Fridiyanto
A. PENDAHULUAN
1. Latarbelakang
2. Fokus Pembahasan
a. Islam dan Manajemen
b. Penggunaan filsafat dalam manajemen
c. Perubahan penting dalam filsafat manajemen
d. Nilai dan sistem nilai relasinya dengan manajemen
e. Pola-pola nilai dalam menjalankan manajemen
f. Lingkungan manajemen kontemporer
B. PEMBAHASAN
1. Islam dan Manajemen
1
Al-Mudatstsir: 38
2
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia,2002) ,hlm. 242.
3
Suparlan Suhartono, Dasar-dasar Filsafat, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,1995), hlm. 37.
4
Ibid, hlm. 242.
4
5
Ibid, hlm. 243.
6
Gibson dkk, Mmanajemen (Edisi Ksembilan Jilid 1), (Jakarta: Erlangga, 1997), hlm. 5.
5
angkatan kerja. Jika merujuk kesuksesan negara maju tersebut, maka dapat
dipastikan bahwa peran ilmu manajemen sangat penting dalam kemajuan
tersebut.
Peter F Drucker mengatakan bahwa pentingnya mempelajari
manajemen agar oganisasi dapat mencapai tujuannya efektif dan efisien.
Efektif maksud Drucker adalah doing the right things dan efisien adalah
doing things right.7
c. Sejarah Manajemen
Praktik manajemen yang merupakan usaha-usaha terorganisasi yang
diarahkan oleh orang-orang bertanggung jawab atas perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian telah ada ribuan tahun
lalu.8 Pembangunan Piramida di Mesir, Tembok Besar di Cina, Borobudur
di Indonesia merupakan sebuah proyek besar manusia yang tidak mungkin
bisa diwujudkan tanpa adanya praktik manajemen dalam mengerjakannya.
Jika merujuk dalam khasanah Islam, praktik manajemen telah
dilakukan oleh Nabi Muhammad saw, dan Khlufarrasyidin dan begitu juga
generasi Khalifah berikutnya, seperti Umayyah, Abbasiyah, Fatimiyah,
Turki Osmani sebagai contoh. Ketika wilyah kekuasaan Islam begitu luas,
tentunya kerja-kerja manajemen harus dilakukan.
Pada masa Rasulullah telah ada pendelegasian tugas, demokratisasi,
keadilan, dan pembagian wewenang. Tidak hanya itu, masa klasik juga
terdapat pemikir Islam yang memikirkan manajemen, sebagaimana
ditampilkan dalam tabel berikut.
7
Peter F. Drucker dalam Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen,
(Jakarta: Kencana, 2008),hlm. 7.
8
Stephen P. Robbins/ Mary Coulter, Manajemen (edisi kedelapan/ Jilid 1), Alih bahasa oleh Harry
Slamet, (Jakarta: Indeks, 2009), hlm. 30.
6
Tabel 1
Pemikir Islam Klasik dan Manajemen9
9
Haji Mustafa Daud (1995) yang dikutip oleh Azhar Arsyad, Pokok-Pokok Manajemen:
Pengetahuan Praktis bagi Pimpinan dan Eksekutif, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm.13-14.
7
10
Ibid, hlm. 31.
8
11
Ibid,hlm. 8.
9
12
Peter P. Schoderbek dalam Winardi, Pemikiran Sistemik dalam Bidang Organisasi dan
Manajemen, (Jakarta: Rajawali Pers, 2005), hlm. 20
10
13
Ibid, hlm. 22.
14
Harold Koontz dalam Soenyoto Rais, Pengelolaan Organisasi, (Surabaya: Airlangga Press,
1994), hlm. 7-8.
11
15
Stephen P. Robbins dalam Soenyoto, Ibid, hlm. 9.
16
Ibid, hlm. 12.
17
Gibson, Op.cit.,hlm.7
18
Winardi, Pengantar Ilmu Manajemen: Suatu Pendekatan Sistem, (Bandung: Nova),hlm. 49.
