Anda di halaman 1dari 14

3.

1 Pengertian filsafat manajemen

Filsafat manajemen adalah kumpulan pengetahuan dan kepercayaan yang memberikan dasar atau
basis yang luas untuk menentukan pemecahan terhadap masalah - masalah manajer. Filsafat
manajemen adalah bagian terpenting dari pengetahuan dan kepercayaan yang memberikan dasar
yang luas untuk menetapkan pemecaha masalah manajerial. Filsafat manajemen memberikan dasar
bagi pekerjaan seorang manajer. Filsafat manajemen juga memberikan desain sehingga seorang
manajer dapat mulai berpikir . Filsafat manajemen memberikan pemikiran dan tindakan yang
menguntungkan dalam manajemen dan membantu kepada sifatnya yang dinamis dan memberikan
tantangan.

Filsafat manajemen menurut Frederick Winslow Taylor yaitu manajer akan lebih banyak
bertanggung iawab dalam perencanaan dan pengendalian serta dalam menafsirkan kepandaian-
kepandaian para pekerja dan mesin-mesin menurut aturan-aturan hukum-hukum dan formula-
formula, sehingga dengan jalan demikian akan membantu pekerja-pekerja melakukan pekerjaannya
dengan biaya yang rendah bagi majikan dan penghasilan yang lebih besar bagi buruh. Filsafat
manajemen adalah kumpulan pengetahuan dan kepercayaan yang memberikan dasar atau basis
yang luas untuk menentukan pemecahan terhadap masalah-masalah manajer.

Dalam filsafat manajemen manajer akan lebih bertanggung jawab dalam perencanaan, dan
pengendalian serta menafsirkan kepandaian-kepandaian para pekerja dan mesi-mesin menurut
aturan-aturan, hokum-hukum dan formula-formula, sehingga degan jalan demikian akan membantu
pekerja-pekerja melakukan pekerjaannya dengan biaya yang rendah bagi majukan dan penghasilan
yang besar bagi buruh.

Karena filsafat manajemen adalah kerja sama yang sangat yang saling meguntungkan, pekerja efektif
dengan metode kerja yang terbaik untuk menvapai hal yang maksima. Pemempian harus menjadi
sumber kegiatan dan peanggung jawab hasil yang dicapai dalam aktivitas proses manajemen itu.
Dengan pemimpin yang inovatif, kreatif, cakap dan berani mengambil keputusan maka aktivitas-
aktivitas organisasi yang di pimpinnya semakin dinamis. Sebaliknya pemimpin yang tidak
kreatig,cakap, dan idak bsa mengambil keputusan maka aktivitas organisasinya statis.[5]

Manajemen diperlukan sebagai upaya untuk pencapaian tujuan dapat berjalan secara efektif dan
efisien. Agar manajemen yang dilakukan mengarah kepada kegiatan secara efektif dan efisien, maka
manajemen perlu dijelaskan berdasarkan fungsi – fungsinya atau dikenal sebagai fungsi manajemen.
Dalam filsafat majemen, terkandung dasar pandangan hidup yang mencerminkan keberadaan,
identitas, dan implikasinya guna mewujudkan efisiensi dan efektivitas dalam pekerjaan manajemen.
Untuk merealisasikan tujuan, diperlukan beberapa faktor penunjang sehingga merupakan kombinasi
terpadu, baik menyangkut individu maupun kepentingan umum.

Filsafat manajemen merupakan pendekatan filosofis dalam mengkaji manajemen. Berikut


pertanyaan yang diajukan dalam mengkaji manajemen

1. Apa hakikat manajemen?

2. Bagaimana manajemen dapat menjadi pengetahuan ?

3. Untuk apa diperlukan manajemen ?

Dengan tiga pertanyaan tersebut,Filsafat manajemen menjelaskan teori manajemen dan aplikasinya,
serta manfaat manajemen untuk organisasi, baik organisasi dalam arti sempit maupun luas.
Mengelola organisasi sebagai hakikat manajemen, adalah strategi pengelolaan organisasi untuk
mempengaruhi orang lain agar mengerjakan tugas-tugas dan kewajibannyasehingga tujuan dapat
dicapai dengan semaksimal mungkin, yakni dengan cara yang efektif dan efisien.

