintah Kerja) bermaterai;
vii. faktur barang;
viii. berita acara pemeriksaan dan penerimaan
barang dilampiri Sprin pejabat penerima hasil
pekerjaan. Untuk pekerjaan konstruksi berita
acara tersebut ditandatangani oleh panitia
penerima hasil pekerjaan;

ix. faktur pajak bagi Pengusaha Kena Pajak


(PKP) dan termasuk barang kena pajak;

x. bukti pungutan pajak/SSP;


36

xi. fotokopi surat izin/sertifikat sebagai


pengusaha konstruksi (untuk pengerjaan
konstruksi);dan

xii. surat kuasa bermaterai dilampiri fotokopi


KTP/identitas yang sah apabila pengambilan hak
dikuasakan kepada orang lain dengan
menunjukan identitas asli dari pemberi dan
penerima kuasa.

(d) kelengkapan bukti pengadaan barang/pekerjaan


konstruksi/jasa lainnya dengan nilai diatas
Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan untuk jasa
konsultasi dengan nilai di atas Rp 50.000.000,-(lima
puluh juta rupiah) dengan surat perjanjian;

i. kuitansi/KU-17;
ii. SPP/SPM;

iii. SPTJM;

iv. kuitansi umum dilegalisir oleh Ka Satker;

v. surat perjanjian/kontrak;

vi. faktur barang;

vii. berita acara pemeriksaan dan penerimaan


barang dilampiri Sprin panitia penerima hasil
pekerjaan. Untuk pekerjaan konstruksi berita
acara tersebut ditandatangani oleh panitia
penerima hasil pekerjaan;

viii. berita acara uji fungsi bila diperlukan;

ix. faktur pajak bagi Pengusaha Kena Pajak


(PKP) dan termasuk barang kena pajak;

x. buktipungutan pajak/SSP;

xi. jaminan pelaksanaan (apabila dipersyarat-


kan);

xii. jaminan pemeliharaan (sesuai kontrak);

xiii. salinan Keputusan penunjukan rekanan;

xiv. surat izin/sertifikat sebagai pengusaha


kontruksi (untuk pengerjaan konstruksi);
37

xv. salinan akte notaris untuk pembelian


barang-barang tak bergerak;

xvi. berita acara pembebasan tanah untuk


transaksi pembebasan tanah;

xvii. surat kuasa bermaterai dilampiri foto kopi


KTP/identitas yang sah apabila pengambilan hak
dikuasakan kepada orang lain dengan
menunjukan identitas asli dari pemberi dan
penerima kuasa;dan

xviii. pakta integritas.

(e) kelengkapan bukti pengadaan barang dan jasa


dengan pembayaran Uang Muka;

i. kuitansi/KU-17;

ii. SPP/SPM;

iii. SPTJM;

iv. kuitansi umum;

v. jaminan Uang Muka berupa bank garansi;

vi. fotokopi kontrak; dan

vii. surat kuasa bermaterai dilampiri foto kopi


KTP/identitas yang sah apabila pengambilan hak
dikuasakan kepada orang lain dengan
menunjukan identitas asli dari pemberi dan
penerima kuasa.

(f) pengadaan barang dan jasa dengan pembayaran


termin.

i. Pembayaran termin pertama, kedua dan


seterusnya:

i) kuitansi/KU-17;

ii) SPP/SPM;

iii) SPTJM;

iv) kuitansi umum;


38

v) faktur barang;

vi) faktur pajak;

vii) bukti pungutan pajak/SSP;

viii) surat perintah tim komisi;

ix) berita acara prestasi pekerjaan oleh


tim komisi;

x) salinan/fotokopi surat perjanjian


kontrak;

xi) keputusan penetapan rekanan;

xii) pakta integritas;

xiii) jaminan pelaksanaan;dan

xiv) surat kuasa bermaterai dilampiri


fotokopi KTP/identitas yang sah apabila
pengambilan hak dikuasakan kepada
orang lain dengan menunjukan identitas
asli dari pemberi dan penerima kuasa.

ii. pembayaran termin terakhir.

i) kuitansi/KU-17;

ii) SPP/SPM;

iii) SPTJM;

iv) kuitansi umum;

v) faktur barang;

vi) faktur pajak;

vii) bukti pungutan pajak/SSP;

viii) surat perintah tim komisi;

ix) berita acara prestasi pekerjaan oleh


tim komisi;

x) berita acara penyerahan hasil


pekerjaan;

xi) surat perjanjian kontrak (asli);


39

xii) jaminan pemeliharaan; dan

xiii) surat kuasa bermaterai dilampiri


fotokopi KTP/identitas yang sah apabila
pengambilan hak dikuasakan kepada
orang lain dengan menunjukan identitas
asli dari pemberi dan penerima kuasa.

(g) Kelengkapan bukti pembuatan sertifikat tanah.

i. kuitansi/KU-17;

ii. SPP/SPM;

iii. SPTJM;

iv. kuitansi umum;

v. bukti pungut /setoran pajak (SSP);

vi. surat perjanjian kerja (SPK);

vii. surat kuasa bila pengambilan hak


dikuasakan kepada orang lain;dan

viii. foto kopi sertifikat tanah atau bukti


penerimaan dokumen lengkap dari Badan
Pertanahan Nasional.

