PENDAHULUAN
1.2. TUJUAN
a. Menentukan jumlah mesin teoritis yang harus disediakan berdasarkan kapasitas
produksi yang ada.
b. Mengetahui kebutuhan jumlah mesin yang sebenernya untuk setiap jenis mesin serta
jumlah mesin yang digunakan.
BAB II
METODOLOGI PERANCANGAN
Jumlah disiapkan
jumlah diharapkan
Jumlah disiapkan=
1-persentase skrap
46.6540312
Jumlah disiapkan= =49.1095
1-0.05
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah yang harus disiapkan oleh perusahaan adalah
49.1095 unit untuk memenuhi kapasitas produksi yang telah ditentukan perusahaan.
Jumlah disiapkan
Produksi pada efisiensi=
Efisiensi pabrik
49.10950653
Produksi pada efisiensi= =54.5661
0.9
54.56611836
Jumlah mesin teoritis= =1.3231
0.87×47.4
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah mesin teoritis diatas adalah 1.3231 dan
dibulatkan ke atas menjadi 2 mesin.
L6 = 186 cm
B12 = 600 cm
X = 36 cm
b12 2
R = √(l6 + x)2 + ( )
2
600 2
R = √(186 + 36)2 + ( )
2
𝑅 = 373.20772 𝑐𝑚 = 3.7320772 𝑚
b12
Ast = Wa + R + a if < Wa
2
b12 b12
Ast = + R + a if > Wa
2 2
b12 600
= = 300 > 139
2 2
b12
Ast = +R+a
2
600
Ast = + 373.20772 + 50
2
Ast = 723.20772 cm = 7.2320772 m
b. Hand pallet
L6 = 114.5 cm
X = 97 cm
b12 2
R = √(l6 − x)2 + ( )
2
600 2
R = √(114.5 − 97)2 + ( ) = 300.50998 𝑐𝑚 = 3.0050998 𝑚
2
b12 2
√ 2
Rh = x + ( )
2
600 2
Rh = √972 + ( ) = 315.29193 𝑐𝑚 = 3.1529193 𝑚 > 1.385 𝑚
2
Ast = Wa + R + a if Rh < Wa
Ast = Rh + R + a if Rh > Wa
Ast = 6.657998 m
Dari hasil diatas kita dapat melihat nilai Ast terbesar ada pada material baja dengan
menggunakan material handling forklift sebesar 7.232 m kemudian dengan di tambahkan
kelonggaran masing-masing sisi 0.8 maka kita mendapatkan lebar gang 6.657 m.
PT. INMAJAYA 18221 adalah salah satu perusahaan yang memproduksi dust
collector. Untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal perusahaan perlu menganalisis
setiap lini yang dibutuhkan untuk menunjang proses produksi agar dapat memaksimalkan
hasil produksi tanpa mengeluarkan biaya yang terlalu besar. Salah satu yang perlu
dipertimbangkan oleh perusahaan adalah luas lantai produksi dan jumlah mesin yang akan
digunakan oleh perusahaan. Mesin adalah salah satu komponen utama yang wajib ada dalam
proses produksi karena untuk membuat berbagai produk yang terbuat dari plat besi dan baja
maka akan lebih efisien menggunakan mesin sebagai media untuk memproses material
tersebut. Mesin yang digunakan juga harus memiliki jumlah yang sesuai. Mempunyai mesin
yang terlalu banyak juga tentunya akan merugikan perusahaan karena akan menambah biaya
perawatan sedangkan mesin tersebut tidak digunakan. Dengan menentukan jumlah mesin
yang digunakan maka kita bisa menentukan luas lantai dan kita dapat mengatur posisi mesin
tersebut sehingga lantai produksi yang digunakan dapat efektif dan efisein sehingga mampu
menunjang proses produksi dengan baik.
