Menghitung Besar Putaran Pulley Pengerak CVT Sepeda Motor
Menghitung Besar Putaran Pulley Pengerak CVT Sepeda Motor
1. Statika
Statika adalah ilmu yang mempelajari tentang kesetimbangan benda, termasuk gaya-
gaya yang bekerja pada sebuah benda agar benda tersebut dalam keadaan setimbang.
a) Gaya
Gaya adalah sesuatu yang menyebabkan benda diam menjadi bergerak atau
sebaliknya dari bergerak menjadi diam. Gaya dapat digambarkan sebagai sebuah vektor,
yaitu besaran yang mempunyai besar dan arah. Gaya biasanya disimbolkan
disi mbolkan dengan huruf
F.
Bila gaya F dihilangkan benda (m) akan mengalami perlambatan hingga setelah
waktu t detik benda akan berhenti (kecepatan v = 0). Hal ini karena benda melewati
permukaan kasar yang memiliki gaya gesek (f) yang arahnya selalu berlawanan dengan
arah gerak benda.
Besarnya f tergantung pada harga koefisien geseknya (µ). Semakin kasar
permukaan benda maka koefisien geseknya
geseknya (µ) akan semakin besar. Bila gaya gesek
lebih besar dari gaya tarik (F), maka benda akan berhenti (v = 0). Gaya gesek (f)
berbanding lurus dengan gaya
gaya normal (N) benda atau dapat dituliskan:
f = u · N Newton
di mana:
N = gaya normal yang selalu tegak lurus permukaan
permukaan benda (Newton)
µ (mu) = koefisien gesek permukaan
permukaan benda (tanpa satuan)
Aplikasi dari gaya gesek dapat diilustrasikan pada contoh: roda yang masih baru
akan memiliki cengkeraman yang lebih kuat dibanding dengan roda yang aus/halus.
Pengereman di permukaan aspal lebih baik bila dibandingkan dengan di permukaan
lantai keramik, karena µ aspal lebih besar dari µ permukaan keramik.
Gambar 1.2 Gaya gesek antara roda mobil dan aspal jalan
Gambar 1.3 Titik tangkap gaya (A) pada garis kerja gaya
Tegangan
b. Pengertian Tegangan
Hukum Newton pertama tentang aksi dan reaksi. Jika sebuah balok terletak di
atas lantai, balok akan memberikan aksi pada lantai, demikian pula sebaliknya lantai
akan memberikan reaksi yang sama, sehingga benda dalam keadaan setimbang.
Gaya aksi sepusat (F) dan gaya reaksi (F") dari bawah akan bekerja pada setiap
penampang balok tersebut. Jika kita ambil penampang A-A dari balok, gaya sepusat (F)
yang arahnya ke bawah, dan di bawah penampang bekerja gaya reaksinya (F") yang
arahnya ke atas. Pada bidang penampang tersebut, molekul-molekul di atas dan di bawah
bidang penampang A-A saling tekan menekan, maka setiap satuan luas penampang
menerima beban sebesar:
Gambar 1.4 Tegangan yang timbul pada penampang A-A
Beban yang diterima oleh molekul-molekul benda setiap satuan luas penampang
disebut tegangan. Tegangan biasanya dinyatakan dengan huruf Yunani σ (baca: thau).
RUMUS :
nz1 x z1 = nz2 x z2
nz1 = 70 Rpm
nz2 = ? Rpm
z1 = 20 Z
z2 = 16 Z
nz2 = ( nz1 x z1 ) / z2
= (70 x 20) / 16
= 1400 / 16
= 87,5 Rpm (Rotation per menit) atau putaran per menit.
Dari contoh soal diatas bahwa putaran (rpm) roll pengerak adalah 87,5 artin ya roll
tersebut akan menarik sabuk dengan kecepatan 87,5 putaran dalam 1 menitnya.
