Teknik Radiografi Abdomen Dan Atresia Ani
Teknik Radiografi Abdomen Dan Atresia Ani
PENDAHULUAN
Terkadang terdapat beberapa indikasi yang tidak dapat dilihat secara langsung
sehinggga membutuhkan bantuan Radiologi untuk menegakkan diagnosa.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ABDOMEN
A. Anatomi Abdomen
2
Adapun isi Rongga abdomen yaitu:
1) Gaster (Lambung)
3
2) Intestinum Minor (Usus Halus)
- Yeyenum
4
- Ileum
5
a. Caecum
b. Colon accendens
c. Colon Transversum
d. Colon Descendens
Colon descendens pangjangnya ± 25 cm, terletak di bawah
abdomen bagian kiri membujur dari atas ke bawah dari fleksura
lienalis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan colon
sigmoid.
6
e. Colon sigmoid
Selain itu pada rongga abdomen berisi pula hati, pancreas, ginjal beserta kelenjar
suprarenal, aorta abdominalis,vena cava inferior, pembuluh dan kelenjar limfe,
peritenium dll.
4) Rectum
5) Anus
Peritenium terdiri dari dua bagian yaitu peritenium parietal yang melapisi
dinding rongga abdoman dan peritenium viseral yang melapisi semua organ yang
berada dalam rongga abdomen.ruang yang terdapat diantara dua lapisan ini
disebut ruang peritonial atau kantong peritenium.Pada laki-laki berupa kantong
tertutup dan pada perempuan merupakan saluran telur yang terbuka masuk ke
dalam rongga peritenium, di dalam peritenium banyak terdapat lipatan atau
kantong.Lipatan besar (omentum mayor) banyak terdapat lemak yang terdapat
disebelah depan lambung, Lipatan kecil (omentum minor) meliputi hati, kurvatura
7
minor dan lambung berjalan ke atas dinding abdomen dan membentuk
mesenterium usus halus.
Fungsi peritoneum :
- ginjal - ureter
Pada wanita setiap tuba uterina (falopii) memiliki ujung bebas dan lubang
kecil ke dalam rongga peri toneum sebagai pintu masuk ovum. Pada pria rongga
peritoneum tertutup sempurna. Di dalam pelvis, peritoneum tebal dan
merefleksikan organ pelvis. Kantong rekto uterina (cavum Douglasi) dibentuk
oleh refleksi peritoneum dari uterus pada rektum.
8
B. Gambaran klinis
- Cairan dapat diabsorbsi dari rongga peritoneum dan rute ini dapat
digunakan untuk memasukan cairan ke dalam bayi yang mengalami
dehidrasi.
9
2. Proyeksi Setengah Duduk
- Posisi Pasien
- Posisi Objek
kaset berada dibelakang tubuh pasien, aturlah kaset dengan batas atas
procxypoid dan batas bawahnya simfisis pubis, pelvis dan shoulder tidak
mengalami rotasi.
3. Proyeksi LLD
- Posisi Pasien : Pasien tidur miring ke sisi kiri, kedua genue ditekuk
(difleksikan), kedua tangan diletakkan ditas kepala
10
- Posisi Objek : aturlah kaset agar batas atas kaset pada diafragma, batas
bawah pada simfisis pubis dan crista iliaca berada dipertengahan. kaset
berada dibelakang punggung.
- CR : horizontal sejajar kaset, pusat sinar diatur sejajar dengan crista iliaca.
- FFD : 100 cm
- Lakukan eksposi saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh.
- Kriteria gambaran
Tampak bayangan daerah abdomen (liver, ginjal, hati) dan air fluid level,
tampak diafragma, tampak udara bebas pada abdomen.
11
Mengapa dibuat foto LLD (bukan RLD) untuk abdomen 3 posisi ini?
Apa tujuan eksposi dilakukan saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh?
pada saat tahan nafas, pergerakan usus akan berhenti, diafragma akan naik
dan gambaran abdomen akan tampak jelas.
Atresia yaitu tidak ada lubang ditempat yang seharusnya berlubang baik
karena cacat bawaan maupun terjadi kemudian. Ani dari kata anus yang berarti
lubang pelepasan atau dubur.Ani dari kata anus yang berarti lubang pelepasan
atau dubur. Jadi Atresia ani Merupakan kelainan kongenital, tidak terbentuknya
dubur pada bayi yang baru lahir Memanfaat kan udara yang ada dalam kolon
sebagai media kontras.
12
2. Menurut Stephen, membagi atresia ani berdasarkan pada garis
pubococcygeal.
a. Atresia ani letak tinggi : bagian distal rectum terletak di atas
garis pubococcygeal.
b. Atresia ani letak rendah: bila bagian distal rectum terletak di
bawah garis pubococcygeal.
3. Menurut Ladd and Gross Atresia ani dibagi atas beberapa tipe
a. tipe 1 stenosis ani: pada anal canal anus dan rectum ada tetapi
menyempit.
b. Imperforatus anus: anus berupa membran atau anus dengan
dinding pemisah yang tipis.
c. Imperforatus anus dengan kantong rectum berakhir agak
tinggi dari kulit peritoneum.
d. Type 4 Atresia rectum, rectum berakhir buntu dan terpisah
dari bagian anal oleh suatu membrane atau jaringan, disini
lubang anus ada sehingga dari luar anus tampak normal.
13
Tanda – tanda klinis :
- tempat anus memerah, pada jenis rendah lebih hitam dan keriput.
- Muntah mulai umur 24 – 48 jam
- Kadang – kadang ditandai gejala ileus obstruktif
- Bisa terjadi fistel.
Tidak ada persiapan khusus yang harus dilakukan tetapi untuk mendapatkan
gambaran yang baik maka sebelum dilakukan proyeksi bayi di letakkan dengan
posisikepala berada di bawah dan kaki berada di atas selama +_ 5mnt dengan
tetap menjaga kenyamanan pasien.
b. Tujuan Persiapan
Tujuannya adalah agar udara dalam kolon dapat mencapai rectum bagian
distal anal yang di pasang marker sehingga pada foto daerah antara marker dengan
bayangan udara yang tertinggi dapat diukur.
1. PA-PROYEKSI
14
- Posisi pasien dalam posisi AP terbalik (kepala kebawah kaki yang keatas )
- FFD : 150 cm
- Waktu ekspos : akhir dari insfirasi, pada saat ekspirasi, ini merupakan
bagian waktu yang singkat.
Kriteria Gambaran :
15
- Batas atas : procesus xyphoideus ( tepat pada thoracal 11 – 12 )
- Batas bawah : dibawah anus sehingga marker masuk
- Batas samping tepi kanan abdomen ( peritoneal )
- Terlihat udara dalam kolon dengan jelas
- Ketajaman gambar dan densitas bagus
2. Proyeksi Lateral
- Posisi pasien: pasien dalam posisi inverse ,lateral terbalik yaitu dengan
kepala kebawah dan kaki keatas
- salah satu sisi tubuh bagian kiri atau kanan menempel kaset
- MSP (mid sagital plane) tubuh sejajar terhadap garis pertengahan
film, MCP (mid coronal plane) tubuh diatur tegak lurus terhadap film.
- Kedua paha ditekuk kearah perut untuk menekan colon agar tertekan
dan naik mencapai bagian atas colon
- Tangan pasien lurus kebawah dan buat keadaan pasien seaman
mungkin.
- CR : horizontal tegak lurus terhadap kasette
- CP : pada pertengahan objek
- FFD : 150 cm
Gambar disamping
merupakan proyeksi lateral,
seperti yang telah
dijelaskan diatas, kaki
pasien ditekuk agar perut
tertekan, dan kaki diatas
kepala kepala, serta tangan
lurus di samping kepala
atau lurus ke bawah.
16
- Posisi Pasien : Pasien diposisikan prone.
- Posisi Objek : kedua paha ditekuk (hip fleksi), angkat bagian punggung
bayi sehingga letak pelvis lebih tinggi dan kepala/wajah lebih rendah.
Kaset pada salah satu sisi lateral dengan trokhanter mayor pada
pertengahan kaset.
- CP: pada trochanter mayor menuju pertengahan kaset.
- CR: Horisontal, tegak lurus film/kaset.
- FFD: 150cm
- Ekspose dilakukan saat bayi tidak bergerak.
17
Perbedaan hasil foto proyrksi lateral dgn proyeksi lateral prone cross table :
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
19
Abdomen merupakan rongga yang terbesar dalam tubuh manusia
bentuknya lonjong & meluas dari diafragma sampai pelvis dibawah.
Rongga abdomen di bagi menjadi dua bagian yaitu rongga sebelah atas
ukurannya lebih besar & rongga sebelah bawah ukuranya lebih kecil.
Beberapa indikasi pemeriksaan dari rongga abdomen yaitu Omentum
mayus, Peritonitis, Ascites, Dialis peritoneum. Beberapa teknik
pemeriksaan yang dilakukan yaitu proyeksi AP, Setengah duduk, dan
LLD.
3.2 Saran
20