Sebelum melangkah mempelajari filsafat manajemen, kita perlu mempelajari manfaat ilmu
manajemen, yaitu :

1. Membentuk pendangan sistematis mengenai organisasi ;

2. Mengembangkan ide-ide baru dalam organisasi dan perilaku manusia dalam berorganisasi;

3. Meningkatkan kesadaran usaha yang baik dan benar secara manajemen;

4. Memahami teori-teori manajemen dan aplikasinya dalam kegiatan manusia pada lingkungan
ekonomi, sosial, politik dan lainnya;

5. Menerapkan filosofi manajemen;

6. Mengarahkan terhadap keputusan manajemen;

7. Membantu memahami proses dasar sehingga dapat memilih tindakan yang efektif;

8. Mengambil pandangan yang berbeda dari situasi sehari-hari

Dalam pembahasan ini akan dijelaskan tentang bagaimana manajemen dari sudut ontologi,
epistemologi dan aksiologi filsafat.

1. Ontologi

Ontologi kadang-kadang disamakan dengan metafisika. Istilah metafisika itu pertama kali dipakai
oleh Andronicus dari Rhodesia pada zaman 70 tahun sebelum Masehi. Artinya adalah segala sesuatu
yang berkenaan dengan hal-hal yang bersifat supra-fisis atau kerangka penjelasan yang menerobos
melampaui pemikiran biasa yang memang sangat terbatas atau kurang memadai. Makna lain istilah
metafisika adalah ilmu yang menyelidiki hakikat apa yang ada dibalik alam nyata. Jadi, metafisika
berati ilmu hakikat. Ontologi pun berarti ilmu hakikat.

Yang dipermasalahkan oleh ontologi dalam ilmu Manajemen adalah siapa yang membutuhkan
manajemen? Pertanyaan ini sering dijawab perusahaan (bisnis), tentu saja benar sebagian tetapi
tidak lengkap karena manajemen juga dibutuhkan untuk semua tipe kegiatan yang diorganisasi dan
dalam semua tipe organisasi. Dalam praktik manajemen dibutuhkan dimana saja orang-orang
bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama.

Di lain pihak setiap manusia dalam perjalanan hidupnya selalu akan menjadi anggota dari beberapa
macam organisasi, seperti organisasi sekolah, perkumpulan olah raga, kelompok musik, militer atau
pun organisasi perusahaan. Organisasi-organisasi ini mempunyai persamaan dasar walaupun dapat
berbeda satu dengan yang lain dalam beberapa hal, seperti contoh organisasi perusahaan atau
departemen pemerintah dikelola secara lebih formal dibanding kelompok musik atau rukun
tetangga. Persamaan ini tercermin pada fungsi-fungsi manajerial yang dijalankan.

2. Epistemologi

Istilah epistemologi ini pertama kali digunakan oleh J.F. Ferrier pada tahun 1854 dalam bukunya
yang berjudul Institute of Metaphysics. Menurut sarjana tersebut ada dua cabang dalam filsafat,
ialah: epistemologi dan ontologi. Epistemologi berasal dari bahasa Yunani episteme yang berarti
pengetahuan dan logos yang berarti teori. Jadi, dengan istilah itu, yang dimaksud epistemologi
adalah penyelidikan asal mula pengetahuan atau strukturnya, metodenya, dan validitasnya.

Ruang lingkup epistemologi pada Manajemen dapat dilihat dalam kaitannya dengan sejumlah
disiplin ilmu yang bisa” kerja sama” seperti: pendidikan, ekonomi, politik, dan lain-lain. Namun ruang
lingkup itu mengalami perkembangan, sehingga pada setiap era terdapat lingkup yang khusus dalam
epistemologi itu. Ruang lingkup yang khusus bisa terjadi pada disiplin ilmu manajemen itu sendiri
sehingga melahirkan spesialisasi pengkajiannya. Di antara spesialisasi itu adalah:

a. Manajemen pendidikan

b. Manajemen sumberdaya manusia

c. Manajemen keuangan

d. Manajemen personalia

e. Manajemen produksi, dan lain sebagainya

Semula epistemologi ini mempermasalahkan kemungkinan yang mendasar mengenai pengetahuan


(very possibility of knowledge). Apakah pengetahuan yang paling murni dapat dicapai.

Permasalahan epistemologi di ilmu manajemen berkisar pada ihwal proses yang memungkinkan
ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu: bagaimana prosedurnya, apa yang harus diperhatikan
untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, apakah yang disebut kebenaran dan apa saja
kriterianya, serta sarana apa yang membantu orang mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu.

Jawaban-jawaban yang dibutuhkan untuk memenuhi pertanyaan tersebut di manajemen sudah


sedemikian rupa diberlakukan bagi para ilmuwan itu sendiri. Prosedur dengan pendekatan metode
ilmiah adalah prosedur baku untuk menelaah manajemen.

Cara pencarian kebenaran yang dipandang ilmiah ialah yang dilakukan melalui penelitian. Penelitian
adalah hasrat ingin tahu pada manusia dalam taraf keilmuannya. Penyaluran sampai taraf setinggi ini
disertai oleh keyakinan bahwa ada sebab bagi setiap akibat, dan bahwa setiap gejala yang tampak
dapat dicari penjelasannya secara ilmiah. Penelitian adalah suatu proses yang terjadi dari suatu
rangkaian langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis untuk mendapatkan jawaban
sejumlah pertanyaan.

