Anda di halaman 1dari 16

KAJIAN GEMPABUMI LOKAL

DI D.I YOGYAKARTA

BMKG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA


STASIUN GEOFISIKA KELAS I YOGYAKARTA
Jl. Wates Km.8 Jitengan, Balecatur, Gamping, Sleman, D.I. Yogyakarta
Telp : (0274) 6498383 Faksimil: (0274) 6498382
Email: bmg.yogya@yahoo.com, stageof.yogya@bmkg.go.id
A. Pendahuluan
a. Latarbelakang
Daerah Istimewa Yogyakarta (D.I. Yogyakarta) mempunyai topografi yang sangat
beragam. Di bagian utara merupakan daerah vulkanik Gunung Api Merapi, di bagian barat
merupakan daerah denudasional berupa perbukitan Menoreh, di bagian tengah merupakan
daerah struktural berupa pegunungan lipatan (anticline/syncline) di Imogiri dan daerah
fluvial akibat dari proses pelapukan dan erosional sungai-sungai utama yang berada di
Kabupatan Kulon Progo dan Bantul, di bagian selatan merupakan daerah marin berupa
pesisir pantai (beach) dan daerah aeolian hasil dari pelapukan angin yang berupa gumuk
pasir (sand dune), serta di bagian timur terdapat daerah solusional berupa perbukitan kapur
(karst) dan daerah organis berupa pantai berpasir putih akibat hancuran terumbu karang.
Secara geografis D.I. Yogyakarta terletak di pulau Jawa bagian selatan yang berbatasan
langsung dengan Samudera Hindia. Wilayah ini bila ditinjau dari aspek tektonik/geologis
merupakan pertemuan dua lempeng raksasa yaitu lempeng Indo-Australia dan lempeng
Eurasia. Pertemuan kedua lempeng tersebut tepat berada di selatan pulau Jawa atau bagian
selatan D.I Yogyakarta. Daerah pergerakan lempeng Indo-Australiayang menunjam
dibawah lempeng Eurasia dikenal dengan istilah daerah subduksi. Aktivitas daerah
subduksi yang sangat aktif mengakibatkan wilayah ini sering terjadi gempabumi dengan
kekuatan sedang sampai kuat karena energi yang tersimpan di dalamnya sangat besar dan
melibatkan massa yang sangat besar.
Aktivitas daerah subduksi tersebut sangat mempengaruhi struktur batuan di daratan,
sehingga di daratan ditemukan patahan (fault) lokal baik patahan mayor maupun minor. Di
wilayah D.I. Yogyakarta sendiri terdapat sesar mayor aktif, yaitu sesar Opak Oyo yang
berada di perbatasan antara Kabupaten Bantul dan Gunungkidul, memanjang hingga
mencapai Kabupaten Klaten. Sesar tersebut dapat dikatakan sangat aktif karena aktivitas
seismik yang tinggi di sepanjang sesar tersebut. Sedangkan wilayah lain seperti di
Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, Kulon Progo sampai dengan Bantul bagian tengah,
dan Gunungkidul bagian tengah ke timur hampir tidak ada rekaman aktivitas seismik. Hal
ini menunjukkan bahwa daerah - daerah tersebut tidak terdapat sesar mayor, namun
ditemukan ada beberapa sesar minor yang bersifat aktif. Berdasarkan latar belakang
tersebut perlu dilakukan kajian gempabumi lokal di wilayah D.I Yogyakarta, khususnya
dikawasan Sesar Opak Oyo.

b. Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan kajian gempabumi lokal di D.I Yogyakarta adalah
1. Membuat seismisitas gempabumi lokal di D.I Yogyakarta, khususnya di kawasan
Sesar Opak dan Oyo.
2. Membuat analisis aktivitas seismik berdasarkan parameter Nilai b di kawasan
Sesar Opak dan Oyo.
3. Membuat analisa distribusi energi gempabumi lokal di kawasan Sesar Opak dan
Oyo.

B. Distribusi Seismisitas D.I Yogyakarta

Berdasarkan rekaman gempabumi lokal di Stasiun Geofisika Yogyakarta sepanjang tahun


2008 - 2018 total kejadian gempabumi lokal yang terekam 109 kejadian. Gempabumi lokal
terbanyak terjadi pada tahun 2015, sedangkan kejadian gempabumi lokal paling sedikit
terjadi pada tahun 2008.
Gempa dengan kekuatan 5,1 SR merupakan gempabumi lokal dengan magnitude
terbesar yang terekam di Stasiun Geofisika Yogyakarta pada tahun 2010. Gempabumi
tersebut terjadi pada tanggal 12 September 2010 dengan pusat gempa di pesisir D.I
Yogyakarta 13 km Barat Daya Wonosari dengan kedalaman 10 Km. Gempabumi kecil
(minor) dengan magnitudo <3,0 SR adalah gempabumi yang paling banyak dengan total
72 kejadian. Sedangkan gempabumi dengan magnitudo 3,0 – 5,0 SR sebanyak 35 kejadian
serta gempabumi dengan magnitudo > 5,0 SR sebanyak 2 gempabumi.
Sebagian besar gempabumi lokal yang terekam di Stasiun Geofisika Yogyakarta
berada pada kedalaman kurang dari 30 km (gempabumi dangkal), sebanyak 104 kejadian.
Sedangkan gempabumi dengan kedalaman > 30 km sebanyak 5 kejadian. Dari total
kejadian gempabumi lokal yang tercatat di Stasiun Geofisika Yogyakarta, terdapat 17
kejadian gempabumi yang dirasakan.
Gambar 1. Diagram Jumlah Gempabumi Lokal di D.I Yogyakarta Tahun 2008 – 2018
35

30

Jumlah Gempabumi 25 Magnitudo


>5
20
4.1-5
15
3.1-4
10 2-3

5 <2

0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Tahun

Gambar 2. Diagram Jumlah Gempabumi Lokal di D.I Yogyakarta Tahun 2008 – 2018
berdasarkan Magnitudo

Tabel 1. Jumlah Gempabumi Lokal di D.I Yogyakarta Tahun 2008 – 2018 berdasarkan
Magnitudo

Magnitudo (SR)
No Tahun
<2 2-3 3.1-4 4.1-5 >5
1 2008 - - 1 - -
2 2009 - - 4 1 -
3 2010 - - 2 - 2
4 2011 - 1 5 - -
5 2012 - 3 1 1 -
6 2013 - 5 2 - -
7 2014 1 7 4 1 -
8 2015 8 14 7 1 -
9 2016 1 16 2 - -
10 2017 1 13 1 - -
11 2018 - 2 2 - -
Jumlah 11 61 31 4 2
Gempabumi lokal yang dirasakan terbanyak terdapat pada tahun 2015 sebanyak 8 kejadian.
Gempabumi lokal yang dirasakan pada umumnya memiliki intensitas II – III MMI. Gempabumi
lokal dengan intensitas dirasakan terbesar yaitu gempabumi tanggal 25 September 2015 dengan
magnitudo 4.6 dan dirasakan III – IV MMI di Bantul dan Kota Yogyakarta. Gempabumi tersebut
berpusat di darat 8.67 km Barat Wonosari, kab. Gunung Kidul - D.I.Yogyakarta.

9
8
7
Jumlah Gempabumi

6
5
4
3
2
1
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Tahun

Gambar 3. Diagram Gempabumi Lokal yang Dirasakan di D.I Yogyakarta Tahun 2008 - 2018
Tabel 2. Gempabumi Lokal yang Dirasakan di D.I Yogyakarta Tahun 2008 - 2018
Waktu
Kedalaman
No Tanggal Kejadian Latitude Longitude Magnitudo Keterangan
(Km)
(UTC)
Pusat gempa di laut 34 km Barat
Daya Wonosari, Dirasakan
1 23/12/2013 20:08:04 -8.21 110.42 10 3.8 disekitar : Bantul II-III MMI
Pusat gempa di laut 24 km Barat
Daya Wonosari, Dirasakan
2 14/02/2014 18:40:49 -8.13 110.46 10 3.6 disekitar : Bantul II-III MMI
Pusat gempai didarat, 28 km
tenggara kota Yogyakarta,
Dirasakan di yogyakarta dan
3 2/4/2014 11:21:56 -7.9 110.59 10 4.5 sekitarnya II-III MMI
Pusat gempa di darat 18 km timur
kota Yogyakarta, Dirasakan di
4 6/5/2014 12:13:06 -7.7 110.51 17 2.9 Imogiri Bantul II-III MMI
Pusat gempa didarat 24 km barat
daya Wonosari, Dirasakan di
5 2/9/2014 20:49:15 -8.07 110.41 10 3.3 Bantul dan Yogyakarta II MMI
Pusat gempa di darat 9 km barat
daya Wonosari, Dirasakan II-III
6 28/10/2014 15:36:20 -8.01 110.53 10 3.2 MMI di Bantul, Imogiri
Pusat gempa di darat 11 Km Barat
Wonosari Gunung Kidul
Yogyakarta, Dirasakan di Bantul,
7 28/05/2015 06:05:45 -7.95 110.5 15 3.4 Wonosari II MMI
Pusat gempa di darat 20 km
Tenggara Bantul, DIY., Dirasakan
8 20/06/2015 21:45:50 -8.07 110.45 10 2.9 di Bantul I-II MMI
Pusat gempa di darat 10.57 km
Tenggara Yogyakarta, Kota
Yogyakarta - D.I.Yogyakarta ,
9 18/09/2015 13:10:58 -7.87 110.43 10 2.6 Dirasakan di Bantul II MMI
Pusat gempa di darat 12.55 km
Barat Daya Wonosari, kab.
Gunung Kidul - D.I.Yogyakarta ,
Dirasakan di Bantul dan
10 22/09/2015 00:49:52 -7.99 110.49 10 3.3 sekitarnya II-III MMI
Pusat gempa di darat 8.67 km
Barat Wonosari, kab. Gunung
Kidul - D.I.Yogyakarta ,
Dirasakan di Yogyakarta,Bantul
11 25/09/2015 13:28:54 -7.95 110.52 10 4.6 dan sekitarnya III-IV MMI
Pusat Gempa di laut 26 km
Tenggara Bantul-DIY, Dirasakan
di Gunungkidul dan Bantul II-III
12 19/10/2015 23:53:24 -8.13 110.44 10 3.9 MMi
Pusat gempa berada di darat 11
km Barat Daya Gunungkidul - D.I
Yogyakarta, Dirasakan di Bantul
13 26/10/2015 20:00:11 -8 110.53 10 3.1 dan Klaten II MMI
Pusat gempa di darat 13 km Barat
Daya Gunung Kidul-D.I
Yogyakarta, Dirasakan di Kota
14 7/12/2015 05:08:12 -7.89 110.47 10 3.4 Yogyakarta I-II MMI
Pusat gempa di darat 8 km
Tenggara Bantul - D. I.
Yogyakarta, Dirasakan di Bantul
15 17/01/2016 04:50:48 -7.94 110.43 10 3.1 II - III MMI
Lanjutan Tabel 2.

Waktu
Kedalaman
No Tanggal Kejadian Latitude Longitude Magnitudo Keterangan
(Km)
(UTC)
Pusat gempa di laut, 22 km
Barat Daya Gunung Kidul-
D.I.Yogyakarta, Dirasakan di
Imogiri, Pundong dan
Parangtritis I SIG-BMKG (II
16 18/09/2016 20:42:13 -8.13 110.44 10 3.5 MMI)
Pusat gempa di darat 14 km
Tenggara Bantul - D.I.
Yogyakarta, Dirasakan di
Bantul II SIG-BMKG (III
MMI), di Yogyakarta dan
sekitarnya I SIG - BMKG (II
17 13/01/2017 14:24:59 -7.99 110.41 10 3.6 MMI)

Gambar 4. Peta Seismisitas Gempabumi Lokal di D.I Yogyakarta Tahun 2008 - 2018
C. Kondisi Geologi dan Sesar di D.I Yogyakarta
Berdasarkan sosiografi regional, kondisi geomorfologi D.I Yogyakarta berada di zona
pegunungan selatan Jawa Tengah-Jawa Timur (Van Bemmellen,1949). Pegunungan ini
menurut Van Bemmellan dibagi menjadi tiga sub zona, yaitu: Zona Utara, disebut Zona
Baturagung dengan ketinggian 200-700 m diatas permukaan laut, meliputi Kecamatan
Patuk, Nglipar, Gendangsari, Ngawen, Semin, dan Pojong bagian utara. Zona Tengah,
disebut Zona Ledoksari dengan ketinggian 150-200 m diatas permukaan laut meliputi
Kecamatan Playen, Wonosari, Karangmojo, Pojong bagian tengah dan Semanu bagian
utara. Zona Selatan, disebut Zona Gunung Seribu dengan ketinggian 100-300 m diatas
permukaan laut, meliputi Kecamatan Pangang, Paliyan, Tepus Saptosari, Rongkop,
Semanu bagian selatan dan Pojong bagian selatan. Sub zona Gunungsewu merupakan
perbukitan karst berporos relatif barat-timur, dengan beda ketinggian 10-100 m. Bukit-
bukit kapur yang berjajar di dalamnya berdiameter 50-300 m. Meskipun luas
keseluruhannya lebih kurang 1.485 km2 area Gunungkidul yang berada di daerah karst
hanya kurang lebih 800 km2 (sisi selatan), terdiri dari kurang lebih 45.000 bukit besar dan
kecil. Stratigrafi Regional daerah penelitian berada pada daerah pegunungan selatan yang
berumur diperkirakan berumur Tersier. Batuan tertua yang tersingkap di Kabupaten
Gunungkidul yang berumur Eosen akhir hingga miosen awal. Batuan penyusun dari batuan
dasar ini adalah Formasi Gamping Wungkal, Formasi Kebobutak, Formasi Mandalika,
Formasi Semilir, Formasi Nglanggran, Formasi Sambipitu, Formasi Wuni, Formasi Oyo.
Kemudian diatasnya diendapkan Formasi Wonosari, dan Formasi Kepek.
Sesar yang terdapat di wilayah D.I Yogyakarta didominasi sesar – sesar minor yang
terdapat di Kabupaten Kulonprogo, Bantul dan Gunungkidul. Sesar mayor/utama yang
berkorelasi dengan gempabumi tahun 2006 adalah Sesar Opak. Mekanisme pergerakan
sesar yang terekam di dalam rekaman seismik menunjukkan pergerakan geser sinistral.
Zona Sesar Opak sendiri membentuk gawir memanjang berarah barat daya – timur laut
yang kemudian membelok kea rah timur dan bergabung dengan system sesar naik Batur
Agung yang sudah tidak aktif lagi. Hasil penelitian lapangan yang dilakukan sekitar 3 bulan
setelah gempa tahun 2006 menunjukkan keberadaan surface rupture dari gempa ini di
lokasi sepanjang Sesar Opak dengan dominan pergerakan geser sinistral (Natawidjaja,
2016). Namun karena data surface rupture sudah banyak yang hilang atau tidak terlihat
ketika dilakukan penelitian lapangan maka dokumentasi surface rupture ini menjadi tidak
lengkap. Ada perbedaan mencolok dari hasil penelitian geologi lapangan dengan hasil
rekaman aftershock gempa yang dilakukan oleh Walter dkk. (2008) dan Fukuoka
dkk.(2009). Data aftershock mengindikasikan sumber gempa sejajar Sesar Opak namun
berada sekitar 5 km kearah Timur. Natawidjaja (2016) mencoba memberikan solusi untuk
perbedaan ini dengan memberikan hipotesa bahwa kemungkinan bidang sesar mempunyai
kemiringan sekitar 50 derajat kearah timur.

Gambar 5. Peta Geologi D.I Yogyakarta


D. Metode Seismisitas
Seismisitas adalah aktivitas seismik (gempabumi) atau banyaknya gempabumi dalam
kurun waktu tertentu.Studi pola seismisitas ditujukan untuk memperoleh gambaran pola
perbandingan aktivitas seismik suatu daerah dalam periode yang cukup panjang. Metode
untuk mengetahui parameter seismik dan tektonik suatu wilayah adalah dengan hubungan
Gutenberg-Richter atau magnitude-frequency relation (MFR) yang dituliskan sebagai :
logn(M) = a – bM ……………………………………. (1)

dengann(M) adalah jumlah gempabumi dengan magnitude M. Nilai-a merupakan


parameter seismik yang besarnya bergantung pada banyaknya kejadian gempabumi dan
untuk wilayah tertentu bergantung pada penentuan volume dan time window.Nilai-b
(biasanya mendekati 1) merupakan parameter tektonik yang menunjukkan jumlah relatif
dari getaran yang kecil dan yang besar.Nilai-b dapat ditentukan dengan metode least
square atau maximum likelyhood. Metode maximum likelyhood menggunakan persamaan
yang diberikan Utsu (1967) yaitu :

log𝑒 0.4343
𝑏 = 𝑀−𝑀 = 𝑀−𝑀 ……………………………………. (2)
𝑚𝑖𝑛 𝑚𝑖𝑛

Dengan 𝑀 adalah magnitude rata-rata dan 𝑀𝑚𝑖𝑛 adalah magnitude minimum.

Energi Gempabumi
Dalam Rumus Gutenberg – Richter, energi dapat ditentukan dengan menggunakan input
parameter magnitudo melalui persamaan : log Es = a + b M, dimana a dan b merupakan
konstanta. Berdasarkan persamaan Choy dan Boatwright (1995) persamaan energi adalah
: log Es = 4.4 + 1.5 Ms ………………………... (3)
dimana Ms merupakan magnitudo gelombang permukaan.
Persamaan konversi magnitudo dari m, mb, Ml menjadi Ms berdasarkan Ambrasseys
(1990) sebagai berikut :
m -2.5 = 0.63 Ms ……………………… (4)
0.86 mb – 1.94 = 0.49 Ms ………………………… (5)
0.80 Ml – 1.04 = 0.6 Ms ………………………… (6)
E. Hasil dan Analisa

Analisa SeismisitasKawasan Sesar Opak - Oyo


Gempabumi dengan magnitude kecil dan kedalaman dangkal merupakan bentuk
manifestasi keberadaan Jalur Sesar di Yogyakarta. Jalur Sesar Opak – Oyo merupakan jalur
sesar yang diduga sebagai penyebab terjadinya gempabumi Yogyakarta Tahun 2006.
Berdasarkan data gempabumi hasil analisa seiscomp3 PGR VII dari Tahun 2008 hingga
2018 terdapat 66 event gempabumi dengan episenter didarat yang berasosiasi dengan
keberadaan jalur sesar. Namun, berdasarkan peta seismisitas pada gambar 6, distribusi
episenter lebih banyak di sebelah Timur dan Tenggara Jalur Sesar Opak – Oyo.Hal Gempa
– gempa tersebut memiliki kekuatan bervariasi dari 1 – 5 SR dengan kedalaman 5 – 30 km.
Distribusi epicenter sebagian berasosiasi dengan keberadaan sesar – sesar minor yang
terdapat di wilayah Gunung Kidul. Distribusi episenter sebagian besar berada kawasan
perbukitan seribu (gunung sewu) yang berada diluar kawasan jalur sesar minor yang sudah
terpetakan.

a) b)

Gambar 6.(a) Peta Seismisitas di Kawasan Jalur Sesar Opak Oyo Tahun 2008 -2018, (b) Peta
Seismisitas di Kawasan Jalur Sesar Opak Oyo pada Formasi Geologi
Distribusi episenter gempabumi di kawasan Jalur Sesar Opak – Oyo pada peta geologi,
menunjukkan bahwa episenter sebagian besar berada pada formasi wonosari. Formasi
Wonosari terdiri dari Subzona Wonosari dan Subzona Gunung Sewu. Epicenter yang teradapat
pada Subzona Wonosari terdapat 4 event gempabumi, sedangkan pada Subzona Gunung Sewu
terdapat 40 event gempabumi. Subzona Wonosari merupakan bagian dari Zona Pegunungan
Selatan dengan material endapan permukaannya berupa lempung hitam dan danau purba,
sedangkan batuan dasar berupa batugamping. Pada Subzona Gunung Sewu dengan
karakteristik perbukitan batu gamping membuat kawasan ini menjadi kawasan dengan betang
alam karts. Formasi Wonosari berdasarkan surono, dkk (1992) memiliki ketebalan lapisan 800
meter. Berdasarkan gambar 7, hiposenter gempa pada formasi wonosari bervariasi 10 – 28 Km,
hal ini menunjukkan bahwa sumber gempa tidak berasal dari patahan yang terdapat pada
Formasi Wonosari, namun dimungkinkan dapat berasal dari formasi lain yang lebih tua yang
berada di bawah Formasi Wonosari.

A B

Gambar 7.Cross Section hiposenter gempa di Kawasan Jalur Sesar Opak Oyo Tahun 2008 - 2018

Merujuk pada susunan stratigrafi (gambar 3) pada peta geologi lembar Surakarta dan
Giritontro, Formasi yang terdapat dibawah formasi Wonosari (Tmwl) antara lain formasi Oyo
(Tmo), Semilir (Tms), Sambipitu (Tmss), Nglanggran (Tmng), Kebobutak (Tomk), Gamping
Wungkal (Tew) dan Malihan(Ktm). Sehingga, hiposenter gempa yang terdapat pada formasi
Wonosari seperti pada gambar 1 (b), dapat diduga berasosiasi dengan formasi Gamping
Wungkal dan Malihan yang memiliki umur paling tua dan berada pada kedalaman lebih dari 1
Km. Secara temporal, event gempabumi di Kawasan Jalur Sesar Opak-Oyo tertinggi pada
tahun 2015 sebanyak 23 event. Terdapat trend peningkatan kejadian dari tahun 2008 hingga
2015 dan penurunan trend kejadian gempabumi dari tahun 2015 hingga 2018. Nilai b hasil
perhitungan dengan metode least square yaitu 0.4. Nilai tersebut merupakan parameter
tektonik yang merepresentasikan aktifitas tektonik di kawasan tersebut, nilai 0.4 menunjukkan
bahwa dalam kurun waktu sembilan tahun aktifitas tektonik di kawasan Sesar Opak-Oyo tidak
cukup signifikan atau 7 event gempa per tahun.

Gambar 8. Susunan Stratigrafi Peta Geologi Lembar Surakarta dan Giritontro

Analisa Energi Gempabumi Di Kawasan Sesar Opak – Oyo


Energi gempabumi mencerminkan kekuatan gempa yang terjadi akibat adanya
patahan.Material bidang patahan yang padat dan kompak berpotensi menghasilkan energi yang
besar dan sebaliknya. Energi gempabumi dihitung berdasarkan persamaan empiris Choy dan
Boatwright (1995). Energi yang dihasilkan dari gempa yang terjadi kawasan Sesar Opak-Oyo
bervariasi dari 1.105.2 – 1.1012 Joule. Sedangkan energi gempa yang berasosiasi dengan
keberadaan Jalur Sesar Opak bervariasi dari 1.105.2 – 1.109.6 Joule dengan hiposenter 10 -20
Km. Energi terbesar pada kawasan tersebut 1.1012 Joule terdapat pada kawasan Formasi
Wonosari Sub Zona Gunung Sewu. Model 3D distribusi energi pada Kawasan Sesar Opak-
Oyo (gambar 9) menujukkan blok energi yang besar terdapat di sebelah selatan dan timur laut
kawasan tersebut. Pola sebaran energi memiliki pola yang hampir sama dengan formasi
geologi dikawasan tersebut. Gambar 10 (a), merupakan model distribusi energi 1.107-
1.1012Joule, dimana blok model yang kosong merupakan kawasan dengan energi 1.105.2 –
1.106 Joule. Kawasan dengan energi relatif rendah tersebut berada pada formasi Aluvial,
Nglanggran, Sambipitu, Semilir dan Kepek. Sedangkan kawasan dengan energi 1.107-
1.1012Joule berada pada formasi Wonosari. Model pada gambar 5 (b),(c), dan (d) menunjukkan
distribusi blok energi menengah hingga tinggi pada kawasan tersebut. Keberadaan blok energi
menengah hingga tinggi tersebut, berasosiasi dengan keberadaan Formasi Wonosari
dipermukaan. Hal ini dikarenakan berdasar kedalaman sumber gempa pada blok tersebut,
energi yang terlepas bersumber dari formasi yang lebih tua dari Formasi Wonosari. Pendugaan
formasi yang bersesuaian dengan blok energi tersebut merupakan Formasi Gamping Wungkal
dan Malihan.

Gambar 10. Model 3D Energi gempa dengan nilai (a) 1.107-1.1012 Joule, (b)1.108-1.1012 Joule,
(c) 1.109-1.1012 Joule, (d)1.1010-1.1012 Joule
F. Kesimpulan
1. Seismisitas gempabumi lokal di D.I Yogyakarta sepanjang tahun 2008 – 2018 sebanyak
109, dengan jumlah gempabumi terbanyak (30 kejadian) pada tahun 2015. Gempabumi
lokal dengan episenter dikawasan Sesar Opak – Oyo sebanyak 66 kejadian.
2. Peta seismisitas kawasan Sesar Opak-Oyo menunjukkan distribusi episenter lebih
banyak di sebelah Timur dan Tenggara Jalur Sesar Opak-Oyo. Nilai b hasil perhitungan
dengan metode least square yaitu 0.4 yang mengindikasikan Sesar Opak-Oyo aktif
dengan trend kegempaan 7 (tujuh) gempa per tahun.
3. Energi yang dihasilkan dari gempa yang terjadi pada kawasan Sesar Opak-Oyo
bervariasi dari 1x105.2 – 1x1012 Joule. Sedangkan, energi yang berasosiasi dengan
keberadaan Jalur Sesar Opak bervariasi dari 1x105.2 – 1x109.6 Joule dengan hiposenter
10 -20 Km.

Anda mungkin juga menyukai