Anda di halaman 1dari 9

SOAL - SOAL DR.

FUAD MAS'UD, MIR

1. a. Karakteristik berfikir kefilsafatan

1) Spekulatif
Seorang filosof melakukan spekulasi terhadap kebenaran. Sifat spekulatif itu pula
seorang filosof terus melakukan uji coba lalu melahirkan sebuah pengetahuan dan
dapat menjawab pertanyaan terhadap kebenaran yang dipercayainya. Contohnya:
sebelum ditemukan lampu pijar, Thomas Alva Edison selalu melakukan uji coba,
meskipun lebih dari 99 kali mengalami kegagalan dan membutuhkan waktu
beberapa tahun, namun cara berpikirnya yang pantang menyerah ahirnya
menciptakan lampu pijar yang mempermudah penerangan semua umat manusia.

2) Radikal
Saya sebagai mahasiswa harus berpikir radikal dalam berfilsafat. Contoh dari
berpikir radikal dalam filsafat ini adalah jika ada suatu permasalahan saya akan
mencari tahu akar persoalan itu sampai saya mengetahui titik awal masalah itu
agar saya tahu kebenarannya, dapat terjadi sehingga saya dapat menentukan
penyelesaian masalah tersebut dengan tepat. Misal : terdapat perselisihan antara
dua teman saya, kemudian saya mencari tau sebab awal terjadinya perselisihan
tersebut, kemudian saya akan membantu menyelesaikannya

3) Mencari azas
Filsafat bukan hanya mengacu kepada bagian tertentu dari realitas, melainkan
kepada keseluruhannya. Dalam memandang keseluruhan realitas. Para filsuf
Yunani, yang terkenal sebagai filsuf-filsuf alam, mengamati keanekaragaman
realitas di alam semesta, lalu berfikir dan bertanya "Tidakkah di balik
keanekaragaman itu hanya ada satu asas". Mereka lalu mencar asal usul, asas
pertama alam semesta. Thales mengatakan bahwa asas pertama alam smesta itu
adalah air.

4) Memburu kebenaran
Filsuf adalah pemburu kebenaran yang diburunya adalah kebenaran yang hakiki
tentang seluruh realitas dan setiap hal yang dapat dipersoalkan. Oleh sebab itu
dapat dikatakan bahwa berfilsafat berarti memburu kebenaran tentang segala
sesuatu

5) Mencari kejelasan
Salah satu penyebab lahirnya filsafat adalah keraguan. untuk menghilangkan
keraguan diperlukan penjelasan. ada filsuf yang mengatakan bahwa berfilsafat
bearti berupaya mendapatkan kejalasan dan penjelasan mengenai seluruh
aktifitas.
6) Rasional
Saya sebagai mahasiswa harus berpikir rasional dalam berfilsafat. Contoh dari
berpikir rasional adalah saya akan berfikir menggunakan otak saya (bukan
menggunakan perasaan) untuk menyelesaikan suatu persoalan dan hasil
pemikiran saya tentunya harus masuk akal.

7) Menyeluruh
Pemikiran yang luas karena tidak membatasi diri dan bukan hanya ditinjau dari
satu sudut pandang tertentu. Pemikiran kefilsafatan ingin mengetahui hubungan
antara ilmu yang satu dengan ilmu-ilmu yang lain, hubungan ilmu dan moral, seni
dan tujuan hidup. Contoh: ketika kita mempelajari tentang Karma Phala (hasil
perbuatan) didalamnya pasti terdapat perbuatan baik dan buruk kemudian untuk
mengetahui hasilnya dilakukan perbandingan dengan angka (misalnya; perbuatan
baik 75% dan buruk 25%). Jika seseorang hanya memandang dari satu sudut
pandang saja, Karma Phala selalu dikaitkan dengan Agama saja, akan tetapi jika
dipandang secara menyeluruh didalamnya terdapat perbandingan perbuatan baik
dan buruk yang merupakan unsur ilmu Matematika.