Pada setiap penelitian ilmiah melekat ciri-ciri umum, yaitu: pelaksanaannya yang metodis harus
mencapai suatu keseluruhan yang logika dan koheren. Artinya dituntut adanya sistem dalam metode
maupun dalam hasilnya. Jadi susunannya logis. Ciri lainnya adalah universalitas. Bertalian dengan
universalitas ini adalah objektivitas. Setiap penelitian ilmiah harus objektif artinya terpimpin oleh
objek dan tidak mengalami distorsi karena adanya berbagai prasangka subyektif. Agar penelitian
ilmiah dijamin objektivitasya, tuntutan intersubjektivias perlu dipenuhi.

3. Aksiologi

Aksiologi berasal dari bahasa Yunani axios yang berarti `memiliki harga ’mempunyai nilai’, dan logos
yang bermakna `teori` atau `penalaran Sebagai suatu istilah, aksiologi mempunyai arti sebagai teori
tentang nilai yang diinginkan atau teori tentang nilai yang baik dan dipilih. Teori ini berkembang
sejak jaman Plato dalam hubungannya dengan pembahasan mengenai bentuk atau ide (ide tentang
kebaikan).
Permasalahan aksiologi ilmu manajemen (1) sifat nilai, (2) tipe nilai, (3) kriteria nilai, dan (4) status
metafisika nilai. Masing-masing dicoba untuk dijelaskan dengan ringkas sebagai berikut.

Sifat nilai atau paras nilai didukung oleh pengertian tentang pemenuhan hasrat, kesenangan,
kepuasan, minat, kemauan rasional yang murni, serta persepsi mental yang erat sebagai pertalian
antara sesuatu sebagai sarana untuk menuju ke titik akhir atau menuju kepada tercapainya hasil
yang sebenarnya. Di dalam mengkaji Manajemen berkecimpung tentunya dilandasi dengan hasrat
untuk mendapatkan kepuasan.

Perihal tipe nilai didapat informasi bahwa ada nilai intrinsik dan ada nilai instrumental. Nilai intrinsik
ialah nilai konsumatoris atau yang melekat pada diri sesuatu sebagai bobot martabat diri (prized for
their own sake). Yang tergolong ke dalam nilai intrinsik adalah kebaikan dari segi moral, kecantikan,
keindahan, dan kemurnian. Nilai instrumental adalah nilai penunjang yang menyebabkan sesuatu
memiliki nilai intrinsik.

Penerapan tipe nilai bagi manajemen diarahkan manajemen sebagai profesi. Banyak usaha yang
telah dilakukan untuk mengklasifikasikan manajemen sebagai profesi, kriteria-kriteria untuk
menentukan sesuatu sebagai profesi yang dapat diperinci sebagai berikut:

1. Para profesional membuat keputusan atas dasar prinsip-prinsip umum. Adanya pendidikan
kursus-kursus program-program latihan formal menunjukan bahwa ada prinsip-prinsip manajemen
tertentu yang dapat diandalkan

2. Para profesional mendapatkan status mereka karena mencapai standar prestasi kerja tertentu,
bukan karena favoritisme atau karena suku bangsa atau agamanya

3. Para profesional harus ditentukan oleh suatu kode etik yang kuat, dengan disiplin untuk
mereka yang menjadi klienya.

Manajemen telah berkembang menjadi bidang yang semakin profesional melalui perkembangan
yang mencolok program-program latihan manajemen di Universitas-universitas ataupun lembaga-
lembaga manajemen swasta dan melalui pengembangan para eksekutif organisasi atau perusahaan.

3.2 faktor faktor filsafat manajemen

Filsafat manajemen memberikan dasar bagi pekerjaan seorang manajer. Seorang manajer
memerlukan kepercayaan dan nilai yang pokok untuk memberi petunjuk sesuai dan dapat dipercaya
guna menyelesaikan pekerjaan. Filsafat manajemen juga memberikan desain sehingga seorang
manajer dapat mulai berpikir. Filsafat manajemen amat berguna karena dapat digunakkan untuk
memperoleh bantuan dan pengikut. Filsafat manajemen memberikan pemikiran dan tindakan yang
menguntungkan dalam majamen dan membantu kepada sifatnya yang dinamis dan memberi
tantangan.

