Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Abdomen merupakan rongga yang terbesar dalam tubuh manusia bentuknya


lonjong & meluas dari diafragma sampai pelvis dibawah. Batas-batas abdomen
meliputi diafragma diatas, dibagian bawah adalah pintu masuk panggul besar
dibagian depan dan dikedua sisi samping adalah otot-otot abdominal, tulang iliaka
dan iga-iga sebelah bawah dibelakang tulang punggung dan otot psoas serta
quadratus lumbarun.

Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum


dengan dunia luar (udara luar). terletak di dasar pelvis. Kelainan congenital pada
anus biasanya tidak terbentuknya dubur pada bayi yang baru lahir yang disebut
dengan Atresia ani.

Terkadang terdapat beberapa indikasi yang tidak dapat dilihat secara langsung
sehinggga membutuhkan bantuan Radiologi untuk menegakkan diagnosa.

1.2 Tujuan Penulisan Makalah


1.2.1 Untuk mengetahui Anatomi fisiologi dari Abdomen dan Atresia
ani .
1.2.2 Untuk mengetahui Indikasi pemeriksaan Pada Abdomen dan
Atresia ani.
1.2.3 Untuk mengetahui Teknik pemeriksaan Pada Abdomen dan Atresia
ani.
1.3 Manfaat Penulisan Makalah
1.2.4 Memberi pengetahuan tentang Anatomi serta Teknik pemeriksaan
dari Abdomen dan Atresia ani. Sehingga Mahassiswa mampu
memahami teori beserta caranya.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ABDOMEN
A. Anatomi Abdomen

Abdomen merupakan rongga yang terbesar dalam tubuh manusia bentuknya


lonjong & meluas dari diafragma sampai pelvis dibawah. Rongga abdomen di
bagi menjadi dua bagian yaitu rongga sebelah atas ukurannya lebih besar &
rongga sebelah bawah ukuranya lebih kecil. Batas-batas abdomen meliputi
diafragma diatas, dibagian bawah adalah pintu masuk panggul besar dibagian
depan dan dikedua sisi samping adalah otot-otot abdominal, tulang iliaka dan iga-
iga sebelah bawah dibelakang tulang punggung dan otot psoas serta quadratus
lumbarun.

2
Adapun isi Rongga abdomen yaitu:

1) Gaster (Lambung)

Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling


banyak terutama didaerah epigaster, lambung terdiri dari bagian atas
fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik,
terletak di bawah diapragma di depan pankreas dan limpa, menempel di
sebelah kiri fundus uteri. Fungsi lambung yaitu menampung makanan,
menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh peristaltik lambung
dan getah lambung.

3
2) Intestinum Minor (Usus Halus)

Merupakan bagian dari sistem pencernaan makanan yang


berpangkal pada pilorus dan berakhir pada caecum panjanya ± 6 m,
merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorsi
hasil pencernaan yang terdiri dari lapisan usus halus, lapisan mukosa
(sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M.Sirkuler), lapisan otot
memanjang (M.Longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar).

- Duodenum (Usus 12 Jari)

Duodenum, disebut juga usus 12 jari panjangnya ± 25 cm


berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri pada lengkungan ini terdapat
pankreas. Dan bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lendir yang
membukit di sebut papila vateri.pada papila vateri ini bermuara saluran
empedu (ductus coledocus) dan saluran pankreas (ductus wirsungi/ductus
pankreaticus).

- Yeyenum

mempunyai panjang sekitar ± 23 meter dan ileum dengan panjang


4-5m.Lekukan yeyenum.

4
- Ileum

ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan


perantaraan lipatan peritenium yang berbentuk kipas dikenal sebagai
mesenterium.Fungsi usus halus;menerima zat-zat makanan yang sudah
dicerna untuk diserap melalui kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran
limfa,menyerap protein dalam bentuk asam amino, karbohidrat diserap
dalam bentuk monosakarida.

3) Intestinum Mayor (Usus Besar)

terdapat appendiks vermiformis yang berbentuk seperti cacing


sehingga disebut juga umbai cacing, panjangnya 6 cm. Seluruhnya
ditutupi oleh peritenium mudah bergerak walaupun tidak mempunyai
mesenterium dan dapat diraba melalui dinding abdomen pada orang yang
masih hidup.