B.RATIO GEAR
Formula yang dapat digunakan untuk mengitung gear ratio antara dua
buah gear, adalah:
N1 x Z1 = N2x Z2
Dimana:
N1 = Jumlah putaran gear input
Z1 = Jumlah teeth gear input
N2 = Jumlah putaran gear output
Z2 = Jumlah teeth gear output
Jawab:
N1 x Z1 = N2 x Z2
100 x 25 = N2 x 100
25000 = N2 x 100
N2 = 2500 : 100
N2 = 25
Sehingga gear rationya kita dapatkan N1 : N2 = 100 : 25 = 4 : 1, atau
bisa juga dituls 4 nya saja.
Diagram kerja motor adalah penggambaran kerja langkah-langkah motor secara ke seluruhan yang
ditampilkan dalam satu diagram. Semua kerja motor digambarkandalam satu garis tegak lurus. Sumbu
mendatar menggambarkan kerja dari silinder sedangkan sumbu tegak m enggambarkan masing-masing
silindernya.karena dalam dalam satu proses kerja motor 4 tak memerlukan 2 kali putaran poros e ngkol
atau 720' poros engkol,maka panjang diagaram adalah 720',sedangkan tinggi diagram tergantung dari
jumlah silindernya . Faktor lain yang mempengaruhi diagram kerja adalah firing order,karena itu motor
yang jumlah silindernya sama tetapi firing ordernya lain maka diagram kerjanya pun akan lain.
Dibawah ini ditunjukakan contoh gambar daigram kerja motor 4 tak 4 siinder dengan fo 1-3-4-2.
karena proses kerja motor 4 tak adalah 2 kali peros enkol,maka jarak pengapian tiap silindernya
adalah 720:4= 180 artinya kompresi antara silinder satu dengan urutan berikutnya adalah 180' dan juga
dengan silinder seterusnya
Silinder 0' (TMA) 180' 360' 720'
1 ISAP KOMPRESI USAHA BUANG
2 KOMPRESI USAHA BUANG ISAP
3 BUANG ISAP KOMPRESI USAHA
4 USAHA BUANG ISAP KOMPRESI
Dari diagaram diatas dapat dilihat bahwa saat silinder 1 pada langkah kompresi ,silinder 2 sedang
langkah usaha, silinder 3 sedang langkah hisap, silinder 4 sedang la ngkah buang
SISTEN TRANSMISI DAN
PENJELASANNYA
PENGERTIAN
FUNGSI TRANSMISI
Secara umum transmisi sebagai salah satu komponen sistem pemindah
tenaga (power train) mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Meneruskan tenaga / putaran mesin dari kopling ke poros propeler.
2. Merubah momen yang dihasilkan mesin sesuai dengan kebutuhan
(beban mesin dan kondisi jalan).
3. Merubah momen yang dihasilkan mesin sesuai dengan kebutuhan
(beban mesin dan kondisi jalan).
KOMPONEN TRANSMISI
TIPE
Transmisi otomatis
TRANSMISI MANUAL
Pemakaian lain
Motor bebek yang beredar di Indonesia pada awal tahun 1970an sampai sekarang umumnya
menggunakan transmisi semi-otomatis yang sederhana, motor bebek sangat populer pada waktu
itu baru belakangan ini mulai diproduksi dan dipasarkan motor transmisi otomatis seperti
digunakan pada Yamaha Mio, Honda Vario.
Gambar-gambar transmisi
Transmisi pada kendaraan berfungsi untuk menyesuaikan putaran dan momen puntir (torsi) yang dihasilkan
engine agar sesuai untuk kecepatan kendaraan dan beban kendaraan pada suatu kondisi tertentu. Contoh rasio
transmisi:
Gear
Ratio
1
3.307
2
1.750
3
1.171
4
0.923
5
0.767
Final Reduction
4.625
Final reduction adalah perbandingan antara putaran input dan output pada differential, sebelum daya putaran
diberikan ke roda. Final reduction akan menurunkan putaran dan meningkatkan torsi. Pada sepeda motor, final
reduction adalah perbandingan roda gigi rantai (sprocket) yang besar pada roda belakang, dibagi dengan
sprocket yang kecil pada output transmisi. Beberapa kendaraan didesain dengan beberapa rasio, seperti rasio
primer dan sekunder, low, high, dan lain-lain. Jika rasio-rasio transmisi tersebut bekerja pada kecepatan
tertentu, maka rasio-rasio tersebut harus juga dicantumkan dalam kalkulasi untuk kecepatan yang
bersangkutan.
