BAB III
ASPEK TEKNIS
III-1
III-2
60
= 0,783
= 76,6284 unit
Kolom 4 merupakan produksi mesin/ jam. Perhitungan
produksi mesin/ jam didapatkan berdasarkan waktu kerja sebesar
60 menit dibagi dengan proses kerja pada masing-masing
kegiatan. Seperti contoh pada O-16 diperoleh produksi mesin/
jam sebesar 76,6284 unit. Hal ini menunjukan dalam waktu 1 jam
mesin ampelas dapat menghaluskan 76,6284 unit papan alas
dan atas laci.
Kolom (5) %Scrap = 1,33%
Kolom 5 merupakan kolom yang menunjukkan %scrap.
Persentase scrap menunjukan persentase sisa bahan yang
didapatkan dari suatu kegiatan. Pada operasi penghalusan O-16
diketahui scrap yang dihasilkan 1,33%. Hal tersebut menunjukan
bahwa terdapat 1,33% bahan yang terbuang dari papan alas dan
atas laci ketika dihaluskan.
Kolom (6) Bahan diminta = Target Produksi x Jumlah Unit
= 215 x 2
= 430 unit
Kolom 6 menunjukkan jumlah bahan yang diminta. Bahan
diminta menunjukan jumlah unit awal yang diharapkan
perusahaan untuk memproduksi produk setiap harinya. Bahan
diminta didapatkan berdasarkan Jadwal Induk Produksi (JIP)
dibagi dengan hari kerja dalam satu tahun dikalikan dengan unit
komponen yang digunakan Berdasarkan data pada JIP, diketahui
bahwa produk rak sepatu dengan warna memiliki target produksi
sebesar 52507 unit sehingga jika dibagi dengan total hari kerja
dalam setahun yaitu 245 akan menghasilkan 215 unit per hari
yang kemudian dikalikan dengan 2 dikarenakan unit papan alas
dan atas laci yang digunakan adalah 2, sehingga diperoleh bahan
yang diminta sebesar 430 unit.
430
= 1- 0,0133
= 435,7961 unit
435,7961
= 0,95
= 458,7327
EfisiensiMesin
ProduksiMesin Jam Kerja
Reabilitas
Jam Hari
458,7327
= 76,6284
0,95
7
= 0,9002 unit
Kolom 9 menunjukan jumlah mesin teoritis. Jumlah mesin
teoritis adalah jumlah mesin yang dibutuhkan untuk memenuhi
kapasitas produksi yang direncanakan berdasarkan perhitungan
dengan menggunakan rumus. Jumlah kebutuhan mesin teoritis
dihitung berdasarkan nilai efisiensi mesin, produksi mesin per
jam, hari kerja serta dengan mempertimbangkan reliabilitas atau
keandalan mesin yang sebesar 95%. Tingkat reliabilitas
merupakan tingkat keandalan mesin untuk berjalan dengan baik
sesuai dengan fungsinya untuk memenuhi efisiensi 95%, yaitu
sebesar 95%. Kebutuhan mesin pada mesin ampelas untuk
proses penghalusan O-16 adalah sebanyak 0,9002 unit.
Kolom (10) Jumlah aktual = 0,9002 ≈ 1 mesin
Kolom 10 menunjukan jumlah mesin secara aktual. Jumlah
kebutuhan mesin aktual diperoleh dari hasil pembulatan ke atas
dari jumlah mesin teoritis, pembulatan ke atas dilakukan untuk
menghindari terjadinya kekurangan jumlah mesin selama proses
produksi. Kebutuhan mesin aktual pada O-16 yang didapatkan
dari hasil pembulatan dari kebutuhan mesin teoritis yaitu
sebanyak 1 unit. Jumlah mesin teoritis kemudian akan menjadi
input untuk membuat Multi Product Process Chart (MPPC).
= 4,4163 unit
Kebutuhan Mesin Aktual untuk Mesin = 4,4163 ≈ 5 Unit
Multi Product Process Chart (MPPC) produk rak sepatu
yang diproduksi oleh PT ANREV terdiri dari 3 departemen, yaitu
departemen fabrikasi, departemen assembly, dan departmen
finishing. Departemen fabrikasi menangani operasi pengukuran,
pemotongan, hingga menghalusan dan menggunakan meja
fabrikasi untuk operasi pengukuran, mesin potong untuk operasi
pemotongan dan mesin ampelas untuk operasi menghaluskan,
dimana seluruh operasi tersebut dilakukan sebelum perakitan.