12
Tabel 2
Mazhab Filsafat dan Pemikiran Manajemen19
Mazhab Tokoh Ciri Pokok
Manajemen Ilmiah F.Taylor Metode ilmiah yang diterapkan
F.Gilberth terhadap problem produksi.
H. Gantt
Studi tentang waktu.
Organisasi fungsional.
Manajemen Administratif H. Fayol Prinsip-prinsip manajemen.
L. Urwick
J. Mooney Orientasi makro untuk desain
A. Riley administratif.
Pendekatan sistem
19
N.Paul Loomba dan Winardi dalam Winardi, Op.cit., hlm. 49.
14
20
John L. Pierce dan John W. Newstrom, The Manager’s Bookshelf: Mosaik Pemikiran
Kontemporer di Bidang Bisnis dan Manajemen, (Jakarta: Prentice Hall dan Indeks, 2005), hlm. 53.
15
21
W.Edwards Deming, Out of the Crisis, (Cambridge: MIT Press, 1986).
16
Manusia memiliki:
“The only constant thing in the world is change” dalil Albert Einstein, seorang
fisikawan yang terkenal dengan teori relativitasnya. Jika mengaplikasikan konsep
perubahan Einstein tersebut ke ilmu manajemen, maka dapat dilihat bahwa
perubahan selalu akan terjadi pada organisasi yang harus disikapi dengan merubah
manajemen dimulai dari filsosofinya. Filosofi manajemen selanjutnya akan
memengaruhi visi, misi, program, dan segala aktifitas organisasi. Sebelum merubah
filosofi manajemen, pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab adalah hal apa saja
yang membuat organisasi harus merubah filsafat manajemen yang ada di organisasi.
22
Sondang P. Siagian, Teori Pengembangan Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm.4
23
Jika dirujuk Michel Focault pandangan Drucker ini agak bersamaan, bahwa pengetahuan akan
menjadi alat kekuasaan dan menguasai apa saja. Hal ini dapat dibaca dalam buku Focault yang
berjudul Power and Knowledge.
22
belahan dunia lainnya, secara otomatis akan memicu berbagai hal, apakah
ekonomi, militer dan dunia binis. Bahkan dengan terjadinya sebuah
perubahan politik di sebuah negara maka secara otomatis akan membuka
peluang bisnis dan pasar. Misalnya Irak dan Kuba, dengan terjadinya
penggulingan Saddam Husein dan Moamar Qhadafi maka secara drastis
keran investasi dan eksplorasi tambang minyak terbuka lebar. Olehkarena
itulah, di era kontemporer, seorang pemimpin global harus disiapkan untuk
mempersiapkan organisasi global yang siap ekspansi bisnis. Contoh terbaru
di Indonesia adalah dengan adanya kebijakan baru dari Presiden Jokowi,
misalnya tidak memberikan grasi kepada terpidana mati narkoba asal Brasil,
Australia dan negara lain, ternyata berdampak luas terhadap sikap politik
negara bersangkutan, yang tidak tertutup kemungkinan akan menyebabkan
terhentinya berbagai kerja sama. Tidak hanya itu, langkah-langkah radikal
yang dilakukan oleh Mentri Perikanan ternyata banyak menuai protes, dan
ketakutan dari negara-negara tetangga yang berkepentingan atas lemahnya
pengawasan terhadap laut Indonesia. Artinya perubahan kepemimpinan di
Indonesia telah merubah pola-pola transaksi perikanan yang di dalamnya
berputar uang triliunan dari hasil illegal fishing.
h) Persaingan
Persaingan merupakan hal wajar dalam bisnis. Olehkarena itu perusahaan
atau organisasi dituntut untuk mampu meningkatkan daya saingnya, yaitu
dengan melakukan perubahan manajemennnya.