Ukuran roda akan mempengaruhi kecepatan kendaraan. Karena roda (velg) dan ban sering dimodifikasi, maka
pengukuran kecepatan kendaraan dengan speedometer akan menjadi kurang akurat. Untuk menghitung
kecepatan dengan berpatokan pada RPM engine, maka dibutuhkan data keliling ban. Pengukuran keliling ban
dilakukan dengan mengukur tinggi roda dari tanah ke titik pusat as roda (tire rolling radius). Perlu diketahui
bahwa tinggi roda dari tanah akan sedikit lebih kecil dari radius ban, hal ini karena adanya bagian yang
flexibel dari ban dan akibat berat kendaraan maka tingginya sedikit menjadi lebih rendah. Harap lihat gambar
roda dibawah, panah merah menunjukkan tire rolling radius.
Jika anda mengendarai kendaraan dengan putaran engine 3000 RPM dan menggunakan persneling gigi 5
dengan rasio seperti pada tabel diatas, dan diketahui tyre rolling radius adalah 270 mm. Maka untuk
menghitung kecepatan kendaraan adalah:
Jika kecepatan kendaraan diketahui dengan speedometer, tapi tidak ada RPM gauge. Maka putaran engine
dapat diketahui dengan cara kebalikan kalkulasi diatas.
Misal: anda sering mengganti perseneling gigi 1 ke gigi 2 pada kecepatan 30 kmh, dan perlu memastikan pada
putaran engine berapakah kecepatan 30 kmh untuk gigi 1 dan 2 tersebut. Dengan menggunakan tabel contoh di
atas untuk rasio persneling, dan tyre rolling radius misalnya adalah 270 mm, maka:
Putaran engine pada gigi 1 = putaran roda x rasio transmisi gigi satu x final reduction
Kecepatan sebenarnya = kecepatan speedometer x tire rolling radius modifikasi / tire rolling radius standard
Pompa Oli…
jika ingin modif spesies Gl juga harus mengganti pompa olinya…jumlah geranya pun berbeda, di tiger ada 34
mata sedangkan di GL pro ada 37 mata…tentu hitungan modulnya menyesuaikan gigi primer/sekunder
masing2…..
Perbandingan Gear Ratio GL vs Tiger
dikalangan CB/GL mania…pencangkokan 6speed gear tiger terkesan menjadi sebuah keharusan setelah
menjalani serangkaian modif..apalagi kalo sudah naik stroke…dengan mencangkok kruk -as
tiger….weh..weh…weh….
Rasio GL pro/neotech Rasio Tiger
gigi 1 14/32 gigi 1 14/34
gigi 2 16/31 gigi 2 16/27
gigi 3 19/24 gigi 3 25/32
gigi 4 22/22 gigi 4 24/25
gigi 5 31/26 gigi 5 31/28
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>gigi 6 27/22
nah dihitung sendiri……dan bandingkan…mirip kan???!!! so dari data yang ada…ke-2 varian ini cuma
memiliki perbedaan mencolok di final gear dan perbandingan gigi primer/sekunder…..so kelihatan sekali
bahwa pada Tiger..perbandingan gear primer/sekunder memiliki perbandingan lebih berat untuk mengimbangi
torsi gede akibat langkah yang panjang 62.2mm……………….
perbandingan gigi primer/sekunder, gigi rasio, juga final gear…me ngitung kecepatan motor berapa
Rumus dasar
Power = Torsi x 2 π x Rpm…..
