DI D.I YOGYAKARTA
BMKG
30
5 <2
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Tahun
Gambar 2. Diagram Jumlah Gempabumi Lokal di D.I Yogyakarta Tahun 2008 – 2018
berdasarkan Magnitudo
Tabel 1. Jumlah Gempabumi Lokal di D.I Yogyakarta Tahun 2008 – 2018 berdasarkan
Magnitudo
Magnitudo (SR)
No Tahun
<2 2-3 3.1-4 4.1-5 >5
1 2008 - - 1 - -
2 2009 - - 4 1 -
3 2010 - - 2 - 2
4 2011 - 1 5 - -
5 2012 - 3 1 1 -
6 2013 - 5 2 - -
7 2014 1 7 4 1 -
8 2015 8 14 7 1 -
9 2016 1 16 2 - -
10 2017 1 13 1 - -
11 2018 - 2 2 - -
Jumlah 11 61 31 4 2
Gempabumi lokal yang dirasakan terbanyak terdapat pada tahun 2015 sebanyak 8 kejadian.
Gempabumi lokal yang dirasakan pada umumnya memiliki intensitas II – III MMI. Gempabumi
lokal dengan intensitas dirasakan terbesar yaitu gempabumi tanggal 25 September 2015 dengan
magnitudo 4.6 dan dirasakan III – IV MMI di Bantul dan Kota Yogyakarta. Gempabumi tersebut
berpusat di darat 8.67 km Barat Wonosari, kab. Gunung Kidul - D.I.Yogyakarta.
9
8
7
Jumlah Gempabumi
6
5
4
3
2
1
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Tahun
Gambar 3. Diagram Gempabumi Lokal yang Dirasakan di D.I Yogyakarta Tahun 2008 - 2018
Tabel 2. Gempabumi Lokal yang Dirasakan di D.I Yogyakarta Tahun 2008 - 2018
Waktu
Kedalaman
No Tanggal Kejadian Latitude Longitude Magnitudo Keterangan
(Km)
(UTC)
Pusat gempa di laut 34 km Barat
Daya Wonosari, Dirasakan
1 23/12/2013 20:08:04 -8.21 110.42 10 3.8 disekitar : Bantul II-III MMI
Pusat gempa di laut 24 km Barat
Daya Wonosari, Dirasakan
2 14/02/2014 18:40:49 -8.13 110.46 10 3.6 disekitar : Bantul II-III MMI
Pusat gempai didarat, 28 km
tenggara kota Yogyakarta,
Dirasakan di yogyakarta dan
3 2/4/2014 11:21:56 -7.9 110.59 10 4.5 sekitarnya II-III MMI
Pusat gempa di darat 18 km timur
kota Yogyakarta, Dirasakan di
4 6/5/2014 12:13:06 -7.7 110.51 17 2.9 Imogiri Bantul II-III MMI
Pusat gempa didarat 24 km barat
daya Wonosari, Dirasakan di
5 2/9/2014 20:49:15 -8.07 110.41 10 3.3 Bantul dan Yogyakarta II MMI
Pusat gempa di darat 9 km barat
daya Wonosari, Dirasakan II-III
6 28/10/2014 15:36:20 -8.01 110.53 10 3.2 MMI di Bantul, Imogiri
Pusat gempa di darat 11 Km Barat
Wonosari Gunung Kidul
Yogyakarta, Dirasakan di Bantul,
7 28/05/2015 06:05:45 -7.95 110.5 15 3.4 Wonosari II MMI
Pusat gempa di darat 20 km
Tenggara Bantul, DIY., Dirasakan
8 20/06/2015 21:45:50 -8.07 110.45 10 2.9 di Bantul I-II MMI
Pusat gempa di darat 10.57 km
Tenggara Yogyakarta, Kota
Yogyakarta - D.I.Yogyakarta ,
9 18/09/2015 13:10:58 -7.87 110.43 10 2.6 Dirasakan di Bantul II MMI
Pusat gempa di darat 12.55 km
Barat Daya Wonosari, kab.