(h) kelengkapan bukti pertanggungjawaban


pengadaan barang dan jasa dengan Swakelola;

i. Honorarium pengelola.

i) kuitansi/KU-17 dengan mencan-


tumkan pungutan pajak;

ii) SPP/SPM;

iii) SPTJM;

iv) daftar perhitungan pembayaran


dengan rincian PPh pasal 21 sesuai
indeks yang berlaku;

v) bukti pungutan pajak Pasal 21


(SSP);
40

vi) surat perintah pelaksanaan


swakelola; dan

vii) surat kuasa perorangan/kolektif,


apabila pengambilan hak dikuasakan
kepada orang lain.

ii. Upah Pekerja.

i) kuitansi/KU-17;

ii) SPP/SPM;

iii) SPTJM;

iv) daftar perhitungan pembayaran


dengan rincian PPh pasal 21 sesuai
indeks yang berlaku;
v) bukti pungutan pajak Pasal 21
(SSP);

vi) daftar hadir;

vii) Surat Perintah Kerja yang dilegalisir


oleh POP;

viii) Skep/Sprin Pelaksanaan swa-


kelola;dan

ix) surat kuasa perorangan/kolektif,


apabila pengambilan hak dikuasakan
kepada orang lain.

iii. pembayaran sewa alat peralatan,


dokumen/bukti-bukti kelengkapan pertanggung-
jawaban terdiri dari:

i) kuitansi/KU-17;

ii) SPP/SPM;

iii) kuitansi umum dari instansi yang


bersangkutan;

iv) SPK/Surat perjanjian;

v) Kep/Sprin pelaksanaan swake-


lola;dan
41

vi) SPTJM.

iv. bila ada pengadaan barang/materiil,


diselenggarakan menurut prosedur yang berlaku
dan dilengkapi bukti-bukti Wabku seperti
pengadaan barang;dan

v. biaya Rendalwas untuk perjalanan dinas


dalam rangka Rendalwas. Kelengkapan
dokumen/bukti-bukti pertanggungjawaban sesuai
dengandokumen/bukti-bukti kelengkapan per-
tanggungjawaban perjalanan dinas jabatan.

(i) Biaya Kodal. Dokumen/bukti-bukti kelengkapan


pertanggungjawaban Kodal berupa:

i. kuitansi/KU-17;

ii. SPP/SPM;

iii. SPTJM; dan

iv. dokumen/bukti pendukung penggunaan


dana sebagai berikut:

i) apabila biaya Kodal diterimakan


kepada pejabat yang tercantum dalam
otorisasi (P3), dokumen/bukti pertang-
gungjawaban keuangannya berupa daftar
pertelaan/rincian penggunaan dana;

ii) apabila biaya Kodal digunakan


untuk belanja barang/ jasa/peme-
liharaan,dokumen/bukti pertanggung-
jawaban keuangannya dilengkapi
dokumen/bukti pengadaan barang/jasa/
pemeliharaan;dan

iii) apabila biaya Kodal digunakan


untuk perjalanan dinas, dokumen/ bukti
pertanggungjawaban keuangannya dileng-
kapi:

(i) KU-4;
42

(ii) surat perintah;

(iii) SPTJM; dan

(iv) surat kuasa bila diperlukan.

(j) kelengkapan bukti belanja barang yang termasuk


pembayaran biaya tugas operasi;

i. langsung, untuk pelaksanaan tugas


operasi intelijen, operasi tempur, operasi
teritorial, operasi pengamanan dan operasi
bantuan kemanusiaan.

i) biaya perorangan

(i) kuitansi/KU-17;

(ii) SPP/SPM;

(iii) SPTJM;

(iv) surat perintah pengelola


dana yang ditujukan kepada
Dansatwah pelaksana operasi/
Dansatgas yang dibentuk tersendiri
yang ditandatangani oleh Panglima/
Pimpinan Operasi;

(v) daftar rincian penge-


luaran/pertelaan yang disahkan
oleh Komandan/Kepala/Pejabat
yang bertanggung jawab
pelaksanaan operasi;

(vi) surat perintah operasi;

(vii) daftar nominatif dengan nilai


rupiah; dan

(viii) surat kuasa perorangan/


kolektif, apabila pengambilan hak
dikuasakan kepada orang lain.

ii) Biaya satuan .

(i) kuitansi/KU-17;

(ii) SPP/SPM;
43

(iii) SPTJM;

(iv) surat perintah pengelola


dana yang ditujukan kepada
Dansatwah pelaksana operasi/
Dansatgas yang dibentuk tersendiri
yang ditandatangani oleh Panglima/
Pimpinan Operasi;

(v) daftar rincian pengeluaran/


pertelaan yang disahkan oleh
Komandan/Kepala/Pejabat yang
bertanggung jawab pelaksanaan
operasi;

(vi) surat perintah operasi; dan

(vii) surat kuasa apabila peng-


ambilan hak dikuasakan kepada
orang lain.

ii. tidak langsung. Kegiatan yang tidak


langsung malaksanakan tugas operasi, bukti-
bukti pertanggungjawaban untuk pengadaan
barang/jasa, diselenggarakan menurut prosedur
yang berlaku seperti pada pengadaan
barang/jasa.

(k) Uang Lauk Pauk (ULP) non organik (uang makan


pendidikan/latihan/serpas dan tambahan kalori dalam
bentuk nominatif. Dokumen/bukti-bukti pertanggung-
jawaban keuangan berupa:

i. Wabku untuk pencairan dana, dokumen


berupa:

i) kuitansi/KU-17;

ii) SPP/SPM;

iii) surat perintah pelaksanaan


pendidikan/ latihan dari pejabat yang
berwenang;

iv) daftar nominatif pembayaran yang


ditanda-tangani oleh siswa/peserta latihan;
dan
44

v) SPTJM (Surat Pernyataan


Tanggung jawab Mutlak).

ii. Pertanggungjawaban yang ada di Satuan


berupa Wabku seperti pada poin i di atas
ditambah dengan:

i) surat perintah dari Dansat kepada


Dandenma/Dankima/Pejabat yang ditunjuk
untuk menyiapkan makan dan atau bahan
makanan;

ii) surat kuasa dari senat atas nama


siswa atau Komandan latihan untuk
menyiapkan makan dan atau bahan
makanan kepada pejabat yang ditunjuk
pada poin i);

iii) daftar menu makan dan atau bahan


makanan;

iv) pembukuan dapur dilampiri dengan


bukti/bon belanja; dan

v) laporan Dan Denma/Dankima/


Pejabat yang ditunjuk kepada Siswa
(Ketua Senat) atas pelaksanaan tersebut
poin i) di atas.

(l) ransum penderita/tahanan/jaga//hewan. Doku-


men/bukti-bukti pertanggungjawabannya sesuai
ketentuan pengadaan belanja barang dan jasa.