Dalam filsafat manajemen, terkandung dasar pandangan hidup yang mencerminkan keberadaan,
identitas, dan implikasinya guna mewujudkan efisiensi dan efektivitas dalam pekerjaan manajemen.
Untuk merealisasikan tujuan diperlukan beberapa faktor penunjang sehingga merupakan kombinasi
yang terpadu, baik menyangkut individu maupun kepentingan umum. Hal ini dimaksudkan adanya
keseimbangan di diantara faktor-faktor yang diperlukan dalam mencapai suatu kekuatan untuk
mengejar hasil yang maksimum.
Menurut Davis dan Filley dalam Ukas ( 1978) terdapat faktor- faktor dasar dalam filsafat manajemen
yang diperlukan dan memiliki hubungan saling ketergantungan satu sama lain dalam mencapai
tujuan. Faktor – faktor dasar tertentu meliputi hal- hal berikut .

1. Kepentingan umum

Hal ini dimaksudkan bahwa dalam penyelenggaraan suatu organisasi harus terlihat adanya cermina
deskripsi berbagai kepentingan, baik kepentingan pemilik, manajer, para bawahan, maupun
kepentingan masyarakat lingkungannya.

2. Tujuan usaha

Tujuan usaha adalah perwujudan aktivitas yang spesifik dari organisasi, baik organisasi yang
bertujuan mencari laba maupun organisasi yang tidak bertujuan mencari laba. Tujuan usaha pada
umumnya dapat dikategorikan dalam tiga bentuk, yaitu tujuan utama, tujuan kedua, tujuan
tambahan.

3. Pimpinan pelaksana

Pimpinan pelaksana adalah individu yang memberikan kepercayaan untuk memimpin suatu usaha
dengan menggunakan otoritas yang telah diberikan kepadanya.

4. Kebijakan

Kebijakan adalah pernyataan atau ketentuan umum yang menuntun atau menyalurkan pemikiran
menjadi pengambilan keputusan oleh bawahan, serta memberikan arah kemana organiasi tersebut
akan dikemudikan.

5. Fungsi

Fungsi adalah aktifitas yang berhubungan denga tujuan yang akan dicapai. Setiap organisasi
sebagaimana halnya individu pasti memiliki tujuan yang akan dicapai.

6. Faktor dasar

Faktor dasar memiliki faktor-faktor produksi asli atau turunan, baik berupa alam, tenaga, modal,
serta pendukungnya yang merupakan elemen yang harus ada dalam penyelenggaraan organisasi.

7. Struktur organisasi

Struktur organisasi adalah saluran yang menunjukan hubungan kerja antara manajer dan bawahan
dalam melaksanakan pekerjaan yang disertai dengan otoritas dan tanggung jawab serta
kesanggupan untuk tanggung gugat/ mempertanggung-jawabkan (accountability).

8. Prosedur

Prosedur adalah tahapan tindakan yang harus ditempuh untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
tertentu.

9. Moral kerja

Moral kerja adalah kondisi mental dari individu atau kelompok yang menentukan sikap bawahan
dalam menerima pekerjaan dan pengoperasikannya dengan sebaik-baiknya sesui dengan tujuan
akhir .
Untuk memperoleh efektivitas dari deskripsi filsafat maupun manajemen yang dapat memberikan
petunjuk pemikiran bagi suatu aktivitas organisasi dalam mencapai tujuan tertentunya, faktor-faktor
diatas dapat digunakan sebagai daftar pengecek terhadap analisis aktivitas yang menjadi norma
tindakan dan aktivitas manajemen.

Kesembilan faktor diatas sangat berperan penting dalam mendorong penerapan tujuan. Sembilan
faktor diatas merupakan kombinasi yang terpadu, baik menyangkut individu maupun kepentingan
umum. Dengan adanya keseimbangan di diantara faktor-faktor yang diperlukan kita dapat
memperoleh suatu kekuatan untuk mengejar hasil yang maksimum. Pada akhirnya kita harus
mengingat bahwa Filsafat Manajemen memberikan dasar bagi pekerjaan seorang manajer

3.3 tujuan penerapan filsafat manajemen

Adapun penerapan filsafat manajemen bertujuan :

1. Menemukan hakikat dan sumber sumber manajemen yang menuntun para pengelola organisasi
bertindak logis, kritis dan paham terhadap berbagai perubahan situasi dan kondisi. Dengan
demikian, manajemen diterapkan dalam keadaan yang berbeda-beda.

2. Memaklumi perbedaan personalitas setiap manajer, sehingga ditemukan cara yang tepat dalam
menentukan para pekerja dan pengelola organisasi.

3. Merancang sistem evaluasi yang berbasis pada perbedaan potensi dan kompetensi manusia dalam
kehidupan berorganisasi.

4. Membangun kepercayaan dan pengetahuan yang memberikan dasar yang luas untuk menerapkan
pemecahan terhadap masalah manajemen.