i) Pelestarian lingkungan
Global warming, Green Technology,Humanity merupakan isu yang harus
disikapi dunia bisnis. Sebuah korporasi atau organisasi besar belumlah
dianggap sukses sebelum mereka peduli terhadap isu-isu lingkungan dan
kemanusiaan. Olehkarena itu di dunia barat, persyaratan digunakannya
produk mereka yaitu adanya jaminan bahwa produk tersebut diproduksi
dengan tidak merusak lingkungan. Salah satu contoh konkrit, Uni Eropa
pernah memboikot ekspor kelapa sawit asal Indonesia, karena Uni Eropa
menganggap lahan-lahan sawit yang ada di Indonesia telah merusak
24
lingkungan. Sampai saat ini Uni Eropa masih begitu ketat menganut prinsip
ramah lingkungan.
24
Uyung Sulaksana, Manajemen Perubahan, (Jakarta: Manajemen Perubahan, 2004),hlm. 23.
25
Pandangan human relations Maslow mempertimbangkan bahwa kelompok sosial dalam organisasi
penting, sebagaimana juga menjadi pandangan Mazhab Dinamika Kelompok.
25
26
Sub sistem ini meliputi tujuan yang ditetapkan organisasi da nilai-nilai yang hendak dipromosikan
agar mencapai tujuan. Organisasi yang efektif harus menjamin bahwa tujuan dan nilai-nilainya haru
selaras.
27
Sub sistem ini merupakan kombinasi spesifik dari pengetahuan, teknik dan teknologi yang
dibutuhkan organisasi agar dapat berfungsi.
28
Sub sistem ini berkaitan dengan budaya organisasi yang menekankan pada nilai, norma yang
mampu mengikat orang menjad satu dalam organisasi.
29
Sub sistem ini menjangkau seluruh organisasi serta menghubungkan organisasi dengan
lingkungan, menentukan nilai-nilai,mengembangkan Renstra, merancang struktur, dan menerapkan
pengawasan. Susb sistem ini bertanggung jawab mengarahkan organisasi untuk mencapai tujuan.
26
The systems perspective, teori sistem merupakan cara berpikir organisasi. Para
teorikus sistem melihat organisasi sebagai jaringan yang kompleks dengan
lingkungan eksternal. Manajer dari departemen yang berbeda perlu untuk
berkomunikasi satu sama lainnya , dan perlu memahami derajat aktivitas
departemen mereka dan menyadari pengaruh dan dipengaruhi oleh departemen lain.
Hubungan diantara internal sistem organisasi juga perlu dilengkapi dengan
lingkungan luar. Maka manajer diharapkan sensitif terhadap kebutuhan lingkungan.
Teori sistem ini akan mempengaruhi Teori Kontingensi dan Teori McKinsey.
The McKinsey 7-S, Teori McKinsey merupakan produksi dua peneliti: Thomas
Peters dan Robert Waterman, Richard Pascale, dan Anthony Athos yang
bekerjasama dengan McKinsey, sebuah organisasi konsultan manajemen besar.
30
Randall B. Dunham dan John L. Pierce, Management, (USA: Scott, Foresman, 1989), hlm. 151.
27
“What is value?” tulis Rowe Mason Dickel Mann Mockler dalam bukunya yang
berjudul “Strategic Management: A Methodological Approach.” Rowe
mendefinisikan nilai lebih menekankan pada kontribusi terhadap organisasi,
produk, dan stakeholders.
“A bussiness can succeed only when its products or services as having value.
Thus, a key element in the determination of value is acceptance by the customer.
Value is dependent on the vision of leaders, on the performance of the work
force, on the imagination of the engineers, and on the support of all the
functions in the organisation and the suppliers outside the organisation.”31
Dalam kegiatan manajemen, seseorang dapat memiliki falsafah di dalam atau
di luar manajemen.32 Menurut Terry falsafah manajemen adalah salah satu cara
berpikir dalam manajemen yang meliputi pengaatan, pengertian terhadap konsep
dan keyakinannya. Dalam manajemen tindakan seseorang terdapat dalamnya sistem
berpikir. Jika merujuk pendapat Tery tersebut, untuk itulah diperlukan seorang
manajer untuk mengkonstruksi falsafah, nilai yang relasinya adalah suasana
ekonomis yang diinginkan.