Terdapat 6 kolom dalam departemen fabrikasi, sesuai dengan
jumlah komponen utama produk rak sepatu yaitu 6 komponen
utama. Lambang operasi dan nomor operasi didapatkan dari
Operation Process Chart (OPC) produk rak sepatu. Setelah
melalui proses pada departemen fabrikasi, semua produk akan
melalui penyimpanan sementara sebelum dirakit.
Departemen selanjutnya yaitu departemen assembly atau
perakitan menggunakan meja assembly. Departemen yang
terakhir adalah departemen finishing, dimana terdapat
mendempul pada meja finishing dan mengecat menggunakan
mesin pengecatan. Terdapat 5 kolom pada departemen
assembly, sesuai dengan operasi merakit rak sepatu terdapat 5
perakitan. Setiap melalui perakitan, maka rakitan tersebut akan
melalui penyimpanan sementara, lalu akan dirakit lagi hingga
perakitan terakhir. Produk akan disimpan sementara sebelum
memasuki departemen terakhir yaitu departemen finishing.
Departemen yang terakhir adalah departemen finishing. Terdapat
dua kolom pada departemen finishing, yaitu proses pendempulan
pada meja finisihing dan proses pengecatan dengan mesin
11,9583
= 0,33372
= 35,8333 ≈ 36 tumpukan
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah tumpukan pada
kolom 11 maka dapat diketahui kapasitas volume/ tumpukan
pada komponen papan alas dan tengah yaitu sebesar 36. Artinya
maksimal banyaknya tumpukan untuk komponen papan alas dan
tengah yaitu sebanyak 36 tumpukan.
1075
=
12
= 89,5833 ≈ 90 unit
Berdasarkan hasil perhitungan kemasan tersedia pada
kolom 9 maka dapat diketahui kemasan tersedia untuk
= 8,1 m²
Berdasarkan hasil perhitungan total luas lantai pada kolom
12 maka dapat diketahui total luas lantai yang diperlukan untuk
menyimpan komponen dempul dalam gudang bahan baku model
rak yaitu 8,1 m2. Berdasarkan Tabel 3.3 dapat diketahui total luas
area yang diperlukan untuk menyimpan seluruh komponen
tambahan pada model rak yaitu 55,3725 m2. Berdasarkan kedua
tabel yang ada, maka dapat diketahui keseluruhan luas lantai
untuk menyimpan seluruh komponen produk rak sepatu
(receiving) adalah sebesar 152,1081 m2.
fabrikasi produk rak sepatu yaitu 38,0232 m². Total luas area
untuk mesin dan peralatan adalah sebesar 294,1392 m²
183,775415
6
= 0,36963
4000000
= (5x 245)
= Rp 3.265,30
3028861,59
x 12
Biaya Operator =
245
= Rp 148.352,40
= 25000 + 25000
= Rp 50.000,00
BiayaPerawatan Sebulan
x 12
Biaya Perawatan = Total Hari KerjaSetahun
= 50000
x 12
245
= Rp 2.448,97
Departemen =½ +
L. Receiving L. mejafabrikasi+
potong+
L. mesin L. mesin +
ampelas
½ L. mejaassembly
=½ +
152,1081 +
38,0232 50,0232+
38,0232
+ 50,0232
= 29,1082 meter
Total Biaya
BPM/m = Jarak TempuhAlatAngkutperhari
154066,67
BPM/m = 29,1082
= Rp 5.292,89/ meter
Total biaya penanganan material dari receiving ke meja
meja assembly adalah sebesar Rp 5.292,89/ meter. Artinya untuk
memindahkan seluruh komponen dari receiving ke meja
assembly yang berjarak 29,1082 m dengan 1 kali pengangkutan
menggunakan alat walking pallet dibutuhkan biaya sebesar Rp
5.292,89/ meter.
PT ANREV juga menggunakan alat angkut mini forklit.
Berikut adalah perhitungan biaya penanganan material untuk
setiap meter pada alat angkut mini forklit.
HargaAlat Angkut
Depresiasi = (UmurEkonomisx Total Hari KerjaSetahun)
60000000
= (5x 245)
= Rp 48.979,59
3028861,59
x 12
Biaya Operator =
245
= Rp 148.352,40
pengecekan
= Rp 200.000,00
BiayaPerawatan Sebulan
x 12
Biaya Perawatan = Total Hari KerjaSetahun
= 200000
x 12
245
= Rp 9.795,91
= 58,0646
x2
x 9000
500
= Rp 2.090,32
Total Biaya
BPM/m = Jarak TempuhAlatAngkutperhari
209218,22
BPM/m = 58,0646
= Rp 3.603,19/ meter
Total biaya penanganan material dari alat angkut mini
forklit adalah sebesar Rp 3.603,19/ meter. Artinya untuk
memindahkan komponen dengan jarak 58,0646 m dengan 1 kali
pengangkutan menggunakan alat mini forklit dibutuhkan biaya
sebesar Rp 3.603,19/ meter.