3.4 manfaat filsafat manajemen

Filsafat manajemen adalah bagian yang terpenting dari pengetahuan dan kepercayaan yang
memberikan dasar yang luas untuk menetapkan pemecahan permasalah manajerial. Maka dari itu
filsafat manajemen memiliki beberapa manfaat

1. Memberikan dasar dan pedoman bagi pekerjaan manajer;

2. Memberikan kepercayaan dan pegangan bagi manajer dalam proses manajemen untuk mencapai
tujuan;

3. Memberikan dasar dan pedoman berpikir efektif bagi manajer

a. Proses berpikir dengan mudah dan dapat diorientasikan;

b. Tekanan diletakan atas keseluruhan (general), bukan pada bagian individual yang dipilih.

4.Mendapatkan dukungan, motivasi dan partisipasi para bawahan, jika mereka mengetahui peranan
manajer dan tindakan - tindakannya, asalkan para bawahan memahami filsafat manajemen.

5. Memberikan pedoman arah pemecahan yang terbaik terhadap masalah-masalah yang dihadapi
manajer.

6. Menjadi pedoman dasar dan kepercayaan bagi manajer dalam melakukan wewenang dan
kepemimpinannya.
3.5 Dasar Filsafat manajemen

Dasar filsafat manajemen dibedakan dalam tiga jenis hakikat, yaitu hakikat tujuan, hakikat manusia,
dan hakikat kerja.

1. Hakikat tujuan manajemen

Manajemen sebagai bagian dari suatu proses tentu memiliki tujuan, Menurut Shrode dan Voich,
tujuan utama manajemen adalah produktifitas dan kepuasan. Menurut beliau, kedua hal inilah yang
menjadi tujuan utama dalam setiap manajemen. Kedua hal ini tentu memerlukan suatu kerjasama
yang baik antara unsur-unsur yang ada di manajemen itu. Menurut Sutermeister dalam buku
landasan manajemen pendidikan yang dikarang Nanang Fattah menyatakan bahwa berdasarkan
pengertian teknis produktifitas dapat di ukur dengan dua standar utama, yaitu produktifitas fisik dan
dan produktifitas nilai.

2. Hakikat manusia

Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang paling sempurna diantara makhluk lainnya. Manusia
mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya:

a. Mampu bergerak dalam berbagai ruang, baik di darat, di laut maupun diluar

b. Mempunyai potensi untuk berbuat baik (akal) dan berbuat tidak baik (nafsu)

c. Memegang amanah sebagai khalifah di bumi.

Jadi, hakikatnya manusia itu adalah makhluk yang sempurna, dalam manajemen hakikat manusia itu
mengtur kegiatan dan memadukan sumberdaya yang ada sehingga tercipta pembahasan yang
terdahulu kita telah melakukan eksplorasi terhadap Organisasi, Administrasi, Manajemen, serta
Kepemimpinan.

3. Hakikat kerja

Kerja merupakan kegiatan dalam melakukan sesuatu dan orang yang bekerja ada kaitannya dengan
mencari nafkah atau bertujuan untuk mendapatkan imbalan atas prestasi yang diberikan atas
kepentingan organisasi. Prestasi kerja atau penampilan kerja (performance) diartikan sebagai
ungkapan kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi dalam
menghasilkan sesuatu. Masalah kerja selalu mendapatkan perhatian dalam manajemen karena
berkaitan dengan produktifitas organisasi. Pada hakikatnya, orang bekerja untuk memenuhi
kebutuhan atas dorongan atau motifasi tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau
pembangkit prilaku, sedangkan tujuan berfungsi mengarahkan prilaku. Proses motifasi sebagian
besar untuk memenuhi dan mencapai kebutuhan.

3.6 ruang lingkup filsafat manajemen

Ruang lingkup filsafat manajemen secara materiil mengkaji keberadaan organisasi dalam perspektif
manajemen, hakikat, fungsi dan nilai kesejatian dari organisasi dalam konteks manajemen. Filsafat
manajemen juga mengkaji substansi manajemen dengan semua unsur keilmuan dalam
manajemen,misalnya setiap organisasi harus membuat pertanyaannya, apa hakikat perencanaan?
Mengapa perlu perencanaan? Bagaimana cara membuat perencanaan? Dan apa kegunaan
perencanaan? Pertanyaan - pertanyaan tersebut dijawab secara filosofis, sehungga berkaitan
dengan tiga pendekaran filsafat, yaitu :
1. Ontologi, mempertanyakan dan mengkaji hakikat manajemen atau disebut dengan teori hakikat
manajemen;

2. Epistemologi, mempertanyakan dan mengkaji teori manajemen dan penerapannya, atau disebut
dengan teori pengetahuan manajemen;

3. Aksiologi, mempertanyakan dan mengkaji fungsi dan manfaat manajemen, atau disebut dengan
teori nilai manajemen.

Dengan tiga pendekatan filsafat tersebut, manajemen dapat dikatakan sebagai pengetahuan yang
dilahirkan dan dikembangkan oleh filsafat. Oleh karena itu, kajian ilmu manajemen dan ilmu
administrasi selalu melibatkan filsafat karena prinsip - prinsip dan fungsi manajemen seluruhnya
mengandung substansi filosofis bagi pengembangan sistem organisasi, baik dari segi kepemimpinan
maupun aspek administrasinya.