(m) kelengkapan bukti pembayaran biaya


Perencanaan pengendalian dan pengawasan (Ren-
dalwas).

i. kuitansi/KU-17;

ii. SPP/SPM;

iii. SPTJM;

iv. daftar penerimaan biaya Rendalwas;

v. surat perintah kegiatan; dan


45

vi. surat kuasa bila pengambilan hak


dikuasakan kepada orang lain.

(n) Kelengkapan bukti pembiayaan atas Kontrak


pengadaan barang/jasa luar negeri dilingkungan
Angkatan darat;

i. Kapwabku pada saat konversi rupiah


murni ke valas.

i) kuitansi/KU-17 (dilampiri pembeli-


an valas);

ii) SPTJM dari PPK;

iii) kopi kontrak;

iv) foto kopi bank garansi pelaksanaan


yang dilegalisir bank penerbit; dan

v) surat permohonan L/C dari PPK.

ii. Kapwabku pada saat pencairan LC.

i) surat persetujuan pencairan L/C;

ii) surat permintaan pembayaran


(SPP);

iii) kuitansi umum;

iv) faktur pajak bagi PKP dan


termasuk barang yang kena pajak;

v) berita acara pemeriksaan barang


dan penerima barang dilampiri Sprin
pejabat penerima hasil pekerjaan. Untuk
pekerjaan konstruksi berita acara tersebut
ditandatangani oleh panitia penerima hasil
pekerjaan;

vi) berita acara uji fungsi bila


diperlukan;

vii) bukti pungutan pajak;

viii) jaminan pelaksanaan (apabila


dipersyaratkan)
46

ix) jaminan pemeliharaan (sesuai


kontrak)

x) surat keputusan penunjukan


rekanan;

xi) surat kuasa apabila dikuasakan


kepada orang lain; dan

xii) pakta integritas.

(o) kelengkapan bukti belanja perjalanan dinas.

i. kelengkapan bukti belanja perjalanan


dinas dalam negeri.

i) kelengkapan bukti jenis belanja


perjalanan dinas jabatan;

(i) kuitansi/KU-17;

(ii) KU-4 (perhitungan BPD);

(iii) rincian biaya perjalanan


dinas;

(iv) SPTJM;

(v) SPPD lembar ke 2 (dua) s.d.


ke 5 (lima);

(vi) surat perintah lembar ke 2


(dua) s.d. ke 5 (lima); dan

(vii) surat kuasa perorangan/


kolektif apabila pengambilan hak
dikuasakan kepada orang lain.

ii) Catatan bukti-bukti dibawah ini


disimpan disatuan sebagai berikut:

(i) SPPD asli yang telah


ditandatangani dan dibubuhi cap
oleh pejabat/instansi yang dituju/
tempat pelaksanaan perjalanan
dinas;
47

(ii) tiket pesawat, boarding


pass, airport tax, retribusi dan atau
bukti pembayaran moda
transportasi lainnya;

(iii) bukti pembayaran untuk


sewa kendaraan dalam kota berupa
kuitansi atau bukti pembayaran
lainnya yang dikeluarkan oleh
badan usaha yang bergerak di
bidang jasa penyewaan kendaraan;

(iv) bukti pembayaran hotel atau


tempat menginap lainnya; dan

(v) daftar pengeluaran riil


terlampir. Daftar tersebut diper-
gunakan apabila pasal diatas tidak
diperoleh bukti pengeluaran.

iii) BPD Perpanjangan;

(i) kuitansi/KU-17;

(ii) KU-4;

(iii) Sprin perpanjangan; dan

(iv) surat kuasa perorangan/


kolektif apabila pengambilan hak
dikuasakan kepada orang lain.

iv) kelengkapan bukti belanja


perjalanan dinas mutasi/pindah:

(i) kuitansi/KU-17;

(ii) SPTJM;

(iii) surat perintah mutasi/pindah


lembar kedua sampai dengan
kelima;

(iv) surat perintah perjalanan


dinas yang ditandatangani pihak
yang berwenang lembar kedua
sampai dengan kelima;
48

(v) KU-4 (perhitungan BPD);

(vi) daftar barang yang disahkan


oleh pejabat yang berwenang;

(vii) daftar keluarga yang disah-


kan oleh pejabat yang berwenang
khusus bagi yang berkeluarga;

(viii) biaya perjalanan dinas


diberikan kepada anak yang
berumur maksimum 21 tahun
kecuali anak yang masih sekolah
dilengkapi KU-1 maksimal usia 25
tahun dan belum menikah;

(ix) surat keterangan dokter bila


ada anak yang cacat umur di atas
21 tahun dan tidak punya
penghasilan sendiri;

(x) surat keterangan dari Ku


Satker lama kalau pembayaran
BPD dilaksanakan di Satuan baru
bahwa BPD yang bersangkutan
belum dibayarkan;

(xi) fotokopi KTP dan pas foto


pejalan sebagai arsip Ku Satker;
dan

(xii) surat kuasa apabila


pengambilan hak dikuasakan
kepada orang lain.

v) Kelengkapan bukti Belanja


Perjalanan Dinas kembali ke masyarakat.

(i) kuitansi/KU-17;

(ii) SPTJM;

(iii) surat perintah mutasi/pindah/


kembali kemasyarakat lembar
kedua sampai dengan kelima;
49

(iv) surat perintah perjalanan


dinas lembar kedua sampai dengan
kelima;

(v) KU-4;

(vi) daftar barang yang disahkan


oleh pejabat yang berwenang;

(vii) daftar keluarga yang disah-


kan oleh pejabat yang berwenang
khusus bagi yang berkeluarga;

(viii) biaya perjalanan dinas


diberikan kepada anak yang
berumur maksimum 21 tahun
kecuali anak yang masih sekolah
dilengkapi KU-1 maksimal usia 25
tahun dan belum menikah;

(ix) surat keterangan dokter bila


ada anak yang cacat umur di atas
21 tahun dan tidak punya
penghasilan sendiri;

(x) salinan surat keterangan


pindah dari Pamong Praja
setempat; dan

(xi) surat kuasa apabila


pengambilan hak dikuasakan
kepada orang lain.

vi) Kelengkapan bukti Belanja


Perjalanan Dinas Evakuasi Penderita.