PT ANREV juga menggunakan alat angkut manusia. Berikut
adalah perhitungan biaya penanganan material untuk setiap
meter pada alat angkut manusia.
Gaji Operator
x 12
Biaya Operator = Total Hari Kerja sebulan
3028861,59
x 12
=
245
= Rp 148.352,40
Biaya operator untuk alat angkut manusia di PT ANREV
adalah sebesar Rp 148.352,40 dalam satu hari. Hari kerja di PT
ANREV adalah 245 hari dalam satu tahun.
Jarak total = 77,7375 meter
BiayaOperator
BPM/ m =
Jarak Total
148352,40
= 77,7375
= Rp 1.908,37/ meter
Total biaya penanganan material dari alat angkut manusia
adalah sebesar Rp 1.908,37/ meter. Artinya untuk memindahkan
komponen yang berjarak 77,7375 m dengan 1 kali pengangkutan
menggunakan alat manusia dibutuhkan biaya sebesar Rp
1.908,37/ meter.
Biaya penanganan material terdiri dari biaya penanganan
material untuk komponen utama, komponen tambahan, dan
produk jadi. Berikut merupakan hasil perhitungan biaya
penanganan material untuk komponen utama, komponen
tambahan, dan produk jadi.
Departemen) =½ +
L. receiving ½
L. mejafabrikasi
=½ +½
152,1081 38,0232
= 9,2497 meter
= 209218,22
58,0646
= Rp 3.603,19/ meter
Kolom 12 merupakan biaya penanganan material untuk
setiap meter pada alat angkut. Biaya penanganan material untuk
108000
=
324000
L. mejafabrikasi+
departemen) potong+
L. mesin
L. mesin +
ampelas
+
L. mejaassembly ½ L. kape
=½ +
152,1081 +
38,0232
50,0232
+ +
38,0232 +
50,0232 ½
26,0232
= 35,1952 meter
148352,40
BPM/ m = 77,7375
= Rp 1.908,37/ meter
Kolom 13 merupakan biaya penanganan material untuk
setiap meter. Biaya penanganan material per meter pada alat
angkut manusia dengan mempertimbangkan total jarak dari
manusia yaitu sebesar Rp 1.908,37/ meter.
Kolom 14 (Total BPM) = Frekuensi/hari x BPM/m x Jarak
antar
Departemen
= 1 x 1908,37 x 35,1952
= Rp 67.165,46
Kolom 14 merupakan total biaya. Total biaya penanganan
material dari receiving ke kape yaitu sebesar Rp 67.165,46.
departemen) ½ +
50,0232 ½ 26,0232
=
= 6,0870 meter
209218,22
BPM/m = 58,0646
= Rp 3.603,19/ meter
Kolom 12 merupakan biaya penanganan material untuk
setiap meter. Biaya penanganan material per meter pada alat
71553,94
= 71553,94
=1
Berdasarkan Tabel 3.14 Seperti contoh dari F1 ke F2
mendapat koefisien 1 yang memiliki arti bahwa ongkos mesin
sama dengan ongkos masuk mesin F2, hal ini menunjukan
ongkos dari kedua mesin tersebut sama dengan ongkos masuk
A1. Koefisien 1 menunjukan biaya yang masuk ke dalam
departemen sama dengan biaya total departemen tersebut,
sedangkan koefien yang kurang dari 1 menunjukan biaya yang
masuk lebih kecil dari biaya total pemasukan departemen
71553,94
= 71553,94
=1
Berdasarkan Tabel 3.15 yang merupakan koefisien dari
ongkos mesin yang keluar. Contoh dari F1 ke F2 mendapatkan 1
artinya ongkos dari F1 sama dengan ongkos keluar dari F2.
Koefisien terkecil yang terdapat pada FTC outflow adalah 0,1319
yaitu dari receiving ke FN2 (meja pengecatan). Koefisien kurang
dari 1 menunjukan biaya yang keluar lebih kecil dari biaya total
yang dikeluarkan dari departemen tersebut, koefisien 1