Rpm = Power/torsi * 2π
jika rasio primer/sekunder tiger adalah 68/22 = 3.09
reduksi gigi rasio di gigi 5 28/31 = 0.903
final gear pake 44/15 = 2.933
karna memakai ring 18 dengan profil ban 110/80 didapat keliling ban = 1,7meter
maka pada rpm 8000 honda tiger memiliki kecepatan 8000/3.09*0.903*2.933 = 977.53 putaran roda/menit
atau 16.29 putaran roda/detik
jika keliling roda adalah 1.7 meter maka didapat 1.7*16.29 = 27.69 meter/detik = 99.7 km/jam
Transmisi pada kendaraan berfungsi untuk menyesuaikan putaran dan momen puntir (torsi) yang
dihasilkan engine agar sesuai untuk kecepatan kendaraan dan beban kendaraan pada suatu kondisi
tertentu. Contoh rasio transmisi:
Gear Ratio
1 3.307
2 1.750
3 1.171
4 0.923
5 0.767
Final
Reduction 4.625
Final reduction adalah perbandingan antara putaran input dan output pada differential, sebelum daya
putaran diberikan ke roda. Final reduction akan menurunkan putaran dan meningkatkan torsi. Pada
sepeda motor, final reduction adalah perbandingan roda gigi rantai (sprocket) yang besar pada roda
belakang, dibagi dengan sprocket yang kecil pada output transmisi. Beberapa kendaraan didesain
dengan beberapa rasio, seperti rasio primer dan sekunder, low, high, da n lain-lain. Jika rasio-rasio
transmisi tersebut bekerja pada kecepatan tertentu, maka rasio-rasio tersebut harus juga dicantumkan
dalam kalkulasi untuk kecepatan yang bersangkutan.
Ukuran roda akan mempengaruhi kecepatan kendaraan. Karena roda (velg) dan ban sering dimodifikasi,
maka pengukuran kecepatan kendaraan dengan speedometer akan menjadi kurang akurat. Untuk
menghitung kecepatan dengan berpatokan pada RPM engine, maka dibutuhkan data keliling ban.
Pengukuran keliling ban dilakukan dengan mengukur tinggi roda dari tanah ke titik pusat as roda (tire
rolling radius). Perlu diketahui bahwa tinggi roda dari tanah akan sedikit le bih kecil dari radius ban, hal
ini karena adanya bagian yang flexibel dari ban dan akibat berat kendaraan maka tingginya sedikit
menjadi lebih rendah. Harap lihat gambar roda dibawah, panah merah menunjukkan tire rolling radius.
Jika anda mengendarai kendaraan dengan putaran engine 3000 RPM dan me nggunakan persneling gigi 5
dengan rasio seperti pada tabel diatas, dan diketahui tyre rolling radius adalah 270 mm. Maka untuk
menghitung kecepatan kendaraan adalah:
Jika kecepatan kendaraan diketahui dengan speedometer, tapi t idak ada RPM gauge. Maka putaran
engine dapat diketahui dengan cara kebalikan kalkulasi diatas.
Misal: anda sering mengganti perseneling gigi 1 ke gigi 2 pada kecepatan 30 kmh, dan perlu
memastikan pada putaran engine berapakah kecepatan 30 k mh untuk gigi 1 dan 2 tersebut. Dengan
menggunakan tabel contoh di atas untuk rasio persneling, dan tyre rolling radius misalnya adalah 270
mm, maka:
Putaran engine pada gigi 1 = putaran roda x rasio transmisi gigi satu x final reduction
Maka didapat :
I = 50 W/12 V = 4,167 Ampere
Waktu pemakaian = 50 Ah/4,167 A = 11,99 jam - dieffisiensi Aki sebesar 20 %
= 11,99 jam - 2,398 jam
= 9,592 Jam ( 9 Jam 35 Menit 31,2 Detik )
Kesimpulan :
Lama ketahanan aki ditentukan oleh besarnya Kapasitas Ampere aki dan berapa watt beban.
NB : Tambahkan 20% untuk diefisiensi aki, Kuat Arus yang dibutuhkan untuk pengisian 2 jam :
Berapa watt charger yang dibutuhkan untuk mengisi aki 50 Ah selama 2 jam :
Diketahui tegangan standart charger Aki = 13,8 Volt
P=VxI
= 13.8 Volt x 30 Ampere
= 414 Watt
Berarti yang dibutuhkan untuk mengisi aki dengan waktu 2 jam adalah charger dengan spesifikasi:
Arus Output sebesar 30 Ampere dan Output tegangan sebesar 13,8 Volt.