Semakin besar kesesuaian nilai antara kebutuhan serta nilai individu dan budaya
organisasi (norma dan nilai), semakin tinggi motivasi dan kinerja. 33 Dalam tesis
Burke ini bahwa dalam sebuah organsisasi seorang pemimpin harus memiliki
kesamaan nilai individu mereka dengan yang dimiliki organisasi. Kesesuaian ini
penting untuk mempermudah organisasi menghadapi berbagai perubahan.
Relasi nilai dan praktik manajemen, menurut Terry, seorang manajer akan
memperoleh tiga keuntungan utama dengan adanya falsafah dan nilai dalam
organisasi, yaitu:
31
Rowe Mason Dickel Mann Mockler, Strategic Management: A Methodological Approach, Fourth
Edition, (USA: Addision Wesley, 1994) ,hlm. 7.
32
George R. Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),hlm. 22.
33
W.W. Burke dan G.H. Litwin, “A Causal Model of Organizational Performance and Change”,
Journal of Management, (Vol.18, 1992), hlm. 532-545
29
Merujuk pendapat Terry bahwa nilai menjadi dasar dari falsafah manajemen,34
yang artinya nilai dapat mengungkapkan hal-hal yang berarti dan suatu hal yang
“sangat didambakan sekali.” Nilai yang dianut oleh organisasi dan manajer juga
sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang oleh Terry disimpulkannya bahwa
kebudayaan dan lembaga-lembaga menunjukkan dan memengaruhi cara hidup dan
cara menyelenggarakan manajemen.
Implikasi adanya perbedaan nilai adalah adanya konsep dan implementasi yang
berbeda dalam dunia manajemen Jepang dan Barat. Di Barat model yang paling
banyak digunakan dalam manajemen adalah model yang dikembangkan oleh Louis
Allen (1965).35 Allen memahami manajemen sebagai proses yang berurutan, yaitu:
a. Planning
34
Ibid,hlm. 23.
35
Riant Nugroho, Perencanaan Strategis in Action, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010),hlm.2.
30
b. Organizing
c. Leading (ada juga yang menggunkan actuating, implementing)
d. Controlling.
1. Plan
2. Do
3. Check
4. Action.36
Menurut Nugroho bahwa model yang digunakan Barat lebih universal dan
mudah diadopsi di berbagai lembaga. Sementara model yang lebih banyak
digunakan di Jepang dalam menerapkannya dibutuhkan penguasaan budaya
organisasi dan kapasitas manusia yang setara dengan budaya perusahaan di Jepang
dan manusianya, yang setara dengan karakter kompetensi.
Kunci perbedaan antara pandangan Barat dan Jepang dalam manajemen terletak
pada KAIZEN.37 Di Barat tidak ada tempat untuk konsep Kaizen.38 Sementara di
Jepang, Kaizen adalah filsafat setiap perusahaan sukses di Jepang, sehingga muncul
ungkapan, “Tanyakanlah kepada seorang manajer dalam sebuah perusahaan Jepang
yang sukses, apa yang dituntut oleh manajemen puncak, jawabannya
pasti,”KAIZEN”.’Kaizen dipopulerkan oleh para pakar manajemen: W.E. Deming
dan J.M. Juran permulaan tahun 1960. Dalam prinsip Kaizen bahwa manajemen
memiliki dua komponen utama: pemeliharaan dan penyempurnaan.39 Dalam tugas
pemeliharaan, manajemen melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya
dengan menerapkan Prosedur Operasi Baku (POB). Artinya, manajemen harus
menetapkan kebijakan, peraturan, petunjuk dan prosedur untuk semua operasi besar
36
Ibid, hlm. 2.