Ruang lingkup filsafat manajemen pula berkaitan dengan kajian jenis-jenis manajemen, antara lain
sebagai berikut

1. Filsafat management by objective

Filsafat management by objective yaitu mengkaji secara mendalam manajemen berdasarkan sasaran
atau tujuan yang hendak dicapai. Setiap sasaran dirumuskan secara filosofis dengan mengacu pada
visi dan misi yang ditetapkan sehingga tujuan yang akan dicapai dapat mudah direalisasikan secara
efektif dan efisien.

Secara filosofis, seluruh komponen yang ada diintegrasikan dan diarahkan sepenuhnya pada tujuan.
Tujuan dalam organisasi dibagi menjadi tiga yaitu

1. Tujuan jangka panjang

Tujuan jangka panjang adalah sasaran yang membutuhkan waktu yang lama atau panjang.

2. Tujuan jangka menengah

Tujuan jangka menengah yaitu sasaran yang membutuhkan waktu yang agak lama.

3. Tujuan jangka pendek.

Tujuan jangka pendek adalah tujuan yang ditetapkan pada sasaran yang membutuhkan waktu
pendek serta fasilitas yang memadai.

Pencapaian tujuan berkaitan dengan sistem pengawasan dan evaluasi sehingga dapat dilihat antara
program yang telah dicapai dan yang belum dicapai. Kemudian, mencari solusi terbaik atas tujuan-
tujuan yang belum tercapai. Pencapaian tujuan dalam filsafat manajemen sasaran (filsafat
management by objective) berkaitan dengan tugas dan fungsi manajerial yang beragam dalam suatu
organisasi.

Manajemen berdasarkan sasaran memadukan kinerja manajerial sebagai berikut :

1. tujuan strategi;
2. tujuan organisasi;

3. tujuan-tujuan unit;

4. tujuan-tujuan individu (jika ada);

5. rencana tindakan;

6. hasil-hasil kegiatan;

7. evaluasi;

8. Pengembangan kinerja (individu dan unit kerja).

Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam manajemen sasaran adalah menentukan :

1. strategi;

2. sasaran;

3. target;

4. Rencana tindakan;

5. Standar operasional kerja yang efektif dan efiesien;

6. Standar evaluasi kinerja personalia;

7.pelaksanaan pembahasan dan diskusi seluruh kegiatan yang telah dilakukan;

8.pembagian kerja secara hierarki sesuai dengan kedudukan tugas dan kewajiban personalia;

9.evaluasi

10. Review secara berkala;

11. Revisi kegiatan;

12. Sasaran lanjutan;

13. Tahapan pelaksanaan lanjutan.

Dengan demikian, secara ontologis hakikat tujuan dalam manajemen adalah kinerja organisasi
karena tujuan merupakan target dan hasil yang dicapai. Kinerja berkaitan dengan motivasi manusia
dalam bekerja yaitu nilai yang terkandung pada substansi manusia untuk bekerja.

Secara epistemologis, manajemen berdasarkan tujuan dan sasaran dirumuskan sebagai rasional
serta memperhitungkan kemampuan yang ada. Perspektif aksiologisnya, tujuan mengandung
manfaat bagi kehidupan manusia seperti manfaat jasmaniah yang bersifat materil yaitu dapat
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan pokok manusia dan manfaat batiniah yang bersifat
imateriil yaitu berhubungan dengan kepuasan batin manusia.
2. Filsafat management by structures

Filsafat management by structures adalah manajemen hierarki-normatif yang terdapat pada


organisasi. Menurut Richard A. Johnson (1973) " Hierarki struktural adalah hubungan antar
struktural yang terdiri atas jabatan, tugas, fungsi dan kedudukan tiap jabatan, serta aktivitas yang
terjadi dalam suatu organisasi." Secara filosofis, pada organisasi selalu terdapat strukturalisasi, yaitu
pembentukna dan penempatan personalia dalam arti kedudukan, wewenang, jabatan, pangkat,
tanggung jawab dan honor atau gaji yang dibayarkan untuk pemangku jabatan.