5
a. Caecum

terdapat appendiks vermiformis yang berbentuk seperti cacing


sehingga disebut juga umbai cacing, panjangnya 6 cm. Seluruhnya
ditutupi oleh peritenium mudah bergerak walaupun tidak mempunyai
mesenterium dan dapat diraba melalui dinding abdomen pada orang yang
masih hidup.

b. Colon accendens

Colon Acendens panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen


sebelah kanan membujur ke atas dari ileum kebawah hati. Dibawah hati
melengkung ke kiri , lengkungan ini disebut fleksura hepatika,
dilanjutkan sebagai colon transversum.Appendiks (usus buntu),bagian
dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir caecum
mempunyai pintu keluar yang sempit tapi masih memungkinkan dapat
dilewati oleh beberapa isi usus. Appendiks tergantung menyilang pada
linea terminalis masuk ke dalam rongga pelvis minor terletak horizontal
di belakang caecum. Sebagai suatu organ pertahanan terhadap infeksi
kadang appendiks bereaksi secara hebat dan hiperaktif yang bisa
menimbulkan perforasi dindingnya ke dalam rongga abdomen.

c. Colon Transversum

Colon Transversum panjangnya ± 38 cm, membujur dari colon


acendens sampai ke colon decendens berada di bawah abdomen, sebelah
kanan terdapat fleksura Hepatika dan sebelah kiri terdapat fleksura
lienalis.

d. Colon Descendens
Colon descendens pangjangnya ± 25 cm, terletak di bawah
abdomen bagian kiri membujur dari atas ke bawah dari fleksura
lienalis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan colon
sigmoid.

6
e. Colon sigmoid

Colon sigmoid merupakan lanjutan dari colon decendens terletak miring,


dalam rongga pelvis sebelah kiri bentuknya menyerupai huruf S, ujung bawahnya
berhubungan dengan rektum.

Selain itu pada rongga abdomen berisi pula hati, pancreas, ginjal beserta kelenjar
suprarenal, aorta abdominalis,vena cava inferior, pembuluh dan kelenjar limfe,
peritenium dll.

4) Rectum

Terletak dibawah colon sigmoid yang menghubungkan intestinum


mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sacrum os
cocsigis.

5) Anus

Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang


menghubungkan rectum dengan dunia luar (udara luar). terletak di dasar
pelvis, dindingnya diperkuat oleh 3 sfingter:

- sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut kehendak.


- sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.
- sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut kehendak,

Peritenium (Selaput Perut)

Peritenium terdiri dari dua bagian yaitu peritenium parietal yang melapisi
dinding rongga abdoman dan peritenium viseral yang melapisi semua organ yang
berada dalam rongga abdomen.ruang yang terdapat diantara dua lapisan ini
disebut ruang peritonial atau kantong peritenium.Pada laki-laki berupa kantong
tertutup dan pada perempuan merupakan saluran telur yang terbuka masuk ke
dalam rongga peritenium, di dalam peritenium banyak terdapat lipatan atau
kantong.Lipatan besar (omentum mayor) banyak terdapat lemak yang terdapat
disebelah depan lambung, Lipatan kecil (omentum minor) meliputi hati, kurvatura

7
minor dan lambung berjalan ke atas dinding abdomen dan membentuk
mesenterium usus halus.

Fungsi peritoneum :

1. Melekatkan organ ke dinding abdomen posterior dan satu sama lain.


2. Organ dapat saling bergerak satu sama lain.
3. Pembuluh dan saraf dapat mencapai organ tanpa terpuntir atau
tertekan.
4. Penyimpanan lemak.
5. Menutupi daerah yang terinfeksi oleh omentum mayus.

Struktur yang seluruhnya atau sebagian besar di belakang peritoneum :

- aorta - vena cava inferior

- cisterna chyli - pankreas

- duodenum - glandula adrenalis

- ginjal - ureter

Pada wanita setiap tuba uterina (falopii) memiliki ujung bebas dan lubang
kecil ke dalam rongga peri toneum sebagai pintu masuk ovum. Pada pria rongga
peritoneum tertutup sempurna. Di dalam pelvis, peritoneum tebal dan
merefleksikan organ pelvis. Kantong rekto uterina (cavum Douglasi) dibentuk
oleh refleksi peritoneum dari uterus pada rektum.

8
B. Gambaran klinis

- Peritonitis merupakan infeksi peritoneum yang disebabkan oleh bahan


yang terinfeksi dimasukan ke dalam rongga peritoneum, misalnya luka
tusuk, perforasi ulkus peptikum, perforasi appendiks yang terinflamasi

- Omentum mayus dapat bergerak dan menutupi daerah kecil yang


terinfeksi dan mencegah penyebaran infeksi ke bagian peritoneum lain.

- Ascites yaitu pengumpulan cairan di dalam rongga peritoneum, misalnya


pada sirosis hepatis atau gagal ginjal berat.

- Cairan dapat diabsorbsi dari rongga peritoneum dan rute ini dapat
digunakan untuk memasukan cairan ke dalam bayi yang mengalami
dehidrasi.

- Dialis peritoneum metode menangani gagal ginjal dengan cara


memasukan cairan secara bergantian ke dalam rongga dan membiarkannya
keluar lagi dan dengan demikian membuang bahan-bahan toksik yang
tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal.

C. Teknik Pemeriksaan Abdomen 3 posisi pada anak-anak.


1. Foto abdomen proyeksi AP : bayi dan anak kecil dengan berat badan
sampai 15 kg.
- Posisi Pasien : anak di pegangi lengan atas nya (bila perlu kaki di
topang dengan kursi), punggung nya menempel pada sisi depan
pemegang kaset.
Orang yang memegang si anak, lebih baik salah satu orang tua nya,
harus memakai apron dan sarung tangan dari timbale.
- CP : pada umbilicus
- CR : Vertikal tegak lurus
- FFD: 100 Cm
Ekspose bila anak tidak bergerak.

9
2. Proyeksi Setengah Duduk

- Posisi Pasien

pasien duduk diatas meja pemeriksaan dengan menempatkan MSP


tubuh sejajar kaset, kedua tangan lurus disamping tubuh dan kedua kaki
diatur lurus.

- Posisi Objek

kaset berada dibelakang tubuh pasien, aturlah kaset dengan batas atas
procxypoid dan batas bawahnya simfisis pubis, pelvis dan shoulder tidak
mengalami rotasi.

- CR : horisontal tegak lurus ke kaset, pusat sinar diatur sejajar dengan


crista iliaca (umbilikus)
- FFD : 100 cm
- jangan lupa memakai grid
- Lakukan eksposi saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh.

3. Proyeksi LLD

- Posisi Pasien : Pasien tidur miring ke sisi kiri, kedua genue ditekuk
(difleksikan), kedua tangan diletakkan ditas kepala

10
- Posisi Objek : aturlah kaset agar batas atas kaset pada diafragma, batas
bawah pada simfisis pubis dan crista iliaca berada dipertengahan. kaset
berada dibelakang punggung.
- CR : horizontal sejajar kaset, pusat sinar diatur sejajar dengan crista iliaca.
- FFD : 100 cm
- Lakukan eksposi saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh.
- Kriteria gambaran

Tampak bayangan daerah abdomen (liver, ginjal, hati) dan air fluid level,
tampak diafragma, tampak udara bebas pada abdomen.

Apakah tujuan dari masing-masing posisi?

 Abdomen AP : memperlihatkan ada/tidaknya penebalan/distensi pada


kolon yang disebabkan karena massa atau gas pada kolon itu.
 Abdomen setengan duduk : untuk menampakkan udara bebas dibawah
diafragma.
 Abdomen LLD : untuk memperlihatkan air fluid level atau udara bebas
yang mungkin terjadi akibar perforasi kolon.

11
Mengapa dibuat foto LLD (bukan RLD) untuk abdomen 3 posisi ini?

supaya terpisah dengan udara di lambung. pada pasien tersangka


kebocoran dinding usus, udara akan berada pada permukaan teratas. jika dibuat
foto RLD, udara bebas itu kan tampak menyatu/bercampur dengan udara diusus
sehingga patologisnya sulit dinilai.

Apa tujuan eksposi dilakukan saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh?

pada saat tahan nafas, pergerakan usus akan berhenti, diafragma akan naik
dan gambaran abdomen akan tampak jelas.

2.2 ATRESIA ANI


A. Anatomi Anus

Atresia yaitu tidak ada lubang ditempat yang seharusnya berlubang baik
karena cacat bawaan maupun terjadi kemudian. Ani dari kata anus yang berarti
lubang pelepasan atau dubur.Ani dari kata anus yang berarti lubang pelepasan
atau dubur. Jadi Atresia ani Merupakan kelainan kongenital, tidak terbentuknya
dubur pada bayi yang baru lahir Memanfaat kan udara yang ada dalam kolon
sebagai media kontras.

Atresia ani di klasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria antara lain:

1. Menurut Berdon, membagi atresia ani berdasarkan tinggi rendahnya


kelainan, yakni:
a. atresia ani letak tinggi : bagian distal rectum berakhir di atas
muskulus levator ani (> 1,5cm dengan kulit luar)
b. Atresia ani letak rendah: distal rectum melewati musculus
levator ani ( jarak <1,5cm dari kulit luar).

12
2. Menurut Stephen, membagi atresia ani berdasarkan pada garis
pubococcygeal.
a. Atresia ani letak tinggi : bagian distal rectum terletak di atas
garis pubococcygeal.
b. Atresia ani letak rendah: bila bagian distal rectum terletak di
bawah garis pubococcygeal.
3. Menurut Ladd and Gross Atresia ani dibagi atas beberapa tipe
a. tipe 1 stenosis ani: pada anal canal anus dan rectum ada tetapi
menyempit.
b. Imperforatus anus: anus berupa membran atau anus dengan
dinding pemisah yang tipis.
c. Imperforatus anus dengan kantong rectum berakhir agak
tinggi dari kulit peritoneum.
d. Type 4 Atresia rectum, rectum berakhir buntu dan terpisah
dari bagian anal oleh suatu membrane atau jaringan, disini
lubang anus ada sehingga dari luar anus tampak normal.

13
Tanda – tanda klinis :

- tempat anus memerah, pada jenis rendah lebih hitam dan keriput.
- Muntah mulai umur 24 – 48 jam
- Kadang – kadang ditandai gejala ileus obstruktif
- Bisa terjadi fistel.

Alasan dan tujuan pemeriksaan atresia ani :

- Dapat melihat sampai dimana terjadi kebuntuhan


- Untuk memastikan apakah pasien benar – benar mengalami atresia ani
- Untuk mengtahui hanya kelaianan pada bagian kolon yang lain
- Penentuan atau memastikan diagnsa, sehingga bisa dilakukan tindakan
lebih lanjut.
B. Teknik Pemeriksaan Atresia Ani
a. Persiapan Pasien

Tidak ada persiapan khusus yang harus dilakukan tetapi untuk mendapatkan
gambaran yang baik maka sebelum dilakukan proyeksi bayi di letakkan dengan
posisikepala berada di bawah dan kaki berada di atas selama +_ 5mnt dengan
tetap menjaga kenyamanan pasien.

b. Tujuan Persiapan

Tujuannya adalah agar udara dalam kolon dapat mencapai rectum bagian
distal anal yang di pasang marker sehingga pada foto daerah antara marker dengan
bayangan udara yang tertinggi dapat diukur.

1. PA-PROYEKSI

14
- Posisi pasien dalam posisi AP terbalik (kepala kebawah kaki yang keatas )

- Kedua tungkai difleksikan 90 terhadap badan untuk menghindari


superposisi antara trokanter mayor paha dengan ischii. MSP tubuh tegak
lurus kaset.

- Pasien diletakkan lurus pada pertengahan kasette atau film

- Pasien menempel pada kasette dengan dengan tujuan menghindari


magnifikasi

- Marker ada 3 pada anus R/L dan pada lebel.

- CR : horizontal tegak lurus terhadap film

- CP : pada pertengahan pasien ( objek)

- FFD : 150 cm

- Waktu ekspos : akhir dari insfirasi, pada saat ekspirasi, ini merupakan
bagian waktu yang singkat.

Perhatikan gambar dibawah ini,merupakan proyeksi AP.

Kriteria Gambaran :

15
- Batas atas : procesus xyphoideus ( tepat pada thoracal 11 – 12 )
- Batas bawah : dibawah anus sehingga marker masuk
- Batas samping tepi kanan abdomen ( peritoneal )
- Terlihat udara dalam kolon dengan jelas
- Ketajaman gambar dan densitas bagus
2. Proyeksi Lateral
- Posisi pasien: pasien dalam posisi inverse ,lateral terbalik yaitu dengan
kepala kebawah dan kaki keatas
- salah satu sisi tubuh bagian kiri atau kanan menempel kaset
- MSP (mid sagital plane) tubuh sejajar terhadap garis pertengahan
film, MCP (mid coronal plane) tubuh diatur tegak lurus terhadap film.
- Kedua paha ditekuk kearah perut untuk menekan colon agar tertekan
dan naik mencapai bagian atas colon
- Tangan pasien lurus kebawah dan buat keadaan pasien seaman
mungkin.
- CR : horizontal tegak lurus terhadap kasette
- CP : pada pertengahan objek
- FFD : 150 cm

Gambar disamping
merupakan proyeksi lateral,
seperti yang telah
dijelaskan diatas, kaki
pasien ditekuk agar perut
tertekan, dan kaki diatas
kepala kepala, serta tangan
lurus di samping kepala
atau lurus ke bawah.

Posisi khusus : Proyeksi lateral cross table

16
- Posisi Pasien : Pasien diposisikan prone.
- Posisi Objek : kedua paha ditekuk (hip fleksi), angkat bagian punggung
bayi sehingga letak pelvis lebih tinggi dan kepala/wajah lebih rendah.
Kaset pada salah satu sisi lateral dengan trokhanter mayor pada
pertengahan kaset.
- CP: pada trochanter mayor menuju pertengahan kaset.
- CR: Horisontal, tegak lurus film/kaset.
- FFD: 150cm
- Ekspose dilakukan saat bayi tidak bergerak.

Ilustrasi pasien pada proyeksi cross table

Keuntungan posisi ini :

- Posisi lebih mudah.


- Waktu untuk memposisikan lebih singkat.
- Pasien lebih tenang dan nyaman.
- Udara pada rectum tampak naik dan lebih tinggi sehingga posisi ini
lebih baik.

17
Perbedaan hasil foto proyrksi lateral dgn proyeksi lateral prone cross table :

Teknik hasil radiograf yang tidak baik :

- Kurangnya udara dalam colon


- Keadan umum pasien yang lemah
- Adanya moment pada pasien
- koordinasi dengan memegang pasian tidak bagus

Solusi agar hasil sesuai dengan yang kita inginkan

Sebelum dilakukan tidakan radiologi pasien dianjurkan dengan kepala kebawah


selama 5 – 10 menit.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

19
Abdomen merupakan rongga yang terbesar dalam tubuh manusia
bentuknya lonjong & meluas dari diafragma sampai pelvis dibawah.
Rongga abdomen di bagi menjadi dua bagian yaitu rongga sebelah atas
ukurannya lebih besar & rongga sebelah bawah ukuranya lebih kecil.
Beberapa indikasi pemeriksaan dari rongga abdomen yaitu Omentum
mayus, Peritonitis, Ascites, Dialis peritoneum. Beberapa teknik
pemeriksaan yang dilakukan yaitu proyeksi AP, Setengah duduk, dan
LLD.

Atresia yaitu tidak ada lubang ditempat yang seharusnya


berlubang baik karena cacat bawaan maupun terjadi kemudian. Ani dari
kata anus yang berarti lubang pelepasan atau dubur. Beberapa proyeksi
yang digunakan untuk membantu diagnose dan cara mengatasi kelainan
ini maka terlebih dahulu dilakukan x-ray.

3.2 Saran

Untuk pemeriksaan Abdomen dan Atresia ani untuk pemegang


pasien dianjurkan untuk memakai apron dan sarung tangan dari timbale
untuk proteksi radiasinya, dan yang memegang harus keluarga pasien.

20

Anda mungkin juga menyukai