37
Masaki Imai, Kaizen (Ky’zen): Kunci Sukses Jepang dalam Persaingan, (Jakarta: PPM,
1996),hlm.3.
38
Ibid, hlm. 7.
39
Ibid,hlm.5. Setelah Perang Dunia II banyak perusahaan Jepang harus memulai dari awal lagi
secara total. Seluruh pelaku organisasi mendapat tantangan baru setiap hari, yang artinya setiap hari
juga membuat kemajuan. Dalam berusaha dibutuhkan kemajuan yang tidak ada akhirnya, inilah
KAIZEN, yang juga merupakan pandangan hidup rakyat Jepang.
31
1. Orientasi pelanggan.
2. Pengendalian Mutu Terpadu.
3. Robotik.
4. Gugus kendali mutu.
5. Sistem saran.
6. Otomatisasi.
7. Disiplin di tempat kerja.
8. Pemeliharaa Produktivitas Terpadu.
9. Kamban.40
10. Penyempurnaan mutu.
11. Tepat waktu.
12. Tanpa cacat.
13. Aktivitas kelompok kecil.
14. Hubungan kooperatif karyawan-manajemen.
15. Pengembangan produk baru.
Tabel 3
Pola Nilai KAIZEN dalam Manajemen Jepang41
Manajemen Puncak Manajemen Penyelia Karyawan
Madya dan Staf
40
Kamban berarti papan petunjuk, kartu atau catatan. Kamban menjadi sinonim dengan sebuah
sistem tepat waktu.
41
Ibid, hlm. 8.
32
Tabel 4
33
Amerika Jepang
Short term employement Lifetime employement
Pengambilan keputusan individu Pengambilan keputusan kolektif
Tanggungjawab individu Tanggungjawab kolektif
Evaluasi cepat dan promosi Evaluasi yang lambat dan promosi
Mekanisme pengawasan eksplisit Mekanisme pengawasan implisit
Jalur karir spesialisasi Jalur karir non spesialisasi
Konsen terbatas bagi individu sebagai Konsen menyeluruh bagi pekerja
person sebagai person
Jika dilihat perbedaan nilai antara Amerika dan Jepang dalam manajemen di
dalam tabel 4 dapat dipahami bahwa konsep manajemen tidak bisa dihindari dari
nilai-nilai yang dianut sebuah masyarakat suatu negara. Di Amerika masyarakatnya
yang individualis dan menganut liberalisme lebih cendrung menuntut kompetisi dan
kecakapan individu. Sementara di Jepang, dimana nilai-nilai tradisional masih
dijaga dan diaplikasikan, sehingga lebih menampakkan kolektifitas dalam praktik
manajemennya.
42
Randall B. Dunham dan John L. Pierce, Management, (USA: Scot t, Foresman, 1989), hlm. 155.
43
Stephen P. Robbins, Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi, terj. Jusuf Udaya (Edisi
Ketiga,Cetakan I Jakarta: Prentice Hall,Inc, dan Penerbit Arcan, 1994), hlm. 226.
44
Lingkungan yang mencakup kondisi yang mungkin mempunyai dampak terhadap organisasi,
namu relevannya tidak sedemikian jelas.
45
Bagian dari lingkungan yang secara langsung relevan bagi organisasi dalam mencapai tujuannya.
Lingkungan khusus merupakan sesuatu yang khas bagi setiap organisasi dan berubah sesuai dengan
kondisinya.
46
Suatu kondisi objektif tentang apa yang dilihat.
47
Lingkungan yang dipersepsikan apa yang dilihat tergantung pada dimana memosisikannya yang
selanjutnya adalah persepsi yang menuntun manajer dalam membuat keputusan.