Oleh karena itu, perlu dilakukan perhitungan untuk menentukan jumlah mesin yang
akan digunakan agar jumlah mesin yang digunakan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan
untuk melakukan proses produksi. Untuk membantu menghitung jumlah mesin yang
dibutuhkan, digunakan routing sheet sebagai alat bantu untuk menentukan langkah-langkah
proses produksi setiap komponen sehingga dapat diketahui jumlah mesin teoritis yang
diperlukan untuk memproduksi dust collector. Didalam pembuatan routing sheet akan
ditentukan efisiensi, scrap dan reabilitas. Efisiensi adalah kemampuan mesin dalam untuk
melakukan suatu pekerjaan dengan biaya kecil dan mampu menggunakan sumber daya
dengan maksimal untuk mencapai output yang maksimal pula. Berdasarkan pengertian diatas
kelompok kami memilih efiseinsi 90% karena mesin yang digunakan masih tergolong baru
sehingga mesin dapat bekerja dengan maksimal dan biaya perawatan yang diperlukan relatif
kecil karena mesin yang digunakan masih baru. Selain itu, kondisi mesin yang masih baru
mebuat peluang untuk terjadinya kecacatan dalam proses produksi kecil dan mesin yang baru
memiliki produktivitas yang besar sehingga mampu menghasilkan produk sesuai dengan yang
diharapkan. Didalam routing sheet juga dipertimbangkan kan persentase scrap yang timbul
dalam proses produksi dalam setiap mesinnya. Scrap adalah material yang cacat setelah
terjadi proses produksi suatu mesin. Pada pembuatan routing sheet ini kami memilih
Laporan Praktikum Perencanaan Tata Letak Pabrik Modul I. Perencanaam Jumlah Mesin dan
Luas Lantai Teoritis
persentase scrap sebesar 5% dimana perusahaan mengasumsikan akan terjadi kecacatan
produk sebesar 5% dalam proses pembuatan 40 produk. Persentase 5% ditetapkan dengan
merpertimbangkan kualitas mesin yang digunakan. Mesin yang masih tergolong baru akan
dapat bekerja dengan baik karena semua komponen dari mesin yang digunakan masih
berfungsi dengan baik sehingga mampu meminimalisir terjadinya kecacatan produk. Selain
itu perusahaan juga memperkerjakan tenaga ahli disetiap jenis mesin yang ada sehingga setiap
mesin dapat bekerja dengan baik dan sesuai dengan fungsinya. Sedangkan persentasi
reabilitas mesin adalah mempercai mesin tersebut dapat bekerja sesuai dengan fungsinya dan
sukses dalam melakukan proses produksi sesuai dengan yang telah ditergetkan oleh
perusahaan. Persentase reabilitas yang dipilih adalah 87% karena mesin yang digunakan
adalah mesin baru sehingga mesin pasti dapat bekerja dengan baik dan memiliki tingkat
kesuksesan dalam proses produksi yang lumayan tinggi. Namun perusahaan juga
mempertimbangkan sumber daya manusia yang mengoperasikan mesin tersebut. Setiap jenis
mesin memang memiliki tenaga ahlinya masing-masing, namun tidak dengan jumlah mesin
yang sangat banyak tidak mungkin tenaga ahli tersebut mampu mengoperasikannya mesin
sekaligus sehingga yang akan mengoperasikan mesin yang lain adalah tenaga ahli yang
lainnya sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan masih ada dalam proses produksinya.
Jumlah operator pada setiap mesin berbeda-beda bergantung dengan jenis mesin dan operasi
yang dilakukan. Pada mesin cutting, diperlukan 2 orang operator dikarenakan 1 operator
untuk menahan benda kerja dan 1 operator untuk mengoperasikan mesin. Pada mesin bubut,
terdapat 2 operator yang 1 untuk menjalankan mesin dan 1 operator memastikan ukuran telah
sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan. Pada mesin milling juga diperlukan 2 opertor
yang masing-masing bertugas menyetarakan benda kerja dan pengoperasian mesin. Pada
mesin bor dan mesin gerinda hanya dibutuhkan 1 orang operator untuk pengoperasiannya.
Alasan mengapa pada pembulatan jumlah mesin teoritis jika lebih besar dari 0,1 maka
dibulatkan keatas karena jika semakin besar hasil yang didapatkan akan mempengaruhi
kemampuan suatu perusahaan dalam pemenuhan kapasitas yang dibutuhkan tergantung dari
besarnya permintaan yang diterima. Jika dilakukan pembulatan kebawah maka hal tersebut
akan membuat perusahaan membutuhkan waktu yang lebih lama dalam memenuhi
permintaan karena kurangnya jumlah mesin yang seharusnya digunakan dalam memenuhi
kebutuhan permintaan. Jika dilakukan pembulatan kebawah akan menghemat biaya yang
seharusnya dikeluarkan untuk pembelian mesin, perawatan mesin dan memperkecil luas lantai
yang dibutuhkan untuk peletakkan mesin tetapi hal itu juga dapat menjadi kerugian dalam
masalah pemenuhan kapasitas permintaan yang diterima oleh perusahaan. Jika suatu
perusahaan tidak dapat memenuhi kapasitas permintaan maka perusahaan akan melakukan
sub-kontrak atau pihak ke tiga yang artinya akan memerlukan biaya lebih dalam proses
produksi.
Dalam pemilihan jumlah besaran lebar dan panjang pada hand pallet dan forklift
dipilih antara ukuran panjang dan lebar material handling atau bahan baku dan ukuran yang
tertera pada jenis produk hand pallet dan forklift dan digunakan oleh kelompok kami. Hal ini
dilakukan agar material yang digunakan dapat diangkut ke gudang dan tidak membutuhkan
banyak waktu yang terbuang untuk melakukan pemindahan material berupa bahan baku
maupun barang jadi kedalam gudang.
