Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
“Di Sususn Umtuk Memenuhi Tugas PPN Keperawatan Medikal Bedah 1 di Ruang Bedah Sentral RSUPF”
DISUSUN OLEH :
FUJA AMANDA, S.Kep
A. Definisi
Kamar operasi merupakan salah satu unit khusus yang berada di rumah sakit,
berfungsi sebagai tempat untuk melakukan tindakan pembedahan secara elektif
maupun akut, yang membutuhkan kondisi steril dengan udara yang tidak
terkontaminasi (Kemenkes, 2012).
HIPKABI (2012) uga menyebutkan, kamar operasi merupakan suatu unit khusus
di rumah sakit, dimana tempat untuk melakukan tindakan pembedahan baik secara
elektif maupun emergency, yang membutuhkan kondisi bersih dari hama (steril).
Kamar operasi juga dibagi ke dalam berbagai zona yang bertujuan untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi pada pasien post operasi. Menurut
Kemenkes (2012) zona tersebut terbagi atas :
5
Zona diatas
meja
operasi
4
Kamar bedah
3
Kompleks kamar
bedah
2
Area penerimaaan pasien
1
Area diluar instalasi bedah
Keterangan :
1. Zona Tingkat Risiko Rendah (Normal)
2. Zona Tingkat Risiko Sedang (Normal dengan Pre Filter)
3. Zona Risiko Tinggi (Semi Steril dengan Medium Filter)
4. Zona Risiko Sangat Tinggi (Steril dengan Prefilter, Medium filter, dan Hepa
filter, Tekanan positif)
5. Area Nuklei Steril (Meja Operasi)
A. Definisi
Keperawatan perioperatif merupakan proses keperawatan untuk
mengembangkan rencana asuhan secara individual dan mengkoordinasikan serta
memberikan asuhan pada pasien yang mengalami pembedahan atau prosedur invasif
(AORN, 2013).
Perawat kamar bedah (operating room nurse) adalah perawat yang memberikan
asuhan keperawatan perioperatif kepada pasien yang akan mengalami pembedahan
yang memiliki standar, pengetahuan, keputusan, serta keterampilan berdasarkan
prinsip-prinsip keilmuan khususnya kamar bedah (AORN, 2013 dalam Hipkabi,
2014).
Perawat kamar bedah bertanggung jawab mengidentifikasi kebutuhan pasien,
menentukan tujuan bersama pasien dan mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Selanjutnya, perawat kamar bedah melakukan kegiatan keperawatan
untuk mencapai hasil akhir pasien yang optimal (Hipkabi, 2014).
2. Perawat Sirkulasi
Perawat sirkulasi merupakan perawat berlisensi yang bertanggung jawab
untuk mengelola asuhan keperawatan pasien di dalam kamar operasi dan
mengkoordinasikan kebutuhan tim bedah dengan tim perawatan lain yang
diperlukan untuk menyelesaikan tindakan operasi (Litwack, 2009). Perawat
sirkulasi juga bertanggung jawab untuk menjamin terpenuhinya perlengkapan
yang dibutuhkan oleh perawat scrub dan mengobservasi pasien tanpa
menimbulkan kontaminasi terhadap area steril (Muttaqin, 2009).
Tugas dan tanggung jawab perawat sirkulasi diantaranya adalah :
a. Pada fase pre operasi (Lopez, 2011) :
Melakukan timbang terima pasien
Memeriksa perlengkapan isian checklist dengan perawat rawat inap.
Memeriksa dokumen medis
Melakukan pengkajian keperawatan
Memeriksa persiapan fisik
Menyusun asuhan keperawatan pre operasi
Memberikan penjelasan ulang kepada pasien sebatas kewenangan
mengenai gambaran rencana tindakan operasi, tim bedah yang akan
menolong, fasilitas yang ada di kamar bedah, serta tahap-tahap anastesi.
b. Pada fase intra operasi (Muttaqin, 2009):
Mengatur posisi pasien sesuai jenis operasi.
Membuka set steril dengan memperhatikan teknik aseptik.
Mengobservasi intake dan output selama tindakan operasi.
Melaporkan hasil pemantauan hermodinamik kepada ahli anastesi.
Menghubungi petugas penunjang medis (petugas radiologi,
laboratorium, farmasi, dan lain sebagainya) apabila diperlukan selama
tindakan operasi.
Menghitung dan mencatat pemakaian kassa bekerjasama dengan
perawat scrub.
Mengukur dan mencatat tanda-tanda vital
Memeriksa kelengkapan instrumen dan kain kassa bersama perawat
scrub agar tidak ada yang tertinggal dalam tubuh pasien sebelum luka
operasi ditutup.
c. Pada fase post operasi (Litwack, 2009):
Membersihkan badan pasien dan merapikan linen pasien yang telah
selesai tindakan operasi.
Memindahkan pasien ke ruang pemulihan.
Mencatat tanda-tanda vital
Mengukur tingkat kesadaran post operasi
Menghitung, dan mencatat obat-obatan serta cairan yang telah
diberikan pada pasien.
Memeriksa kelengkapan dokumen medik
Mendokumentasikan tindakan keperawatan selama tindakan operasi.
Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pre, intra, dan post operasi di
kamar bedah.
3. Perawat Anastesi
a. Pada fase perioperatif
Memastikan identitas pasien yang akan dilakukan pembiusan dan melakukan
medikasi praanastesi.
b. pada fase intraoperatif
bertanggung jawab terhadap manajemen pasien, instrumen dan obat bius,
membantu dokter anastesi dalam proses pembiusan pasien sampai pasien sadar
penuh setelah operasi.
HIPKABI (2012), Buku Pelatihan Dasar-Dasar Bagi Perawat Kamar Bedah. Jakarta :
HIPKABI press
Kemenkes RI (2012), Pedoman Teknis Ruang Operasi Rumah Sakit. Jakarta : Direktorat
Jendral Bina Upaya Kesehatan.
Mutaqqin, Arif dan Kumala Sari, 2009. Asuhan Kepetawatan Perioperatif Konsep, Proses,
dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.