1.b. Jelaskan dan berilah contoh berfikir kefilsafatan dalam bidang manajemen dan
organisasi

Filsafat adalah petunjuk utama yang menggarisbawahi semua tindakan dari seorang
manajer. Filsafat manajemen dan organisasi adalah bagian terpenting dari
pengetahuan dan kepercayaan yang memberikan dasar yang luas untuk
menetapkan pemecaha masalah manajerial dan organisasional.

Filsafat manajemen dan organisasi memberikan dasar bagi pekerjaan seorang manajer.
Filsafat manajemen dan organisasi juga memberikan desain sehingga seorang manajer
dapat mulai berpikir. Filsafat manajemen dan organisasi memberikan pemikiran dan
tindakan yang menguntungkan dalam manajemen dan membantu kepada sifatnya
yang dinamis dan memberikan tantangan.

Dalam filsafat majemen, terkandung dasar pandangan hidup yang mencerminkan


keberadaan, identitas, dan implikasinya guna mewujudkan efisiensi dan efektivitas
dalam pekerjaan manajemen. Untuk merealisasikan tujuan, diperlukan beberapa
faktor penunjang sehingga merupakan kombinasi terpadu, baik menyangkut individu
maupun kepentingan umum.

Menurut Davis dan Filley dalam Ukas (1978) terdapat faktor-faktor dasar dalam
filsafat manajemen yang diperlukan dan memiliki hubungan saling
ketergantungan satu sama lain dalam mencapai tujuan. Faktor-faktor dasar tertentu
meliputi hal- hal berikut :
1) Kepentingan umum
Hal ini dimaksudkan bahwa dalam penyelenggaraan suatu organisasi harus
terlihat adanya cermina deskripsi berbagai kepentingan, baik kepentingan pemilik,
manajer, para bawahan, maupun kepentingan masyarakat lingkungannya.

2) Tujuan usaha
Tujuan usaha adalah perwujudan aktivitas yang spesifik dari organisasi, baik
organisasi yang bertujuan mencari laba maupun organisasi yang tidak bertujuan
mencari laba. Tujuan usaha pada umumnya dapat dikategorikan dalam tiga
bentuk, yaitu tujuan utama, tujuan kedua, tujuan tambahan.

3) Pimpinan pelaksana
Pimpinan pelaksana adalah individu yang memberikan kepercayaan untuk
memimpin suatu usaha dengan menggunakan otoritas yang telah diberikan
kepadanya.

4) Kebijakan
Kebijakan adalah pernyataan atau ketentuan umum yang menuntun atau
menyalurkan pemikiran menjadi pengambilan keputusan oleh bawahan, serta
memberikan arah kemana organiasi tersebut akan dikemudikan.

5) Fungsi
Fungsi adalah aktifitas yang berhubungan denga tujuan yang akan dicapai. Setiap
organisasi sebagaimana halnya individu pasti memiliki tujuan yang akan dicapai.

6) Faktor dasar
Faktor dasar memiliki faktor-faktor produksi asli atau turunan, baik berupa alam,
tenaga, modal, serta pendukungnya yang merupakan elemen yang harus ada dalam
penyelenggaraan organisasi.

7) Struktur organisasi
Struktur organisasi adalah saluran yang menunjukan hubungan kerja antara
manajer dan bawahan dalam melaksanakan pekerjaan yang disertai dengan
otoritas dan tanggung jawab serta kesanggupan untuk tanggung gugat/
mempertanggung-jawabkan (accountability).

8) Prosedur
Prosedur adalah tahapan tindakan yang harus ditempuh untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan tertentu.

9) Moral kerja
Moral kerja adalah kondisi mental dari individu atau kelompok yang menentukan
sikap bawahan dalam menerima pekerjaan dan pengoperasikannya dengan
sebaik-baiknya sesui dengan tujuan akhir .
2.a. Uraikan arti penting pandangan hidup dalam berfikir dan bertindak.

Pandangan hidup adalah pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan,


pedoman, arahan, dan petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu
sendiri merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut
waktu dan tempat hidupnya.