34
Setiap organisasi di industri dimana ia berada, apakah ia organasi laba atau nir
laba pastti akan menghadapi suatu kondisi dalam ketidakpastian.48 Kondisi
ketidakpastian ini menurut Robbins dikarenakan tidak ada organisasi yang secara
sempurna mampu mengumpulkan secara internal semua sumber yang dibutuhkan
untuk kelangsungan hidupnya. Di era kontemporer manajemen harus sensitif dan
tanggap mengelola lingkungan. Bahkan manajemen dituntut tidak hanya
kontemporer tetapi sudah harus futuristik.
Menarik membaca buku berjudul “Organisasi Abad 21: suatu hari, semua
organisasi akan melalui jalan ini” yang merupakan kumpulan tulisan: Jay A.
Conger, Noel M. Tichy, Edgar H.Schein, James A. Champy, Manfred F.R Kets de
Vries” yang dieditori oleh Subir Chowdhury, terbitan Prentice Hall, 2005. Dalam
buku ini mengungkapkan, dan memprediksikan permasalahan manajemen
kontemporer.49
Tidak hanya berfilsafat reflektif, artikel-artikel dalam buku ini secara futuristik
memproyeksikan permasalahan yang akan dihadapi organisasi. Salah satu
pembahasan masalah manajemen kontemporer adalah organisasi harus mampu
meningkatkan bakat angggotanya agar mampu merebut kemenangan. Tidak jauh
dari tesis Drucker tentang knowledge worker sub bab yang membahas mengenai
personil organisasi ini mengulas banyak persoalan bahwa organisasi akan
menghadapi permasalahan berkenaan dengan personil yang melanggar aturan.
Olehkarena itu organisasi harus mampu menerapkan manajemen yang
mengakomodir seluruh kepentingan personil organisasi. Ketika manajemen mampu
berdialektika dengan berbagai fenomena kontemporer, maka personil akan mampu
berinovasi, terlibat dalam berbagai perubahan, semakin termotivasi dalam
mengembangkan organisasi.
48
Ibid ,hlm. 392.
49
Subir Chowdhury (ed), Organisasi Abad 21: suatu hari, semua organisasi akan melalui jalan ini
(Prentice Hall dan Indeks Gramedia, 2005)
35
50
Ibid,
51
Dicky Wisnu UR dan Siti Nurhasanah, Teori Organisasi: Struktur dan Desain, (Edisi Kedua,
Malang, UMM, 2005),hlm. 120.
36
“I suppose that managers will be called on, as automation proceeds, for more
of what might be described as “systems of thingking.” they will need, to work
effectively, to understand their organisations as large and complex dynamic
systems involving various sorts of man-machine and machine-machine
interactions. For this reason, persons trained in fields like servo-machine
engineering or mathemathical economics, accustomed to dynamic systems of
these kinds, and possessing conceptual tools for understanding hem, may have
some advantage, at least initially, in operating in the new world. Since no
coherent science of complex systems exists today, universities and engineering
schools are understandably perplexed as to what kinds of training will prepare
their present students for this world.52
C. PENUTUP
1) Ajaran Islam pada dasarnya terdapat banyak filosofi manajemen dan telah
dipraktikkan dari masa Nabi hingga Khulafarrasyiddin dan kekhalifahan
berikutnya.
2) Pentingnya penggunaan Filsafat dalam Manajemen agar apa yang
dikonsepkan dan dipraktikkan dalam manajemen benar-benar berdasarkan
rasio, ilmiah, dan sistematik untuk menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi organisasi secara komprehensif.
3) Nilai dan sistem nilai dalam praktik manajemen dapat dilihat praktiknya
dalam konsep manajemen Barat dan Jepang. Di Barat konsep manajemen
lebih cendrung berdasarkan riset, sementara di Jepang dengan prinsip
Kaizen tidak hanya didasarkan pada prinsip ilmiah, namun juga
dikolaborasikan dengan kearifan lokal Jepang. Disinilah nampak pengaruh
nilai terhadap kinerja organisasi.
52
Herbert A. Simmod dalam Keith Davis (Consulting Editor), The Theory and Management of
Systems, (USA: McGraw-Hill Series in Management, 1963), hlm. 417.
37