Menurut David Evans (1981) dalam bukunya yang berjudul Supervisory Management mengatakan
bahwa manajemen dengan pendekatan struktural memiliki kejelasan struktur, yaitu :

1. Kejelasan tugas individu

2. Kejelasan jabatan

3. Kejelasan wewenang dan tanggung jawab;

4. Kejelasan deskripsi tugas dan kegiatan;

5. Kejelasan hubungan antarunit kerja dan hubungan antar tugas.

Secara filosofis, manajemen dengan struktur dapat dilihat dalam tiga perspektif berikut :

1. Secara ontologis

Hakikat manajemen adalah struktur. Setiap struktur memiliki hubungan integral dan melakukan
komunikasi horizontal dan vertikal dalam mengkoordinasikan setiap tugasnya .Organisasi akan
dipandang tidak bernyawa jika tidak memiliki struktur dan jabatan jabatan personel yang
mengemban tugas dan wewenang masing-masing.

2. Secara epistemologis

Manajemen dengan struktur bersumber pada pandangan dan kondisi alamiah manusia yang
semenjak dilahirkan memiliki kemampuan beragam. Kemampuan beragam ini disebabkan oleh latar
belakang,pendidikan, lingkungan sosial, kondisi ekonomi, politik, kebudayaan dan sebagainya.
Dengan demikian, tidak akan ada organisasi tanpa struktur dan tidak ada struktur tanpa perbedaan
jabatan, tugas, fungsi, kedudukan dan wewenangnya.

3. Filsafat management by technique

Filsafat management by technique adalah optimalisasi filosofis pelaksanaan kegiatan secara teknis.
Teknis merupakan cara-cara operasional pelaksanaan tugas. Manajemen teknik berkaitan dengan
hal hal berikut :

1. Aktivitas dan rencana yang telah ditetapkan;

2. Alat, sarana dan prasarana kegiatan;


3. Penentuan waktu dan biaya yang dibutuhkan;

4. Mekanisme pelaksana kegiatan;

5. Keterampilan para pelaksana kegiatan;

6. Profesionalisme.

Manajemen dengan teknil dapat dilihat dalam tiga pendekatan filsafat berikut :

1. Secara ontologis

Teknik merupakan substansi hasil kerja karena hakikat manajemen adalah menguasai teknik
mengerjakan tugas dengan cara yang efektif dan efisien. Untuk melihat hasil kerja cukup dengan
melihat teknik kerja para pemangku jabatan dalam organisasi.

2. Secara epistemologis

Manajemen teknik merupakan dari rekrutmen para pekerja. Proses penerimaan pegawai
merupakan ujung tombak lahirnya pegawai yang profesional dalam bekerja.

3. Secara aksiologis

Penguasaan teknik pengerjaan tugas manajemen bermanfaat untuk mencapai tujuan organisasi,
memperkuat kedudukan dan penghasilan para pegawai.

4. Filsafat management by people

Fisafat manajemen pada aspek personal (filsafat management by people) adalah pemikiran
mendalam mengenai manajemen yang mengutamakan orang sebagai sumber manajemen. Secara
filosofis, management by people berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut :

1. Hubungan horizontal antarorang dalam organisasi;

2. Perencanaan penempatan orang sebagai tenaga kerja;

3. Komunikasi dan memotivasi antar orang;

4. Pemikiran tentang kesejahteraan personal organisasi;

5. Pemikiran dinamisasi kepemimpinan;

6. Pemikiran prestasi kinerja;

7. Pemikiran kedisiplinan kerja;

8. Pemikiran pangkat dan jabatan pegawai;

9. Pemikiran upah dan bonus dalam kaitannya dengan prestasi kerja.


Hakikat dari management by people berkaitan dengan manajemen personalia yang memikirkan hal-
hal berikut

1. Formasi;

2. Pengadaan pegawai;

3. Pengujian kesehatan;

4. Penggajian;

5. Kepangkatan;

6. Pengangkatan dalam jabatan;

7. Sumpah/janji;

8. Penilaian pelaksanaan pekerjaan;

9. Daftar urut kepangkatan;

10. Cuti pegawai;

11. Perawatan,tunjangan cacat, dan uang duka;

12. Pendidikan dan latihan;

13. Disiplin pegawai;

14. Perberhentian pegawai;

15. Pensiun;

Aksiologi dari management by people adalah manfaat pragmatis untuk pengelola organisasi yang
akan membawanya pada manfaat ideal, artinya profesionalitas dalam bekerja disertai oleh
kepandaian bersyukur pada saat menerima upah kerja, menjadi penyebab diperolehnya manfaat
yang lebih hakiki, yang bukan hanya bersifat keduniawian melainkan juga manfaat ukhrawi yang
kekal.