Gunung Kidul - D.I.Yogyakarta ,
Dirasakan di Bantul dan
10 22/09/2015 00:49:52 -7.99 110.49 10 3.3 sekitarnya II-III MMI
Pusat gempa di darat 8.67 km
Barat Wonosari, kab. Gunung
Kidul - D.I.Yogyakarta ,
Dirasakan di Yogyakarta,Bantul
11 25/09/2015 13:28:54 -7.95 110.52 10 4.6 dan sekitarnya III-IV MMI
Pusat Gempa di laut 26 km
Tenggara Bantul-DIY, Dirasakan
di Gunungkidul dan Bantul II-III
12 19/10/2015 23:53:24 -8.13 110.44 10 3.9 MMi
Pusat gempa berada di darat 11
km Barat Daya Gunungkidul - D.I
Yogyakarta, Dirasakan di Bantul
13 26/10/2015 20:00:11 -8 110.53 10 3.1 dan Klaten II MMI
Pusat gempa di darat 13 km Barat
Daya Gunung Kidul-D.I
Yogyakarta, Dirasakan di Kota
14 7/12/2015 05:08:12 -7.89 110.47 10 3.4 Yogyakarta I-II MMI
Pusat gempa di darat 8 km
Tenggara Bantul - D. I.
Yogyakarta, Dirasakan di Bantul
15 17/01/2016 04:50:48 -7.94 110.43 10 3.1 II - III MMI
Lanjutan Tabel 2.
Waktu
Kedalaman
No Tanggal Kejadian Latitude Longitude Magnitudo Keterangan
(Km)
(UTC)
Pusat gempa di laut, 22 km
Barat Daya Gunung Kidul-
D.I.Yogyakarta, Dirasakan di
Imogiri, Pundong dan
Parangtritis I SIG-BMKG (II
16 18/09/2016 20:42:13 -8.13 110.44 10 3.5 MMI)
Pusat gempa di darat 14 km
Tenggara Bantul - D.I.
Yogyakarta, Dirasakan di
Bantul II SIG-BMKG (III
MMI), di Yogyakarta dan
sekitarnya I SIG - BMKG (II
17 13/01/2017 14:24:59 -7.99 110.41 10 3.6 MMI)
Gambar 4. Peta Seismisitas Gempabumi Lokal di D.I Yogyakarta Tahun 2008 - 2018
C. Kondisi Geologi dan Sesar di D.I Yogyakarta
Berdasarkan sosiografi regional, kondisi geomorfologi D.I Yogyakarta berada di zona
pegunungan selatan Jawa Tengah-Jawa Timur (Van Bemmellen,1949). Pegunungan ini
menurut Van Bemmellan dibagi menjadi tiga sub zona, yaitu: Zona Utara, disebut Zona
Baturagung dengan ketinggian 200-700 m diatas permukaan laut, meliputi Kecamatan
Patuk, Nglipar, Gendangsari, Ngawen, Semin, dan Pojong bagian utara. Zona Tengah,
disebut Zona Ledoksari dengan ketinggian 150-200 m diatas permukaan laut meliputi
Kecamatan Playen, Wonosari, Karangmojo, Pojong bagian tengah dan Semanu bagian
utara. Zona Selatan, disebut Zona Gunung Seribu dengan ketinggian 100-300 m diatas
permukaan laut, meliputi Kecamatan Pangang, Paliyan, Tepus Saptosari, Rongkop,
Semanu bagian selatan dan Pojong bagian selatan. Sub zona Gunungsewu merupakan
perbukitan karst berporos relatif barat-timur, dengan beda ketinggian 10-100 m. Bukit-
bukit kapur yang berjajar di dalamnya berdiameter 50-300 m. Meskipun luas
keseluruhannya lebih kurang 1.485 km2 area Gunungkidul yang berada di daerah karst
hanya kurang lebih 800 km2 (sisi selatan), terdiri dari kurang lebih 45.000 bukit besar dan
kecil. Stratigrafi Regional daerah penelitian berada pada daerah pegunungan selatan yang
berumur diperkirakan berumur Tersier. Batuan tertua yang tersingkap di Kabupaten
Gunungkidul yang berumur Eosen akhir hingga miosen awal. Batuan penyusun dari batuan
dasar ini adalah Formasi Gamping Wungkal, Formasi Kebobutak, Formasi Mandalika,
Formasi Semilir, Formasi Nglanggran, Formasi Sambipitu, Formasi Wuni, Formasi Oyo.