(i) kuitansi/KU-17;

(ii) SPTJM;

(iii) KU-4;

(iv) surat perintah pengiriman


pasien (rujukan dari Rumah Sakit
Tingkat I sampai dengan ke Rumah
Sakit lanjutan/besar) atau Surat
perintah pengembalian pasien (dari
Rumah Sakit yang merawat);
50

(v) surat perintah dan surat


perintah perjalanan dinas lembar
kedua sampai dengan kelima; dan

(vi) surat kuasa apabila


pengambilan hak dikuasakan
kepada orang lain.

vii) evakuasi jenazah, dokumen/bukti-


bukti kelengkapan pertanggungjawaban
berupa:

(i) kuitansi/KU-17 ditandatanga-


ni oleh pendamping);

(ii) KU-4;

(iii) surat perintah dari RS asal;

(iv) surat kematian;

(v) kuitansi umum;

(vi) SPD lembar kedua; dan

(vii) rujukan rumah sakit asal;

viii) BPD Persit/rombongan, dokumen/


bukti-bukti kelengkapan pertanggung-
jawaban berupa:

(i) kuitansi/KU-17 ditandatanga-


ni Ketua rombongan;

(ii) KU-4, ditandatangani Paku


dan Dan/Ka Satker;

(iii) SPD lembar kedua;

(iv) Sprin/Surat Tugas lembar


kedua;dan

(v) untuk anggota rombongan


tidak perlu menandatangani bukti
penerimaan BPD.

Catatan:
51

Indeks BPD Persit disamakan dengan hak


kepangkatan suami.

ix) BPD Wasrik. Dokumen/bukti-bukti


kelengkapan pertanggungjawaban berupa:

(i) kuitansi/KU-17 ditandatanga-


ni oleh Ketua Tim;

(ii) KU-4;

(iii) surat perintah lembar kedua


sampai dengan keempat;

(iv) SPD lembar ke dua s.d ke


empat; dan

(v) daftar rincian biaya Wasrik.

ii. kelengkapan bukti belanja perjalanan


dinas luar negeri.

i) kuitansi/KU-17;

ii) SPTJM;

iii) Keputusan Menhan/Panglima


TNI/Kas Angkatan tentang Perjalanan
Dinas Luar Negeri;

iv) daftar perhitungan biaya perjalanan


dinas luar negeri (KU-4A);

v) surat perintah perjalanan dinas;

vi) surat kuasa perorangan/kolektif


apabila pengambilan hak dikuasakan
kepada orang lain; dan

vii) kelengkapan bukti belanja


perjalanan dinas yang didukung biaya
paket di luar belanja perjalanan dinas
sesuai dengan pengadaan barang dan
jasa.

(p) biaya Intelpam dan Binter. Bukti


pertanggungjawabannya berupa:
52

i. Intelpam berupa kegiatan yang bersifat


tidak rahasia dan melakukan pengadaan
barang/jasa, maka dokumen/bukti-bukti
kelengkapan pertanggung jawaban dibuat sesuai
proses pengadaan barang dan jasa (pada SUB
MAK yang digunakan); dan

ii. Intelpam berupa kegiatan operasional


yang bersifat rahasia. Dokumen/bukti-bukti
kelengkapan pertanggungjawaban di susun
sebagai berikut:

i) kuitansi/KU-17 yang ditanda-


tangani oleh penerima SPP;

ii) SPP/SPM;

iii) surat perintah/surat tugas;

iv) SPTJM;

v) untuk pembayaran dilaksanakan


secara kolektif, dibuatkan Daftar Nominatif
Penerimaan yang ditanda-tangani oleh
para pejabat yang berhak menerima,
sedangkan Kuitansi/KU-17 ditandatangani
oleh Dan/Ka (Penanggungjawab).

iii. PembinaanTeritorial. Dokumen/bukti-bukti


kelengkapan pertanggung jawaban dibuat sesuai
proses pengadaan barang dan jasa untuk
kegiatan Binter (pada SUB MAK yang
digunakan).

(q) belanja barang dalam bentuk paket:

i. belanja barang dan peralatan serta lain-


lain belanja barang (diantaranya biaya paket
pendidikan), biaya ini dapat digunakan sesuai
perincian (perincian pada otorisasi)
pengalokasiannya, untuk keperluan antara lain:

i) pembelian ATK/barang lainnya;

ii) konsumsi (makan dan makanan


ringan);
53

iii) uang saku;

iv) honor; dan

v) BPD.

Sedangkan tata cara pertanggung-


jawabannya dibuat sesuai kelengkapan wabku
untuk keperluan tersebut diatas dengan
ketentuan tetap menggunakan Mata Anggaran
tersebut dalam paket. (dalam Otorisasi/DIPA/
SPP/SPM dan kuitansi/KU-17 menggunakan Sub
MAK Paket).

ii. biaya latihan.

i) biaya perorangan (Uang Makan


latihan dan Uang Saku latihan):

(i) kuitansi/KU-17;

(ii) SPP/SPM;

(iii) surat perintah latihan;

(iv) SPTJM dari Dan Satker/


KPA/PPK;

(v) daftar nominatif dengan nilai


rupiah dan potongan PPh pasal 21
bila ada; dan

(vi) surat kuasa perorangan/


kolektif bila pengambilan hak
dikuasakan pada orang lain.

ii) biaya dukungan operasi latihan


(Dukopslat) untuk pengadaan ATK
penyelenggaraan latihan, Alins/Alongins/
belanja barang lainnya dan dukungan
biaya transportasi lokal penyelenggara
latihan. Pertanggungjawaban keuangan
dilaksanakan sesuai ketentuan pengadaan
barang/jasa;
54

iii) biaya dukungan Pergeseran


pasukan (serpas) untuk pemindahan
personel dan perlengkapan dari Home
Base ke daerah latihan (PP), dengan
prioritas untuk dukungan biaya BBM non
subsidi, biaya tol, biaya retribusi dan
kebutuhan lain (sewa kendaraan, sewa
alat berat dan lain-lain). Kelengkapan per-
tanggungjawaban keuangan dilaksanakan
sesuai peruntukannya. Dokumen/bukti-
bukti kelengkapan pertanggungjawaban-
nya sebagai berikut:

(i) kuitansi/KU-17 ditandata-


ngani penerima SPP dilengkapi
dengan rincian potongan pajak;

(ii) SPP/SPM;

(iii) bukti pembelanjaan (faktur,


struk, nota, bon);

(iv) kuintansi umum bermeterai


sesuai ketentuan yang berlaku;
(v) faktur pajak; dan

(vi) SPTJM;

(vii) dukungan serpas meng-


gunakan kendaraan umum/sewa,
atau dukungan biaya BBM dan
lainnya, Wabkunya menggunakan
pengadaan barang/jasa sesuai
ketentuan pengadaan barang/jasa;

(viii) apabila Serpas meng-


gunakan perjalanan dinas, doku-
men/bukti pertanggungjawaban
keuangannyadilengkapi:

- KU-4;

- surat perintah;

- SPTJM dari Dan/ Ka


Satker/KPA/PPK; dan

- Surat Kuasa bila


55

diperlukan.

- SPP/SPM;

- kuitansi/KU-17;

- Sprin pelaksanaan
pendidikan/latihan dari pe-
jabat yang berwenang;

- daftar nominatif pem-


bayaran yang ditanda-
tangani siswa diketahui
Dandenma/setara dan
Dansatker;

(ix) biaya Dalwaslat/Dalwasgar


untuk mendukung pelaksanaaan
kegiatan pengendalian dan penga-
wasan latihan baik operasional
maupun administratif. Kelengkapan
pertanggungjawaban keuangan
berupa:
- kuitansi/KU-17;

- SPP/SPM;

- surat perintah kegia-


tan Dalwaslat/ Dalwasgar;

- SPTJM dari Dan-


satker/KPA/PPK;

- daftar nominatif
dengan nilai Rupiah dan
potongan PPh pasal 21 bila
ada; dan

- surat kuasa per-


orangan/kolektif bila peng-
ambilan hak dikuasakan
pada orang lain.

(x) apabila biaya Dalwaslat/


dalwasgar diterimakan kepada
pejabat yang tercantum dalam
otorisasi/DIPA, dokumen/bukti per-
tanggungjawaban keuangannya
berupa Daftar Pertelaan/Rincian
56

penggunaan dana;

(xi) apabila biaya Dalwaslat/


Dalwasgar digunakan untuk belanja
barang/jasa/pemeliharaan,dokumen
/bukti pertanggungjawaban keu-
angannya dilengkapi dokumen/
bukti pengadaan barang/jasa/
pemeliharaan;

(xii) apabila biaya Dalwaslat/


Dalwasgar digunakan untuk
perjalanan dinas, dokumen/bukti
pertanggungjawaban keuangannya
dilengkapi:
- KU-4;
- surat perintah;
- SPTJM dari Dan/Ka
Satker/SPM dan

- surat kuasa bila


diperlukan.

(r) kelengkapan bukti-bukti Wabku untuk


mendukung kegiatan penyelenggaraan pemeriksaan
kesehatan personel militer terdiri atas :

i. pertanggungjawaban pelaksanaan Peme-


riksaan Kesehatan (Rikkes) termasuk vaksinasi
untuk pratugas operasi melalui Faskes TNI,
dengan kelengkapan bukti-bukti sebagai berikut:

i) KU-17;

ii) SPP;

iii) SPTJM ditandatangani oleh PPK;

iv) daftar rincian rencana penggunaan


anggaran/pertelaan dibuat oleh pejabat
yang ditunjuk dan diketahui oleh PPK;

v) rencana pelaksanaan kegiatan;

vi) Sprin personel penugasan/Sprin


peserta Rikkes;

vii) foto kopi KOP, P-3;


57

viii) Sprin pengelola dana; dan

ix) surat kuasa bila pengambilan hak


dikuasakan kepada orang lain.

ii. Pertanggungjawaban pembinaan duku-


ngan kesehatan lainnya dilaksanakan sesuai
kelengkapan bukti pertanggungjawaban pelak-
sanaan Rikkes pada poin diatas, apabila
terdapat pengadaan alat Matkes dilaksanakan
sesuai ketentuan pengadaan barang/jasa.

(s) kelengkapan bukti Wabku hibah:

i. hibah uang.

i) surat permohonan registerasi


kepada DJPU dilampiri:

(i) naskah perjanjian (MoU);


dan

(ii) ringkasan hibah.

(iii) surat penerbitan nomor


registrasi;

(iv) surat permohonan pem-


bukaan rekening kepada Kapusku
Kemhan dilampiri bukti pembukaan
rekening bank;

v) surat revisi DIPA atas


penerimaan Hibah;

vi) surat perintah pengesahan


hibah langsung (SP2HL) dilampiri:

(i) fotokopi rekening;


58

(ii) surat pernyataan


telah menerima hibah
langsung (SPTMHL);

(iii) SPTJM;

(iv) fotokopi surat perse-


tujuan pembukaan reke-
ning; dan

(v) bukti-bukti belanja


dari dana hibah.

vii) surat pengesahan hibah


langsung (SPHL) dari KPPN.

ii. hibah barang/jasa.

i) surat permohonan registerasi


kepada DJPU;

(i) perjanjian hibah (MoU);

(ii) ringkasan hibah;


(iii) BAST; dan

(iv) surat pernyataan telah


menerima hibah langsung
(SPTMHL).

ii) SP3HL-BJS dari Kepala Satker ke


KPPN;

iii) SPTJM; dan

iii) memo pencatatan hibah MPHL-


BJS dari KPPN.

(5) Kelengkapan bukti jenis pengeluaran lain-lain:

(a) dibayarkan dengan UUDP;

(1) pada saat pengambilan UUDP,


kelengkapan buktinya terdiri dari:

i. kuitansi/KU-17;

ii. dokumen otorisasi kegiatan


(KOP/P3);
59

iii. surat permintaan UUDP dari Dan/


Ka Satker;

iv. rincian rencana kebutuhan biaya;

v. surat persetujuan dari pejabat yang


berwenang apabila besarnya UUDP
melebihi ketentuan yang berlaku; dan

vi. surat kuasa apabila pengambilan


UUDP dikuasakan kepada orang lain dari
Dan/Ka Satker.

(2) pada saat mempertanggungjawabkan


UUDP, kelengkapan buktinya terdiri dari:

i. kuitansi/KU-17 dengan mencan-


tumkan pungutan pajak;

ii. surat permintaan pembayaran


(SPP);

iii. surat perintah (SP)/surat perintah


kerja (SPK);
iv. kuitansi umum dari Ka Satker;

v. faktur barang;

vi. daftar penerimaan perorangan.

vii. berita acara pemeriksaan dan


penerimaan barang/pekerjaan dilampiri
surat perintah/panitia penerima hasil
pekerjaan.

viii. SPTJM

ix. surat kuasa, bila pengambilan hak


dikuasakan kepada orang lain.

x. bukti pungutan pajak

(b) pemindahan uang negara, dokumen/bukti-bukti


kelengkapan pertanggungjawaban terdiri dari:

(i) surat pemindahan uang negara (KU-206);


dan
60

(ii) surat perintah pemindahan uang negara


dari Baku di atasnya.

(c) penyetoran penerimaan pajak, dokumen/bukti-


bukti kelengkapan pertanggungjawaban terdiri dari:

(i) kuitansi/KU-17;

(ii) bukti setoran pajak (Surat Setoran


Pajak/SSP); dan

(iii) dokumen pendukung sesuai dengan jenis


penerimaan.

(d) penyetoran penerimaan negara bukan pajak/


penerimaan lain-lain, dokumen/bukti-bukti kelengkapan
pertanggungjawaban terdiri dari:

(i) kuitansi/KU-17;

(ii) penyetoran pengembalian belanja tahun


berjalan menggunakan formulir SSPB;

(iii) penyetoran pengembalian tahun lalu


menggunakan formulir SSBP; dan

(iv) dokumen pendukung sesuai dengan jenis


penerimaan.

(e) penyetoran uang berasal dari penerimaan jasa


lembaga keuangan (jasa giro)

i. foto kopi rekening koran;

ii. SSBP; dan

iii. dokumen pendukung sesuai dengan jenis


penerimaan.

(f) potongan-potongan pajak diluar Daftar


Pembayaran Penghasilan (DPP), kelengkapan buktinya
adalah bukti pungutan pajak.

(g) perhitungan dana anggaran dengan Baku


setingkat di atasnya, berupa KU-203A, KU-203B dan
KU-203C.
61

(6) kelengkapan bukti jenis pengeluaran uang persediaan


(UP) untuk kegiatan rutin/operasional oleh Bendahara
Pengeluaran (BP):

(i) SPBy (Surat Perintah Bayar) dari PPK;

(ii) kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan


PPK;

(iii) faktur pajak dan SSP;

(iv) nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen


pendukung lainnya (Wabku) yang diperlukan yang
disahkan PPK;

(7) Kelengkapan bukti jenis pengeluaran Uang Persediaan


(UP) untuk Uang Muka Kerja oleh Bendahara Pengeluaran
(BP).

(i) rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran

(ii) rincian kebutuhan dana;

(iii) batas waktu pertanggungjawaban penggunaan


uang muka kerja dari penerima uang muka kerja.
(iv) jaminan Bank

Keterangan:

Bukti-bukti pengeluaran Uang Persediaan tersebut menjadi


dasar untuk pengisian ulang uang persediaan kembali (SPP-
GUP/GUP Nihil).

d. Tahap Pengakhiran.

1) Pengiriman pertangggungjawaban keuangan:

a) Wabku dari pembayaran DIPA Satker Pusat dan DIPA Daerah.


Ku Satker (Baku Tingkat IV) mengirimkan kelengkapan dokumen/
bukti-bukti (pertanggungjawaban) penerimaan dan pengeluaran pada
tanggal 10 bulan berikutnya (T+10) sesuai alamat sebagai berikut:

(a) Wabku lembar kesatu (lembar asli) dikirim


kepada Kaku Kotama/Lakpus masing-masing;

(b) Wabku lembar kedua adalah arsip Ku Satker;


62

(c) Wabku lembar ketiga dikirim kepada Ka Unit


Verku itjenad;

(d) Wabku lembar ke empat dikirim kepada Dirkuad


u.p. Kasubditcoklit Ditkuad; dan

(e) Wabku lembar kelima menjadi asrip KPA/PPK.

b) Khusus pembiayaan dari dana DIPA Petikan Satker Daerah.

(1) Pertanggungjawaban BP atas UP baik belanja barang,


belanja modal dan belanja lain-lain kepada KPPN adalah
sebagai berikut:

(a) pengiriman pertanggungjawaban UP dilaksana-


kan 1 bulan setelah menerima UP.

(b) SPM GUP untuk pengisian kembali (revolving)


atau SPM-GUP Nihil pada akhir tahun anggaran.

(2) Laporan pertanggungjawaban LPJ oleh BP kepada


KPPN T+ 10 dengan dilampiri:

(a) hasil rekonsiliasi (BAR);

(b) neraca;

(c) rekening koran (RC); dan

(d) bukti setor pajak (SSP).


12. Kegiatan Administrasi Wabku Tingkat Ku Kotama/Lakpus (Baku Tingkat III).

a. Tahap Perencanaan.

1) Mempelajari piranti lunak dan meneliti dokumen Program Kerja dan


Anggaran Kotama / Balakpus, dokumen otorisasi serta dokumen pendanaan
untuk persiapan administrasi keuangan.

2) Merencanakan penyaluran dana sesuai dengan rencana kebutuhan


dana dari Kusatker (Baku Tkt IV) dan melengkapi Dokumen Bukti
Penerimaan NPBP/otorisasi.

b. Tahap Persiapan.

1) Membuat konsep penyaluran dana ke Baku Tkt IV dan


mempersiapkan administrasi Penyaluran NPB Kukotama/Lakpus serta
mengadakan koordinasi dengan Sren Kotama/Balakpus, Satker dan Ditkuad
berkaitan dengan rencana pembiayaan.
63

2) Mencatat penerimaan dokumen/bukti-bukti pertanggung jawaban


keuangan Baku IV, untuk diadakan pencocokan penelitian.

c. Tahap Pelaksanaan.

1) Kelengkapan Dokumen Bukti Penerimaan / Penyaluran. Berdasarkan


otorisasi dan penerimaan dana menyalurkan dana kepada Kusatker Baku
Tingkat IV. Adapun kelengkapan dokumen Wabku ditentukan sebagai
berikut:

a) Bukti Penerimaan.

(1) Tembusan Keputusan Otorisasi Pelaksanaan (KOP).

(2) Nota Pemindah Bukuan Pelaksanaan (NPBP).

b) Bukti Pengeluaran / Penyaluran.

(1) Tembusan Perintah Pelaksanaan Program (P3).

(2) Nota Pemindah Bukuan (NPB).

d. Tahap Pengakhiran.

1) Kelengkapan Wabku penerimaan dan pengeluaran dari pembiayaan


DIPA Pusat dan DIPA Daerah. Dokumen Wabku disusun dan selanjutnya
dikirimkan ke Ditkuad u.p. Subditcoklit.

2) Melakukan coklit atas Wabku Kusatker dan Hasil pemeriksaan


Pertanggungjawaban Kusatker diterbitkan Nota Hasil Pemeriksaan
Pertanggungjawaban (NHPW) kepada Ku Satker.

13. Kegiatan Administrasi Wabku Tingkat Ditkuad (Baku Tingkat II).

a. Tahap Perencanaan.

1) menentukan peranti lunak penatabukuan, sistem dan prosedur


pelaporan pertanggungjawaban keuangan dan mengadministrasikan
penerimaan dokumen/bukti-bukti Pertanggungjawaban Keuangan oleh
Subditcoklit Ditkuad.

2) Merencanakan penyaluran dana sesuai dengan rencana kebutuhan


dana dari Kukotama/Lakpus dan melengkapi dokumen bukti penerimaan
Otorisasi KOM/KOP/NPBP.
.
b. Tahap Persiapan.

1) Mengadakan koordinasi dengan Pusku Kemhan untuk penerbitan


64

SPP DIPA Petikan Pusat dan Asrena Kasad berkaitan dengan Otorisasi
serta rencana penyaluran dana kepada Kotama/Balakpus sebagai
persiapan penerbitan NPBP.

2) Melengkapi Dokumen Bukti Penerimaan / Pengeluaran untuk


disusun sebagai bukti Wabku serta disiapkan untuk diadakan pemeriksaan.

c. Tahap Pelaksanaan.

1) Melengkapi Dokumen Bukti Penerimaan/Pengeluaran sesuai


Otorisasi/DIPA yang diterima dan dana yang disalurkan kepada Baku
Kukotama/Lakpus (BakuTingkat III), selanjutnya menyusun kelengkapan
Wabku yang meliputi dokumen penerimaan maupun pengeluaran.
Kelengkapan dokumen Wabku tersebut ditentukan sebagai berikut:

a) Bukti penerimaan Dana.

(1) Tembusan Keputusan Otorisasi Menteri (KOM);

(2) Nota Pemindah Bukuan Menteri (NPBM) asli; dan

(3) SP2D.

b) Bukti Pengeluaran / Penyaluran Dana.

(1) Tembusan Keputusan Otorisasi Pelaksanaan (KOP).

(2) Nota Pemindah Bukuan Pelaksanaan (NPBP).

d. Tahap Pengakhiran.

1) Subditcoklit melaksanakan penelaahan atas NHPW yang diterbitkan


oleh Kukotama/Lakpus untuk meniliai kualitas pelaksanaan Coklit dari
Kukotama/Lakpus kepada Kusatker (Baku Tk. IV).

2) Kelengkapan Dokumen Bukti Penerimaan/Pengeluaran. Dokumen


Wabku disusun selanjutnya dikirimkan sebagai lampiran laporan keuangan
kepada Kapusku Kemhan (Baku Tk. I)

BAB IV
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

14. Umum. Agar dicapai hasil guna dan daya guna dalam penyelenggaraan kegiatan
pertanggungjawaban keuangan yang maksimal maka perlu diperhatikan terhadap
tindakan pengamanan dan tindakan administrasi.

15. Tindakan pengamanan. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan selama
65

penyelenggaraan administrasi pertanggungjawaban keuangan maka perlu diambil


langkah-langkah tindakan pengamanan sebagai berikut :

a. menempatkan personel yang memenuhi persyaratan kemampuan dan


mental dalam bidang keuangan guna menghindarkan terjadinya potensi
penyalahgunaan wewenang jabatan/tugas;

b. dalam melakukan pengeluaran/pembayaran dana kepada orang/badan yang


berhak dan dilakukan dengan cara pembayaran Giro/Cek kecuali pembayaran tunai
secara terbatas sesuai ketentuan yang berlaku;

c. Paku Satker selaku Bendaharawan tidak dibenarkan mengeluarkan dana


melampaui dana yang didukung dalam otorisasi/DIPA serta tidak dibenarkan
menyimpan saldo kas tunai pada brankas melampaui batas maksimal
penyimpanan uang tunai;dan

d. penerimaan/pendapatan negara yang diterima oleh Paku Satker/


Bendaharawan harus segera disetor ke kas negara sesuai dengan ketentuan dan
format yang berlaku.

16. Tindakan Administrasi.

a. Seluruh administrasi dokumen bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran yang


merupakan pertanggungjawaban keuangan harus diarsipkan/disimpan secara baik
dan teratur sesuai ketentuan penyimpanan arsip dilingkungan TNI Angkatan Darat;

b. Dalam rangka kelancaran penyusunan pertanggungjawaban keuangan agar


selalu mengadakan koordinasi dan komunikasi antar Badan Anggaran, Badan
Keuangan dan Pengguna Anggaran serta instansi terkait;

c. Pengeluaran/pembayaran harus berdasarkan Surat Perintah Pembayaran


(SPP/SPBy). Paku Satker/Bendaharawan dapat menolak pembayaran apabila
Surat Perintah Pembayaran (SPP/SPBy) dan kelengkapan dokumen pendukung
tidak lengkap dan tidak memenuhi syarat-syarat penagihan dengan menerbitkan
nota pemberitahuan kepada Dan/Ka Satker/KPA/PPK;dan
d. Setiap penarikan dana Uang Persedian (UP) harus dipertanggungjawabkan
setiap bulan dan laporan pertanggungjawaban LPJ harus disampaikan kepada
KPPN paling lambat T+10. Keterlambatan dalam melaksanakan
pertanggungjawaban UP akan dikenakan sanksi pengurangan dana satker oleh
KPPN dan keterlambatan penyampaian LPJ akan dikenakan sanksi sesuai
ketentuan hukum yang berlaku.

BAB V
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
66

17. Umum. Untuk menjamin tercapainya sasaran tertib administrasi Wabku


diperlukan pengawasan dan pengendalian meliputi bidang administrasi, operasional dan
teknik secara terus menerus dimulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, hingga
pengakhiran. Hal ini agar setiap penyimpangan dapat diketahui dan diperbaiki pada
kesempatan pertama.

18. Pengawasan. Kegiatan pengawasan dititikberatkan pada pencegahan terjadinya


penyimpangan atau keterlambatan pelaksanaan penyusunan/pembuatan dan pengiriman
laporan dan pertanggungjawaban keuangan baik pada Badan Keuangan maupun pada
Satker.

a. Pelaksanaaan Pengawasan.

1) Pengawasan melekat (internal).

a) pengawasan melekat oleh Dan/Ka Satker/KPA/PPK;

b) pengawasan teknis dan administratif oleh Pembina fungsi;dan

c) pengawasan operasional oleh pejabat structural.

2) Pengawasan dari luar (eksternal) oleh Tim Wasrik.

b. Teknik Pengawasan.

1) Pengawasan langsung (operatif).

a) melaksanakan kegiatan pengecekan ke satuan


bawah/PPABP/Paku Satker maupun satuan administrasi terkait;dan

b) pelaksanaan melalui kunjungan inspeksi dan wawancara.

2) Pengawasan tidak langsung (administratif)

a) melaksanakan kegiatan pencatatan, pencocokan, penelitian


dan evaluasi terhadap pelaksanaan laporan dan pengiriman wabku;
dan

b) pelaksanaan melalui laporan secara berjenjang.


19. Pengendalian. Pengendalian dilaksanakan sejalan dengan pengawasan untuk
mewujudkan kegiatan yang tertib, teratur, berdaya guna dan berhasil guna. Kendala dan
hambatan yang dihadapi, diupayakan pemecahannya agar tujuan serta sasaran
administratif dalam penyusunan dan pelaporan pertanggungjawaban keuangan dapat
tercapai.

a. Bentuk pengendalian.

1) Pengendalian administratif. Dilaksanakan untuk menjamin daya


guna dan stabilitas dengan sinkronisasi dalam pelaksanaan kegiatan
67

pembuatan/penyusunan Wabku. Alat utama yang digunakan adalah semua


laporan-laporan Baku/PPABP/satuan administrasi lainnya sedangkan
pelaksananya adalah Dan/Ka Satker/KPA pada tingkat Satker, Kaku
Kotama/Kupus pada Baku Tingkat III/IV serta Dirkuad pada Baku Tingkat II.

2) Pengendalian operasional. Dilaksanakan untuk memperlancar


jalannya pelaksanaan pembuatan/penyusunan dan pengiriman laporan
pertanggungjawaban keuangan yang dilaksanakan oleh pengguna Dan/Ka
Satker dan Badan Keuangan terkait. Alat utama yang digunakan adalah
program/RKA, otorisasi/DIPA, rencana kegiatan/dana.

3) Pengendalian teknis. Dilaksanakan untuk menjamin hasil guna


dari pelaksanaan kegiatan pembuatan/penyusunan dan pengiriman laporan
pertanggungjawaban keuangan yang dilaksanakan oleh pembina teknis. Alat
utama yang digunakan adalah pembinaan dan bimbingan teknis.

b. Alat pengendalian.

1) Dalam bentuk dokumentasi

a) kebijaksanaan pimpinan;

b) rencana dan program kerja;

c) buku petunjuk;

d) laporan dan pencatatan;dan

e) hasil temuan pelaksanaan asistensi dan pengawasan.

2) Dalam bentuk kegiatan.

a) observasi;

b) kunjungan Opsdalwasku;

c) Inspeksi/Wasrik;

d) bimbingan teknis/penyuluhan/Rakor;dan

e) penilaian.
3) Sistem pengendalian

a) sistem penilaian;

b) sistem pencatatan;dan

c) sistem pelaporan.
68

BAB VI
PENUTUP

20. Keberhasilan. Disiplin untuk menaati ketentuan yang ada dalam Petunjuk
Teknis Kelengkapan Pertanggungjawaban Keuangan ini oleh para pembina dan
pengguna serta pihak lainnya akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan di dalam
pelaksanaan tugas.

21. Penyempurnaan. Hal-hal yang dirasa perlu atau dibutuhkan untuk


penyempurnaan Petunjuk Teknis tentang Kelengkapan Pertanggungjawaban Keuangan ini
agar disarankan kepada Kasad melalui Komandan Kodiklat TNI AD sesuai dengan
mekanisme umpan balik.

a.n. Kepala Staf Angkatan Darat


Direktur Keuangan,

Sasongko Hardono
Brigadir Jenderal TNI

Anda mungkin juga menyukai