Pandangan hidup sangat penting dalam berfikir dan bertindak karena pada dasarnya
mempunyai unsur-unsur yaitu cita-cita, kebajikan, usaha, keyakinan/kepercayaan.
Keempat unsur ini merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak terpisahkan dan
mempengaruhi cita-cita seorang manusia dimana apa yang diinginkan yang mungkin
dapat dicapai dengan usaha atau perjuangan. Tujuan yang hendak dicapai ialah
kebajikan, yaitu segala hal yang baik yang membuat manusia makmur, bahagia, damai,
tentram. Usaha atau perjuangan adalah kerja keras yang dilandasi
keyakinan/kepercayaan. Keyakinan/kepercayaan diukur dengan kemampuan akal,
kemampuan jasmani, dan kepercayaan kepada Tuhan.

2.b. Uraikan pandangan hidup yang menjadi dasar sains manajemen modern.

Pandangan hidup sangat berkaitan dengan proses penalaran seseorang dalam


menghasilkan suatu ilmu pengetahuan, maka ia dapat berfungsi dan berperan dalam
membentuk paradigma keilmuan atau perangkat keyakinan dasar yang berguna bagi
pengungkapan hakikat ilmu yang sebenarnya dan cara-cara untuk mendapatkannya.

Pandangan hidup mengandung konsep-konsep yang berpengaruh dalam memandang


realitas dan penemuan pengetahuan. Pandangan hidup mempengaruhi konsep
manusia seperti konsep Tuhan, konsep realitas, konsep ilmu, konsep etika atau nilai
dan kebajikan dan konsep tentang manusia, itu berperan dalam menafsirkan apa
makna kebenaran (truth) dan realitas (reality). Sebab dalam menentukan apakah
sesuatu itu benar dan riel tergantung kepada sistem metafisika masing-masing yang
terbentuk oleh pandangan hidup.

Contoh sederhana, penelitian tentang alam semesta, yang mengabaikan aspek


metafisik akan berkesimpulan bahwa alam semesta tercipta dengan evolusi yang
panjang dengan proses lama, terjadi ledakan kemudian berpencar dan lain sebagainya,
dan berahir dengan hasil bahwa alam semesta hadir dengan sendirinya dengan gejala
alamiah. Sedangkan bagi yang meyakini aspek metafisika, akan menemukan
kesimpulan akhir bahwasanya alam semesta diciptakan oleh Tuhan dengan tahapan
yang ia kehendaki dan mampu diterima oleh rasio.

Paradigma yang berbeda terkait sains itu sebetulnya secara kompleks kita temui di
zaman ini, dimana hampir seluruh disiplin ilmu pengetahuan memperlihatkan corak
rasionalisme-empirisme. Contohnya saja dalam disiplin ilmu ekonomi yang
menjelaskan tentang kebutuhan manusia, yakni primer, sekunder dan tersier. Yang
termasuk kebutuhan primer adalah sandang, pangan dan papan. Jika ditelaah lebih
mendalam, manusia pada hakikatnya kebutuhan utamanya adalah kebutuhan rohani
(jiwa) dan kebutuhan fisik hanya sebagai kebutuhan pendukung. Hal ini yang diajarkan
dalam Islam oleh sebabnya maka diwajibkan puasa yang notabene larangan makan dan
minum demi kebutuhan rohani yakni sebagai ibadah dan sekaligus menekan hawa
nafsu yang dengan cara seperti ini manusia pada hakikatnya akan terlihat perbedaanya
dengan binatang.

Dari gambaran singkat diatas nampaknya sangat jelas pandangan hidup yang mana
yang lebih baik. Yang membawa kedamaian ataukah yang membawa keresahan. Karna
sudah pasti tak ada kata damai jika setara dengan binatang yang notabene saling
mencakar dan memangsa satu sama lain, tak peduli kawan ataupun lawan. Setidaknya
inilah potret kehidupan manusia zaman ini yang hampir seluruhnya mempunyai
pemahaman dan cara pandang yang materil dan pola pikir dikotomis. Tak terelakkan
lagi bagaimana hasil dari pandangan hidup yang rasional empiris kemudian
melahirkan sains modern untuk membimbing manusia itu sendiri malah menggiring
kearah kehancuran peradaban.

3.a. Bagaimana peran filsafat dalam menemukan kebenaran ?