Kemudian diatasnya diendapkan Formasi Wonosari, dan Formasi Kepek.
Sesar yang terdapat di wilayah D.I Yogyakarta didominasi sesar – sesar minor yang
terdapat di Kabupaten Kulonprogo, Bantul dan Gunungkidul. Sesar mayor/utama yang
berkorelasi dengan gempabumi tahun 2006 adalah Sesar Opak. Mekanisme pergerakan
sesar yang terekam di dalam rekaman seismik menunjukkan pergerakan geser sinistral.
Zona Sesar Opak sendiri membentuk gawir memanjang berarah barat daya – timur laut
yang kemudian membelok kea rah timur dan bergabung dengan system sesar naik Batur
Agung yang sudah tidak aktif lagi. Hasil penelitian lapangan yang dilakukan sekitar 3 bulan
setelah gempa tahun 2006 menunjukkan keberadaan surface rupture dari gempa ini di
lokasi sepanjang Sesar Opak dengan dominan pergerakan geser sinistral (Natawidjaja,
2016). Namun karena data surface rupture sudah banyak yang hilang atau tidak terlihat
ketika dilakukan penelitian lapangan maka dokumentasi surface rupture ini menjadi tidak
lengkap. Ada perbedaan mencolok dari hasil penelitian geologi lapangan dengan hasil
rekaman aftershock gempa yang dilakukan oleh Walter dkk. (2008) dan Fukuoka
dkk.(2009). Data aftershock mengindikasikan sumber gempa sejajar Sesar Opak namun
berada sekitar 5 km kearah Timur. Natawidjaja (2016) mencoba memberikan solusi untuk
perbedaan ini dengan memberikan hipotesa bahwa kemungkinan bidang sesar mempunyai
kemiringan sekitar 50 derajat kearah timur.
log𝑒 0.4343
𝑏 = 𝑀−𝑀 = 𝑀−𝑀 ……………………………………. (2)
𝑚𝑖𝑛 𝑚𝑖𝑛
Energi Gempabumi
Dalam Rumus Gutenberg – Richter, energi dapat ditentukan dengan menggunakan input
parameter magnitudo melalui persamaan : log Es = a + b M, dimana a dan b merupakan
konstanta. Berdasarkan persamaan Choy dan Boatwright (1995) persamaan energi adalah
: log Es = 4.4 + 1.5 Ms ………………………... (3)
dimana Ms merupakan magnitudo gelombang permukaan.