5. Filsafat management by information

Filsafat manajemen informasi (filsafat management by information) adalah pemikiran mengenai


sistem pengelolaan organisasi dengan pendayagunaan informasi. Menurut Wiliam A. Shrode (1974)
mengatakan bahwa " informasi merupakan agen yang menompang kehidupan organisasi." Pada
informasi terdapat berita dan materi tentang kondisi dan situasi yang terjadi dalam organisasi dan
diluar organisasi. Dengan demikian, hidup dan matinya manajeen bergantung pada pemikiran dan
pengelolaan informasi. Menurut Richard A. johnson (1973) " informasi yang akurat dan prospektif
adalah informasi yang memberikan wacana yang baik bagi masa depan organisasi."

Manajemen diarahkan pada tujuan yang ditargetkan melalui sumber-sumber informasi yang
merupakan media penghubung organisasi dengan pengambilan keputusan. Informasi yang dikelola
dengan baik memberikan keuntungan bagi organisasi, yaitu antara lain sebagai :
1. Bahan musyawarah yang berkaitan secara langsung dengan materi yang dibicarakan;

2. Alasan dilakukan untuk pengambilan keputusan;

3. Bahan pertimbangan pembuatan rencana kegiatan;

4. Bahan perencanaan lanjutan;

5. Peningkatan kompetensi organisasi;

6. Melakukan antisipasi terhadap berbagaj kemungkinan yang mengancam masa depan organisasi;

7. Menambah wawasan kepemimpinan dalam berorganisasi;

8. Meningkatkan kinerja perusahaan;

9. Meyakinkan pihak luar dalam melakukan hubungan kerja antar organisasi;

10. Melakukan hubungan negosiasi dengan pihak-pihak yang akan mendukung perkembangan dan
kemajuan organisasi.

6. Filsafat Management by enviroment

Filsafat management by enviroment adalah manajemen yang berparadigma linkungan yang


memiliki kepekaan terhadap analisis mengenai dampak lingkungan. Secara ontologis, lingkungan
merupakan hakikat manajemen karena pengelolaan organisasi bertujuan membentuk lingkungan
yang memberikan kepuasan kepada seluruh pelaku manajemen. Adapun dalam perspektif
epistemologi lingkungan merupakan sumber kehidupan manusia. Oleh karena itu, pengelolaan
organisasi dengan manajemen lingkungan sama artinya dengan pemberdayaan kehidupan manusia.

Secara aksilogisnya, pemberdayaan lingkungan manusia bermanfaat untuk kelangsungan hidup


manusia. Kelangsungan hidup hanya dapat dipertahankan apabila pengelolaan sumber- sumber
kehidupan dilaksanakan secara profesional dan berkesinambungan. Berkaitan dengan pemahaman
aksilogis tersebut, Max weber dalam teori tindakan sosial dan struktur sosial secara metodologis
menekankan pentingnya arti arti subjektif dan pola-pola motivasional bagi lingkungan kerja.
Studinya mengenai dominasi birokratis dan pengaruhnya dalam masyarakat modern, serta
ramalannya yang berhubungan dengan konsekuensi- konsekuensi jangka panjang dari pengaruh
protestan, menjelaskan bahwa manusia yang memiliki kesempatan hidup yang sama seperti
ditentukan oleh sumber - sumber ekonomi yang dapat dipasarkan, bergantung pada pengelolaan
lingkungan hidupnya.

7. Filsafat Manajemen paternalistik

Filsafat manajemen paternalistik merupakan kajian kepemimpinan dalam organisasi. Sumber


kekuasaan pada manajemen paternalistik terletak pada tugas, fungsi, kedudukan dan wewenang
para penguasa atau para pimpinan organisasi. Akibat dari kepemimpinan paternalistik adalah
lemahnya kaderisasi dalam organisasi. Adapun manfaat kepemimpinan paternalistik adalah
kekuasaan dan pola-pola pengambilan keputusan terpusat pada pimpinan organisasi.
8. Filsafat manajemen demokrasi

Filsafat manajemen demokrasi berkaitan dengan segala hal yang menyangkut pola-pola
berorganisasi dan berpolitik. Hakikat manajemen demokratis terletak pada proses musyawarah dan
pengambilan keputusan yang sebelumnya dilakukan pengumpulan pendapar dan sharing
argumentasi. Sehingga pendapat yang paling rasional dan mudah untuk dilaksanakan segera
dijadiman pertimbangan dalam decision making. Pengambilan keputusan yang berdasarkan
musyawarah mufakat bermanfaat untuk proses demokrasi yang mengandung bentuk-bentuk
penghargaan harkat dan martabat manusia.

Anda mungkin juga menyukai