Pada dasarnya Kebenaran terdiri dari dua pengertian, yaitu abstrak (maya), dan
konkret (nyata). Kebenaran abstrak umumnya merupakan penilaian yang subyektif
terhadap suatu kebenaran , bisa dilandasi nilai kerohanian yang di anut, ataupun hal
sentimental lain yang terkait dengan emosional. Sedikit berbeda dengan abstrak,
Kebenaran yang Konkret dapat dilihat dan dikaji dengan cara ilmiah sehingga
kebenarannya dapat diterima secara universal sampai suatu saat kebenaran tersebut
terbantahkan dengan kebenran atau teori lain lagi. Sehingga kebenaran yang dianut
sekarang bersifat relatif.

Kebenaran sendiri merupakan hal yang unik, dapat ditemukan dengan cara yang
bermacam-macam termasuk tak terduga. Termasuk didalam ketidakbenaran itu
sendiri. Seperti Atheis mereka menolak kebanaran Tuhan, namun menerima konsep
kebenaran Universal mengenai tentang adanya Dzat yang mengatur semesta alam. Dan
disadari atau tidak kebenaran sendiri mempengaruhi perkembangan ilmu dan
pengetahuan sekarang baik itu kebenaran yang sebenarnya, maupun suatu ketidak
beanran yang saat itu dianggap sebagi kebenaran.

Kebenaran yang coba diraih ialah kebenaran yang hakiki, namun untuk mencapainya
sedikit sulit untuk diterima ,karena kebenaran yang hakiki berasal dari Tuhan , dan hal
tersebut sulit di capai dengan pemikiran logika, sehingga kebenaran yang dapat
dicapai saat ini ialah Kebenaran Ilmiah.

3.b. Dapatkah manusia menemukan kebenaran yang sejati ?


Manusia merupakan homo sapiens atau makhluk pemikir. Sebagai makhluk
pemikir maka pada diri manusia melekat selalu ingin tahu. Hasrat ingin tahu manusia
mendorong dirinya untuk mencari jawaban yang benar mengenai berbagai hal yang
dipertanyakan. Kebenaran dapat diperoleh manusia dengan berbagai pendekatan,
salah satu diantaranya adalah dengan pendekatan ilmiah. Dengan pendekatan ilmiah
manusia dapat memperoleh ilmu atau kebenaran ilmiah.

3.c. Apa peran agama berkaitan dengan kebenaran ?

Hakikat seorang manusia adalah untuk mencari kebenaran karena dibekali oleh Allah
SWT dengan akal pikiran yang dibimbing oleh nilai – nilai agama. Ketiga aspek yang
digunakan untuk mencari kebenaran di atas memiliki titik persamaan, titik perbedaan,
dan hubungan antara satu dengan lainnya. Agama dan budaya berjalan beriringan
sehingga memiliki hubungan yang erat dalam dialektikanya.

Agama sebagai pedoman hidup manusia yang diciptakan oleh Tuhan, dalam menjalani
kehidupannya. Sedangkan kebudayaan adalah sebagai kebiasaan tata cara hidup
manusia yang diciptakan oleh manusia itu sendiri dari hasil daya cipta, rasa dan
karsanya yang diberikan oleh Tuhan. Perkembangan ilmu di satu sisi berdampak
positif karena dapat memperbaiki kualitas hidup manusia jika ditunjang teknologi,
seperti pada bidang komunikasi, transportasi, medis dan sarana industri. Di sisi lain
terkadang ilmu yang ditunjang teknologi dapat berdampak negatif karena merugikan
dan membahayakan martabat manusia, sehingga diperlukan tatanan ajaran Agama
untuk memberikan petunjuk.

4.a. Uraikan perbedaan sistem akan menghasilkan konsep manajemen yang berbeda.

Karakteristik sistem di negara-negara barat berdasarkan (a) kebebasan; (b)


individualisme; (c) materialisme; (c) kompetisi seringkali menjadi landasan sebuah
sistem kapitalis atau sistem usaha bebas (free enterprise system). Sistem ini digunakan
secara bebas di Amerika Serikat yang kemudian berpengaruh pada minimnya peran
pemerintah. Peran pemerintah hanya menjaga keamanan, melindungi hak milik,
menjamin penegakan hukum. Pemerintah membantu menyediakan sarana dan
prasarana.

Sistem tersebut berimplikasi pada masyarakat barat yang memiliki nilai-nilai baru,
seperti : liberalisme, rasionalisme, individualise, demokrasi, kesetaraan, pengakuan
hak milik pribadi (property right), borjuis, humanisme, sekularisme, dan meninggalkan
feodalisme, tradisionalisme, dll.

Bahkan saat ini sistem industri modern menjadikan karyawan sebagai budak-budak
baru. Karyawan dituntut mengembangkan kemampuannya dan mendukung tujuan
para pemilik modal. Karyawan saat ini telah menjadi budak industri, dengan metode
yang modern. Karyawan dikuasai tidak hanya perilakunya, tapi juga keinginannya dan
perasaannya, sehingga mereka tidak memahami kondisi yang sebenarnya.

Sedangkan dalam konsep berfikir Islam, manajemen bukanlah sekedar keterampilan


seperti bagaimana membangun kerjasama yang baik (komunikasi, motivasi,
mengarahkan), meningkatkan efisiensi dan produktivitas dengan imbalan material.
Semua manusia memikul amanah dari Allah SWT. Sehingga bentuk manajemen Islam
berdasar Tauhid, keadilan, tanggung jawab, kejujuran, keseimbangan, manfaat sesuai
dengan ketentuan Islam, ikhlas, ikhsan, tolong menolong, dan kasih sayang.

Tujuan manajemen Islam adalah (1) Melindungi agama; (2) Melindungi jiwa; (3)
Melindungi akal; (4) Melindungi keturunan; (5) Melindungi kehormatan dan harta.
Itulah yang disebut perbedaan sistem mempengaruhi konsep manajemen.

4.b. Menurut Anda, perlukan dikembangkan sains manajemen tersendiri yang sesuai
dengan masyarakat Indonesia?

Sangat perlu untuk dikembangkan sains manajemen Indonesia, gaya manajemen barat
menekanan pada budaya Amerika Serikat. Aspek positifnya adalah mengedepankan
prinsip efisien, disiplin, sadar pentingnya waktu, dan penghormatan yang tinggi pada
inisitatif individu. Sedangkan sedangkan aspek negatifnya antara lain memperlakukan
manusia seperti mesin, dan masyarakatnya konsumtif.

Sementara itu gaya manajemen Jepang memiliki aspek positif berupa solidaritas
terhadap kelompok (perusahaan) yang tinggi, dedikasi, kesetiaan, disiplin diri,
nasionalisme yang tinggi, dan penghormatan terhadap yang lebih senior. Sedangkan
aspek negatifnya adalah opportunities, binatang ekonomi, sangat tertutup, dan agak
angkuh.

Di sisi lain gaya Manajemen Cina dan Korea Selatan memiliki kemiripan, dimana aspek
positifnya adalah memegang teguh janji, ulet, tekun, hormat, dan solidaritas kelompok
(suku). Adapun aspek negatifnya adalah kikir, menghalalkan segala cara untuk
mencapai tujuan, tertutup, dan terlalu materialistis.

Sedangkan ciri kebudayaan manusia Indonesia lainnya yang sangat banya berpengaruh
dalam kehidupan berorganisasi adalah bermusyawarah menuju mufakat, dan
memutuskan segala sesuatu atas dasar konsensus diantara seluruh kelompok organik,
sekurang-kurangnya diantara kelompok seangkatan pengalaman (peer group). Namun
demikian, dewasa ini masyarakat Indonesia sudah tidak lagi berada pada tatanan
masyarakat tradisional seluruhnya, disebabkan dengan terbuka lebarnya arus
informasi yang berakibat dengan menggejalanya sikap mendunia (globalisasi), di mana
semuanya itu berpengaruh terhadap perilaku kehidupan masyarakat yang merupakan
campuran antara nilai-nilai tradisional dan modern. Itulah yang harus kita
kembangkan.
5.a. Uraikan pandangan hakekat manusia yang menjadi dasar sains manajemen
modern.

Hakikat manusia adalah mahluk tertinggi ciptaan Allah yang diberikan potensi: fisik,
pancaindera, akal, hati, dan ruh. Status manusia adalah sebagai hamba, yang harus
mengabdi atau beribadah kepada Allah. Selain itu, dengan potensinya manusia
diberikan tugas sebagai khalifah (wakil) Allah di muka bumi, yang bertugas mengelola
dan memakmurkannya. Manusia diberikan potensi unik dan berbeda-beda oleh Allah,
serta ditinggikan kedudukannya sebagian di atas sebagian yang lain, agar manusia
dapat saling memberikan manfaat satu sama lain. Dengan bakatnya masing-masing,
manusia bekerja melayani orang lain, sebagai bagian dari ibadah (pengabdiannya
kepada Allah).

Dari status dan fungsi manusia di atas, maka hakikatnya manusia adalah mahluk yang
bisa mengatur dan bisa diatur. Manusia dapat mengatur alam lingkungannya maupun
mengatur kehidupan bersama manusia lainnya (kehidupan sosial). Pada dirinya
sendiri, manusia adalah mahluk yang bisa diatur, apa lagi bila aturan itu disadari
adalah untuk kebaikan kehidupannya. Inilah sisi penting hakikat manusia, yang
menjadi kawasan ilmu dan praktik manajemen, yaitu perlu memahami manusia
dengan segala potensi dan keunikannya.

5.b. Jelaskan akibat dari pandangan tentang hakekat manusia tersebut dalam praktek
manajemen modern.

Praktik atau pelaksanaan manajemen modern dalam suatu organisasi merupakan


rangkaian proses kegiatan mengatur dan mendayagunakan sumber daya yang ada
(manusia, sarana, biaya, teknologi, informasi, waktu, dsb) untuk mencapai tujuan
organisasi secara efektifdan efisien. Prosesnya adalah dengan melakukan (1)
perencanaan, (2) pengorganisasian,(3) kepemimpinan (dalam pelaksanaan), dan (4)
pengawasan.Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak
dicapai,serta menetapkan cara dan sumber daya (yang dibutuhkan) untuk mencapai
tujuantersebut seefektif dan seefisien mungkin.

Dalam perencanaan ditetapkan lebih dahulu apa yang harus dikerjakan, bagaimana
mengerjakannya, siapa mengerjakan apa, dan seterusnya. Perencanaan menjadi dasar
dan acuan semua kegiatan dalam organisasi. Oleh karena itu apabila perencanaanya
baik, maka jalannya organisasi diharapkan akan menjadi baik. Pengorganisasian
merupakan proses menata atau mengatur orang-orang serta tugas-tugas yang harus
dikerjakan dalam suatu organisasi, sehingga jelas kedudukan, tugas, wewenang dan
tanggung jawab masing-masing. Dengan pengorganisasian yang baik, maka semua
kegiatan dalam organisasi akan terkoordinasi dengan baik, tidak terjadi tumpang
tindih, saling bertabrakan, atau saling lempar tanggung jawab antara satu orang
(bagian) dengan bagian yang lain. Proses pengorganisasian meliputi (a) pemerincian
pekerjaan, (b) pembagian kerja, (c) pengelompkan/penggabungan pekerjaan, (d)
koordinasi pekerjaan, dan (e) monitoring dan reorganisasi.

Kepemimpinan diperlukan agar semua orang yang telah mendapatkan pembagian


kerja, mau bekerja dengan baik. Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi
perilaku orang lain (bawahan) dalam bekerja, dengan menggunakan kekuasaan
(power) yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Sumber kekuasaan, ini tidak hanya legal
(karena dianggkat dalam jabatan), namun bermacam-macam, ada kharisma, keahlian,
kemampuan memberikan imbalan dan hukuman, dan sebagainya.

Pengawasan merupakan salah satu proses dasar yang dibutuhkan setiap organisasi.
Terdapat tiga tahapan dalam pengawasan, yaitu: (a) menetapkan standar pekerjaan-
pekerjaan, (b) mengukur pelaksanaan pekerjaan menggunakan standar yang ada, dan
(c)membandingkan dan menemukan kesenjangan antara pelaksanaan pekerjaan
dengan standar. Hal ini penting untuk menjamin agar semua berjalan sesuai dengan
perencanaan dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan

Anda mungkin juga menyukai