Persamaan konversi magnitudo dari m, mb, Ml menjadi Ms berdasarkan Ambrasseys
(1990) sebagai berikut :
m -2.5 = 0.63 Ms ……………………… (4)
0.86 mb – 1.94 = 0.49 Ms ………………………… (5)
0.80 Ml – 1.04 = 0.6 Ms ………………………… (6)
E. Hasil dan Analisa
a) b)
Gambar 6.(a) Peta Seismisitas di Kawasan Jalur Sesar Opak Oyo Tahun 2008 -2018, (b) Peta
Seismisitas di Kawasan Jalur Sesar Opak Oyo pada Formasi Geologi
Distribusi episenter gempabumi di kawasan Jalur Sesar Opak – Oyo pada peta geologi,
menunjukkan bahwa episenter sebagian besar berada pada formasi wonosari. Formasi
Wonosari terdiri dari Subzona Wonosari dan Subzona Gunung Sewu. Epicenter yang teradapat
pada Subzona Wonosari terdapat 4 event gempabumi, sedangkan pada Subzona Gunung Sewu
terdapat 40 event gempabumi. Subzona Wonosari merupakan bagian dari Zona Pegunungan
Selatan dengan material endapan permukaannya berupa lempung hitam dan danau purba,
sedangkan batuan dasar berupa batugamping. Pada Subzona Gunung Sewu dengan
karakteristik perbukitan batu gamping membuat kawasan ini menjadi kawasan dengan betang
alam karts. Formasi Wonosari berdasarkan surono, dkk (1992) memiliki ketebalan lapisan 800
meter. Berdasarkan gambar 7, hiposenter gempa pada formasi wonosari bervariasi 10 – 28 Km,
hal ini menunjukkan bahwa sumber gempa tidak berasal dari patahan yang terdapat pada
Formasi Wonosari, namun dimungkinkan dapat berasal dari formasi lain yang lebih tua yang
berada di bawah Formasi Wonosari.
A B
Gambar 7.Cross Section hiposenter gempa di Kawasan Jalur Sesar Opak Oyo Tahun 2008 - 2018
Merujuk pada susunan stratigrafi (gambar 3) pada peta geologi lembar Surakarta dan
Giritontro, Formasi yang terdapat dibawah formasi Wonosari (Tmwl) antara lain formasi Oyo
(Tmo), Semilir (Tms), Sambipitu (Tmss), Nglanggran (Tmng), Kebobutak (Tomk), Gamping
Wungkal (Tew) dan Malihan(Ktm). Sehingga, hiposenter gempa yang terdapat pada formasi
Wonosari seperti pada gambar 1 (b), dapat diduga berasosiasi dengan formasi Gamping
Wungkal dan Malihan yang memiliki umur paling tua dan berada pada kedalaman lebih dari 1
Km. Secara temporal, event gempabumi di Kawasan Jalur Sesar Opak-Oyo tertinggi pada
tahun 2015 sebanyak 23 event. Terdapat trend peningkatan kejadian dari tahun 2008 hingga
2015 dan penurunan trend kejadian gempabumi dari tahun 2015 hingga 2018. Nilai b hasil
perhitungan dengan metode least square yaitu 0.4. Nilai tersebut merupakan parameter
tektonik yang merepresentasikan aktifitas tektonik di kawasan tersebut, nilai 0.4 menunjukkan
bahwa dalam kurun waktu sembilan tahun aktifitas tektonik di kawasan Sesar Opak-Oyo tidak
cukup signifikan atau 7 event gempa per tahun.
Gambar 10. Model 3D Energi gempa dengan nilai (a) 1.107-1.1012 Joule, (b)1.108-1.1012 Joule,
(c) 1.109-1.1012 Joule, (d)1.1010-1.1012 Joule
F. Kesimpulan
1. Seismisitas gempabumi lokal di D.I Yogyakarta sepanjang tahun 2008 – 2018 sebanyak
109, dengan jumlah gempabumi terbanyak (30 kejadian) pada tahun 2015. Gempabumi
lokal dengan episenter dikawasan Sesar Opak – Oyo sebanyak 66 kejadian.
2. Peta seismisitas kawasan Sesar Opak-Oyo menunjukkan distribusi episenter lebih
banyak di sebelah Timur dan Tenggara Jalur Sesar Opak-Oyo. Nilai b hasil perhitungan
dengan metode least square yaitu 0.4 yang mengindikasikan Sesar Opak-Oyo aktif
dengan trend kegempaan 7 (tujuh) gempa per tahun.
3. Energi yang dihasilkan dari gempa yang terjadi pada kawasan Sesar Opak-Oyo
bervariasi dari 1x105.2 – 1x1012 Joule. Sedangkan, energi yang berasosiasi dengan
keberadaan Jalur Sesar Opak bervariasi dari 1x105.2 – 1x109.6 Joule dengan hiposenter
10 -20 Km.