Pengukuran Kelompok Mesin terdapat tempat peletakkan bahan baku dan barang jadi.
Peletakaan BBU dan BJU dilakukan berdasarkan dengan jumlah mesin yang didapatkan dari
hasil perhitungan jumlah mesin teoritis. Syarat yang ada dalam membuat layout tata letak
mesin adalah harus berbentuk persegi empat dengan penempatan sub-kelompok mesin adalah
2 hingga 3 mesin dengan jarak antar mesin adalah 2 meter dengan allowance operator
permesinnya adalah 1 meter sehingga ketika operator bekerja tidak mengganggu mesin, meja
mesin, atau operator lainnya. Layout juga harus menentukan jarak penyimpanan material
dengan mesin yang ada sehingga pada saat penempatan BJU (Bahan Jadi Utama) dan BBU
(Bahan Baku Utama) dapat ditentukan secara optimal agar jarak tidak terlalu jauh dengan
Laboratorium Sistem Produksi
Program Studi Teknik Industri – Fakultas Teknik
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Laporan Praktikum Perencanaan Tata Letak Pabrik Modul I. Perencanaam Jumlah Mesin dan
Luas Lantai Teoritis
mesin yang terletak paling jauh jika dihitung jaraknya dengan BBU dan BJU (guna
menghilangkan transportation waste). Jarak gang yang dipakai adalah perhitungan AST
terbesar antara mesin forklift dengan mesin hand pallet (sebesar 7,23 meter).
Material handling yang digunakan adalah forklift dan hand pallet. Kedua material
handling digunakan karena sangat cocok digunakan sebagai pembantu di gudang untuk
mengangkut bahan bahu, bahan pembantu dan bahan jadi. Hand pallet digunakan sebagai alat
untuk mengangkut bahan baku sampai dengan bahan jadi yang berdimensi kecil sehingga
dapat lebih fleksibel untuk digunakan karena tidak membutuhkan area yang terlalu besar
untuk lewat di area produksi dan di area gudang. Sedangkan untuk alat yang berdimensi besar
dan memiliki berat yang besar harus menggunakan forklift dimana alat ini mampu
mengangkat barang-barang yang berdimensi besar karena forklift bekerja menggunakan mesin
sehingga akan dapat bekerja dengan maksimal dan mengurangi pekerjaan yang berat yang
tidak dapat dikerjakan oleh manusia.
Pada proses produksi di PT. INMAJAY 18221 terdapat meja yang digunakan sebagai
tempat perakitan komponen menjadi sub assembly dan sub assembly menjadi final assembly.
Pada meja perakitan tidak terdapat persentase scrap karena pada proses perakitan dilakukan
oleh operator secara langsung dan sudah tidak banyak pekerjaan yang dilakukan sehingga
probabilitas terjadinya kecacatan produk kecil sehingga persentase scrap tidak dibutuhkan
pada meja inspeksi.
Dari modul I- Perencanaan Jumlah Mesin dan Luas lantai Teoritis didapatkan kesimpulan
sebagai berikut:
Routing sheet dibuat untuk menghitung jumlah mesin yang dibutuhkan yang
dipengaruhi nilai efisiensi, realibilitas, scrap, dan kapasitas produksi harian.
Jumlah mesin dipengaruhi oleh besaran kapasitas, reability, presentasi cacat, dan lain-
lain.
Jumlah mesin teoritis yang dibutuhkan ada 19,589 mesin welding, 5,178 mesin
gerinda, 2,316 mesin milling, 3,0033 mesin bending, 6,583 mesin bubut, 3,136 mesin
bor, 0,502 mesin roll, 4,565 mesin cutting CNC, 1,1345 mesin balancing, 6,347 meja
assembly 1, jumlah meja assembly 2 sebesar 5,927, jumlah meja assembly 3 sebesar
4,279, jumlah meja assembly 4 sebesar 2,139, jumlah meja assembly 5 sebesar 11,221,
dan jumlah meja QC I sebesar 15,315.
Jumlah mesin yang dibutuhkan ada 19 mesin welding, 5 mesin gerinda, 3 mesin
milling, 3 mesin bending, 6 mesin bubut, 3 mesin bor, 1 mesin roll, 5 mesin cutting
CNC, 2 mesin balancing, 6 meja assembly I, 6 meja assembly II, 4 meja assembly III,
2 meja assembly IV, 11 meja assembly V, dan 15 meja QC I.
Semakin optimal layout tata letak, semakin optimal juga operasi yang ada.
Pada perhitungan labr gang akan di bandingkan ukuran antara mesin forklift dan
handpallet dengan ukuran material yang digunakan utuk proses produksi.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA