Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata merupakan gejala naluri manusia sejak dulu, yaitu hasrat untuk mengadakan
perjalanan. Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai
salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli daerah, maka
program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi pariwisata daerah
diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi.
Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia. Pada tahun
2009, pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa setelah
minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. Berdasarkan data tahun 2014, jumlah
wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sebesar 9,4 juta lebih atau tumbuh sebesar
7.05% dibandingkan tahun sebelumnya.
Sektor pariwisata sebagai kegiatan perekonomian telah menjadi andalan dan prioritas
pengembangan bagi sejumlah Negara, terlebih bagi Negara berkembang seperti Indonesia yang
memiliki potensi wilayah yang luas dengan adanya daya tarik wisata cukup besar, banyaknya
keindahan alam, aneka warisan sejarah budaya dan kehidupan masyarakat.
Pariwisata di Indonesia saat ini lebih mengarah kepada wisata alamiah yaitu mencakup
wisata alam & wisata bahari. Yang berarti objek-objek wisata yang banyak dikunjungi adalah
objek wisata alamiah. Oleh karena wisata alamiah menyangkut kondisi lingkungan maka
keasrian, keaslian, kenyamanan & kebersihan objek wisata menjadi indikator penting bagi
pengembangan ke arah yang lebih lanjut suatu objek wisata.
Pariwisata berkelanjutan secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pariwisata yang
memperhitungkan penuh dampak ekonomi, sosial dan lingkungan saat ini dan masa depan,
memenuhi kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan dan masyarakat setempat.
Pembangunan pariwisata yang terpadu dan berkelanjutan perlu memperhatikan dampak
serta aspiratif dengan adat istiadat masyarakat di sekitar daerah tujuan wisata. Masyarakat
setempat, wisatawan, pengusaha (investor), biro perjalanan serta Pemerintah Daerah harus
saling terpadu untuk berupaya secara maksimal mengembangkan potensi wisata yang
memperhitungkan keuntungan dan manfaat rakyat banyak.

1|MANAJEMEN PARIWISATA
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Danau Tondano adalah danau terluas di Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Danau
Tondano merupakan salah satu ikon kota Manado yang telah dikenal dan emiliki beberapa
obyek wisata yang terkenal seperti Tree House di desa Urungo, Resort Wisata Bukit Pinus dan
Sumaru Endo Remboken. Lokasi wisatanya sendiri terbagi menjadi 3 pengelolaan, dimana
Tree House di Urongo dikelola oleh masyarakat, Resort Wisata Bukit Pinus dikelola oleh
swasta dan Sumaru Endo Remboken dikelola oleh pemerintah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi eksisting pariwisata di danau Tondano?


2. Bagaimana kesesuaian pariwisata di danau Tondano dengan prinsip-prinsip pariwisata
berkelanjutan?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui kondisi eksisting pariwisata di danau Tondano


2. Untuk mengetahui tentang kesesuaian pariwisata di danau Tondano dngan prinsip-prinsip
pariwisata berkelanjutan

2|MANAJEMEN PARIWISATA
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN PARIWISATA


Banyak para pakar dan ahli pariwisata serta organisasi pariwisata yang memberikan batasan
atau pengertian dari pariwisata tetapi untuk menyatukan pengertian, maka dalam penelitian ini,
penulis menggunakan pengertian pariwisata menurut Undang – Undang No. 10 Tahun 2009
Pasal 1 butir 3 dimana yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan
wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.

Sementara itu pengertian kepariwisatan menurut Undang – Undang No. 10 tahun 2009
pasal 1 angka 4 adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat
multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan
negara, serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan,
pemerintah, pemerintah daerah dan pengusaha.

Menurut Oka Yoeti (1996) Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk
sementara waktu yang diselengarakan dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan maksud
tujuan bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang di kunjungi, tetapi semata-
mata menikmati perjalanan tersebut untuk memenuhi kebutuhan/keinginan yang bermacam-
macam.

Obyek wisata dapat berupa obyek wisata alam seperti gunung, danau, sungai, pantai, laut
atau berupa obyek wisata bangunan seperti museum, benteng, situs peninggalan sejarah dan
lain-lain.

Berdasarkan definisi diatas maka pariwisata merupakan aktifitas manusia untuk sementara
waktu yang dilakukan secara sadar dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk
bersenang-senang bukan mencari nafkah dengan berbagai kegiatan pariwisata.

3|MANAJEMEN PARIWISATA
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
2.2 PENGERTIAN OBYEK WISATA

Obyek dan daya tarik wisata menurut Undang-undang No 10 tentang kepariwisataan


yaitu Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai
yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi
sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan dan daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya
disebut destinasi pariwisata. Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam
satu atau lebih wilayah administrative yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas
umum, fasilitas pariwisata, aksebilitas serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi
terwujudnya kepariwisataan.

Pariwisata adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan wisata, termasuk obyek dan
daya tarik wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Inti
atau komponen pariwisata yaitu:

1. Atraksi/ attraction seperti atraksi alam, budaya dan buatan.


2. Amenitas/ amenities berhubungan dengan fasilitas atau akomodasi
3. Aksesibilitas/ accebilities berhubungan dengan segala jenis transportasi, jarak atau
kemudahan pencapaian. Serta unsur pendukung lainnya (masyarakat, pelaku industry
pariwisata, dan institusi pengembangan) yang membentuk sistem yang sinergis dalam
menciptakan motivasi kunjungan serta totalitas pengalaman kunjungan wisatawan.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud;1995;628)

2.3 PARIWISATA BERKELANJUTAN


Pariwisata sebagai salah satu sektor pembangunan dan penggerak roda perekonomian
tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan yang telah dicanangkan
oleh pemerintah sesuai dengan tujuan pembangunan nasional. Pariwisata yang bersifat
multisektoral merupakan fenomena yang sangat kompleks dan sulit didefinisikan secara baku
untuk diterima secara universal. Sehingga menimbulkan berbagai persepsipemahaman
terhadap pariwisata, baik sebagai industri, sebagai aktivitas, atau sebagai sistem. Pariwisata
yang melibatkan antara lain; pelaku, proses penyelenggaraan, kebijakan, penyediaan (supply)
dan permintaan (demand), politik dan sosial budaya yang saling berinteraksi dengan perantara
satu dengan yang lainnya. Ini akan nampak lebih realistis bila dilihat sebagai sistem dengan
berbagai subsistem yang saling berhubungan dan mempengaruhi.

4|MANAJEMEN PARIWISATA
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Dalam kerangka kesisteman tersebut, pendekatan terhadap fungsi dan peran pelaku,
dampak lingkungan, peningkatan pengetahuan dan kesejasteraan masyarakat, serta kesetaraan
dalam proses pembangunan pariwisata menjadi hal yang sangat penting. Seiring dengan
pesatnya perkembangan pariwisata, pembangunan pariwisata mengadopsi pola pembangunan
berkelanjutan. Pembangunan pariwisata berkelanjutan didifinisikan sebagai: Sustainable
tourism is a tourism which concerns with management of the sustainable development of the
natural, built, social and cultural tourism resources of the host community in order to meet the
fundamental criteria of promoting their economic well-being, preserving their nature, culture,
social life, intra and inter-generational equity of costs and benefits, securing their life
sufficiency and satisfying the tourists’ needs.(Butler, 1991) Pembangunan pariwisata
berkelanjutan merupakan sebuah proses dan sistem pengembangan pariwisata yang bisa
menjamin keberlangsungan atau keberadaan sumber daya alam dan kehidupan sosial-budaya
serta memberikan manfaat ekonomi hingga generasi yang akan datang. Secara garis besar,
indikator yang dapat dijabarkan dari karakteristik berkelanjutan antara lain adalah lingkungan.
Artinya, industri pariwisata harus peka terhadap kerusakan lingkungan seperti; pencemaran
limbah, sampah yang bertumpuk, dan kerusakan pemandangan yang diakibatkan pembabatan
hutan, gedung yang letak dan arsitekturnya tidak sesuai, serta sikap penduduk yang tidak
ramah. Dengan kata lain aspek lingkungan lebih menekankan pada kelestarian ekosistem dan
biodiversitas, pengelolaan limbah, penggunaan lahan, konservasi sumber daya air, proteksi
atmosfer, dan minimalisasi kebisingan dan gangguan visual. Selain lingkungan, sosial-budaya
juga menjadi aspek yang penting diperhatikan dalam pembangunan pariwisata. Interaksi dan
mobilitasmasyarakat yang semakin tinggi menyebabkan persentuhan antar budaya semakin
intensif. Pariwisata merupakan salah satu kegiatan yang memberi kontribusi persentuhan
budaya dan antar etnik serta antar bangsa. Oleh karena itu, penekanan dalam sosial budaya
lebih kepada ketahanan budaya, integrasi sosial, kepuasan penduduk lokal, keamanan dan
keselamatan, kesehatan publik. Aspek terakhir adalah ekonomi.

Penekanan aspek ekonomi lebih kepada pemerataan usaha dan kesempatan kerja,
keberlanjutan usaha, persaingan usaha, keuntungan usaha dan pajak, untung-rugi pertukaran
internasional, proporsi kepemilikan lokal, akuntabilitas. Pariwisata merupakan segala sesuatu
yang berkaitan dengan pariwisata dan seluruh rangkaian aktivitasnya berkaitan dengan
perpindahan orang dalam waktu singkat dan sementara di tempat tujuan di luar tempat dan
mereka biasanya bekerja dengan aktivitas yang berbeda di tempat tujuan tersebut dan bukan
untuk bekerja dan mencari nafkah (Tourism Society, 1979 : 70).

5|MANAJEMEN PARIWISATA
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Pembangunan pariwisata berkelanjutan merupakan sebuah proses dan sistem
pengembangan pariwisata yang bisa menjamin keberlangsungan atau keberadaan sumber daya
alam dan kehidupan sosial-budaya serta memberikan manfaat ekonomi kepada generasi
sekarang hingga generasi yang akan datang guna memberantas atau mengentasakan
kemiskinan (WTO, 2004 : 3-6). Gortazar (1999) menambahkan bahwa pariwisata
berkelanjutan mempunyai penekanan khusus pada tiga hal yaitu; 1. Pelestarian warisan alam
dan budaya serta tradisi masyarakat lokal dengan mengurangi konteks yang intensif dan massal
terhadap objekobjek wisata budaya; 2. Pengurangan dampak-dampak negatif yang ditimbulkan
sehubungan dengan pengembangan pariwisata; 3. Pemberdayaan masyarakat lokal untuk
mempertinggi kehidupan sosial dan budayanya guna meningkatkan kualitas dan standar hidup
masyarakat lokal. World Tourism Organization (2000) memperkirakan akan ada peningkatan
jumlah kedatangan wisatawan internasional yang sangat tinggi hingga mencapai 937 juta
wisatawan pada tahun 2010. Kedatangan wisatawan dalam jumlah yang banyak akan
mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan seperti degradasi lingkungan dan
pencemaran air, udara dan tanahMeningkatnya kedatangan wisatawan di suatu daerah tujuan
wisata disebabkan oleh berbagai motivasi perjalanan wisatawan. Menurut Harssel (1994),
pariwisata dibagi menjadi sepuluh jenis yaitu; pariwisata alam (ecotourism), pariwisata budaya
(cultural tourism), pariwisata sosial (social tourism), pariwisata aktif/petualangan
(active/adventure tourism), pariwisata rekreasi (recreational tourism), pariwisata olahraga
(sport tourism), pariwisata minat khusus (specialized tourism), pariwisata kegamaan (religious
tourism), pariwisata kesehatan (health tourism) dan pariwisata etnis (ethnic tourism).
Pengklasifikasi tersebut berdasarkan atas motivasi perjalanan wisatawan. Pariwisata alternatif
merupakan suatu bentuk pengembangan pariwisata yang merupakan perlalihan dari
pengembangan pariwisata massal. Pariwisata alternatif merupakan pariwisata yang berupaya
untuk memberikan situasi saling pengertian, solidaritas dan keadilan di antara wisatawan,
pelaku pariwisata dan masyarakat lokal dan lingkungannya (Sumarwoto, 1995 : 314).

6|MANAJEMEN PARIWISATA
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
2.4 PARIWISATA ALTERNATIF DALAM PARIWISATA BERKELANJUTAN
Seiring dengan bertambahnya kunjungan wisatawan dan dibangunnya berbagai sarana
dan prasarana pendukung pariwisata, perkembangan pariwisata mengarah ke pariwisata massal
(mass tourism) dan bukan mengarah ke pariwisata berkualitas (quality tourism). Ini terjadi
sekitar tahun 1969 yang ditandai dengan kedatangan wisatawan yang sangat banyak dan
membanjiri objek-objek wisata (Taggart, 1980 : 457).

Mass tourism merupakan kegiatan pariwisata yang meliputi kunjungan wisatawan


dalam jumlah banyak yang datang secara bersamaan atau rombongan pada waktu yang sama
pula. Dilihat dari karakteristik dari mass tourism ini, dapat diketahui bahwa pangsa pasar
(market share) dari mass tourism berasal dari berbagai kelas sosial-ekonomi masyarakat yang
pada umumnya berasal dari kalangan pekerja industri-industri kecil dan menengah yang
memungkinkan untuk mendapatkan libur dan melakukan perjalanan wisata secara bersama-
sama dan hanya memiliki waktu yang singkat untuk berwisata (Urry, 1991 : 16).
Pengembangan pariwisata massal sering kali tidak memperdulikan daya tampung (carrying
capcity) dan daya dukung (supporting capacity) yang adasehingga memunculkan berbagai
dampak negatif dan hanya memberikan sedikit kontribusi terhadap masyarakat lokal
dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari eksploitasi para pengusaha penyedia pelayanan
jasa pariwisata seperti hotel, restoran, biro perjalanan wisata dan lain-lain. Sehingga,
kedatangan wisatawan dalam jumlah banyak tersebut bukannya memberikan dampak positif
tetapi menimbulkan dampak negatif dan bahkan mengancam keberadaan sumberdaya alam di
daerah tujuan wisata. Masyarakat lokal juga tidak memiliki kemampuan untuk mengawasi
perantara-perantara tersebut secara langsung. Masyarakat lokal hanya menerima begitu saja
dan bahkan menganggap bahwa itu adalah cara terbaik untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Karena mereka umumnya berpendapat bahwa dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang
datang akan meningkat pula kesejastraannya.

2.5 PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PERIWISATA

Kata peran merupakan salah satu kata yang sering kita dengar dan ucapkan dalam
kehidupan sehari-hari, namun terkadang orang tahu kata itu tetapi belum paham arti dari kata
tersebut. Soerjono Soekanto (1987:221) mengemukakan definisi peranan lebih banyak
menunjukkan pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses, jadi tepatnya adalah

7|MANAJEMEN PARIWISATA
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
bahwa seseorangmenduduki suatu posisi atau tempat dalam masyarakat serta menjalankan
suatu peran.
Sedangkan menurut Poerwodarminta (1995: 571) “peran merupakan tindakan yang
dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa”. Berdasarkan pendapat
Poerwadarminta maksud dari tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam
suatu peristiwa tersebut merupakan perangkat tingkah laku yang diharapkan, dimiliki oleh
orang atau seseorang yang berkedudukan di masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia : “Peran adalah seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan dalam masyarakat”.Berdasarkan definisi dan konsep di atas dapat disimpulkan
bahwa peran merupakan fungsi penyesuaian yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang
ada.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara adalah unsur pelaksana Pemerintah
Propinsi dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah Provinsi. Kepala Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi dibantu oleh seorang Sekretaris dan Empat Kepala Bidang
Dengan tetap mengacu kepada kebijakan di bidang Kebudayaan dan Pariwisata Nasional
serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2011 s/d 2015 Provinsi
Sulawesi Utara maka Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mempunyai tugas pokok dan fungsi
yang menurut Peraturan Daerah Nomor : 53 tahun 2008 yang diuraikan sebagai berikut :
Tugas :
Melaksanakan desentralisasi, dekonsentrasi dan pembantuan lainnya serta kewenangan
kabupaten / kota yang diserahkan kepada provinsi di bidang kebudayaan dan pariwisata.
Fungsi :
1. Perumusan kebijakan teknis.
2. Penyusunan perencanaan, pengkoordinasian, pembinaan dan pengendalian
pelaksanaan tugas.
3. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang kebudayaan dan
pariwisata.
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur.

8|MANAJEMEN PARIWISATA
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Visi
Terwujudnya Sulawesi Utara yang berbudaya, dan sebagai salah satu destinasi pariwisata yang
berdaya saing serta mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat menuju pintu gerbang
Indonesia di kawasan Asia dan Pasifik.
Misi
1. Mempunyai pedoman pembangunan dan pengembangan kebudayaan dan
kepariwisataan daerah yang dijabarkan dalam Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Provinsi (RIPKP).
2. Melestarikan nilai, keragaman dan kekayaan budaya dalam rangka memperkuat jati diri
dan karakter bangsa.
3. Mengembangkan destinasi pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan.
4. Meningkatkan kunjungan wisatawan dan menerapkan pemasaran yang bertanggung
jawab.
5. Mengembangkan industri pariwisata yang berdaya saing.
6. Mengembangkan sumber daya kebudayaan dan pariwisata.
7. Menciptakan tata pemerintahan yang responsif, transparan dan akuntabel.

9|MANAJEMEN PARIWISATA
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 SUMERU ENDO


Sumeru Endo merupakan lokasi wisata yang memberikan atraksi wisata dalam bentuk
wisata buatan. Sumeru endo merupakan Lokasi wisata kolam renang, kolam pemandian air
panas, dan penginapan. Lokasi wisata ini telah berdiri sejak tahun 70an dan sudah sering
berpindah-pindah pengelola dari swasta hingga Pemerintah dinas Pariwisata Sulut sampai saat
ini. Lokasi wisata ini berada di pinggir danau Tondano dan memiliki pemandangan indah serta
memiliki luas lahan kurang lebih 5 Ha. Lokasi wisata ini buka selama 24 jam mulai jam 7 pagi.
Aksesibilitas menuju lokasi wisata ini sudah sangat baik karena lokasi ini juga berada di pinggir
jalan utama dan memiliki papan informasi di pinggir jalan yang memadai.

Sumaru Endo adalah sebuah tempat rekreasi keluarga yang lokasinya berada di tepian
Danau Tondano, tepatnya di Desa Leleko, Kecamatan Remboken Minahasa, sekitar 12 km dari
Kota Tondano, 45 km dari Kota Manado, 65 km dari Bandara Internasional Sam Ratulangi
Manado, Provinsi Sulawesi Utara.

10 | M A N A J E M E N P A R I W I S A T A
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
3.1.1 Aksesibilitas

Sumaru Endo adalah sebuah tempat rekreasi keluarga yang lokasinya berada di tepian Danau
Tondano, tepatnya di Desa Leleko, Kecamatan Remboken Minahasa, sekitar 12 km dari Kota
Tondano, 45 km dari Kota Manado, 65 km dari Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado,
Provinsi Sulawesi Utara. Jarak yang akan di tempuh untuk menuju lokasi sumaru Endo Tondano
yaitu 39,2km dengan waktu tempuh selama 1 jam 26 menit melalui jalan raya manado tomohon.

Pintu masuk ke lokasi wisata Sumaru Endo yang berada di ketinggian sekitar 1.000 meter di
atas permukaan laut. Nama Sumaru Endo sendiri diambil dari bahasa asli Remboken yang memiliki arti
“menghadap matahari terbit”

3.1.2 FASILITAS DI LOKASI WISATA SUMARU ENDO

Di tempat wisata Sumaru Endo terdapat beberapa fasilitas wisata yang menunjang
tempat objek wisata danau tondano di antara nya terdapat penginapan, restoran, aula, kolam
renang, yang sangat menunjang untuk wisata keluarga yang akan berkunjung di tempat ini.
Terdapat ruang terbuka hijau yang cukup luas untuk memberikan kenyamanan kepada setiap
pengunjung yang akan menghampiri tempat tersebut. Harga yang di tawarkan juga untuk

11 | M A N A J E M E N P A R I W I S A T A
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
tempat wisata ini tidak terlalu mahal dan mudah untuk di jangkau oleh semua kalangan
masyarakat yang ada. Panorama Danau Tondano membuat tempat wisata ini semakin di kenal
karena berada di pinggiran Danau Tondano Sulawesi Utara.

12 | M A N A J E M E N P A R I W I S A T A
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
4.1 KONSEP PENINGKATAN DAYA SAING PRODUK DAN PELAYANAN DI
SUMARU ENDO TONDANO MINAHASA

Seperti dijelaskan pada bab-bab sebelumnya dan dalam mencapai visi Pariwisata
Sulawesi Utara, maka konsep peningkatan daya saing sangat penting untuk
diterapkan.Konsep ini sebagai konsekwensi logis dari pembangunan sektor pariwisata,
dimana sektor pariwisata untuk diakui secara internasional dituntut untuk mengembangkan
dan menerapkan standar minimum untuk produk wisata, pelayanan Pariwisata serta
fasilitas Pariwisata. Dalam visi Pariwisata Sulawesi Utara, telah dirumuskan untuk
mengembangkan Pariwisata ekologis (ecotourism), artinya standar yang dikembangkan
untuk produk, pelayanan dan fasilitas harus memperhatikan prinsip-prinsip pariwisata
ekologis, yaitu ramah lingkungan, ramah masyarakat dan ramah wisatawan. Konsep ini
juga memberikan arahan dalam penyusunan produk dan pelayanan wisata yang harus
memperhatikan produk-produk sejenis dari pesaing di tingkat propinsi, nasional dan
internasional yang memiliki pangsa pasar yang sama. Standar minimum yang
dikembangkan akan lebih menjamin kualitas produk dan pelayanan wisata, sehingga
memberikan garansi pada wisatawan bahwa pelayanan yang diberikan di satu daya tarik
dan daya tarik lainnya memiliki standar minimum yang sama. Penerapan konsep ini juga
perlu dibarengi dengan kebijakan di tingkat Kabupaten. Saat ini, secara nasional
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah mengeluarkan beberapa standard
tingkat nasional dalam bidang kepariwisataan, khususnya untuk sub sektorbiro perjalanan
wisata; spa; Restoran, Bar dan Jasa Boga Bidang Industri Jasa Boga; Pimpinan Perjalanan
Wisata; Kepemanduan Wisata Selam; Kepemanduan Wisata; Kepemanduan Museum;
Kepemanduan Ekowisata; dan Kepemanduan Arung Jeram.Pemerintah daerah dapat
mengacu kepada standard nasional ini dan mengembangkan standar minimum pelayanan
sesuai dengan kondisi lokal.

4.1.1 STRATEGI DAN RENCANA PENGEMBANGAN PRODUK DAN ATRAKSI


WISATA

Produk wisata merupakan komponen penting dalam industri pariwisata yang tidak
terlepas dari aspek-aspek atraksi, amenitas, dan akses. Sebagai komoditas pariwisata yang
berdaya jual, jika dikelola dan dikembangkan dengan tepat dan optimal, produk wisata akan
mampu meningkatkan kunjungan wisatawan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka

13 | M A N A J E M E N P A R I W I S A T A
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
strategi pengembangan produk wisata di Sumaru Endo adalah mengembangkan produk
kepariwisataan melalui pengembangan tematik kepariwisataan terpadu dalam satu kesatuan
kawasan pengembangan pariwisata.
a. Mengembangkan sarana, prasarana serta fasilitas pariwisata dan penunjang pariwisata
sesuai dengan target pasar.

Produk wisata merupakan komponen penting dalam industri pariwisata yang tidak
terlepas dari aspek-aspek atraksi, amenitas, dan akses. Sebagai komoditas pariwisata yang
berdaya jual, jika dikelola dan dikembangkan dengan tepat dan optimal, produk wisata akan
mampu meningkatkan kunjungan wisatawan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka
strategi pengembangan produk wisata di Sumaru Endo adalah mengembangkan produk
kepariwisataan melalui pengembangan tematik kepariwisataan terpadu dalam satu kesatuan
kawasan dengan menunjang Fasilitas Pariwisata yang mulai turun nilainya.
- Membangunan kembali beberapa Fasilitas yang ada di Sumaru Endo seperti : Tempat
penginapan yang sudah tidak terawat lagi, tempat ruangan utama sebagai tempat ibadah
yang bangunannya sudah tua dan tidak terawat lagi karena beberapa kayu yang mulai lapuk
membuat nilai keindahan bangunan itu sendiri menjadi turun
- Penambahan jumlah Gasebo di beberapa titik sekitar ruang terbuika hijau sehingga dapat
memberikan nilai estetika yang baik di pemandangan mata dan dapat memberikan
kenyamanan kepada pengunjung wisata.
- Menambah penanaman beberapa tumbuhan sebagai sumber kenyamanan pengunjung yang
ada.

4.1.2 STRATEGI DAN RENCANA PENGEMBANGAN AMENITAS

Dalam pengembangan pariwisata, amenitas adalah fasilitas-fasilitas wisata yang


dibutuhkan untuk memberi kemudahan dan kenyamanan bagi wisatawan dalam perjalanan
pariwisata. Amenitas wisata secara makro biasanya terletak di pusat-pusat pelayanan dalam
suatu wilayah/kawasan. Strategi pengembangan amenitas wisata di Sumaru Endo adalah
mengembangkan sarana wisata di setiap pusat-pusat pelayanan Kawasan Pengembangan
Pariwisata (KPP).

14 | M A N A J E M E N P A R I W I S A T A
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
4.1.3 STRATEGI DAN RENCANA PENGEMBANGAN AKSESIBILITAS

Sistem aksesibilitas dan pencapaian ke tempat wisata sumaru endo merupakan hal yang
sangat penting untuk dipertimbangkan dalam pengembangan kepariwisataan daerah di
kabupaten Minahasa ini. Upaya pengembangan kepariwisataan di Minahasa ini perlu didukung
dengan pengembangan aksesibilitas. Secara umum strategi pengembangan aksesibilitas untuk
mendukung pengembangan kepariwisataan di Sumaru Endo adalah sebagai berikut :
a. Peningkatkan kemudahan pencapaian dan biaya perjalanan yang rendah.
b. Peningkatan kenyamanan perjalanan wisata melalui pengembangan fasilitas pendukung
transit dan peristirahatan.

4.1.4 STRATEGI DAN RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN


Secara sederhana, kelembagaan diartikan sebagai totalitas unsur-unsur dari sistem
kepariwisataan yang menjalankan fungsi-fungsi tertentu sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan.
Perlunya kelembagaan untuk mendukung pengembangan kepariwisataan di Kabupaten
Minahasa antara lain adalah :
a. Adanya keterpaduan semua unsur pariwisata ke dalam satuan yang bersifat holistik.
b. Adanya kelembagaan yang kokoh akan meningkatkan efektivitas pemasaran produk
wisata.
c. Untuk menjamin kemampuan setiap daerah menjadi bagian integral dari industri
pariwisata.
d. Pengembangan image pariwisata relatif lebih mudah dilakukan oleh suatu mekanisme
yang melibatkan banyak aktor.
e. Pencapaian tujuan relatif lebih mudah untuk dicapai apabila beberapa kelompok
sepakat dalam bekerjasama di dalam wadah kelembagaan.
f. Dengan wadah kelembagaan dapat dibangun suatu identitas wisata daerah. Secara
umum, strategi pengembangan kelembagaan untuk mendukung pengembangan
kepariwisataan Kabupaten Minahasa adalah :
g. Memadukan semua unsur kelembagaan pariwisata ke dalam satuan yang bersifat
holistik.
h. Memperkuat kelembagaan lokal yang ada.
i. Merintis kelembagaan yang berorientasi ke tingkat propinsi, nasional dan
internasional.

15 | M A N A J E M E N P A R I W I S A T A
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Arahan pengembangan kelembagaan kepariwisataan Kabupaten Minahasa diarahkan agar
memenuhi unsur-unsur pokok kelembagaan dalam pariwisata yang terdiri dari instansi
pemerintah (Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten, Kecamatan, Desa), masyarakat dan LSM,
industri/bisnis, instansi pendidikan, dan media massa. Dimana institusi pemerintah berfungsi
sebagai fasilitator untuk menyusun kebijakan dan regulasi pengembangan pariwisata yang akan
diisi dengan program-program kegiatan oleh unsur kelembagaan yang lain. Masyarakat dan
LSM berfungsi sebagai aktor yang menyediakan jasa melalui berbagai atraksi wisata.
Industri/kalangan pebisnis berfungsi sebagai aktor yang menyelenggarakan aktivitas wisata,
package (pemaketan) dan pemasaran produk wisata.

4.1.5 STRATEGI DAN RENCANA PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


(SDM)
Untuk mendukung keberhasilan pembangunan kepariwisataan di Sumaru endo
diperlukan penyiapan dan peningkatan mutu SDM. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka
strategi pengembangan SDM adalah menyiapkan dan meningkatkan mutu SDM bidang
kepariwisataan. Strategi dimaksudkan agar tercipta suatu pelayanan yang baik dan citra yang
positif sehingga wisatawan merasa puas dan sangat berkesan dengan kunjungannya tersebut.
Arahan pengembangan Sumber Daya Manusia untuk mendukung pengembangan
kepariwisataan di Sumaru endo Tondano Minahasa adalah sebagai berikut :
1. Melakukan sosialisasi, kampanye sadar wisata dan membina masyarakat secara kontinyu
melalui kelembagaan lokal yang ada, sehingga tercipta kesadaran akan pentingnya pariwisata.
2. Membina dan mengembangkan Lembaga Pendidikan Kepariwisataan agar tercipta “link and
match” antara pendidikan kepariwisataan dengan lapangan kerja kepariwisataan.
3. Memberikan pelatihan praktis bidang kepariwisataan pada masyarakat, misalnya tentang
pemandu wisata, pembuatan souvenir, makanan khas daerah, pengemasan dan pemasaran.

4.1.6 STRATEGI DAN RENCANA PROMOSI DAN PEMASARAN


Dalam pengembangan promosi dan pemasaran pariwisata di Sumaru Endo Tondano
Kabupaten Minahasa harus memperhatikan sasaran dan jenis market yang dituju antara lain :
1. Captive Market : Pasar wisatawan yang kurang memiliki motivasi untuk berkunjung ke
Daerah Tujuan Wisata (DTW) disebabkan oleh daya beli yang rendah, usia lanjut, memiliki
penghasilan tetap (tanpa penghasilan tambahan) sehingga wisatawan jenis ini cenderung akan

16 | M A N A J E M E N P A R I W I S A T A
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
tertarik dengan biaya kunjungan yang relatif rendah atau murah. Kategori pasar wisatawan ini
memerlukan promosi yang baik sehingga mereka tertarik untuk pariwisata di wilayah
Kabupaten Minahasa.
2. Prospective Market : Pasar wisatawan yang memiliki daya beli tinggi dan tinggal dekat
dengan Kabupaten Minahasa sehingga sangat mudah untuk berkunjung ke Tondano Kabupaten
Minahasa sebagai wisatawan yang datang untuk menikmati keindahan alam . Pasar wisatawan
inipun memerlukan promosi yang baik dan tetap untuk menarik mereka berkunjung.
3. Potential Market : Pasar wisatawan potensial untuk berkunjung walaupun jauh
jaraknya mengeluarkan biaya yang tinggi tetapimemiliki motivasi dan keinginan yang kuat
untuk berkunjung ke tempat wisata ini. Pasar wisatawan ini memiliki pengalaman atau
pengetahuan baik.

4.1.7 STRATEGI DAN RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN


Pengembangan pariwisata di Sumaru Endo Tondano diarahkan pengembanganya
secara ramah lingkungan dengan tidak menghabiskan atau merusak sumber daya alam dan
sosial, namun dipertahankan untuk pemanfaatan yang berkelanjutan. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, penentuan ambang batas (carrying capacity) perlu menjadi
pertimbangan penting dalam perencanaan dan pengembangan pariwisata dengan pendekatan
lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. Selain itu, pengembangan pariwisata juga
harus mempertimbangkan :
a) Terjaminnya keberlanjutan sumber daya pendukung pembangunan pariwisata sebagai satu
syarat penting bagi terciptanya manajemen pariwisata yang memadai dan handal.
b) Pengembangan pariwisata harus berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan dan
diintegrasikan dengan lingkungan alam, budaya, dan manusia. Kegiatan pariwisata harus
menjamin perubahan yang dapat diterima sehubungan dengan pengaruhnya terhadap sumber
daya alam, keanekaragaman hayati dan kapasitas untuk mengelola berbagai dampak dan residu
yang ditimbulkan. Dalam upaya mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan,
maka konsep pengelolaan lingkungan diarahkan sebagai berikut :
a) Pengelolaan limbah :
- Pengelolaan limbah padat dan cair yang berasal dari kegiatan pariwisata agar tidak
menimbulkan kerusakan dan pencemaran lingkungan.
- Pengelolaan limbah padat dan cair dilakukan dengan menerapkan prinsip 3R yaitu Reduce
(reduksi), Reuse (penggunaan kembali), dan Recycle (daur ulang).
b) Pengelolaan Air Tawar:

17 | M A N A J E M E N P A R I W I S A T A
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
- Penggunaan air tawar dilakukan dengan memperhatikan konservasi air yang tersedia di pulau,
serta akses masyarakat terhadap kebutuhan air tawar.
-Dianjurkan agar mengembangkan sistem pengolahan air laut menjadi air tawar.

18 | M A N A J E M E N P A R I W I S A T A
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

. Berdasarkan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan, secara keseluruhan kondisi


lokasi di Sumeru Endo dapat dikatakan sudah cukup memenuhi prinsip-prinsip hanya saja
masih diperlukan perbaikan di beberapa sector. Oleh sebab itu, diperlukan banyak perubahan
serta perhatian lebih untuk lokasi pariwisata ini agar dapat memberikan nilai tambah dalam
kepariwisataan di Kabupaten Minahasa.

4.2 Saran

Untuk lokasi pariwisata yang tidak memenuhi prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan


diperlukan perbaikan serta beberapa perubahan pada sistem pariwisata yang berlaku. Juga
diperlukan partisipasi dari pihak pengelola dan masyarakat agar pariwisata yang ada dapat
berkembang lebih baik.

19 | M A N A J E M E N P A R I W I S A T A
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Anda mungkin juga menyukai